LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
DERMATITIS KONTAK
ALERGI
Disusun oleh :
Hesti Dwi Ningrum Tito
114170027
Telah disetujui
Semarang, September
2019
Pembimbing,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikankan laporan kasus yang berjudul
“Dermatitis Kontak Alergi”. Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu tugas Pendidikan Profesi Dokter di Rumah Sakit Umum
Daerah Tegurejo Semarang. Kami menyadari sangatlah sulit bagi kami untuk
menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak
penyusunan sampai dengan terselesaikannya laporan kasus ini. Bersama ini kami
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar.
2. dr. Sri Windayati Hapsoro., Sp.KK, dr. Agnes Sri Widajati., Sp.KK, dr.
Irma Yasmin., Sp.KK selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing kami dalam penyusunan
laporan kasus ini.
3. Orang tua beserta keluarga kami yang senantiasa memberikan do’a,
dukungan moral maupun material.
4. Serta pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, September 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2
1.3 Manfaat.............................................................................................................2
BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................3
2.1 Identitas Pasien.................................................................................................3
2.2 Anamnesis.........................................................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................9
2.5 Resume..............................................................................................................9
2.6 Diagnosis Banding..........................................................................................10
2.7 Usulan Pemeriksaan Penunjang......................................................................10
2.8 Diagnosa Kerja................................................................................................10
2.9 Penatalaksanaan..............................................................................................10
2.10 Prognosis.......................................................................................................11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
3.1 Definisi Dermatitis..........................................................................................12
3.2 Epidemiologi Dermatitis.................................................................................12
3.3 Etiologi Dermatitis..........................................................................................12
3.4 Patogenesis Dermatitis....................................................................................13
3.5 Diagnosis Dermatitis.......................................................................................15
3.6 Diagnosa Banding Dermatitis.........................................................................21
3.7 Penatalaksanaan Dermatitis............................................................................22
3.8 Prognosis Dermatitis.......................................................................................24
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui gambaran mengenai DKA dan penatalaksananya kepada
penulis dan pembaca.
1.2.2 Untuk memenuhi salah satu tugas penulisan laporan kasus di SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai gambaran DKA.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 05 September 2019
pukul 09.00 WIB di ruang Poli Kulit RSUD Tugurejo Semarang.
1) Keluhan Utama
Bintik-bintik merah pada daerah muka, kedua tangan, pantat,paha, dan
kedua kaki sejak 3 hari yang lalu.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit RSUD Tugurejo dengan keluhan
bintik-bintik merah pada daerah muka, kedua tangan, pantat, paha, kedua
kaki dan terasa gatal. Keluhan ini mulai muncul kurang lebih 3 hari yang
lalu saat pasien mulai pindah kantor cabang semarang sejak 1 bulan yang
lalu. Pasien tidak terbiasa dengan kota semarang yang cuacanya panas.
Pasien hidupnya terbiasa di lingkungan rumahnya yang dingin di daerah
dataran tinggi Cilacap. Awalnya pasien mengeluhkan bintik-bintik di
kedua tangan,lalu di muka, kemudian di kedua kaki, akhirnya sekarang
menyebar ke bagian pantat dan kedua paha. Akibat dari bintik-bintik
tersebut pasien merasa gatal dan kulitnya terasa panas. Pasien tidak
mengeluhkan adanya rasa nyeri, perih maupun demam.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan yang sama
seperti ini sebelumnya. Pasien mengaku tidak ada riwayat mengidap
dermatitis atopik, tidak ada riwayat asma, tidak ada alergi terhadap
makanan, maupun alergi terhadap obat-obatan tertentu. Riwayat operasi
juga disangkal oleh pasien.
5) Riwayat Sosial
Sehari-hari pasien bekerja di ruangan ber AC. Namun saat berangkat dari kos ke
tempat kerjanya dia selalu menggunakan motor dan tidak pernah memakai
masker maupun alat kelengkapan bermotor
6) Riwayat Pengobatan
2 hari yang lalu, keluhan pasien sudah pernah di obati dengan bedak gatal
(Caladine) dan obat gatal salep (pasien lupa dengan nama obatnya) namun tidak
kunjung membaik
Ekstremitas Akral hangat +/+, edema -/- dan terdapat kelainan kulit pada
tangan dan kaki
d. Status Venerologi
Tidak dilakukan
e. Status Dermatologi:
1. Lokasi : Ekstremitas superior sinistra dan dekstra (regio brachialis)
UKK : Inspeksi :
Palpasi :
2.5 Resume
Pasien datang ke Poli Kulit RSUD Tugurejo dengan keluhan bintik-
bintik merah pada daerah muka, kedua tangan, pantat, paha, kedua kaki dan
terasa gatal. Keluhan ini mulai muncul kurang lebih 3 hari yang lalu saat
pasien mulai pindah kantor cabang semarang sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
tidak terbiasa dengan kota semarang yang cuacanya panas. Pasien hidupnya
terbiasa di lingkungan rumahnya yang dingin di daerah dataran tinggi
Cilacap. Awalnya pasien mengeluhkan bintik-bintik di kedua tangan,lalu di
muka, kemudian di kedua kaki, akhirnya sekarang menyebar ke bagian pantat
dan kedua paha. Akibat dari bercak-bercak tersebut pasien merasa gatal dan
kulitnya terasa panas. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa nyeri, perih
maupun demam.
Pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, pada status
dermatologis didapatkan :
Non medikamentosa
a) Hentikan atau hindari kontak ulang dengan alergen penyebab
b) Anjurkan penggunaan alat pelindung diri (APD).
2.10 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanactionam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Dermatitis Kontak Alergi merupakan dermatitis yang diperantarai oleh
reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) yang disebabkan akibat kontak
dengan bahan alergen. DKA terjadi pada seseorang yang telah mengalami
sensitisasi terhadap suatu bahan penyebab alergen.(1)
3.2 Epidemiologi Dermatitis Kontak Alergi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan (DKI), jumlah penderita
DKA lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya
sangat peka (hipersensitif). Diramalkan bahwa jumlah DKA maupun DKI
makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang
mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. Namun informasi
mengenai prevalensi dan insidensi DKA di masyarakat sangat sedikit,
sehingga berapa angka yang mendekati kebenaran belum didapat.(2)
Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan
DKA 20%, tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan
bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata cukup tinggi yaitu
berkisar antara 50 dan 60 persen.(3) Sedangkan satu dari penelitian ditemukan
frekuensi DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering daripada DKA akibat
kerja.(4)
3.3 Etiologi DKA
Etiologi penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat
molekul umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum
diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus
stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis di bawahnya (sel hidup).
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya, potensi
sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama
pajanan, oklusi, suhu dan kelembapan lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga
faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum
korneum, ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang
menderita sakit, terpajan sinar matahari).(1)
3.4 Patogenesis
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti respons
imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi
imunologik tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini terjadi
melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Hanya individu yang
telah mengalami sensitisasi dapat menderita DKA.(5)
a. Fase sensitisasi
b. Fase elisitasi
Penderita pada umumnya mengeluh gatal yang lebih dominan. Kelainan kulit
bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak
eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang
kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur,
batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan
kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.
Tangan. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di
tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis
kontak akibat kerja ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena
bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah
sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.
Lengan. Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
(nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila umumnya oleh
bahan pengharum.
Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik,
obat topikal, alergen yang di udara, nekel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau
sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.
Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut,
eyeshadows, dan obat mata.
Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak
pada cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat
rambut, hearing-aids.
Leher. Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari),
parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.
Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna,
kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.
Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh
pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya
anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.
DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti.
Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan.
Misalnya, ada kelainan kulit berupa lesi numular di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi,
likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing
celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari
anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat
sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang
pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis).
Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit
seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di
pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya
dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena
sebab-sebab endogen.
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang
khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau
psoriasis. Diagnosis banding yang terutama ialah dengan dermatitus kontak iritan. Dalam
keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah
dermatitis tersebut karena kontak alergi.
Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat kita periksa kadar Ig E
dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau
ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui
bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen).
Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
Ada sedikit macam obat yang sudah dapat dites dengan metode RAST.
Semua tes alergi memiliki keakuratan 100 %, dengan syarat persiapan tes harus benar,
dan cara melakukan tes harus tepat dan benar.
PENGOBATAN
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan
terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang
timbul.
Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada
dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta
eksufatif (madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda
setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal.
Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah
mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal.
PROGNOSIS
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat
disingkirkan atau dihindari dengan menggunakan alat pelindung yang baik. Prognosis kurang
baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis
atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak
mungkin dihindari.
BAB IV
KESIMPULA
N
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI.
Indonesia : Jakarta
2. PERIDOSKI. 2011. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.
Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI
3. Fitzpatrick, T. B., Jonhson, R. A., Polano, M.K., 1992. Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology : Common and Serious Disease Second Edition. United States
of America : MC.Graw-Hill
4. Daili, Emmy S. S., Menaldi, Sri L., Wisnu, Made. 2005. Penyakit Kulit Yang
Umum di Indonesia : Jakarta Pusata : PT Medical Multimedia Indonesia
5. Siregar, R. dkk. 2005. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta