Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

DERMATITIS NUMULARIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh :

Ullima Pramulasari

H3A019004

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

RSUD TUGUREJO SEMARANG

2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

DERMATITIS NUMULARIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Di RSUD TUGUREJO SEMARANG

Diajukan Oleh :

Ullima Pramulasari

H3A019004

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Nama Pembimbing Tanda tangan Tanggal

dr. Irma Yasmin, Sp.KK ................................ ..........................

dr. Agnes Sri Widajati, Sp.KK ................................ ...........................

dr. Sri Windayati, Sp.KK ................................ ..........................

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini selesai pada waktunya.
Laporan ini diajukkan untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik
ilmu penyakit kulit dan kelamin.
Penyusunan laporam kasus ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak
yang turut membantu. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Agnes Sri Widajati, Sp.KK, dr. Sri
Windayati, Sp.KK dan dr. Irma Yasmin, Sp.KK selaku pembimbing, serta kepada
teman-teman di kepaniteraan klinik ilmu penyakit kulit dan kelamin atas
kerjasamanya selama penyusunan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca
maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Semarang, 2 Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR. ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN. .......................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS. ...................................................................... 2

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10

A. Definisi ............................................................................................ 10
B. Epidemiologi………………………………………………………10
C. Etiopatogenesis ............................................................................... 10
D. Gambaran Klinis...……………………………………………….. 11
E. Histopatologi ................................................................................... 12
F. Diagnosis ......................................................................................... 12
G. Diagnosis Banding.......................………………………………... 13
H. Penatalaksanaan .............................................................................. 14
I. Edukasi ............................................................................................ 15
J. Prognosis ......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi), dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,
bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Cenderung residif dan menjadi
kronis.1 Dermatits numularis merupakan dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang
(coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel,
biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Biasanya menyerang darerah
ekstremitas.1,2
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria. Usia
puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun, pada wanita usia
puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa
ditemukan pada anak, jarang pada usia sebelum satu tahun, kejadian meningkat
seiring dengan meningkatnya usia.1

Penyebabnya tidak diketahui. Staphylococcus dan micrococcus diduga ikut


berperan, mengingat jumlah koloninya meningkat walaupun tanda klinis infeksi tidak
tampak. Mungkin juga terjadi melalui mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi
terjadi bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta kuman/cm.2,4 Dermatitis kontak
mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya
alergi terhadap nikel, krom, kobal, juga iritasi dengan wol dan sabun.5,6,7 Trauma fisik
dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama jika terjadi di tangan, dapat pula pada
bekas cedera lama atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stres emosional dan
minuman mengandung alkohol dapat menyebabkan eksaserbasi. Lingkungan dengan
kelembapan rendah dapat pula memicu kekambuhan.1,3

1
BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Lengkap
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 8 bulan
Alamat : Boja, Kendal
Tanggal Periksa : 20 November 2019
No RM : 5894XX
Pembayaran : BPJS
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 20
November 2019 jam 10.00 WIB di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Tugurejo
Semarang

Keluhan utama: Gatal di seluruh badan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Seorang anak laki-laki bersama ibunya datang ke Poli kulit dan kelamin
RSUD Tugurejo dengan keluhan gatal hebat pada seluruh tubuh sejak 3 minggu
yang lalu. Gatal dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Keluhan semakin
memberat saat siang hari saat pasien beraktivitas. Dan keluhan berkurang saat
pasien gunakan untuk istirahat. Keluhan ini sangat mengganggu pasien. Keluhan
lain seperti nyeri atau sensasi rasa terbakar pada seluruh tubuh disangkal. Ibu
pasien sudah memeriksakan pasien ke bidan dan klinik, tapi belum sembuh. Pasien
merupakan anak pertama dan tinggal dengan orang tua. Orang tua tidak
mengalami keluhan yang sama. Ibu pasien menjelaskan bahwa pasien tidak
memiliki alergi. Ibu pasien memandikan pasien sehari mandi sebanyak 2 kali dan
setiap mandi mengganti baju yang dipakai dengan baju yang bersih. Ibu pasien

2
mengaku mengganti sprei 1 bulan sekali dan tidak menggunakan handuk yang
sama bergantian dengan anggota keluarga yang lain.

Riwayat Penyakit Dahulu :


a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat sakit kulit lain : disangkal
c. Riwayat penyakit jantung : disangkal
d. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
e. Riwayat kencing manis : disangkal
f. Riwayat stroke : disangkal
g. Riwayat asma : disangkal
h. Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
c. Riwayat kencing manis : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat alergi obat dan makanan : diakui (ibu pasien)
Riwayat Pribadi :
a. Riwayat kebiasaan merokok : disangkal
b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
c. Riwayat mandi : teratur sehari 2 kali
d. Riwayat penggunaan handuk : digunakan sendiri
e. Riwayat mencuci baju : dicuci sendiri, terpisah
f. Riwayat mengganti sprei : 1 bulan sekali
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien merupakan anak pertama dan tinggal bersama orang tuanya. Pembayaran
menggunakan BPJS. Kesan ekonomi cukup.

3
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 20 November 2019 jam 10.00 WIB di
Poli Kulit dan Kelamin RSUD Tugurejo Semarang.
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda vital :
1. Tekanan Darah :-
2. RR : 22 x/ menit
3. Nadi : 100 x/ menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
4. Suhu : 36,70 C (axiller)
c. Status Gizi :
1. BB : 9 kg
2. TB : 20 cm
3. BMI : 20,25 kg/m2
Kesan gizi : Normoweight
d. Status Generalisata :
1. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut berwarna hitam.
2. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor
(3 mm), reflek cahaya (+/+) normal.
3. Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi
pendengaran (-/-)
4. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
5. Mulut
Bibir kering (-), bibir sianosis (-)

4
6. Leher
Simetris, deviasi trachea (-), bantuan otot-otot pernafasan (-), pembesaran
KGB (-), nyeri tekan (-)
7. Thoraks
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium (-), pulsus sternalift
(-), thrill (-)
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : reguler, suara jantung tambahan (-)
Pulmo

Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada Datar Datar
Hemitorak Simetris Simetris
2. Palpasi
Stem fremitus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeritekan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pelebaran ICS Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerakan pernafasan Simetris Simetris
3. Perkusi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan (-) (-)

5
8. Abdomen
- Inspeksi : simetris, datar
- Auskultasi : Bising usus (+) normal (6-15 kali/menit)
- Perkusi : tidak dilakukan
- Palpasi : nyeri tekan (-), tidak dilakukan palpasi organ
9. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Edem (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
CRT < 2 detik < 2 detik

e. Status Lokalis :

Status Dermatology :
- Lokasi :
Seluruh tubuh
- Morfologi :
 UKK Primer : Papula eritem, Vesikel multiple konfluens
 UKK sekunder : Skuama, Krusta
- Distribusi : Generalisata

6
IV. Pemeriksaan Penunjang/Tambahan
1. Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.
2. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai diagnosis
banding.
3. Pada kasus berat atau rekalsitran, dilakukan uji tempel.
V. Resume
Seorang anak laki-laki bersama ibunya datang ke Poli kulit dan kelamin
RSUD Tugurejo dengan keluhan gatal hebat pada seluruh tubuh sejak 3 minggu
yang lalu. Gatal dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Keluhan semakin
memberat saat siang hari saat pasien beraktivitas. Dan keluhan berkurang saat
pasien gunakan istirahat. Keluhan ini sangat mengganggu pasien. Keluhan lain
seperti nyeri atau sensasi rasa terbakar pada seluruh tubuh disangkal. Ibu pasien
sudah memeriksakan pasien ke bidan dan klinik, tapi belum sembuh. Pasien
merupakan anak pertama dan tinggal dengan orang tua. Orang tua tidak
mengalami keluhan yang sama. Ibu pasien menjelaskan bahwa pasien tidak
memiliki alergi. Ibu pasien memandikan pasien sehari mandi sebanyak 2 kali dan
setiap mandi mengganti baju yang dipakai dengan baju yang bersih. Ibu pasien
mengaku mengganti sprei 1 bulan sekali dan tidak menggunakan handuk yang
sama bergantian dengan anggota keluarga yang lain.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya papula eritem, vesikel multiple
konfluens, skuama, dan krusta pada tubuh pasien. Distribusi generalisata.

VI. Daftar Masalah


Masalah Aktif Masalah Pasif
1. Gatal 2. Papula eritem
3. Vesikel multiple konfluens
4. Skuama
5. Krusta
6. Distribusi: Generalisata

7
VII. Diagnosis banding
1. Dermatitis Numularis
2. Dermatitis Kontak
3. Dermatitis Atopik
4. Neurodermatitis Sirkumskripta
5. Dermatomikosis

VIII. Diagnosis Kerja :


Diagnosis Kerja : Dermatitis Numularis
Diagnosis Banding :
1. Dermatitis Kontak
2. Dermatitis Atopik
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
4. Dermatomikosis

IX. Initial Plan


a. Ip Terapi :
Terapi Nonfarmakologis
 Tidak menggaruk lesi
 Menyingkirkan penyebab.
 Menggunakan pelembab kulit (emolien)
Farmakologis:
Terapi topikal
- Kompres pada lesi akut
- Antiinflamasi : Mometason 0,1%
Terapi sistemik
- Antihistamin : Hidroksizin HCl 5 mg/hari
b. Ip Monitoring :
- Monitoring keadaan umum pasien dan tanda vital
- Monitoring perbaikan tanda dan gejala pasien

8
f. Ip Edukasi :
1) Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan penyebabnya.
2) Hindari atau atasi faktor pencetus
3) Mencegah garukan saat pasien merasa gatal
4) Menjaga hidrasi kulit agar tidak kering
5) Menjelaskan tentang cara pemakaian obat
X. Prognosis
a. Ad vitam : Ad bonam
b. Ad fungsionam : Ad bonam
c. Ad sanationam : Ad bonam
d. Ad cosmeticam : Ad bonam

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Dermatitis numularis atau yang biasa disebut ekzem numular atau ekzem
discoid merupakan suatu peradangan berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau
agak lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi atau lesi awal berupa papul
disertai vesikel (papulovesikel), biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing)
dan biasanya menyerang daerah ekstremitas.1,3

B. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis numularis biasanya terjadi pada orang dewasa, lebih sering
pada pria dibandingkan paada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis
kelamin antara 55 dan 65 tahun; pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia
15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila
ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun; umumnya kejadian
meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Prevalensi dermatitis numularis di
Amerika Serikat adalah 2 dari 1000 orang dan insiden internasional dianggap
sama seperti Amerika Serikat. Tidak ada perbedaan ras pada penyakit ini.8.9

C. ETIOPATOGENESIS
Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui. Kemungkinan suatu varian
dermatitis atopik dibantah, karena kadar IgE masih dalam batas normal. Diduga
infeksi ikut berperan pada dermatitis numularis dengan ditemukannya
peningkatan koloni Staphylococcus dan Micrococcus di tempat kelainan
walaupun secara klinis tidak ditemukan tanda infeksi. Timbulnya dermatitis
numularis apakah melalui mekanisme hipersensitifitas terhadap bakteri atau
karena infeksi bakteri tersebut, belum diketahui dengan jelas. Eksaserbasi terjadi
bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta kuman/cm2.1,2
Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus
dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula

10
iritasi dengan wol dan sabun. Trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan,
terutama bila terjadi di tangan; dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan
parut. Pada sejumlah kasus, stres emosional dan minuman yang mengandung
alkohol dapat menyebabkan timbulnya eksaserbasi. Lingkungan dengan
kelembaban rendah dapat pula memicu kekambuhan. Dermatitis pada orang
dewasa tidak berhubungan dengan gangguan atopi. Pada anak, lesi numularis
terjadi pada dermatitis atopik.1,2
Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum
korneum rendah. Jumlah SP (substance P), VIP (vasoactive intestinal
polypeptide), dan CGRP (calcitonin genrelated peptide) meningkat di dalam
serabut dermal saraf sensoris kulit, sedang pada serabut epidermal yang
meningkat SP dan CGRP. Hal ini menunjukkan bahwa neuropeptida berpotensi
pada mekanisme proses degranulasi sel mast. Pada orang dewasa tidak
berhubungan dengan gangguan atopi. Pada anak, lesi numularis terjadi pada
dermatitis atopik.1

D. GAMBARAN KLINIS
Keluhan penderita dermatitis numularis dapat berupa gatal yang kadang
sangat hebat, sehingga dapat mengganggu. Lesi akut berupa vesikel dan
papulovesikel (0,3 - 1,0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi
atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam
(coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel
pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan. Ukuran
lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat hanya satu,
dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi
dari miliar sampai numular, bahkan plakat. Tempat predileksi biasanya terdapat
di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan.4,5

11
Gambar Dermatitis Numularis

E. HISTOPATOLOGI
Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel
radang limfosit dan makrofag disekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan
akantosis teratur, hipergranulosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis
bagian atas fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag disekitar pembuluh darah.
Limfosit di epidrmis mayoritas terdiri atas sel T-CD8+, sedangkan yang di
dermis sel T-CD4+.1

F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis3
 Menyerang terutama orang dewasa (50-65 tahun), jarang pada bayi dan
anak-anak, puncak onset pada anak-anak yaitu pada usia 5 tahun.
 Keluhan subjektif sangat gatal, terutama pada fase akut.
 Pada sebagian pasien dermatitis numularis didapatkan insidensi atopi
yang tinggi, tetapi pada sebagian yang lain tidak.
 Pencetus antara lain kulit kering, fokus infeksi pada gigi, saluran napas
atas, atau saluran napas bawah.
 Faktor alergen lingkungan yang berperan sebagai pencetus yaitu: tungau
debu rumah dan Candida albicans.
 Stres emosional, disfungsi liver atau konsumsi alkohol berlebihan dapat

12
memperberat penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik3
 Predileksi: ekstremitas atas termasuk punggung tangan (wanita) dan
ekstremitas bawah (pria).
 Kelainan kulit dapat bersifat akut, subakut, atau kronik.
 Lesi karakteristik berupa plak berukuran 1-3 cm berbentuk koin yang
terbentuk dari konfluensi papul dan papulovesikel.
 Pada bentuk akut terdapat vesikel, erosi dan eksudasi membentuk lesi
yang basah (oozing), serta krusta pada dasar eritema. Pada fase kronis,
berupa plak kering, berskuama, dan likenifikasi.
 Dapat timbul komplikasi berupa infeksi bakteri sekunder.
 Lesi menyembuh dimulai dari bagian tengah membentuk gambaran
anular.
 Kelainan kulit dapat meluas ke badan, wajah dan leher3 atau menjadi
generalisata.
3. Pemeriksaan Penunjang3
 Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.
 Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai
diagnosis banding.
 Pada kasus berat atau rekalsitran, dilakukan uji tempel.

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak merupakan dermatitis yang disebabkan oleh kontak
dengan zat/bahan tertentu, menyebabkan alergi atau reaksi iritasi. Ruamnya
terbatas pada daerah tertentu dan sering berbatas tegas.2,3
2. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik merupakan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal, umumnya terjadi pada masa bayi dan anak-anak, sering

13
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita. Umumnya berupa lesi di tangan. Patch test dan prick
test merupakan pemeriksaan yang dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis. 2,3
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
Neurodermatitis (liken simpleks kronis) merupakan suatu peradangan
menahun lapisan kulit paling atas yang menimbulkan rasa gatal. Penyakit ini
menyebabkan bercak-bercak penebalan kulit yang kering, bersisik dan
berwarna lebih gelap, dengan bentuk lonjong atau tidak beraturan. 2,3
4. Dermatomikosis
Dermatomikosis merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit
pada jaringan mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum epidermis,
rambut, dan kuku; disebabkan oleh dermatofita. Dapat terlihat sebagai tinea
dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh. Pada dermatitis
numularis bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas
dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa dari sediaan langsung untuk
menegakkan diagnosis. 2,3

H. PENATALAKSANAAN
Sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi. Bila
kulit kering, diberi pelembab atau emolien. Secara topikal lesi dapat diobati
dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000.1
Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1,
misalnya hidroksisilin HCl.1
Pengobatan dermatitis numularis dibedakan menjadi pengobatan non
medikamentosa dan pengobatan medikamentosa.

14
1. Non Medikamentosa3
Menurut PERDOSKI (2017), dikatakan bahwa penatalaksanaan non
medikamentosa adalah sebagai berikut:
a. Hindari atau atasi faktor pencetus
b. Berikan emolien apabila ditemukan kulit kering.
2. Medikamentosa3
Prinsip:
Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan manifestasi klinis.
Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai
berikut:
1. Topikal
 Kompres pada lesi akut
 Antiinflamasi dan/atau antimitotik:
- Pilihan utama: kortikosteroid topikal potensi sedang hingga kuat.
- Pilihan lainnya inhibitor kalsineurin seperti takrolimus dan
pimekrolimus atau preparat tar
2. Sistemik
 Antihistamin oral
 Pada kasus dermatitis numularis berat dan refrakter dapat diberikan:
- kortikosteroid sistemik
- Pada anak dapat diberikan metotreksat dengan dosis 5-10 mg
perminggu
 Pada kasus dermatitis numularis dengan lesi generalisata dapat
ditambahkan fototerapi broad/narrow band UVB.

I. EDUKASI3
 Hindari atau atasi faktor pencetus
 Mencegah garukan saat pasien merasa gatal
 Menjaga hidrasi kulit agar tidak kering

15
J. PROGNOSIS
Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai
interval sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh
untuk beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali
masih dalam pengobatan.1

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Dermatitis numularis. In: Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th Ed.
Jakarta : FKUI. 2011. p. 148-50
2. Siregar, R.S. Saripati Penyakit Kulit Ed 3. 2003. Jakarta: EGC
3. PERDOSKI. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.
2017. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI.
4. Holden AC, Berth-Jones J. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,
editors.Rooks textbook of dermatology; Eczema, prurigo, lichenification, and
erithroderma. 7th ed. Italy: Blackwell Sci:2004 .p. 1741-3
5. Gudjonsson JE, Elder JT. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th
ed. USA: The McGaw-Hill Medical Co.; 2008 .p. 169-93.
6. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ diseases of the skin clinical
dermatology. 10th ed. Canada: Elsevier Inc.; 2006 .p. 93-201.
7. Odom RB, James WD, Berger TG. Numularis. In: James WD, Berger TG,
Elston DM, editors. Andrews’ diseases of the skin clinical dermatology. 10th
ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006.
8. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine Vol I & II , 7th ed. New York:
McGraw Hill; 2008 .p. 158-60.
9. Holden CA, Berth-Jones J. Eczema, lichenification, prurigo, and erytrhoderma.
In: Rook’s textbook of dermatology, 7th ed. London: Blackwell Publishing,
2004 .p. 17.18-17.20

17

Anda mungkin juga menyukai