Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

Cephalopelvic Disproportion

Disusun Oleh :

Malihaturohmah 120810034

Rina Alvionita 120810047

Hesti Dwi Ningrum Tito 119810067

Pembimbing :

dr. Wildan A Sutrisno, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RSUD WALED KABUPATEN CIREBON

2021
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................i


KATA PENGANTAR..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Tujuan Referat.............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................3
2.1 Karakteristik SARS CoV-2..........................................................3
2.2 Epidemiologi ...............................................................................4
2.3 Transmisi.....................................................................................5
2.4 Patogenesis...................................................................................5
2.5 Manifestasi Klinis........................................................................7
2.6 Definisi Kasus..............................................................................7
2.6.1 Pasien Dalam Pengawasan/Kasus Suspek/Possible............7
2.6.2 Kasus Probable ..................................................................8
2.6.3 Kasus Terkonfirmasi.......................................................... 8
2.7 Pengaruh Pada Kehamilan...........................................................8
2.7.1 Efek Pada Ibu......................................................................8
2.7.2 Efek Pada Bayi....................................................................9
2.8 Ibu Hamil Terkonfirmasi COVID-19..........................................9
2.9 Pencegahan..................................................................................9
2.10 Masa Persalinan ........................................................................10
2.11 Post Partum ...............................................................................11
2.11.1 Manajemen Post Partum.................................................12
BAB III PENUTUP.....................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

KATA PENGANTAR
ii

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Referat ini
dengan judul “Cephalopelvic Disproportion“. Tugas referat ini diajukan untuk
memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon.

Dalam penulisan referat ini penulis banyak menemukan kesulitan. Namun


berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya referat ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr.
Wildan A Sutrisno, Sp.OG selaku pembimbing. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam referat ini,

Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam referat ini. Akhir kata
semoga referat ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan umumnya.

Cirebon, November 2021

Penulis
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu.
Istilah disproporsisefalopelvik muncul pada masa dimana indikasi utama seksio
sesarea adalah panggul sempityang disebabkan oleh rakhitis. Disproporsi
sefalopelvik sejati seperti itu sekarang sudah jarang ditemukan, umumnya
disebabkan oleh janin yang besar.
Kelainan persalinan ini menurut ACOG dibagi menjadi 3yaitu kelainan
kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir(passage).
Panggul sempit (pelvic contaction) merupakan salah satu kelainan jalan lahir
yang akan menghambat kemajuan persalinan karena ketidaksesuaian antara
ukuran kepala janindengan panggul ibu.1.
Kejadian luar biasa oleh Coronavirus bukanlah merupakan kejadian yang
pertama kali. Tahun 2002 severe acute respiratory syndrome (SARS) disebakan
oleh SARS-coronavirus (SARS-CoV) dan penyakit Middle East respiratory
syndrome (MERS) pada tahun 2012 disebabkan oleh MERS-Coronavirus
(MERS-CoV) dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000 (1000-an kasus
MERS dan 8000-an kasus SARS). Mortalitas akibat SARS sekitar 10%
sedangkan MERS
lebih tinggi yaitu sekitar 40%2.
Ibu hamil tampak lebih rentan terhadap infeksi COVID-19 daripada
populasi umum. Data masih terbatas, tetapi pertimbangan khusus harus diberikan
kepada ibu hamil dengan penyakit medis bersamaan atau penyakit komorbid
yang dapat mengakibatkan infeksi COVID-19 sampai dasar bukti informasi
yang lebih jelas. Sampai saat ini tidak ada kematian yang dilaporkan pada ibu
hamil3.
2

1.2 Tujuan Referat


Tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan infeksi virus corona pada kehamilan sebagai salah satu tugas
kepaniteraan ilmu kandungan dan kebidanan Universitas Swadaya Gunung Jati.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik SARS Cov-2

Coronavirus memiliki kapsul, dan partikel berbentuk bulat atau elips,


sering pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200 m. Coronavirus tergolong
dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Semua virus ordo Nidovirales
memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA, serta memiliki genom
RNA sangat panjang. SARS-CoV-2 diklasifikasikan pada genus
betacoronavirus. Terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat menginfeksi
manusia saat ini, yaitu : dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat
betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East Respiratory Syndrome-
Associated Coronavirus (MERS-CoV), dan Severe Acute Respiratory Syndrome-
Associated Coronavirus (SARSCoV). Dan, yang ketujuh adalah Coronavirus
tipe baru yang menjadi
penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019
(2019-nCoV)2.

\\
4

Gambar. Struktur Coronavirus2

Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S


berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu
protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk
penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya
virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel
inang)2.

2.2 Epidemiologi
Pada 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) China
Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7 Januari 2020, China
mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai
jenis baru coronavirus (novel coronavirus). Penyebaran epidemi terus
berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini
adalah Novel Coronavirus. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan
kematian dan kasus-kasus baru di luar China1.
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai
Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD) 4. Pada tanggal 11
Februari 2020, WHO memberi nama virus baru tersebut Severa Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya
sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Akhirnya, pada tanggal 11
Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa COVID-19 menjadi pandemi di
5

dunia5. Karena sifatnya yang sangat mudah menular, pada 9 April 2020, telah
menyebar ke lima benua, dan sekitar 85.522 orang telah meninggal4.
Ibu hamil tampak lebih rentan terhadap infeksi COVID-19 daripada
populasi umum. Data masih terbatas, tetapi pertimbangan khusus harus diberikan
kepada ibu hamil dengan penyakit medis bersamaan atau penyakit komorbid
yang dapat mengakibatkan infeksi COVID-19 sampai dasar bukti informasi
yang lebih jelas. Sampai saat ini tidak ada kematian yang dilaporkan pada ibu
hamil3.
2.3 Transmisi

Sebagian besar kasus COVID-19 secara global memiliki bukti penularan


dari manusia ke manusia. Virus ini tampaknya menyebar mudah, melalui
pernafasan, fomite atau metode feses. Telah dilaporkan dalam literatur bahwa
hanya terdapat satu kasus yang mungkin terjadi penularan vertikal (penularan
dari ibu ke bayi antenatal atau intrapartum). Setelah dilakukan pengujian
terhadap cairan ketuban, darah tali pusat, cairan tenggorokan neonatal dan
sampel ASI dari COVID-19 ibu yang terinfeksi dan semua sampel yang diuji
negatif dari virus corona. Sampai saat ini tidak ada bukti mengenai penularan
melalui cairan kelamin6.

COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan


melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang
memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu
lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi
sehingga penularan akan semakin mudah1.

2.4 Patogenesis

Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya.


Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus
setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan
dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
6

dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies


host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S
berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin converting
enzyme 2)2.

ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan


nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel
enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil
masuk selanjutnya terjadi translasi replikasi gen dari RNA genom
virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA
melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus2.
7

Gambar. Siklus Hidup Coronavirus (SARS)

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas


kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus
hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi
akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut
meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan.
Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari2.

2.5 Manifestasi Klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan beberapa gejala ringan, sedang atau


berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C),
batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak
memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan
gejala saluran napas lain. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif,
seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi, dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul dapat berupa gejala ringan, bahkan tidak disertai
dengan demam2.

2.6 Definisi Kasus2


2.6.1 Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible
1. Seseorang yang mengalami :
a. Demam (≥380C) atau riwayat demam
b. Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
c. Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau
gambaran radiologis. (pada pasien immunocompromised
presentasi kemungkinan atipikal). Dan, disertai minimal satu
kondisi sebagai berikut :
8

a. Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/ negara


yang terjangkit dalam 14 hari sebelum timbul gejala
b. Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat
pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat yang tidak
diketahui penyebab / etiologi penyakitnya, tanpa memperhatikan
riwayat bepergian atau tempat tinggal. Atau
2. Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan sampai
berat dan salah satu berikut dalam 14 hari sebelum onset gejala :
a. Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable
COVID-19, Atau
b. Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah
teridentifikasi), Atau
c. Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan Kesehatan dengan kasus
terkonfirmasi atau probable infeksi COVID-19 di Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit.
d. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam (suhu
≥380C) atau riwayat demam.
2.6.2 Kasus Probable
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19
tetapi inkonklusif atau tidak dapat disimpulkan atau seseorang dengan hasil
konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus2.
2.6.3 Kasus terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-192.

2.7 Pengaruh Pada Kehamilan


2.7.1 Efek Pada Ibu
Sebagian besar wanita hamil hanya akan mengalami gejala ringan
atau sedang seperti : dingin/flu, batuk, demam dan sesak nafas. Gejala yang
lebih berat yaitu seperti pneumonia dan ditandai hipoksia secara luas
digambarkan pada orang tua, imunosupresi dan orang-orang dengan
9

kondisi jangka panjang seperti diabetes, kanker dan penyakit paru-paru


kronis6.
Gejala-gejala ini bisa terjadi pada wanita hamil sehingga harus
diidentifikasi dan segera diobati. Saat ini ada satu kasus dilaporkan dari
seorang wanita dengan COVID-19 yang memerlukan ventilasi mekanik
pada usia kehamilan 30 minggu, operasi caesar cito dan membuat
pemulihan yang baik6.
Dalam populasi umum, berkembang bukti bahwa mungkin ada
kelompok individu tanpa gejala atau mereka dengan gejala yang sangat
ringan yang membawa virus, meskipun kejadian ini tidak diketahui6.

2.7.2 Efek Pada Bayi

Saat ini tidak ada data yang menunjukkan peningkatan risiko


keguguran pada trimester kedua. Karena tidak ada bukti infeksi janin
intrauterin dengan COVID-19 oleh karena itu, saat ini dianggap tidak
mungkin bahwa akan ada efek bawaan dari virus pada perkembangan
janin6.

2.8 Ibu Hamil Terkonfirmasi Positif COVID-19


2.8.1 Isolasi Diri
Wanita hamil yang telah disarankan untuk isolasi diri harus tinggal di
dalam rumah dan menghindari kontak dengan orang lain selama 14 hari.
Beberapa hal yang dilakukan selama mengisolasi diri, yaitu6 :
a. Tetap berada di rumah
b. Tidak menggunakan transportasi umum
c. Tinggal sendiri dalam ruangan dengan ventilasi yang baik
d. Tidak menerima kunjungan
e. Memisahkan penggunaan alat makan, dan alat mandi dengan
anggota keluarga lainnya.

2.9 Pencegahan
10

Adapun beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi


resiko tertularnya infeksi COVID-19 ini adalah, sebagai berikut :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol
70%, jika air dan sabun tidak tersedia.
b. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
c. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
d. Saat sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat sakit atau
segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di
luar Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue.
Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue
lakukan batuk sesui etika batuk.
e. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
f. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.
2.10 Masa persalinan
Jika seorang wanita dengan COVID-19 dirawat di ruang isolasi di ruang
bersalin, dilakukan penanganan tim multi-disiplin yang terkait yang meliputi
dokter paru / penyakit dalam, dokter kandungan, anestesi, bidan , dokter
neonatologis dan perawat neonatal. Upaya harus dilakukan untuk
meminimalkan jumlah anggota staf yang memasuki ruangan dan unit harus
mengembangkan kebijakan lokal yang menetapkan personil yang ikut dalam
perawatan. Hanya satu orang (pasangan/anggota keluarga) yang dapat
menemani pasien. Orang yang menemani harus diinformasikan mengenai risiko
penularan dan mereka harus memakai APD yang sesuai saat menemani pasien.
Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik standar,
dengan penambahan saturasi oksigen yang bertujuan untuk menjaga saturasi
oksigen > 94%, titrasi terapi oksigen sesuai kondisi. Menimbang kejadian
11

penurunan kondisi janin pada beberapa laporan kasus di Cina, apabila sarana
memungkinkan dilakukan pemantauan janin secara kontinyu selama persalinan.
Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat dalam merekomendasikan salah
satu cara persalinan, jadi persalinan berdasarkan indikasi obstetri dengan
memperhatikan keinginan ibu dan keluarga, terkecuali ibu dengan masalah
gagguan respirasi yang memerlukan persalinan segera berupa SC maupun
tindakan operatif pervaginam.
Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda samapai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut
sudah teratasi. Bila menunda dianggap tidak aman, induksi persalinan dilakukan
di ruang isolasi termasuk perawatan pasca persalinannya.
Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi risiko penularan sampai
infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila operasi tidak
dapat ditunda maka operasi sesuai prosedur standar dengan pencegahan infeksi
sesuai standar APD lengkap. Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan
gejala, dipertimbangkan keadaan secara individual untuk melanjutkan observasi
persalinan atau dilakukan seksio sesaria darurat apabila hal ini akan
memperbaiki usaha resusitasi ibu. Pada ibu dengan persalinan kala II
dipertimbangkan tindakan operatif pervaginam untuk mempercepat kala II pada
ibu dengan gejala kelelahan ibu atau ada tanda hipoksia Perimortem cesarian
section dilakukan sesuai standar dilakukan apabila ibu dengan kegagalan
resusitasi tetapi janin masih viable.
Penjepitan tali pusat tunda/ beberapa saat setelah persalinan masih bisa
dilakukan asalkan tidak ada kontraindikasi lainnya. Bayi dapat dibersihkan dan
dikeringkan seperti biasa, sementara tali pusat masih belum dipotong.
Antibiotik intrapartum harus diberikan sesuai protokol. Plasenta harus
dilakukan penanganan sesuai praktik normal. Berikan anestesi epidural atau
12

spinal sesuai indikasi dan menghindari anestesi umum kecuali benar-benar


diperlukan7.

2.11 Post Partum


Isolasi terpisah dari ibu yang terinfeksi dan bayinya selama 14 hari.
Pemisahan sementara bertujuan untuk mengurangi kontak antara ibu dan bayi.
Sampai saat ini tidak ada bukti transmisi vertikal (antenatal). Semua bayi yang
lahir dari ibu dengan PDP atau dikonfirmasi COVID-19 juga perlu diperiksa
untuk COVID-19. Bila ibu memutuskan untuk merawat bayi sendiri, baik ibu
dan bayi harus diisolasi dalam satu kamar dengan fasilitas en-suite selama
dirawat di rumah sakit7.

Tindakan pencegahan tambahan yang disarankan adalah sebagai berikut :

a. Bayi harus ditempatkan di inkubator tertutup di dalam ruangan


b. Ketika bayi berada di luar inkubator dan ibu menyusui, mandi,
merawat,
memeluk atau berada dalam jarak 1 meter dari bayi, ibu disarankan
untuk
mengenakan APD yang sesuai dengan pedoman PPI dan diajarkan
mengenai etiket batuk.

2.11.1 Manajemen Postpartum

Semua bayi yang lahir dari ibu dengan positif COVID-19 harus
memiliki pemantauan ketat yang tepat dan memerlukan keterlibatan
perawatan awal neonatal. Bayi yang lahir dari ibu dengan positif COVID-19
akan membutuhkan tindak lanjut dan pengawasan lebih lanjut6.

 Proses Menyusui
Penelitian yang dilakukan di Cina pada pemeriksaan ASI didapatkan
hasil negative untuk COVID-19. Namun, tetap harus berhati-hati. Risiko
utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat dengan ibu yang
13

cenderung terjadi penularan melalui droplet infeksius di udara. Mengingat


bukti saat ini, petugas kesehatan sebaiknya menyarankan bahwa manfaat
menyusui melebihi potensi risiko penularan virus melalui ASI. Risiko dan
manfaat menyusui, termasuk risiko menggendong bayi dalam jarak dekat
dengan ibu, harus didiskusikan.
Untuk wanita yang ingin menyusui, tindakan pencegahan dapat
dilakukan untuk membatasi penyebaran virus ke bayi, yaitu6 :
a. Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, memompa payudara atau
botol
b. Mengenakan masker pada saat menyusui
c. Lakukan pembersihan pompa ASI setelah setiap kali penggunaan
d. Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi yang
sehat untuk memberi ASI pada bayi
e. Untuk ibu yang memerah ASI.
 Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik),
sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga
persediaan ASI agar proses menyusui dapat berlanjut setelah ibu
dan bayi disatukan kembali. Jika memerah ASI menggunakan
pompa ASI, pompa harus dibersihkan dan didesinfeksi dengan
sesuai.
 Kantong ASI harus yang diangkut dari kamar ibu ke lokasi
penyimpanan harus ditranportasi menggunakan kantong spesimen
plastik. Kondisi penyimpanan harus sesuai dengan kebijakan dan
kantong ASI harus ditandai dengan jelas dan disimpan dalam
kotak wadah khusus sehingga terpisah dengan kantong ASI dari
pasien lainnya.
14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Coronavirus memiliki kapsul, dan partikel berbentuk bulat atau elips,


sering pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200 m. Coronavirus tergolong
dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Sebagian besar kasus COVID-
19 secara global memiliki bukti penularan dengan mudah melalui pernafasan dari
manusia ke manusia dengan manifestasi demam (suhu >380C),
batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak
memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan
gejala saluran napas lain.

Wanita hamil hanya akan mengalami gejala ringan atau sedang seperti :
dingin/flu, batuk, demam dan sesak nafas dan sampai saat ini belum ada bukti
infeksi janin intrauterin dengan COVID-19. Beberapa upaya pencegahan dapat
dilakukan untuk mengurangi resiko penularan virus COVID -19 dari ibu ke bayi
pada saat masa persalinan sampai setelah persalinan.
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Safrizal ZA, Danang P I, Safriza S, dan Bimo MPH. Pedoman Umum


Menghadapi Pandemik Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah (Pencegahan,
Pengendalian, Diagnosis Dan Manajemen). Jakarta : Kementerian Dalam
Negeri. 2020.
2. Erlina B, Fathiyah I, Agus D , Tjandra Y , Soedarsono, Teguh R, dll.
Pneumonia COVID-19 ( Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia ).
Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Indonesia. 2020.
3. World Health Organization Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. 1
Agustus 2020. https://covid19.who.int/
4. Alvaro F L, Herica E, Layze B, Guilherme S, Emerson L, Evandro W, et al.
Effects of COVID-19 Infection During Pregnancy and Neonatal Prognosis :
What Is The Evidence?. International Journal of Environmental Research and
Public Health. 2020;17:4176. http://doi:10.3390/ijerph17114176
16

5. Erlina B, Agus D S, Sally A N, Eka G, Ceva W P, Adityo S, dll. Protokol


tatalaksana COVID-19. Jakarta : PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.
Edisi:1. 2020
6. RCOG. Coronavirus (COVID-19) Infection in Pregnancy. Versi 1. 9 Maret
2020
7. POGI. Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (COVID-19).
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2020

Anda mungkin juga menyukai