Anda di halaman 1dari 20

HEALTH EDUCATION Januari 2018

OMFALOKEL

Nama : Dian Noviandini Muharram


No. Stambuk : N 111 17 011
Pembimbing : dr. Amsyar Praja, Sp. A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik kadang
suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi
lahir, tetapi baru ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Selain itu,
pengertian lain tentang kelainan sejak lahir adalah defek lahir, yang dapat
berwujud dalam bentuk berbagai gangguan tumbuh-kembang bayi baru lahir,
yang mencakup aspek fisis, intelektual dan kepribadian. 1
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.
Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor
genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan. Setiap proses
yang mengganggu embrio dapat menyebabkan gangguan bentuk atau kematian.
Setiap proses yang menggangu janin dapat berakibat pertumbuhan organ yang
salah misalnya otak, jantung atau seluruh janin. Kegagalan atau ketidak
sempurnaan dalam proses embriogenesis dapat menyebabkan terjadinya
malformasi pada jaringan atau organ. Sifat dari kelainan yang timbul tergantung
pada jaringan yang terkena, penyimpangan, mekanisme perkembangan, dan
waktu pada saat terjadinya.2
Omfalokel adalah herniasi visera abdomen melalui cincin umbilikus yang
melebar. Visera tersebut yang dapat meliputi hati, usus halus, dan usus besar,
lambung, limpa atau kandung empedu, dilapisi oleh amnion. Penyebab cacat ini
adalah kegagalan usus untuk kembali ke rongga abdomen setelah herniasi
fisiologis selama minggu keenam sampai minggu kesepuluh.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar
dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong.
Omfalokel terjadi akibat hambatan kembalinya usus ke rongga perut dari
posisi ekstra-abdominal di daerah umbilicus yang terjadi dalam minggu
keenam sampai kesepuluh kehidupan janin. Terkadang kelainan ini bersamaan
dengan terjadinya kelainan kongenital lain, misalnya sindrom down. Pada
omfalokel yang kecil, umumnya isi kantong terdiri atas usus saja sedangkan
pada yang besar dapat pula berisi hati atau limpa.2
Diperkirakan setiap tahun sekitar 775 bayi di Amerika Serikat
dilahirkan dengan omphalocele. Dengan kata lain, sekitar 1 dari setiap 5.386
bayi yang lahir di Amerika Serikat setiap tahunnya dilahirkan dengan
omphalocele Banyak bayi yang lahir dengan omphalocele juga memiliki cacat
lahir lainnya, seperti cacat jantung, cacat tabung saraf, dan kelainan
kromosom.2
Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di
rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen
sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses
ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi
usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum
dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah
tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Klasifikasi dari omfalokel
didasarkan pada seberapa besar diameter defek dinding abdomen :3

2
 Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm
 Tipe 2 : diameter defek 2,5 – 5 cm
 Tipe 3 : diameter defek > 5 cm

Gambar 1. bayi dengan omfalokel

Karena beberapa atau semua organ perut (perut) berada di luar tubuh,
bayi yang lahir dengan omphalocele bisa memiliki masalah lain. Rongga
perut, ruang di tubuh yang memegang organ ini, mungkin tidak tumbuh
dengan ukuran normalnya. Juga, infeksi menjadi perhatian, terutama jika
kantung di sekitar organ rusak. Terkadang, organ bisa terjepit atau bengkok,
dan kehilangan aliran darah bisa merusak organ tubuh.4

3
B. Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab pasti terjadinya omfalokel belum jelas sampai sekarang.


Beberapa faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan
terjadinya omfalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok
pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan
genetik serta polihidroamnion.3
Menurut Glasser ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:4
1) Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan
terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik.
Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan
lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi
dengan gastroschisis dan omfalokel paling sering dijumpai.

2) Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding


abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis
masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal
Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi
memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus.
Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak
untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.

3) Polihidroamnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan


kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.

Ada bukti yang menunjukkan bahwa omphaloceles memiliki etiologi


genetik, sebagai berikut:5

4
 Omphalocele dikaitkan dengan bertambahnya usia ibu.
 Omphalocele terjadi pada anak kembar, anak-anak berturut-turut,
dan generasi yang berbeda dari keluarga yang sama.
 Omphalocele dikaitkan dengan trisomi 13, 18, dan 21 (pada 25-
50% kasus) dan dengan Beckwith-Wiedemann Syndrome

Baru-baru ini, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang


beberapa faktor yang dapat mempengaruhi risiko memiliki bayi dengan
omphalocele:6
 Alkohol dan tembakau: Wanita yang mengonsumsi alkohol atau
perokok berat (lebih dari 1 bungkus sehari) lebih cenderung
memiliki bayi dengan omphalocele
 Obat-obatan tertentu: Wanita yang menggunakan penghambat
serotonin selektif serotonin (SSRI) selama kehamilan lebih
cenderung memiliki bayi dengan omphalocele
 Obesitas: Wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan berat
badan sebelum hamil cenderung memiliki bayi dengan
omphalocele

C. Patofisiologi

Patofisiologi dari omfalokel adalah terdapat suatu kelemahan yang


terjadi pada dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan
herniasi pada isi usus pada cincin umbilikus. Ini menyebabkan organ visera
abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tertutup oleh kantong.5
Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di
rongga selom. Pertumbuhan hati dan usus yang cepat menyebabkan herniasi
midgut melalui cincin umbilikalis. Pada usia 10 minggu terjadi

5
pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan
masuk ke rongga perut. Rotasi dan fiksasi duodenum dan kolon proksimal
terjadi saat usus kembali ke perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi
kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati.
Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang
keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini
disebut omfalokel. Pada bayi dengan omphalocele, kembalinya ke perut tidak
pernah terjadi, usus tetap berada dalam batas-batas cincin umbilikalis.7

D. Diagnosis

Omfalokel dapat didiagnosis selama kehamilan atau setelah bayi lahir.


Diagnosis omfalokel meliputi pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu
suatu rontgen dada serta ekokardiogram. Pada saat lahir, omfalokel diketahui
sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin umbilikus. Defek tersebut
lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum dikenal sebagai
hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau amnion.
Pada 10% sampai 18%, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau sekitar
4% saat proses kelahiran. Omfalokel raksasa (giant omphalocele) mempunyai
suatu kantong yang menempati hampir seluruh dinding abdomen, berisi
hampir semua organ intraabdomen dan berhubungan dengan tidak
berkembangnya rongga peritoneum serta hipoplasi pulmoner.6

6
Gambar 2. Perbedaan Omfalokel dan DD

7
Gambar 3. Omfalokel mempunyai pembungkus

Diagnosis omfalokel ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan


dapat ditegakkan pada waktu prenatal dan pada waktu postnatal :7

 Diagnosis prenatal

Diagnosis prenatal terhadap omfalokel sering ditegakkan dengan


bantuan USG. Defek dinding abdomen janin biasanya dapat dideteksi
pada saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada saat tersebut secara
normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam kavum
abdomen janin. Pada pemeriksaan USG Omfalokel tampak sebagai suatu
gambaran garis–garis halus dengan gambaran kantong atau selaput yang
ekhogenik pada daerah tali pusat (umbilical cord) berkembang. Berbeda
dengan gastroskisis, pada pemeriksaan USG tampak gambaran garis-garis
yang kurang halus, tanpa kantong yang ekhogenik dan terlihat defek
terpisah dari tali pusat. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada masa prenatal selain USG diantaranya echocardiographi, MSAPF

8
(maternal serum alpha-fetoprotein), dan analisa kromosom melaui
amniosintesis. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tujuan selain
menunjang diagnosis sekaligus menilai apakah ada kelainan lain pada
janin.

 Diagnosis postnatal (setelah kelahiran)

Gambaran klinis bayi baru lahir dengan omfalokel ialah


terdapatnya defek sentral dinding abdomen pada daerah tali pusat. Defek
bervarasi ukurannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai dengan 12 cm,
mengandung herniasi organ–organ abdomen baik solid maupaun
berongga dan masih dilapisi oleh selaput atau kantong serta tampak tali
pusat berinsersi pada puncak kantong. Kantong atau selaput tersusun atas
2 lapisan yaitu lapisan luar berupa selaput amnion dan lapisan dalam
berupa peritoneum. Diantara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat
lapisan Warton’s jelly. Warton’s jelly adalah jaringan mukosa yang
merupakan hasil deferensiasi dari jaringan mesenkimal (mesodermal).
Jelly mengandung kaya mukosa dengan sedikit serat dan tidak
mengandung vasa atau nervus.

Pada giant omphalocele, defek biasanya berdiameter 8-12 cm atau


meliputi seluruh dinding abdomen (kavum abdomen sangat kecil) dan dapat
mengandung seluruh organ-organ abdomen termasuk liver. Kantong atau
selaput pada omphalokel dapat mengalami ruptur. Glasser (2003) menyebutka
bahwa sekitar 10-20 % kasus omfalokel terjadi ruptur selama kehamilan atau
pada saat melahirkan. Apabila terjadi ruptur dari selaput atau kantong maka
oergan-organ abdomen janin/bayi dapat berubah struktur dan fungsi berupa
pembengkakan, pemendekan atau eksudat pada permukan organ abdomen
tersebut. Perubahan tersebut tergantung dari lamanya infeksi dan iskemik yang
berhubungan dengan lamanya organ-organ terpapar cairan amnion dan urin

9
janin. Bayi-bayi dengan omfalokel yang intak biasanya tidak mengalami
distres respirasi, kecuali bila ada hipoplasia paru yang biasanya ditemukan
pada giant omphalocele. Kelainan lain yang sering ditemukan pada omfalokel
terutama pada giant omfalokel ialah malrotasi usus serta kelainan-kelainan
kongenital lain.8
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada saat bayi lahir
untuk mendukung diagnosis diantaranya pemeriksaan laboratorium darah dan
radiologi. Pemeriksaan radiologi dapat berupa rongent thoraks untuk melihat
ada tidaknya kelainan paru-paru dan ekhocardiogram untuk melihat ada
tidaknya kelainan jantung. Pemeriksaan penunjang :7
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis
prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan
MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang
disertai dengan peningkatan asetilkolinesterae dan pseudokolinesterase.

2) Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan
memperlihatkan marker struktural dari kelainan karyotipik
echocardography fetus membantu mengidentifikasi kelainan
jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas
dengan amniosentesis. Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus
dengan atau tanpa hepar digaris tengah pada bayi yang baru lahir.

E. Penatalaksanaan

Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang


memiliki fasilitas perawatan intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi
dengan omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh

10
sehingga lebih sedikit membutuhkan resusitasi awal cairan dibanding bayi
dengan gastroskisis. Penanganan emergensi omfalokel dibagi dua, yaitu:4

 Tempatkan bayi pada ruangan yang asaeptik dan hangat untuk


mencegah kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi
 Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari bayi
menagis dan air swallowing. Posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk
memperlancar drainase.
 Lakukan penilaian ada/tidaknya distress respirasi yang mungkin
membutuhkan alat bantu ventilasi seperti intubasi endotrakeal. Beberapa
macam alat bantu ventilasi seperti mask tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan masuknya udara kedalam traktus gastrointestinal.
 Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara
dan cairan dari sistem usus sehingga dapat mencegah muntah, mencegah
aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan (dekompresi) dalam sistem
usus sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen, demikian pula perlu
dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk dekompresi sistem usus
 Pasang jalur intra vena (sebaiknya pada ektremitas atas) untuk
pemberian cairan dan nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga tekanan
intravaskuler dan menjaga kehilangan protein yang mungkin terjadi
karena gangguan sistem usus, dan untuk pemberian antibitika broad
spektrum.
 Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan
elektrolit

Kantong intak NGT dengan penghisap :4


 Melapisi kantong dengan salep (Povidon-Iodin/betadin) atau kasa yang
dibasahi minyak

11
 Bungkus kantong dengan kasa untuk menyangga usus berada di dinding
abdomen
 Bungkus seluruh tubuh bayi untuk mencegah kehilangan panas.
 Kasa yang dibasahi larutan garam/saline tak diperlukan sebab
mempermudah kehilangan panas
 Dilarang mengecilkan ukuran kantong karena dapat menyebabkan
ruptur kantong dan distres pernapasan
 Antibiotik spektrum luas (Ampicillin dan Gentamicin)
 Konsultasi rencana bedah, operasi definitif seharusnya ditunda sampai
bayi stabil teresusitasi. Monitor suhu dan pH.
 Adanya kelainan lain yang lebih serius (pernapasan atau jantung)
penanganan definitif bisa ditunda selama kantong masih intak

Ruptur kantong NGT dengan penghisap :4


 Melapisi usus yang terburai dengan kasa salin dan bungkus bayi dengan
kain kering dan handuk steril untuk mencegah kehilangan panas
 Monitor suhu dan pH
 Pasang infus
 Antibiotik spektrum luas (Ampicillin dan Gentamicin)
 Rencanakan bedah emergensi untuk menutup usus
 Viabilitas usus mungkin kurang baik pada defek yang sempit pada
segmen usus yang terjebak. Perlu memperlebar dengan incisi ke arah
kranial atau kaudal untuk membebaskan organ visera yang strangulasi

Tindakan operasi sebagai salah satu yang harus dipertimbangkan agar


tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan
untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum
pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan akan terjadi penebalan

12
selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda
sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir,
tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan otot visera
sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak
pada paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan. Tindakan yang dapat
dilakukan ialah dengan melindungi kantong omfalokel dengan cairan anti
septik misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak
tercemar. Setelah itu segera melaksanakan persiapan untuk merujuk ke
Rumah Sakit untuk segera dilakukan pembedahan menutup omfalokel agar
tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut.5
Omfalokel adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar
dan dibungkus suatu kantong peritoneum. Penanganannya adalah secara
operatif dengan menutup lubang pada pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak
mengizinkan, isi perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru
dioperasi. Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera
dilakukan pembedahan untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi,
bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan akan
terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi
dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera
sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus
dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang
mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan.5

F. Komplikasi

Menurut Marshall Klaus, komplikasi dari omphalokel adalah :6

 Infeksi usus

13
 Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan
atau
 Trauma oleh karena usus yang dilindungi.
 Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang
 Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan
nutrisi yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral
 Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan
pemasangan ventilator yang lama
 Nekrosis
 Kelaian kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan
lain yang memperburuk prognosis.

G. Pencegahan

Oleh karena penyebab omphaloceles sebagian besar tidak diketahui,


tidak ada cara tertentu untuk mencegahnya. Namun, berdasarkan penelitian
dari Centers for Disease Control and Prevention, ada beberapa langkah wanita
hamil atau hamil dapat mengurangi kemungkinan memiliki bayi dengan
omfalokel. Misalnya, wanita hamil yang minum alkohol atau merokok lebih
dari satu pak per hari rokok cenderung memiliki bayi dengan omfalokel,
seperti juga wanita yang menggunakan obat antidepresan yang disebut
selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) atau wanita yang mengalami
obesitas atau kelebihan berat badan. sebelum hamil. Wanita-wanita ini harus
berkonsultasi dengan dokter mengenai langkah-langkah yang dapat mereka
lakukan untuk mengurangi kemungkinan anak mereka mengembangkan
omfalokel.1

14
Jika tes prenatal mengidentifikasi omfalokel, ibu harus dipantau untuk
memastikan bahwa bayi yang belum lahir tetap sehat, dan rencana harus
dilakukan untuk mengantarkan bayi di pusat medis yang terampil
memperbaiki.1

H. Prognosis

Penutupan segera defek dengan diameter kurang lebih 5 cm biasanya


berhasil defek yang lebih besar mungkin perlu ditutup secara bertahap.
Prognosis ditentukan tidak saja oleh ukuran cacat tetapi juga etiologi dan
kelainan yang menyertai. Ditemukannya omfalokel mengharuskannya
dilakukan evaluasi janin yang lengkap termasuk penentuan kariotip.9
Bayi dengan omphalocele sangat kompleks, dengan keterlibatan organ
multisistem. Prognosis mereka tergantung pada tingkat keparahan masalah
yang terkait. Omphaloceles raksasa dapat ditutup. Namun, beberapa prosedur
pembedahan biasanya diperlukan. Selain itu, bayi ini mungkin memiliki
masalah medis tambahan yang membuat penatalaksanaannya cukup
menantang.2
Faktor penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup bayi dengan
omphalocele raksasa adalah ukuran rongga toraks dengan hipoplasia paru
yang terkait dan kegagalan pernapasan kronis. Bahkan jika bayi memiliki
thoraks kecil, potensi pertumbuhan dan perkembangan paru mendorong
optimisme mengenai prognosis akhir.2

15
BAB III

KESIMPULAN

1. Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar
pusat yang hanya dilapisi oloeh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi
oleh kulit

2. Omfalokel dapat didiagnosis selama kehamilan atau setelah bayi lahir.


Diagnosis omfalokel meliputi pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu
suatu rontgen dada serta ekokardiogram.

3. Omfalokel raksasa (giant omphalocele) mempunyai suatu kantong yang


menempati hampir seluruh dinding abdomen, berisi hampir semua organ
intraabdomen dan berhubungan dengan tidak berkembangnya rongga
peritoneum serta hipoplasi pulmoner.

4. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada saat bayi lahir untuk
mendukung diagnosis diantaranya pemeriksaan laboratorium darah dan
radiologi.

5. Tindakan operasi sebagai salah satu yang harus dipertimbangkan agar tidak
terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan
untuk menutup omfalokel.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudrajat I, Satoto H. Analisis Kasus Omphalocele. Bagian/SMF Anestesiologi


FK Undip/RSUP dr. Kariadi Semarang. 2006: 1-27.
2. Insinga V, Lo Verso C, Antona V, Cimador M, Ortolano R, Carta M, La Placa
S, Giuffrè M, Corsello G. Perinatal Management of Omphalocel. Journal of
Pediatric and Neonatal Individualized Medicine. 2014; 3 (1): 1-6
3. Khan AN. Omphalocele. Departement of Diagnostic Radiology, North
Manchester General Hospital. http ://www .emedicine.com/radio/topic303.htm.
4. Effendi SH, Rubiyanto T. Omfalokel. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin
Bandung. 2013: 1-14.
5. Davis RP, Treadwell MC, Drongowski RA, et al. Risk Stratification in
Omphalocele : ca Prenatal Evaluation or Early Postnatal Factors Predict
Outcome Pediatr Surg Int. 25; 2009: 319-25.
6. Klein, MD. Congenital Defects of the Abdominal Wall. 6th edition.
Philadelphia : Mosby Elsevier, 2006, Vol. 1: 1157-67.
7. Ramamurthy RS, Rasch DK. Omphalocelle and Gastroschisis. In: Bready LL,
Mullins RM, Noorily SH, Smith RB. Decision Making in Anesthesiology An
Algorithmic Approach, 3rd ed, Mosby, Missouri, 2007: 382-3.
8. Chabra S, Gleason CA. Omphalocele: Embryology, Pathogenesis,
Epidemiology. Article gastrointestinal disorders. NeoReviews. 2005; 6 (11):
e493-499.
9. Marc A. Strovroff and W. Gerald Teague, Omphalocele and gastroscisis. In:
Operative Pediatric Surgery, 2012; 45 : 525-535

17
DOKUMENTASI

18
ABSEN HEALTH EDUCATION

NO NAMA TTD

19

Anda mungkin juga menyukai