Cephalopelvic Disproportion
Disusun Oleh :
Malihaturohmah 120810034
Pembimbing :
2021
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ii
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Referat ini
dengan judul “Cephalopelvic Disproportion“. Tugas referat ini diajukan untuk
memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam referat ini. Akhir kata
semoga referat ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan umumnya.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
\\
4
2.2 Epidemiologi
Pada 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) China
Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7 Januari 2020, China
mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai
jenis baru coronavirus (novel coronavirus). Penyebaran epidemi terus
berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini
adalah Novel Coronavirus. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan
kematian dan kasus-kasus baru di luar China1.
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai
Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD) 4. Pada tanggal 11
Februari 2020, WHO memberi nama virus baru tersebut Severa Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya
sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Akhirnya, pada tanggal 11
Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa COVID-19 menjadi pandemi di
5
dunia5. Karena sifatnya yang sangat mudah menular, pada 9 April 2020, telah
menyebar ke lima benua, dan sekitar 85.522 orang telah meninggal4.
Ibu hamil tampak lebih rentan terhadap infeksi COVID-19 daripada
populasi umum. Data masih terbatas, tetapi pertimbangan khusus harus diberikan
kepada ibu hamil dengan penyakit medis bersamaan atau penyakit komorbid
yang dapat mengakibatkan infeksi COVID-19 sampai dasar bukti informasi
yang lebih jelas. Sampai saat ini tidak ada kematian yang dilaporkan pada ibu
hamil3.
2.3 Transmisi
2.4 Patogenesis
2.9 Pencegahan
10
penurunan kondisi janin pada beberapa laporan kasus di Cina, apabila sarana
memungkinkan dilakukan pemantauan janin secara kontinyu selama persalinan.
Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat dalam merekomendasikan salah
satu cara persalinan, jadi persalinan berdasarkan indikasi obstetri dengan
memperhatikan keinginan ibu dan keluarga, terkecuali ibu dengan masalah
gagguan respirasi yang memerlukan persalinan segera berupa SC maupun
tindakan operatif pervaginam.
Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda samapai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut
sudah teratasi. Bila menunda dianggap tidak aman, induksi persalinan dilakukan
di ruang isolasi termasuk perawatan pasca persalinannya.
Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi risiko penularan sampai
infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila operasi tidak
dapat ditunda maka operasi sesuai prosedur standar dengan pencegahan infeksi
sesuai standar APD lengkap. Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan
gejala, dipertimbangkan keadaan secara individual untuk melanjutkan observasi
persalinan atau dilakukan seksio sesaria darurat apabila hal ini akan
memperbaiki usaha resusitasi ibu. Pada ibu dengan persalinan kala II
dipertimbangkan tindakan operatif pervaginam untuk mempercepat kala II pada
ibu dengan gejala kelelahan ibu atau ada tanda hipoksia Perimortem cesarian
section dilakukan sesuai standar dilakukan apabila ibu dengan kegagalan
resusitasi tetapi janin masih viable.
Penjepitan tali pusat tunda/ beberapa saat setelah persalinan masih bisa
dilakukan asalkan tidak ada kontraindikasi lainnya. Bayi dapat dibersihkan dan
dikeringkan seperti biasa, sementara tali pusat masih belum dipotong.
Antibiotik intrapartum harus diberikan sesuai protokol. Plasenta harus
dilakukan penanganan sesuai praktik normal. Berikan anestesi epidural atau
12
Semua bayi yang lahir dari ibu dengan positif COVID-19 harus
memiliki pemantauan ketat yang tepat dan memerlukan keterlibatan
perawatan awal neonatal. Bayi yang lahir dari ibu dengan positif COVID-19
akan membutuhkan tindak lanjut dan pengawasan lebih lanjut6.
Proses Menyusui
Penelitian yang dilakukan di Cina pada pemeriksaan ASI didapatkan
hasil negative untuk COVID-19. Namun, tetap harus berhati-hati. Risiko
utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat dengan ibu yang
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wanita hamil hanya akan mengalami gejala ringan atau sedang seperti :
dingin/flu, batuk, demam dan sesak nafas dan sampai saat ini belum ada bukti
infeksi janin intrauterin dengan COVID-19. Beberapa upaya pencegahan dapat
dilakukan untuk mengurangi resiko penularan virus COVID -19 dari ibu ke bayi
pada saat masa persalinan sampai setelah persalinan.
15
DAFTAR PUSTAKA