Disusun oleh:
Pembimbing :
2022
1
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1. STATUS PASIEN
1.1 IDENTITAS
Nama : Ny. K
Umur : 29 tahun
Alamat : Dusun I Rt.03/Rw.01Desa Curug Wetan
Kec.Susukan Lebak Kab.Cirebon
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Status : Menikah
Jam Masuk : 22.45 WIB
Nama Suami : Tn. S
Umur : 37 tahun
Alamat :Dusun I Rt.03/Rw.01Desa Curug Wetan
Kec.Susukan Lebak Kab.Cirebon
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Status : Menikah
1.2 ANAMNESIS
a. Keluhan utama :
Mulas- mulas sejak jam 17.00 WIB 06 Desember 2021 dan Keluar
air-air sejak pukul 20.00 WIB (06 Desember 2021).
2
3
mulas-mulas sejak jam 21.00 WIB 06 Desember 2021 dan keluar air-
air dari jalan lahir sejak pukul 20.00 WIB (06 Desember 2021),
Ketuban berwarna putih kehijauan, berbau amis, encer, dan tidak ada
demam. Gerakan janin masih dirasakan oleh pasien. Keluhan keluar
darah atau lendir dari jalan lahir disangkal. Buang air besar dan buang
air kecil tidak ada keluhan. Keluhan keputihan, gatal pada vagina
disangkal. Riwayat demam, batuk, pilek, dan trauma disangkal.
3
4
4
5
5
6
g. Status obstetri
Pemeriksaan fisik luar
- Tinggi fundus uteri : 30 cm
- DJJ : 128 x/menit
- His : 1x10’x10” menit
- Palpasi
Leopold I : Teraba bagian lunak, TFU : 30 cm
Leopold II : Punggung kanan, teraba bagian kecil-kecil di kiri.
DJJ : 128x/menit
Leopold III : Teraba bagian bulat keras (presentasi kepala)
Leopold IV : Sudah masuk PAP (divergent)
Pemeriksaan fisik dalam
- V/V : Tidak ada kelainan
- VT : Dinding vagina licin, vulva vagina tak ada
kelainan, portio konsistensi tebal lunak, pembukaan 3 cm, ketuban
(-) teraba seperti bagian hidung dan mulut
- Nitrazine test : pemeriksaan lakmus tidak dilakukan
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Tanggal 18/09/21
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 11,1 12,5-15.5 gr%
Hematokrit 33 36-48 %
Trombosit 315 150-400 Mm
Leukosit 15,1 4-10 Mm
MCV 77,1 82-98 Mikro m
MCH 25,4 >= 27 Pg
MCHC 32,8 32-36 g/dl
Eritrosit 4,37 3,8-5,4 Mm
Basofil 15,5 0-1 %
Eosinofil 42,4 2-4 %
Neutrofil batang 0 3-5 %
Neutrofil segmen 71 50-80 %
Limfosit 18 25-40 %
Monosit 8 2-8 %
6
7
b. Ultrasonografi (USG)
Tanggal 06/12/2021
Hasil : janin tunggal hidup, letak kepala, DJJ (+), ketuban (+) sedikit,
plasenta corpus posterior, gravida 33-34 minggu.
1.5 RESUME
Seorang perempuan, berusia 29 tahun dengan G3P2A0 parturient
preterm kala I fase laten datang ke IGD Kebidanan RSUD Waled dengan
ketuban pecah dini 8 jam pada tanggal 06 Desember 2021 pukul 22.00
WIB rujukan dari Puskesmas Susukan Lebak. Pasien mulas-mulas sejak
jam 17.00 WIB 06 Desember 2021 dan keluar air-air dari jalan lahir sejak
pukul 20.00 WIB (06 Desember 2021), Ketuban berwarna putih kehijauan,
berbau amis, encer, dan tidak ada demam. Gerakan janin masih dirasakan
oleh pasien. Keluhan keluar darah atau lendir dari jalan lahir disangkal.
Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan. Keluhan keputihan,
gatal pada vagina disangkal. Riwayat demam, batuk, pilek, dan trauma
disangkal.
Pertama kali pasien menstruasi pada usia 14 tahun, menstruasinya
lancar dengan siklus yang teratur selama 7 hari, dan mengganti pembalut 3
kali dalam sehari. Riwayat Antenatal Care (ANC) dilakukannya di
Puskesmas setempat sebanyak 4x, imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 2x,
melakukan pemeriksaan USG dengan dokter spesialis obgyn. Pasien sudah
menikah sebanyak 1 kali dengan lama pernikahan 7 tahun.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92x/menit,
respirasi 21x/menit, suhu 36,4°C. Status generalis dalam batas normal.
Pada status obstetri, dilakukan pemeriksaan fisik luar tinggi fundus uteri
7
8
8
9
RR : 20x/menit
HR : 84x/menit
S : 36.50C
Status Obstetri : Objective :
L1 : Teraba unak, Mata : Conjungtiva
TFU : 30 cm anemis (-/-), sclera
L2 : Punggung kanan, ikterik (-/-)
DJJ : 132x/menit Thoraks :
L3 : Teraba bulat Pulmo/VBS+/+, Rh-/-,
keras Wh-/-
L4 : DIvergent Cor/Bunyi jantung I/II
His : 2x10’x10” regular, M (-), G(-)
Vulva vagina tidak Abdomen : Cembung
ada kelainan, portio gravida, bising usus
tebal lunak, (+)
pembukaan 3 cm, Ekstremitas : akral
ketuban (-), kepala hangat, Capillary
Hodge 2 Refill Time < 2”,
edema (-/-)
DC (+) : Urine
± 500 cc
Hasil Assessment :
Laboratorium : G3P2A0 parturient
Hemoglobin : 11,1 gr preterm kala I fase
% laten dengan ketuban
Hematokrit : 33% pecah dini 8 jam +
Trombosit : 315000 Riwayat SC 5 tahun
mm3 yang lalu
Lekosit : 15100 mm3
19.2 NIFAS
9
10
Follow Up (07/12/2021)
Objective :
Mata : Conjungtiva
anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-)
Thoraks :
Pulmo/VBS+/+,
Rh-/-, Wh-/-
Cor/Bunyi jantung
I/II regular, M (-),
G(-)
Abdomen : soepel,
bising usus (+), Nyeri
tekan (+) di bagian
regio abdomen
bawah
Ekstremitas : akral
hangat, Capillary
Refill Time < 2”,
edema (-/-)
Perdarahan per
vaginam : ±10 cc
10
11
Assessment : P3A0
PP SC Matur a/i KPD
+ Riwayat SC 5
tahun yang lalu POD
0
Follow Up (08-12-2021)
11
12
Assessment :
P3A0 PP SC Matur a.i
KPD+ Riwayat SC 5
tahun yang lalu POD I
Follow Up (09-12-2021)
12
13
ikterik (-/-)
Thoraks :
Pulmo/VBS+/+, Rh-/-,
Wh-/-
Cor/Bunyi jantung I/II
regular, M (-), G(-)
Abdomen : Soepel,
bising usus (+), nyeri
tekan (-)
Ekstremitas : akral
hangat, Capillary Refill
Time < 2”, edema (-/-)
Perdarahan
pervaginam : ± 10cc
Assessment :
P3A0 PP SC Matur a.i
KPD+ Riwayat SC 5
tahun yang lalu POD II
Follow Up (10-12-2021)
13
14
Objective :
Mata : Conjungtiva
anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-)
Thoraks :
Pulmo/VBS+/+, Rh-/-,
Wh-/-
Cor/Bunyi jantung I/II
regular, M (-), G(-)
Abdomen : Soepel,
bising usus (+), nyeri
tekan (-)
Ekstremitas : akral
hangat, Capillary Refill
Time < 2”, edema (-/-)
Perdarahan
pervaginam : ± 10cc
Assessment :
P3A0 PP SC Matur a.i
KPD+ Riwayat SC 5
tahun yang lalu POD
III
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
15
15
16
pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal ini disebabkan oleh
prematuritas akibat dari ketuban pecah dini. Hal ini juga berdampak bagi kesmas
(khusnya dalam bidang promosi kesehatan KPD berhubungan dengan penyebab
kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% sebagai proses pencegahan
(tindakan preventif) dan penurunan angka kejadian mortalitas dan mordibitas
perinatal yang diakibatkan oleh komplikasi kejadian ketuban pecah dini ini. Selain
itu ketuban pecah dini berkaitan dengan komplikasi persalinan, meliputi kelahiran
kurang bulan, sindrom gawat napas, kompresi tali pusat, khorioamnionitis,
abruption plasenta, sampai kematian janin yang meningkatkan mortalitas dan
morbiditas perinatal. Semakin lama KPD, semakin besar kemungkinan komplikasi
yang terjadi. Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden
PROM (prelobour rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua
kelahiran. KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur (WHO, 2014).
2.2 Epidemiologi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah
usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of
membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau
preterm premature rupture of membranes (PPROM) (1). Ketuban pecah dini
merupakan salah satu dari komplikasi kehamilan yang paling sering dijumpai.
Insiden kejadian ketuban pecah dini pada kehamilan berkisar antara 6% sampai
10% dan 20% dari kasus ini terjadi sebelum kehamilan 37 minggu. Insiden
ketuban pecah dini di Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6 % dari seluruh
kehamilan (1). KPD Preterm terjadi pada terjadi pada sekitar 2-3% dari semua
kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar (2). KPD Preterm merupakan
komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran prematur, yang telah meningkat
sebanyak 38% sejak tahun 1981. Kejadian KPD Preterm berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari
perempuan yang mengalami KPD preterm akan mengalami infeksi yang
berpotensi berat, bahkan fetus akan berada pada risiko morbiditas dan mortalitas
16
17
terkait KPD Preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga 47,9% bayi
mengalami kematian. Persalinan prematur dengan potensi masalah yang muncul,
infeksi perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi yang
umum terjadi. KPD preterm berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian
perinatal di Amerika Serikat (3). Berbagai faktor risiko berhubungan dengan KPD
menurut beberapa literatur, khususnya pada kehamilan preterm yaitu warna kulit,
pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
pasien kulit putih. Risiko yang lain yaitu pasien dengan status sosioekonomi
rendah, perokok, mempunyai riwayat infeksi menular seksual, memiliki riwayat
persalinan prematur, riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya,
perdarahan pervaginam, chorioamnionitis, penurunan jumlah kolagen dari
membran amnion atau distensi uterus (pada kehamilan multipel dan
polihidramnion). Prosedur tindakan seperti sirklase dan amniosentesis diduga juga
dapat menjadi faktor predisposisi KPD preterm (4,5). Dalam penelitian Maryuni
diketahui bahwa faktor risiko terhadap ketuban pecah dini adalah paritas,usia dan
pendidikan, dan berdasarkan hasil penelitian didapatkan faktor yang paling
dominan berisiko terhadap kejadian ketuban pecah dini yaitu pendidikan (6).
Penelitian yang dilaporkan oleh Seema Mishra dan mamta joshi bahwa risiko
paling banyak pada pasien dengan nullipara sebesar 56% dan terbanyak pada usia
ibu 19-29 tahun (7). Penelitian lain pernah dilakukan oleh Morgen.S et al yang
melaporkan bahwa wanita kaukasia terbukti berisiko terkena KPD preterm dengan
usia kehamilan
2.3 Faktor resiko
Memiliki kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya
Mengalami infeksi pada sistem reproduksi
Pendarahan vagina selama kehamilan
Merokok selama kehamilan
2.4 Etiologi
Ada beragam mekanisme yang menyebabkan ketuban pecah sebelum persalinan.
Hal ini dapat terjadi akibat melemahnya fisiologis membran dikombinasikan
dengan kekuatan yang disebabkan oleh kontraksi uterus. Infeksi intramniotik
umumnya terkait dengan PPROM. Faktor risiko utama PPROM termasuk riwayat
17
18
PPROM, panjang serviks pendek, perdarahan vagina trimester kedua atau ketiga,
overdistensi uterus, defisiensi nutrisi tembaga dan asam askorbat, gangguan
jaringan ikat, indeks massa tubuh rendah, status sosial ekonomi rendah, merokok,
dan penggunaan obat-obatan terlarang. Terlepas dari berbagai etiologi, seringkali
tidak ada penyebab yang jelas yang diidentifikasi pada pasien yang datang dengan
KPD
2.5 Mekanisme Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
urerus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
terrentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk
rcrjadinya Ketuban Pecah Dini adalah:
. berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen;
. kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran
janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada
penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi
Ketuban Pecah Dinia-6. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamiian muda. Pada
trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan
gerakan janin.
Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah
Dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,
18
19
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering
terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk
terjadinya ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam askorbik sebagai
komponen kolagen serta kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok. Degradasi kolagen
dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor
jaringan spesifik dan inhibitor protease (TIMP-1). Mendekati waktu persalinan,
keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari
matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini
meningkat menjelang persalinan. Pada pcnyakit periodontitis dimana terdapat
peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini (Prawirahardjo, 2009).
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga, selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya
dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trisemester
terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada
kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini prematur sering
terjadi pada polihidramnion, inkompetens serviks dan solusio plasenta. Selain itu,
faktor yang paling sering menyebabkan ketuban pecah dini adalah faktor ekstemal
misalnya infeksi. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan proses biokimia
yang terjadi dalam kolagen matriks ektraseluler amnion, kotion dan apoptosis
membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti
infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti
prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas "matriks
degrading enzyme"
2.6 Diagnosis
Anamnesa
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 "h teqradt daJam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan anrara 28 - 34 minggu 50 % persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam I
minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis" Pada bayt dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnyaterjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah
Dini premarur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode
laten.
Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin
dan
derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Sindrom Deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, sena hipoplasi
pulmonar.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Pastikan diagnosis
Tentukan umur kehamilan
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin.
apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang
kadangkadang
disenai tanda-tanda lain dari persalinan.
24
25
Diagnosis
Faktor risiko terjadinya korioamnionitis adalah kelahiran prematur atau
ketuban pecah lama. Korioamnionitis tidak selalu menimbulkan gejala. Bila
timbul gejala anrara lain demam, nadi cepat, berkeringat, uterus pada perabaan
lembek, dan cairan berbau keluar dari vagina. Diagnosis korioamnionitis
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
malformasi janin (0,9 %, berat badan lahir < 1.500 g (0,71 %), polihidramnion
(0,63 %), postmaturitas (0,18 %), dan multiparitas (0,16 %). Berbeda dengan
presentasi dahi, janin dengan presentasi muka masih dapat dilahirkan vaginal
apabila posisi dagunya di anrerior.
3.7 Diagnosis
Diagnosis presentasi muka ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal
dapat diraba
mulut, hidung, tepi orbita, dan dagu. Penunjuk presentasi muka adalah dagu. Pada
palpasi abdomen kadang-kadang dapat diraba tonjolan kepala janin di dekat
punggung janin. Pada waktu persalinan, seringkali muka menjadi edema, sehingga
diagnosis dapat keliru sebagai presentasi bokong. Pada keadaan tersebut perabaan
pada mulut mirip dengan perabaan pada anus. Sebanyak 49 % kasus presentasi
muka tidak terdiagnosis sebelum kala II.
3.8 Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan persalinan
presenrasi belakang
kepala. Secara berurutan akan terjadi proses kepaia mengalami penumnan
(descent), rotasi internal, fleksi, ekstensi, dan rotasi eksternall. Sebelum masuk
panggul biasanya kepala janin belum dalam sikap ekstensi maksimal, sehingga
masih presentasi dahi. Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan
menyebabkan kepala lebih ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi presentasi
muka. Ketika masuk pintu atas panggul dagu dalam posisi transversal atau oblik.
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal ini
adalah membuat kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara
mengubah posisi dagu i<e arah anterior. Apabila dagu berputar ke arah posterior,
maka kepala akan tertahan oleh sakrum sehingga kepala tidak mungkin turun
lebih lanjut, dan ter.jadilah persalinan macet. Pada janin yang sangat kecil atau
sudah terjadi maserasi, bahu, dan kepala dapat secara bersamaan masuk ke dalam
panggul, sehingga meskipun dagu di posterior kepala tetap dapat mengalami
penurunanl. Keadaan demikian tidak bisa terjadi pada janin seukuran cukup bulan.
Perputaran dagu ke arah anterior akan membuat kepala dapat memasuki pintu
tengah panggul dan dagu serta mulut muncul di vulva.
30
31
Pada keadaan demikian dagu bawah tepar berada di bawah simfisis. Sesuai
dengan arah sumbu panggul, gerakan selanjutnya adalah fleksi kepala sehingga
berturut-turut lahirlah hidung, mata, dahi, dan oksiput. Setelah kepala lahir,
karena gaya beratnya akan terjadi ekstensi kepala sehingga oksiput menekan ke
arah anus. Proses selanjutnya adalah terjadi putaran eksternal pada kepala
menyesuaikan kembali dengan arah punggung janin.
3.9 Penanganan
Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi apabila janin
presentasi muka hendak dilahirkan vaginal. Apabila tidak ada gawat janin dan
persalinan berlangsung dengan kecepatan normal, maka cukup dilakukan
observasi terlebih dahulu hingga terjadi pembukaan lengkap. Apabila setelah
pembukaan lengkap dagu berada di anterior, maka persalinan vaginal dilanjutkan
sepeni persalinan dengan presentasi belakang kepala. Bedah sesar dilakukan
apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih posterior, didapatkan tanda-
tanda disproporsi, atau atas indikasi obstetri lainnya.
Stimulasi oksitosin hanya diperkenankan pada posisi dagu anterior dan tidak ada
tanda-tanda disproporsi. Melakukan perubahan posisi dagu secara manual ke arah
anrerior atau mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala
sebaiknya tidak dilakukan karena lebih banyak menimbulkan bahaya. Melahirkan
bayi presentasi muka menggunakan ekstraksi vakum tidak diperkenankan. Pada
ianin yang meninggal, kegagalan melahirkan vaginal secara spontan dapat diatasi
dengan kraniotomi atau bedah sesar
31
32
32
33
3.11 Diagnosis
Kemungkinan adanya presentasi majemuk dapat dipikirkan apabila terjadi
kelambatan
kemajuan persalinan pada persalinan fase aktif, bagian terendah janin (kepala atau
bokong)
tidak dapat masuk panggul terutama setelah terjadi pecah ketuban. Diagnosis
presentasi majemuk dibuat melalui periksa dalam vagina. Apabila pada presentasi
kepala
teraba juga tangan/lengan dan/arau kaki atau apabila pada presentasi bokong
teraba
juga angan/lengan, maka diagnosis presentasi majemuk dapat ditegakkan.
Kesulitan
menegakkan diagnosis tersebut oleh karena seringkali terjadi koreksi spontan
rerutama
pada derajat ringan prolaps ekstremitas.
3.12 Mekanisme Persalinan
Kelahiran spontan pada persalinan dengan presentasi majemuk hanya
dapat terjadr apabila janinnya sangat kecil (sedemikian sehingga panggul dapat
dilalui bagian terendah janin bersamaan dengan ekstremitas yang menyertainya),
atau apabila janin mati yang sudah mengalami maserasi. Mekanisme persalinan
dapat terjadi sebagaimana mekanisme persalinan presentasi kepala atau presentasi
bokong apabiia terjadi reposisi baik secara spontan maupun melalui upaya.
33
34
3.13 Penanganan
Penanganan presentasi ma;'emuk dimulai dengan menetapkan adanya prolaps tali
pusat atau tidak. Adanya prolaps tali pusat menimbulkan keadaan emergensi bagi
ianin, dan penanganan dengan melakukan bedah sesar ditujukan untuk mengatasi
akibat prolaps tali pusat tersebut daripada presentasi majemuknya. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan adalah presentasi janin, ada tidaknya prolaps tali pusat,
pembukaan serviks, keadaan seiaput ketuban, kondisi dan ukuran janin, serta ada
tidaknya kehamiian kembar. Bergantung pada keadaan-keadaan tersebut
persalinan dapat berlangsung vaginal ataupun abdominal.
Apabila tidak ada prolaps tali pusat, maka dilakukan pengamatan
kemajuan persalinan
dengan seksama. Pada kasus-kasus presentasi majemuk dengan kemajuan
persalinan yang baik (pada fase aktif pembukaan serviks minimal I cm/iam, atau
pada kala2 rcrjadipenurunan kepala), umumnya akan terjadi reposisi spontan.
Setelah pembukaan lengkap, dengan semakin turunnya kepala, maka ekstremitas
yang prolaps akan tertinggal dan tidak memasuki panggul. Selanjutnya
pertolongan persalinan dilakukan sebagaimana biasanya. Pada keadaan terjadinya
kemajuan persalinan iambat atau macet (biasanya pada pembukaan serviks praktis
lengkap), dilakukan upaya reposisi ekstremitas yang Prolaps.
Tekanan ektremitas yang prolaps oleh bagian terendah janin (kepala atau bokong)
dilonggarkan dulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada-iutut (bnee-cbest
po- sition). Apabila ketuban masih utuh dilakukan amniotomi terlebih dahulu.
Dorong ekstremitas yang prolaps ke arah kranial, tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul. Seiring dengan rurunnya
bagian terendah janin, jari penolong dikeluarkan perlahan-lahan. Keberhasilan
upaya ini ditunjukkan dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang proiaps. Apabila
tindakan reposisi tersebut gagal, maka dilakukan bedah sesar untuk
meiahirkannya.
34
35
35
36
36
37
37
38
kaki adalah presentasi bokong inkomplit, kaki komplit, kaki inkomplit, dan lutut.
Janin dengan presentasi kaki dan variannya direkomendasikan untuk tidak
dilakukan percobaan persalinan vaginal.
3.16 Mekanisme Persalinan
Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastis. Pada
presentasi kepala, apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin lainnya
relatif mudah dilahirkan. Tidak demikian halnya pada presentasi bokong. Hal
inilah yang menjadikan persalinan vaginal pada presentasi bokong lebih berisiko.
Pemahaman rentang mekanisme persaiinannya akan membantu dalam
memberikan upaya pertolongan persalinan yang berhasil. Bokong akan memasuki
panggul (engagement dan descent) dengan diameter bitrokanter dalam posisi
oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami penurunan lebih cepat
dibanding pinggul belakangnya (posterior).
Dengan demikian, pinggul depan akan mencapai pintu tengah panggul
terlebih dahulu. Kombinasi antara rahanan dinding panggul dan kekuatan yang
mendorong ke bawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi dalam yang
membawa sakrum ke arah rransversal (pukul 3 atav 9), sehingga posisi diameter
bitrokanter di pintu bawah panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi dalam,
Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan iahir terlebih
dahulu. Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan penurunan,
sehingga mendorong pinggul bawah menekan perineum. Dengan demikian,
Iahirlah bokong dengan posisi diameter bitrokanter anteroposterior, diikuti
putaran paksi luar.
Putaran paksi luar akan membuat posisi diameter bitrokanter dari
anteroposrerior menjadi transversal. Kelahiran bagian tubuh iain akan terjadi
kemudian baik secara spontan
maupun dengan bantuan (manual aid).
3.17 Penanganan
Presentasi Bokong pada Masa Kebamilan
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi
pada waktu
38
39
persalinan. Pada saat ini ada trga cara yang dipakai untuk mengubah presentasi
bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi dan/atau
akupunktur, dan posisi dada-lutut pada ibu. Bukti-bukti tentang manfaat dan
keamanan tindakan versi luar sudah cukup tetapi masih belum bagi tindakan
moksibusi dao/ar.au akupunktur, dan posisi dada-lutut.Dengan demikian, baru
rindakan versi luar yang direkomendasikan.
Perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian besar akan terjadi pada
umur kehamilan 34 minggu, sehingga penemuan adanya presentasi bokong mulai
umur kehamilan 34 minggu akan bermanfaat untuk pertimbangan melakukan
tindakan versi luar. Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan
menggunakan tekanan dan manuver tertentu pada perut ibu untuk mengubah
presentasi janin menjadi presentasi kepala.
Prosedur versi luar cukup aman dan efektif. Komplikasi yang mungkin
dapat terjadi
adalah bradikardia janin yang bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi
pada tali pusat, perdarahan feto-maternal dengan kemungkinan sensitisasi, dan
ketuban pecah dini. Kejadian bedah sesar atas indikasi gangguan denyut jantung
janin (non-reassuring) atau solusio plasenta setelah versi luar < 1 %. Tingkat
keberhasilannya 50 - 70 % (semakin meningkat pada multiparitas, presentasi
selain bokong murni, volume air ketuban normal, letak lintang, atau oblik). Dari
jumlah yang berhasil dilakukan versi luar, 40 %nya akan berhasil melahirkan
secara vaginal.
Jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilakukan versi luar,
terjadi pengurangan 62 % persalinan bukan presentasi kepala dan penumnan 45 %
bedah sesar pada kelompok yang dilakukan versi luar. Oleh karena keamanan dan
efektivitasnya, dianjurkan agar semua perempuan dengan presentasi selain kepala
yang memenuhi persyaratan pada umur kehamilan mendekati atau saat cukup
bulan diberi tawaran untuk dilakukan versi iuar. Keadaan yang harus diketahui
sebelum menawarkan versi luar adalah perkiraan berat janin, volume
air ketuban, letak piasenta, dan morfologi janin normal.
Indikasi kontra dilakukannya versi luar adalah semua keadaan indikasi
kontra persalinan vaginal. Terdapat pula indikasi kontra yang sifatnya relatif,
39
40
yaitu ketuban pecah dini, oligohidramnion, perdarahan utems yang tidak diketahui
sebabnya, atau dalam persalinan kala I fase aktif. Meskipun memiliki tingkat
keberhasilan yang setara de- ngan perempuan tanpa riwayat bedah sesar,
keamanan versi iuar pada perempuan dengan riwayat bedah sesar masih belum
cukup didukung bukti.
Umur kehamilan terbaik untuk melakukan versi luar belum begitu jelas.
Pada dasarnya
semakin tua umur kehamilan, akan semakin kecil tingkat keberhasiiannya. Pada
umumnya versi luar efektif dilakukan pada umur kehamilan 34 - 36 minggu. Versi
luar dapat juga diiakukan sebelum umur kehamllan 34 minggu, tetapi
kemungkinan untuk kembali lagi menjadi presentasi bokong cukup besar, dan
apabila terjadi komplikasi yang mengharuskan dilahirkannya dengan segera, maka
morbiditas karena prematuritasnya masih tinggi. Versi luar dapat dipertimbangkan
untuk diulang bila sebelumnya gagal atau sudah berhasil, tetapi kembali menjadi
presentasi bokong. Prosesversi luar dapat dipermudah dan rasa tidak nyaman bagi
pasien dapat dikurangi dengan penggunaan tokolitik (terbutalin 0,1.25 - 0,250 mg
subkutan).
Dianjurkan untuk melakukan versi luar di tempat yang memiliki fasilitas
melakukan bedah sesar emergensi. Informed consent diperoleh setelah
memberikan konseling yang berisi
informasi tentang kemungkinan komplikasi, pilihan lain (bedah sesar), prognosis,
dan bagaimana prosedur akan dilakukanll. Pemeriksaan NST (non-stress resr)
perlu dilakukan
sebelum dan sesudah prosedur dilakukan. Untuk melakukan versi luar,4 mula-
mula bokong dikeluarkan dari pelvis dan diarahkan lateral sedikitnya sebesar 90'.
Dengan langkah ini biasanya kepala akan bergerak 90'ke arah yang berlawanan
dengan bokong. Setelah itu dilakukan manuver bersamaan pada kepala dan
bokong untuk mengarahkan kepala ke arah kaudal dan bokong ke arah kranial.
Apabila digunakan tokolitik (pastikan tidak ada indikasi kontra penggunaannya),
pemberiannya antara 5 - 10 menit sebelum prosedur dilakukan. Dalam satu kali
sesi versi luar direkomendasikan dilakukan tidak lebih dari dua kali upaya versi
40
41
luar. Apabila belum berhasil dapat diuiang pada sesi berikutnya, rerganrung umur
kehamilan dan keadaan persalinan pada waktu itu.
41
42
42
43
43
44
44
45
Bila pada langkah no. 7 tidak ada kemajuan dan/atau tungkai tidak lahir
secaraspontan, maka lahirkan kaki satu per satu dengan cara berikut:
dengan jari telunjuk dan jari tengah di belakang paha sebagai bidai lakukan
eksorotasi
paha sampai tungkai lahir, Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di
depan dada, di atas kepala, atau di belakang leher, Selanjutnya lakukan langkah
melahirkan lengan dan kepala spontan.
45
46
kesulitan dalam melahirkan bahu dan iengan anterior, maka dilahirkan dahulu
bahu dan lengan posteriornya.
Prosedur Melahirkan Lengan di Atas Kepala atau di Belakang Leher
(Manuaer Looset)
1. Pegang janin pada pinggulnya (perhatikan cara pegang yang benar).
2. Putarlah badan bayi setengah lingkaran dengan arah putaran mengupayakan
punggung yang berada di atas (anterior).
3. Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke bawah sehingga lengan
posterior berubah menjadi anrerior, dan melahirkannya dengan menggunakan dua
jari penolong di lengan atas bayi.
4. Putar kembali badan janin ke arah berlawanan (punggung tetap berada di atas)
sambil melakukan traksi ke arah bawah. Dengan demikian, lengan yang awalnya
adalah anterior kembali lagi ke posisi anterior untuk dilahirkan dengan cara yang
sama.
Prosedur M elahirkan Kepala (M anwa er M auriceaw-Smellie-V eit)
Pastikan tidak ada lilitan tali pusat di leher janin. Kalau ada, tali pusat dipotong
dulu di dekat pusar janin.
1. Janin dalam posisi telungkup menghadap ke bawah, Ietakkan tubuhnya di
tangan dan lengan penolong sehingga kaki janin berada di kiri kanan tangan
tersebut (atau bila janin belum dalam posisi telungkup, gunakan tangan yang
menghadap wajah janin).
2. Tempatkan jari telunjuk dan jari manis di tulang pipi janin.
3. Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung dan
dipergunakan untuk melakukan traksi.
4. Buatlah kepala janin fleksi dengan cara menekan tulang pipi janin ke arah
dadanya.
5. Bila belum terjadi putar paksi dalam, penolong melakukan gerakan putar paksi
dengan tetap menjaga kepala tetap fleksi dan traksi pada bahu mengikuti arah
sumbu panggul.
6. Bila sudah terjadi putar paksi dalam, lakukan traksi ke bawah dengan
mempertahankan fleksi kepala ;'anin, dan mintalah asisten untuk menekan daerah
suprasimfisis.
46
47
7. Seteiah suboksiput lahir di bawah simfisis, badan janin sedikit demi sedikit
dielevasi ke atas (ke arah perut ibu) dengan suboksiput sebagai hipomoklion.
Berturut-turut akan lahir dagu, mulut, dan seluruh kepala.
47
48
Penolong harus proaktif untuk tindakan resusitasi bayi yang mungkin mengalami
asfiksia dan trauma.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL. Obstetri Williams. Edisi ke-23.
Jakarta: EGC; 2017.
2. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono; 2020.
3. Maryuni,Kurniasih,Dedeh.Risk Factors of Premature Rupture of
Membrane. Kesmas: National Public Health Journal.2017..
4. Mishra,Seema,Joshi,Mamta. Premature Rupture of Membrane-Risk
Factor: A clinical Study. International Journal of Contemporary Medical
Research. Volume 4 Issue 1 January 2017 ICV 2015.
5. Morgen,Dinis,Jenifer,Sibai,M.Baha. Risk Factorfor Placental Abruption
during expectant management of Preterm Premature Rupture of
Membranes. American Journal of Obstetrics & Gynecology. 2018.
6. Cunningham F.G. et al. William Obstetrics. 25th edition. United States :
Mc Graw Hill Education.2018.
7. Menon, R., and Richardson, L. S. (2017). Preterm prelabor rupture of the
membranes: a disease of the fetal membranes. Semin. Perinatol. 41, 409–
419. doi: 10.1053/j.semperi.2017.07.012.
48
49
8. Mogami, H., Hari Kishore, A., Akgul, Y., and Word, R. A. Healing of
preterm ruptured fetal membranes. Sci. Rep. 7:13139. doi:
10.1038/s41598-017-13296-1. (2017).
9. Mogami, H., Kishore, A. H., and Word, R. A. Collagen type 1 accelerates
healing of ruptured fetal membranes. Sci. Rep. 8:696. doi:
10.1038/s41598-017-18787-9. (2018).
10. Kathrin Hanke ,PLOS ONE | DOI:10.1371/journal.pone.0122564 Preterm
Prelabor Rupture of Membranes and Outcome of VLBW Infants April 9,
2015.
11. Duncan JR, Tobiasz AM, Dorsett KM, Aziz MM, Thompson RE, Bursac
Z, Talati AJ, Mari G, Schenone MH. Fetal pulmonary artery
acceleration/ejection time prognostic accuracy for respiratory
complications in preterm prelabor rupture of membranes. J Matern Fetal
Neonatal Med. 2020
12. Tsakiridis I, Mamopoulos A, Chalkia-Prapa EM, Athanasiadis A, Dagklis
T. Preterm Premature Rupture of Membranes: A Review of 3 National
Guidelines. Obstet Gynecol Surv. 2018.
49