Anda di halaman 1dari 57

Dewi Suriany

 Kecemasan dipandang sebagai suatu mekanisme siaga


terhadap ancaman bahaya. Secara fisiologik kecemasan
dan ketakutan sulit dibedakan. Perbedaan takut dari
cemas adalah perasaan takut sebagai reaksi terhadap
ancaman yang jelas, sedangkan perasaan cemas tidak
memiliki sumber jelas
 Kecemasan dalam gradasi ringan ditemukan pd individu
normal sebagai reaksi bersiaga terhadap ancaman dr
luar atau dalam berupa sakit, frustrasi,tidak berdaya
atau hukuman, yang akhirnya melibatkan fungsi EGO.
Bila Fs EGO dpt menyesuaikan ketegangan maka
kecemasan dapat teratasi
 Kecemasan yang tidak teratasi dapat memberikan
gambaran klinik, berdasarkan Diagnostic and
Statistical manual of Mental disorders IV (DSM IV),
yang termasuk kelompok gangguan cemas adalah :
1. Gangguan panik
2. gangguan fobia
3. Gangguan obsesi-kompulsif
4. Gangguan stres pasca trauma dan GG stres akut
5. Gangguan cemas menyeluruh
6. Gangguan campuran cemas dan depresi
7. Gangguan cemas berhubungan dengan kondisi medik
1. Perasaan takut & khawatir ttg sejumlah
peristiwa / hal atau aktivitas
2. Pasien sukar mengendalikan rasa khawatir tsb
3. Gejala pd point 1 disertai 3 atau lebih gejala
berikut :
a. Gelisah d. mudah marah
b. Mudah lelah e. otot tegang
c. Sukar konsentrasi f. tidur terganggu
(sukar, terbangun2,
tidur tak nyenyak)
4. Gejala-gejala somatik
Diare Lambung terganggu
Pusing, kepala ringan Poly uria (miksi frekuen)
Hiperhidrosis Telapak tangan
berkeringat
Hipertensi atau dingin
Palpitasi Perut kembung, naucea
Midriasis Nafas pendek
Gelisah Otot tegang
Syncope Mulut kering
Tachicardi Sulit masuk tidur atau
Rasa kesemutan pada mempertahankan tidur
extremitas
Tremor
 Definisi Gangguan cemas: Sebagai gangguan
ditandai dengan anxietas dan kekuatiran yang
berlebihang
 Gg cemas adalah kelompok gangguan psikiatri yang
paling sering. Lebih dari 15 % menderita gangguan
ini dr populasi umum pada setiap saat.
 Gg cemas yang tersering adalah :
 Gg fobia 8-10 %
 Gg cemas menyeluruh 5 %
 Gg Obsese kompulsif dan Gg panik 1-3 %
 Gg Stres pasca trauma frekuensi cukup tinggi
 Comorbiditaspenyakit gg cemas diantaranya gg
depresi sekitar 40 %
 Teori psikoanalitik: Freud mengemukakan bahwa
kecemasan merupakan suatu dorongan instintual yang
mendesak ide bawa alam sadar (pengalaman lalu yang
menyakitkan) kealam sadar.Atas isyarat ini EGO
mengerahkan mekanisme untuk mengadakan represi.
Jika kecemasan timbul diatas ambang kekuatan sebagai
fungsi isyarat, maka timbul serangan panik. Jika reprsi
tidak berhasil, mekanisme lain akan muncul seperti
konversi, replacement (pemindahan) dan regresi
menimbulkan penyakit seperti gangguan disosiatif
(histeria) atau gangguan obsesi kompulsif
 Freud memandang fobia - histera sebagai
akibat konflik yang berpusat pada situasi
oedipus masa kanak blm terselesaikan yang
menimbulkan rasa takut akan kastrasi. Pada
fobia konflik tersebut kmd dipindahkan pada
suatu objek atau situasi yang tampaknya
tidak penting.
 Teori perilaku: kecemasan sebagai reaksi pembiasaan terhadap
stimuli spesifik dari lingkungan. Seseorang dapat belajar untuk
memiliki respon kecemasan melalui proses imitasi dgn meniru
kecemasan orang tuanya
Teori Conditioning Emotional Reaction dapat mencetuskan suatu
situasi fobia pada seseorang.
Teori operan menjelaskan bahwa anxietas adalah dorongan untuk
memotivasi organisme melakukan apapun yang dapat
menghilangkan efek yang tidak menyenangkan. Shg dlm perjalanan
organisme belajar bahwa tindakan tertentu memungkinkan
penghindaran stimulus dan mencetuskan anxietas.
 Teori eksitensial: bahwa ada tiga jenis kecemasan yaitu
 Tkut kesunyian
 Takut panghancuran
 Takut kegagalan
Semua ketegangan ber sumber pada gangguan kepercayaan diri., orang
merasa kosong yang mendalam dalam hidup mereka. Anxietas
sebagai respon terhadap kehampaan yang luas mengenai keberadaan
dan arti
 Genetikf
peran genetik pada pasien dengan Gg Obsesi-
kompulsif ditemukan kejadian penyakit
adalah lebih tinggi pada anak kembar
monozigot daripada dizigot . 35 % pada
kerabat pertama pasien dr kelurga OCD
menderita penyakit ini, beberapa dari
penderita ini mengalami Gg Tic.
Peran genetik juga dilihat pd penderita Fobia
spesifik ( Fobia darah ).
Teori biologi
 Sistem saraf otonom: stimulasi sistem saraf otonom
menimbulkan gejala (kardiovaskular, muskular, GI,
Respiratorius), dapat merupakan anxietas subjektif dan
anxietas sistem saraf pusat mendahului manifestasi
anxietas perifer
 Norepinefrin : Peran epinephrin pada gangguan cemas
melalui meregulasi noradrenalin.stimulasi locus ceruleus
tempat sel bodi epinephrin menimbulkan rasa takut pada
binatang percobaan, sebaliknya keadaan ablasio
menginhibisi timbulnyan perasaan takut. Pemberian
adrenergik antagonis (yohimbin) pd penderita gg panik
dapat timbulkan serangan panik
 Serotonin :Efektifitas pengobatan antidepresan pada
penderita gangguan obsesi-kompulsif dgn
Clomipramin dan buspiron suatu serotonin tipe 1 A
reseptor agonis pada pengobatan gg cemas
 GABA : peranan gama aminobutyric acid ditunjukkan
pada efikasi penggunaan obat benzodiazepin pada
pengobatan gg cemas meningkatkan aktifitas GABA
di reseptor GABAA. Berbagai penelitian menunjukkan
gangguan cemas memiliki fungsi abnormal pada
reseptor GABAA
NEUROBIOLOGI
Tiga bahan utama mempengaruhi mental
 Pada Gg Stres pasca trauma dan Gg Stres akut
menghasilkan sensitisasi dari sistem noradrenergik,
dopamin, opioid endogen (penurunan endorfin),
benzodiazepin serta disfungsi HPA aksis. Pada saat
stres terdapat pelepasan kortikotropin (CRF cortico
releasing factor) dan menstimulasi hipofise dan
melepaskan adrenocorticotropic hormon (ACTH)
stimulasi hormon cortisol dr kel adrenal.
Katekolamin (sistem simpatis) berperan utk
menyediakan energi dan cortisol utk
menghentikan aktivasi saraf simpatis. Pad
keadaan stres traumatik, terjadi supresi cortisol
shg terjadi konsolidasi berlebihan dari ingatan
ingatan peristiwa traumatik
1. Gngguan Panik
2. Fobia spesifik dan Fobia sosial
3. Gg. Obsesif kompulsif
4. Gg. Stres Pascatrauma dan Gg. Stres Akut
5. Gg. Cemas menyeluruh
6. Gg. Cemas akibat keadaan medis umum
7. Gg. Cemas dan depresi campuran
 Ditandai dengan adanya serangan panik yang tidak
diduga dan spontan yng terdiri atas periode rasa
takut yg intens dan bervariasi dari sejumlah
serangan sepanjang hari sampai beberapa kali
serangan dlm setahun. Bisa disertai agorafobia atau
tanpa agorafobia. Sedikitnya 1 serangan telah
diikuti selama 1 bulan
 Serangan panik berupa takut atau tidak nyaman
yang intens mencapai puncaknya dalam 10 menit,
berlangsung 20 s/d 30 menit, disertai sedikitnya 4
gejala berikut yaitu:
1. Palpitasi, jantung berdebar
2. Berkeringat
3. Gemetar
4. Napas pendek atau tercekik
5. Rasa tersedak
6. Nyeri atau tidak nyaman didada
7. Mual atau gangguan abdomen
8. Rasa pusing, tdk stabil, kepala rasa ringanatau pingsan
9. Derealisasi (rasa tdk nyata), depersonalisasi (lepas dr
diri sendiri)
10. Takut hilang kendali/ gila
11. Rasa takut mati
12. Parestesi(kesemutan)
13. Menggigil ( rona merah diwajah)
 Gejala depresi sering terdapat pada Gg. Panik, studi
menunjkkan resiko bunuh diri pada orang dengan
Gg panik lebih tinggi dp tanpa Gg panik. Kesulitan
sosial dan pekerjaan dan perkawinandapat
menyertai pasien.
 Perjalanan khronis, sekitar 50% memiliki gejala
cukup ringan tdk mengganggugn gejala mbermakna,
10-20 % d
Terapi Gg panik
 Terapi psikofarmaka
 Alprazolam dan Paroksetin (SSRI)
 Clomipramin (trisyklik) atau tetrasiklik (maprotiline)
 Terapi non psikofarmakapi perilaku
 terapi perilaku, pajanan invivo
 Terapi kognitif
 relaksasi
 Adalah anxietas timbul di tempat atau situasi dan
tidak mendapat pertolongan dari orang yang
dikenal. Mereka sering menghindari pergi ke situasi
tersebut, selalu ingin k ditemani atau memilih tidak
keluar
 Agorafobia tanpa riwayat Gg panik sering
menimbulkan ketidakmampuan dan bersifat khronis
, serta Gg depresi dan ketergantungan alkohol dan
mempersulit penyembuhan
 Fobia sosial seumur hdp berkisar 3-13 %. Prevalensi
6 bln utk fobia sosial berkisar 2-3 %, perempuan
lebih banyak dibandingkan laki-laki, usia puncak
pada remaja (awitan antara usia 5-35 thn)
 Bangkitan anxietas terhadap suatu situasi sosial
atau penampilan saat seseorang terpajan dengan
org yang tdk dikenalnya atau terpajan dengan
kemungkinan diperhatikan secara saksama oleh org
lain, yang menyebakan indiv akan bertindak atau
menunjukkan gejala anxietas yang memalukan.
 Pada anak hrs terjadi dilingkungan sebaya.
 Serangan cemas berupa serangan panik terikat
secara situasional atau serangan panik dengan
predisposisi situsional
 Awitan penyakit pada masa remaja awal atau masa
kanak akhir
 Cenderung perjalanan penyakit menjadi khronis
 Menganggu akademik, pekerjaan dan sosial
Gejala pada fobia
Ketakutan yg menetap hebat & irrasional terhadap
suatu objek, aktivitas atau situasi spesifik yg
menimbulkan suatu keinginan mendesak utk
menghindari objek, aktivitas atau situasi yg ditakuti.
Rasa takut itu diketahui oleh individu sebagai suatu
yg berlebih atau secara proporsional tak masuk akal
terhadap bahaya aktual dari objek, aktivitas atau
situasi itu.
 Rasa takut dpt mengakibatkan rasa mau pingsan,
rasa lelah, palpitasi, berkeringat, mual, tremor &
panik
Fobia terbatas pd objek / situasi yg sangat spesifik :
♣ binatang tertentu
♣ tempat tinggi
♣ petir
♣ ruang tertutup
♣ darah
♣ naik pesawat, dll
Situasi fobik dihindari atau dihadapi dengan cemas , dapat
berupa serangan panik.
Pada anak dibawah 18 thn, durasi sedikinya 6 bulan
Keadaan fobia mengganggu pekerjaan, sekolah hubungan sosial,
aktifitas dan trdapat distres yang nyata
Tatalksana fobia :
 Psikofarmaka
 SSRI : Fluoxetin atai serttralin
 Obat Anticemas : Alprazolam,
 Venlafaksin (Effexor)
 Buspiron
 Psikoterapi suportif
 Psikoterapi berorientasi tilikan
 Hipnosis
 Behaviour therapy :
 Flooding
 Desensitisasi
 Terdapat gambaran obsesi atau kompulsi yang
cukup berat dan menganggu fungsi pekerjaan
 Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan
berulang dan mengganggu individu tidak bisa
dihilangkan dengan usaha logik dari kesadaran
individu
 Kompulsi adalah perbuatan berulang yang
disadri tidak rasional dan bila ditahan timbul
anxietas
 Mereka menyadari bhw obsesi dan kompulsi
adalah hasil pikirannya dan berusaha menekan
gejala yang bersifat ego-alien
 Anxietas timbul bila pikiran obsesi dan kompulsi
tdk dilaksanakan
Pola gejala :
1. Kontaminasi : obsesi terhadap kontaminasi diikuti
kegiatan mencuci atau penghindaran. Contoh
feses, urine, debu, kuman
2. Keraguan patologi: obsesi keraguan diikuti
kompulsi memeriksa (memeriksa kompor atau
pintu )
3. Pikiran yang mengganggu: obsesi pikiran tanpa
kompulsi (tindakan seksual atau agresif)
4. Simetri: kebutuha simetri atau ketepatan (berjam
jam mandi atau mengulang –ulang stater motor)
 Kirakira 2-3% pd populasi umum, sebanyak 10 %
dirawat jalan klinik psikiatri adalah OCD
 Prosentase terkena penyakit OCD sama diantara
perempuan dengan laki-laki
 Awitan penyakit pada anak atau remaja sekitar 15-
35 % memiliki kepribadian obsesi kompulsi
 50-70 % m20-30 % perbaikan memiliki faktor
pencetus setelah peristiwa menekan. 20-40 %
mengalami perburukan gejala
Terapi
 Terapi psikofarmaka
 SSRI (sertraline atau paroxetin) atau clomipramin
(anafranil)
 Terapi non psikofarmaka
 Terapi perilaku (pajanan , pencegahan respon,
desensitisasi, pembanjiran, implosi )
 Psikoterapi suportif
 Definisi :
Adalah sindrom terdiri gejala anxietas, rasa takut, tidak
berdaya, keluhan otonomik, gangguan emosional mimpi
buruk dan berulang kali terbayang kembali pengalaman
traumatik . Peristiwa traumatik bersifat katastrofik dan
menakutkan menyebabkan distress pada hampir setiap
orang
 Peristiwa traumatik dapat berupa:
 Bencana alam, banjir, gempa
 Bencan buatan manusia
 Kecelakaan industri/mobil
 Kebakaran , pemboman
 penganiayan /kekerasan /perkosaan
 Gejala sudah berlangsung sedikitnya lebih 1 bulan.
Perjalanan akut bila durasi gejala kurang 3 bln, dan
kronis bila durasi 3 bln atau lebih. Awitan tertunda
bila awitan gejala timbul setelah 6 bln
 DSM IV TR mendifinisikan serupa dengan Gg Stres
pasca trauma adalah gangguan stres akut dimana
terjadi dalam 4 minggu setela peristiwa dan
membaik dalam 2 hari maksimal 4 minggu.
 Ditemukan 3% - 5% dari populasi
 Prognosis sangat bervariasi, + 25% pasien tdk pernah
sembuh sempurna.
Gejala Gg Stres pasca trauma
 Episode2 dimana bayangan2 kejadian traumatik tsb
terulang kembali / dlm mimpi (Flashback)
 Perasaan beku, penumpulan emosi
 Menjauhi orang lain & tdk responsif terhadap
lingkungannya
 Anhedonia
 Menghindari aktivitas & situasi yg berkaitan traumanya
 Lazimnya ada ketakutan & penghindaran dari hal2 yg
mengingatkannya kembali pd trauma yg dialami
 Kadang ada ketakutan mendadak & dramatik, panik
atau agresif yg dicetuskan oleh stimulus yg mendadak
yg mengingatkan kembali pd trauma.
A. Orang telah terpajan dengan peristiwa traumatik dan kedua hal
ini ada :
1. Orang tersebut mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan
peristiwa atau sejumlah peristiwa yang melibatkan kematian atau
cedera serius yang sebenarnya atau mengancam, atau ancaman
terhadap integritas fisik dirinya atau orang lain.
2. Respons orang tersebut melibatkan rasa takut yang intens, rasa tidak
berdaya, atau horor. Catatan : pada anak, hal ini dapat ditunjukan
dengan perilaku agitasi atau kacau
B. Peristiwa traumatik secara terus-menerus dialami kembali pada
satu (atau lebih) secara berikut :
1. Mengingat kembali peristiwa secara berulang dan menganggu yang
menimbulkan distres, termasuk bayangan, pikiran, atau persepsi.
Catatan : pada anak yang masih kecil, dapat terjadi permainan
berulang yang mengekspresikan tema atau aspek trauma.
2. Mimpi berulang mengenai peristiwa tersebut yang
menimbulkan penderitaan. Catatan : pada anak, bisa
terdapat mimpi yang menakutkan tanpa kandungan yang
dapat dikenali.
3. Bertindak atau merasakan seolah – olah peristiwa
traumatik tersebut terjadi kembali (termasuk rasa
membangkitkan kembali pengalaman, ilusi, halusinasi, dan
episode kilas balik disosiatif, termasuk yang terjadi saat
bangun atau ketika mengalami intoksikasi). Catatan : pada
anak yang masih kecil, anak dapat melakukan kembali hal
yang spesifik trauma.
4. Penderitaan psikologis yang intens pada pajanan terhadap
sinyal internal atau eksternal yang menyimbolkan atau
menyerupai aspek peristiwa traumatik.
5. Reaktivitas fisiologis pada pajanan sinyal internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai aspek
peristiwa traumatik.

B. Penghindaran persisitensi stimulus yang berkaitan dengan
trauma serta membuat kebas responsivitas umum (tidak
terjadi sebelum trauma), seperti yang ditunjukan dengan tiga
(atau lebih) hal berikut ini :
1. Upaya menghidari pikiran, perasaan, atau
pembicaraan,yang berkaitan dengan trauma.
2. Upaya menghidari aktivitas, tempat, atau orang
yang membangkitkan ingatan akan trauma
3. Ketidakmampuan mengingat kembali aspek penting
trauma.
4. Minat atau partisipasi berkurang nyata pada
aktivitas yang signifikan
5. Perasaan lepas atau menjadi asing dari orang lain.
6. Kisaran afek yang terbatas (contoh., tidak mampu
memiliki rasa cinta)
7. Rasa masa depan yang memendek (contoh., tidak
berharap memiliki karir, menikah, anak atau masa
hidup normal)
C. Menetapnya peningkatan keadaan terjaga (tidak terjadi
sebelum trauma), seperti yang ditunjukan dengan dua (atau
lebih) hal berikut :
D. Durasi gangguan (gejala kriteria B, C, dan D) lebih dari satu
bulan.
E. Gangguan ini menimbulkan penderitaan yang secara klinis
bermakna atau gangguan didalam area fungsi sosial,
pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
 Tentukan jika :
Akut : jika durasi gejala kurang dari 3 bulan
Kronis : jika durasi gejala 3 bulan atau lebih
 Tentukan jika :
Dengan awitan tertunda : jika awitan gejala
sedikitnya 6 bulan setela stresor.
 Terapi Gg Stres pasca trauma
 Terapi psikofarmaka
 SSRI (sertralin, paroxetin)
 Imipramin atau Triptiline
 Terapi non psikofarmaka
 Terapi perilaku (implosif, desensitisasi)
 Manajemen stres, relaksasi
 Psikoterapi kognitif
 Psikoterapi individual
 Terapi kelompok
 Sebagai gangguan ditandai dengan anxietas
dan kekuatiran yang berlebihan mengenai
beberapa peristiwa atau aktifitas (cemas
mengambang) hampir sepanjang hari selama
sekitar 6 bulan.
 Prevalensi 1 tahun antara 3-8 %, perempuan
banding laki 2:1
 25 % penderita alami gg panik sisanya
gangguan depresi, Gg distimikik, fobia sosial
daan spesifik
Gejala Gg Cemas menyeluruh:
 Gejala psikolosik spt cemas pd umumnya dan cemas
terhadap masa depan tanpa sebab
 Ketegangan motorik
 Tegang otot tengkuk
 sefalgia gemetar
 Tak dapat santai
 Overaktivitas otonomik
 Takikardi
 Takipnoe
 Keluhan epigastrium
 Pusing
 Mulut kering
Terapi Gg Cemas menyeluruh
 Terapi psikofarmaka
 Benzodiazepin (alprazolam)
 Buspiron
 Venlafaksin
 SSRI (fluoxetine, sertralin, paroksetin)
 Terapi non psikofarmaka
 Terapi kognitif
 Terapi perilaku kognitif
 Relaksasi
 Konseling
 Manajemen stres
Kritera diaagnostik DSM IV TR
 Gangguan Cemas Menyeluruh ( F 41.1 )
 Ansietas dan kekhawtiran berlebihan (perkiraan yang
menakutkan), terjadi hampir setiap hari selama setidaknya 6
bulan, mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti
bekerja atau bersekolah).
 orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
 ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih)
dari keenam gejala berikut (dengan beberapa gejala setidaknya
muncul hampir setiap hari selama 6 bulan).
 Perhatiakan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak.
 6 gejala sbb:
1. gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok.
2. mudah merasa lelah
3. sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. mudah marah
5. otot tegang
6. gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang
gelisah dan tidak dan tidak pua)
 fokus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya
pada gambaran gangguan Aksis I, mis., ansietas atau
cemas bukan karena mengalami serangan panik (seperti
pada gangguan panik), merasa malu berada dikeramaian
(seperti pada fobia sosial), merasa kotor (seperti pada
gangguan obsesi kumpulsif), jauh dari rumah atau kerabat
dekat (seperti pada gangguan ansietas perpisahan),
bertambah berat beban (seperti pada anoreksia nervosa),
mengalami keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan
somatisasi), atau mengalami penyakit serius (seperti pada
hipokondriasis), juga ansietas dan kekhawatiran tidak
hanya terjadi selama gangguan stres pasca trauma.
 ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan
distres yang secara klinis bermakna atau hendaya sosial,
pekerjaan, atau area penting lainnya.
 gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung
dari suatu zat (mis., penyalagunaan obat-obatan) atau
keadaan medis umum (mis., hipertiroidisme) dan tidak
terjadi hanya selama gangguan mood, gangguan psikotik,
atau gangguan perkembangan pervasif.
 Adalah gangguan cemas ditandai dengan
gejala Cemas menyeluruh, serangan panik,
dan gejala obsesi kompulsi disebakan efek
fisiologis kondisi medis umum. Seperti
Diabetes, tumor adrenal, penyakit tyroid,
epilepsi parsial
 Serangan panik sering menyertai penyakit
cardimyopati sdg menunggu transplantasi
jantung adalah sekitar 83 %, pada penyakit
parkinson sekitar 25 %, juga terjadi pada
nyeri khronis, sirosis bilier primer, epilepsi .
Gejala:
 Gambara linis identik dengan gejala primer Gg Cemas
menyeluruh (penyaki Grave)
 Serupa dengan Gg Panik (83 % pd pasien cardiomiopati
menunggu transplantasi, 25 % pd penyakit parkinson)
Terapi
 Terapi penyakit primer
 Terapi perilaku
 Obat anticemas, SSRI
 Pasien dengan keadaan gejala cemas dan
depresi tidak memenuhi kriteria diagnostik
 Perkiraan prevalensi sekitar 1 % dalam
populasi umum
 Gejala : Mood disforik (perasaan tidak
menyenangkan) menyertai hiperaktifitas
saraf otonom seperti gejala gastro intestinal
pada pasien rawat jalan.
 Perjalanan penyakit dominasi gejala anxetas
dan depresi dapat bergantian , prognosis
penyakit tidak diketahui
 Terapi
 Psikofarmaka : Benzodiazepin dan Buspiron, SSRI
(Fluoxetine)
 Non Psikofarmaka :
 Terapi perilaku
 Terapi kognitif
 Psikoterapi berorientasi tilikan
1. Psikofarmaka
a) Benzodiazepin: meresepkan dalam periode wkt terbatas ,
selama pendekatan terapi psikososial sadh dpt ditpkan. Hati-
hati dengan kemungkinan toleransi pada pemakaian lama
obat. Biasanya selama 2-6 minggu dan tapering off dalam 1-2
minggu. Dimulai dengan dosis terendah dan peningkatan dosis
sampai dosis terapeutik
Diazepam 1 x 2 – 40 mg per hari
Alprazolam 2 – 3 x 0.5-2mg per hari
Clobazam 2 – 3 x 5-10 mg per hari
Lorazepam 1 – 2 x 0.5-2mg per hari
a) Buspiron : Adalah agonis parsial reseptor 5 HT 1A dan efektif
pd 60-80 %. Efek terapi terlihat pada 2-3 minggu setelah
pemberian
 Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI):
efektif terutama pasien dengan komorbiditas
depresi. Jenis obat Fluoxetine 20 mg (prozac,
kalxetin), Sertralin 50 mg (zoloft, serlof),
paroksetin(paxil). Baik untuk Gg Cemas
menyeluruh, Gg Panik, Gg Obsesi kompulsif, Fobia
 Obat trisiklik spt clomipramin25 baik untuk Gg
Obsesi kompulsif
1st Generation of Antidepressants (TCA, TeCA)
Generic Name Trade Mark Doses (mg) Mechanism of
Efficacy
amitriptyline AMITRIPTYLIN 75-200
Inhibition of
nortriptyline NORTRILEN 50-150 Serotonin
and/or
imipramine MELIPRAMIN 75-250
Norepinephrine
clomipramine ANAFRANIL, 75-225 Reuptake
HYDIPHEN Followed by
Increase of
dosulepin PROTHIADEN 100-300
their
dibenzepine NOVERIL 240-720 Concentrations
in Synaptic
maprotiline LUDIOMIL, 75-150 Cleft
MAPROTILINE
Generic Name Trade Mark Mean Doses Mechanism
(mg)

SSRI

fluvoxamine FEVARIN 100-300

fluoxetine DEPREX, DEPRENON, 20-60


PROZAC, PORTAL,
FLOXET, FLUXONIL,
MAGRILAN
citalopram SEROPRAM, CITALEC, 20-60 Selective
CEROTER, PRAM Serotonin
escitalopram CIPRALEX 10-20 Reuptake
Inhibition
paroxetine SEROXAT, PAROLEX, 20-60
APO-PAROX, REMOD
sertraline ZOLOFT, SERLIFT, 50-200
ASENTRA,
STIMULOTON
2. Terapi non psikofarmak
 Terapi perilaku : desensitisasi sistematik dimana pasien
secara serial dipajankan pada stimulus yang bertingkat
secara hirargi dar yang plg ringan sampai plg menakutkan
(indikasi pada penderita fobia) dgn kombinasi terapi anti
cemas, relaksasi. Dapat pula melalui pembanjiran stimulus
atau melalui khayalan selama mereka dapat mentoleransi
rasa takut
 Psikoterapi berorientasi tilikan: tilikan adalah pemahaman
pasien mengenai fungsi psikologi dan kepribadiannya.
Dengan merinci pemahaman atau pengalaman dan
penekanan pada nilai tilikan baru kedalam dinamik
perasaan, respon dan perilaku saat ini.
 Psikoterapi suportif
 Psikoterapisuportif: adalah psikoterapi berorientasi
hubungan, yaitu memberikan dukungan kepada
pasien.
 Bertujuan
 Utk memulihkan dan menguatkan pertahanan pasien
serta kapasitas integgrasi diri
 Mengembangkan mekanisme pertahanan baru dalam
pengontrolan diri
 Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan
 Jenis psikoterapi suportif
 V entilasi atau atarsis : membiarkan pasien
mengeluarkan isi hati
 Persuasi : penerangan yang masuk akal
 Sugesti : Membangkitkan kepercayaan pd pasien bahwa
gejala akan hilang
 Reassurance : Penjaminan kembali melalui npenekanan
pada apa yang tlh dicapai pasien menuju perbaikan
 Konseling : membantu pasien untuk mengerti diri lebih
baik
 Terapikognitif : cognitif (struktur atau skemata)
memnentukan cara seseorang bereaksi dan
menyesuaikan pada berbagai situasi dalam
kehidupan
Tujuan : menghapus pikiran negatif yang
menybakan gejala timbul
Terapi ini dilakukan pada pasien dengan Gg Panik,
Gg Obsesi kompulsif, Gg cema dan depresi
campuran, Gg cemas menyeluruh
 Psikoterapi berorientasi tilikan
 Didasari dengan konsep psikodinamik
 Fokus pada hubungan interpersonal ( here and now
situation)
 Pasien didorong mencapai pemahaman intelektual
perilaku yang menekankan nilai tilikan baru dan
membantu tercapainya perubahan perilaku yang
diinginkan
 terapi ini baik dilakukan pada pasien dengan Gg Fobia
dan Gg cemas dan depresi campuran

Anda mungkin juga menyukai