HERPES ZOSTER
Diajukan Kepada:
dr. Nunik Sriwahyuni, Sp.KK
Oleh :
Annisa
20214010071
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................2
LAPORAN KASUS...............................................................................................3
A. IDENTITAS PASIEN...................................................................................3
B. ANAMNESIS...............................................................................................3
C. PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................5
E. DIAGNOSIS.................................................................................................5
F. TATA LAKSANA........................................................................................5
G. PROGNOSIS................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
1
BAB I
PENDAHULUA
N
Varicella zoster virus (VZV) merupakan famili human (alpha) herpes virus. Virus
terdiri atas genome DNA double-stranded, tertutup inti yang mengandung protein dan
dibungkus oleh glikoprotein. Virus ini dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu
varicella (chickenpox) dan herpes zoster (shingles) (Lichenstein, 2002).
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus
varisela zoster (VVZ) yang laten berdiam terutama dalam sel neuronal dan kadang-
kadang di dalam sel satelit ganglion radiks dorsalis dan ganglion sensorik saraf kranial
menyebar ke dermatom atau jaringan saraf yang sesuai dengan segmen yang
dipersarafinya (Smith, 2014). Selama fase reaktivasi, dapat terjadi infeksi VVZ di dalam
sel mononuklear darah tepi yang biasanya subklinis. Penyebab reaktivasi tidak
sepenuhnya dimengerti tetapi diperkirakan terjadi pada kondisi gangguan imunitas selular
(Enguist, 2013)
Faktor risiko terjadinya HZ adalah usia tua dan disfungsi imunitas seluler. Pasien
dengan supresi imun memiliki risiko 20-100 kali lebih besar dibanding pasien
imunokompeten. Keadaan imunosupresi yang berhubungan dengan risiko terjadinya HZ
adalah infeksi HIV (Human immunodeficiency virus), pasien yang menjalani
transplantasi organ, leukemia, limfoma, radioterapi, kemoterapi, dan penggunaan
kortikosteroid jangka panjang. Faktor lain yang dilaporkan sebagai salah satu faktor risiko
terjadinya HZ adalah jenis kelamin perempuan, adanya trauma fisik pada 1 dermatom
yang terkena dan tindakan pembedahan (Oxman MN, 2012).
Angka kejadian HZ dan NPH meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Lebih
dari dua pertiga kasus terjadi pada usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% di bawah 20
tahun (Levin MJ, 2019).
Peningkatan kejadian HZ berkorelasi dengan bertambahnya usia terkait perubahan
sistem imunitas terhadap VVZ yang diperantarai sel limfosit T spesifik (Mick G, 2013).
Penderita juga dapat mengalami komplikasi motor neuropati sebanyak 1-5%. Keadaan
imunokompromais lesi kulit tampak lebih berat dan terjadi diseminata pada 6- 26%
kasus. Lesi dapat menyebar ke organ dalam pada 10-40% kasus 5-15% di antaranya
meninggal akibat pneumonitis. Penderita HIV, HZ sering mengalami rekurensi dan
berjalan kronis. Bila menyerang di daerah trigeminal 10-25% terjadi komplikasi pada
2
mata.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 23 September 2023 di Poli Kulit RSUD
Tidar Kota Magelang. Anamnesis dilakukan secara langsung dengan pasien.
1. Keluhan Utama
Gatal-gatal disertai plenting-plenting kemerahan didaerah dahi dan
didaerah alis kanan.
4
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa (-) Riwayat sakit kulit lainnya disangkal.
Riwayat DM, HT, asma, dan alergi disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 23 September 2023 di Poli Kulit
RSUD Tidar Kota Magelang.
1. Keadaan Umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos
mentis
2. Status Lokalis Dermatologis
Lokasi : Dahi bagian kanan, daerah alis kanan
Ujud Kelainan Kulit : vesikel dan bula multiple, krusta. (Gambar 1).
5
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
E. DIAGNOSIS
Mempertimbangkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien
Tn. WWJS dapat dipertimbangkan diagnosis banding herpes zoster, herpes
simpleks dan varicella zoster. Herpes Zoster adalah diagnosis kerja yang
ditegakkan pada pasien tersebut.
F. TATA LAKSANA
Pasien diberikan edukasi yang meliputi:
Memberi penjelasan mengenai diagnosa, penyebab, faktor risiko, pilihan
terapi, dan komplikasi dari penyakitnya.
Menghindari menggaruk area lesi.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan bergizi dan istirahat cukup.
6
G. PROGNOSIS
Ad vitam : ad
bonam Ad functionam : ad
bonam Ad sanationam : ad
bonam
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Herpes Zoster adalah suatu infeksi kulit dimana akan muncul setelah
infeksi primer yang menyebabkan varicella (cacar air), varicella-
zostervirus (VZV) menetap dengan kondisi latensi dalam ganglia sensorik
dan dapat diaktifkan kembali di kemudian hari yang menimbulkan
penyakit yaitu herpes zoster (HZ) (Kawai & Yawn, 2017). Herpes zoster
menyebabkan ruam yang memberikan sensasi sakit dan melepuh dan dapat
menyebabkan neuralgia postherpetik (PHN), komplikasi nyeri yang
persisten, sangat umum pada pasien yang lebih tua. Postherpetic neuralgia
secara substansial dapatmerusak fungsi fisik, psikologis, dan sosial aspek
kehidupan pasien. Pasien dengan HZ dapat juga mengalami komplikasi
lain yang tidak berhubungan denganrasa sakit yaitu HZ ophthalmicus
dengan keterlibatan mata (Johnson & et al, 2010).
B. Etiologi
Varicella-zoster virus (VZV) adalah herpes virus yang merupakan
penyebab dari 2 penyakit berbeda yaitu varicella (juga dikenal cacar air)
dan herpes zoster (juga dikenal sebagai shingles/cacar ular/cacar
api/dompo). VZV merupakan anggota dari keluarga Herpesviridae, seperti
herpes simplex virus(HSV) tipe 1 dan 2, cytomegalo virus (CMV),
Epstein-Barr virus (EBV), human herpes virus 6 (HHV-6), human herpes
virus 7 (HHV- 7), dan human herpes virus8 (HHV-8) (Herpes, 2014).
C. Epidemiologi
8
9
sampai 100 kali lebih besar dari herpes zoster daripada individu
imunokompeten faktor yang mempengaruhi hubungan host-virus (Wolff,
Goldsmith, Katz, & Gilchrest, 2008)
9
10
neuralgia (PHN) adalah 593 kasus (26,5%) dengan usia terbanyak adalah
45 – 64 tahun (42%) (Herpes, 2014).
D. Patogenesis
10
11
Selama proses varisela berlangsung, VZV lewat dari lesi pada kulit
dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik menular dan dikirim
secara sentripetal, naik ke serabut sensoris ke ganglia sensoris. Di
ganglion, virus membentuk infeksi laten yang menetap selama kehidupan.
Herpes zoster terjadi paling sering pada dermatom dimana ruam dari
varisela mencapai densitas tertinggi yang diinervasi oleh bagian (oftalmik)
pertama dari saraf trigeminal ganglion sensoris dan tulang belakang dari
T1 sampai L2. Depresi imunitas selular akibat usia lanjut, penyakit, atau
obat-obatan mempermudah reaktivasi. Herpes zoster pada anak kecil sehat
mungkin berhubungan dengan perkembangan imunitas selular yang
kurang efisien pada saat terjadi infeksi VZV primer baik in utero maupun
pascalahir (Habif, 2011).
Sumber : SCRIBD
11
12
E. Gejala Klinis
Lesi baru timbul selama 3-5 hari. Bentuk vesikel dalam waktu 12
sampai 24 jam dan berubah menjadi pustule pada hari ketiga. Pecahnya
vesikel serta pemisahan terjadi vesikel berkelompok pada dasar yang
eritematosa. terus menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir,
12
13
beberapa dermatom atau difus lamanya kira –kira 2 – 3 hari, namun dapat
lebih lama. Dalam 2 – 4 minggu. Krusta yang mongering pada 7 sampai 10
hari. Pada umumnya krusta bertahan dari 2 sampai 3 minggu. Pada orang
yang normal, lesi – lesi baru bermunculan pada 1 sampai 4 hari ( biasanya
sampai selama 7 hari). Rash lebih berat dan bertahan lama pada orang
yang lebih tua., dan lebih ringan dan berdurasi pendek pada anak-anak
(Wolff, Goldsmith, Katz, & Gilchrest, 2008).
13
14
14
15
F. Penegakan Diagnosis
1. Gejala dan Tanda Muncul
Terdapat beberapa tanda dan gejala yang muncul pada herpes zoster
sebagai berikut (Panduan Praktik Klinis, 2017):
i. Masa inkubasi dalam rentang 7-12 hari, lesi baru akan tetap timbul
selama 1-4 hari dan kadang-kadang selama ±1 minggu.
ii. Pasien mengalami gejala prodromal berupa nyeri dan parestesi di
dermatom yang terkait. Pada umumnya akan didahului erupsi kulit
dan bervariasi mulai dari rasa gatal, parestesi, panas, pedih, nyeri
tekan, hiperestesi, hingga rasa ditusuk-tusuk. Selain itu gejala yang
dirasakan disertai dengan gejala konstitusi seperti malaise, sefalgia,
dan flu like symptoms yang akan menghilang setelah erupsi kulit
muncul.
iii. Kelainan kulit pada pasien akan diawali dengan lesi makulopapular
eritematosa yang dalam 12-48 jam menjadi vesikel berkelompok
dengan dasar kulit eritematosa dan edema. Vesikel tersebut berisi
cairan jernih, setelah itu akan menjadi keruh dan dapat menjadi
pustul maupun krusta dalam 7-10 hari. Krusta tersebut biasanya akan
bertahan hingga 2-3 minggu.
iv. Lokasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai tempat persarafan
v. Bentuk khusus:
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Tzank Smear
b. Directfluorescentassay(DFA)
d. Biopsi Kulit
16
17
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding vesikel yang berkelompok dan eritematous sebagai
berikut (Daili, Menaldi, & Wisnu, 2005) :
1. Herpes Simpleks
Gejala Efloresensi pada Herpes Zoster sama dengan Efloresensi pada
Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang
bergerombol, di atas dasar kulit yang kemerahan. Sebelum timbul
vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal atau seperti terbakar yang
terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Herpes simpleks
terdiri atas 2, yaitu tipe 1 dan 2. Namun, yang membedakannya
dengan herpes simpleks yaitu Lesi yang disebabkan herpes simpleks
tipe 1 biasanya ditemukan pada bibir, rongga mulut, tenggorokan, dan
jari tangan. Lokalisasi penyakit yang disebabkan oleh herpes simpleks
tipe 2 umumnya adalah di bawah pusat, terutama di sekitar alat
genitalia eksterna.
2. Varicella
Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan infeksi primer
virus varisela-zoster (VVZ). Penyakit ini terutama mengenai anak-
anak dan sangat menular, dapat melalui kontak langsung dengan lesi,
tetapi terutama melalui udara (droplet infection). Masa inkubasi pada
pasien imunokompeten 10-21 hari, sedangkan pada pasien
imunokompromais lebih singkat, yakni kurang dari 14 hari. Lesi awal
berupa makula eritematosa yang cepat menjadi papul,vesikel, pustul,
dan krusta dalam beberapa hari. Gambaran khas adalah terdapatnya
semua munculnya lesi secara bersamaan pada satu saat. Pada pasien
imunokompromais lesi kulit lebih luas dan dalam, sering terdapat
bula, serta nekrotik. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain super-
infeksi bakterial, pneumonia, varisela, ensefalitis/meningoensefalitis
varisela. 17
18
H. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa obat yang dipilih sesuai dengan indikasi
sebagai berikut (Panduan Praktik Klinis, 2017) :
1. Terapi Sistemik
i. Antivirus diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada :
usia > 50 thn
dengan risiko terjadinya NPH
HZO / sindrom Ramsay Hunt / HZ servikal / HZ sakral
imunokompromais, diseminata/ generalisata, dengan komplikasi
anak-•anak, usia < 50 tahun dan perempuan hamil diberikan terapi
antiviral bila disertai: risiko terjadinya NPH, HZO/sindrom
Ramsay Hunt, imunokompromais, diseminata/generalisata,
dengan komplikasi.
ii. Pengobatan Antivirus :
18
19
19
20
2. Terapi Topikal
i. Stadium vesikular: bedak salisil 2% untuk mencegah vesikel pecah
ataubedak kocok kalamin untuk mengurangi nyeri dan gatal.
ii. Bila vesikel pecah dan basah dapat diberikan kompres terbuka
denganlarutan antiseptik dan krim antiseptik/antibiotik.
iii. Jika timbul luka dengan tanda infeksi sekunder dapat diberikan
krim/salepantibiotik.
3. Vaksinasi
Strategi vaksinasi direkomendasikan kepada semua orang yang
immunokompeten berusia ≥ 50 tahun, dengan atau tanpa episode zoster
sebelumnya, dan tanpa perlu dilakukan pemeriksaan antibodi sebelumnya.
Vaksin herpes zoster merupakan vaksin virus hidup sehingga
penggunaannya pada penderita imunokompromais harus dilakukan secara
hati-hati. Mengingat kebutuhan pencegahan herpes zoster pada kondisi
imunokompromais maka perlu dilakukan uji klinik untuk menilai manfaat
dan efek samping yang mungkin timbul. Pemberian vaksin herpes zoster
pada penderita yang menjalani terapi imunosupresi dianjurkan 14 hari
sebelum mendapat terapi imunokompresi atau satu bulan sesudah terapi
imunosupresi dihentikan. Sedangkan pada keadaan penderita dengan
penyakit akut atau berat vaksinasi ditunda sampai penyakit sembuh.
I. Komplikasi
20
21
21
22
J. Edukasi
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena
dapat menularkan kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela
dan orang dengan defisiensi imun. Usahakan agar vesikel tidak pecah,
misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk mencegah
infeksi sekunder jaga kebersihan badan (Thomas, 2010).
K. Prognosis
22
BAB IV
KESIMPULAN
terasa nyeri dan panas di dahi kanan dan daerah alis kanan, serta mata
kanan terasa pegal yang dirasakan sejak 1 minggu. Keluhan dirasa terus
vesikel dan bula multiple, krusta pada area dahi kanan dan daerah alis
5x800 mg, Cetirizine 1x10 mg, Gabapentin 300 mg 1x1, Asam Mefenamat
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Mols, J. F., & Heineman, T. (2013). Sampling of herpes zoster skin lesion types
and the impact on viral DNA detection. Jurnal of Viroligacal, 145-147.
Daili, E., Menaldi, S., & Wisnu. (2005). Penyakit Kulit Yang Umum Di Indinesia.
Jakarta Pusat: Medical Multimedia Indonesia.
25
26
27
28