Anda di halaman 1dari 15

Laboratorium Dermatologi & Venerologi Refleksi Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

HERPES ZOSTER

Feri Clinten
NIM. 2010017052

Pembimbing:
dr. Vera Madonna Lumban Toruan, M.Kes., M.Ked (DV)., Sp. DV

LABORATORIUM / SMF DERMATOLOGI DAN VENEROLOGI


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atasberkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan refleksi kasus tentang
“Herpes Zoster”. Refleksi kasus ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas
Laboratorium Ilmu Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Vera Madonna Lumban
Toruan, M.Kes., M.Ked (DV)., Sp. DV selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga menyelesaikan
refleksi kasus ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan menyelesaikan refleksi kasus ini, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan referat ini. Semoga
referat ini dapat berguna bagi para pembaca.

Samarinda, Februari 2022


Penulis,

Feri Clinten

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3
BAB I .................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
2.1 Anamnesis ............................................................................................ 5
2.2 Pemeriksaan Fisik ................................................................................. 6
2.3 Diagnosis Banding ................................................................................ 7
2.4 Diagnosis Kerja .................................................................................... 7
2.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 7
2.6 Usulan Penatalaksanaan ....................................................................... 7
2.7 Prognosis .............................................................................................. 8
BAB III .................................................................................................................... 9
3.1 Definisi ................................................................................................. 9
3.2 Epidemiologi ........................................................................................ 9
3.3 Etiopatogenesis ..................................................................................... 9
3.4 Manifestasi Klinis ............................................................................... 10
3.5 Diagnosis ............................................................................................ 10
3.6 Diagnosis Banding .............................................................................. 11
3.7 Tatalaksana ......................................................................................... 11
3.8 Komplikasi dan Progonosis ................................................................ 13
3.9 Pencegahan ......................................................................................... 13
BAB IV .................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

Herpes Zoster adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus
Varicella zoster yang laten endogen di ganglion sensoris radiks dorsalis setelah
infeksi primer.

Herpes Zoster masih terjadi secara sporadic sepanjang tahun tanpa ada
musiman. Insidennya 2-3 kasus per-1000 orang/tahun. Insiden dan keparahan
penyakit ini meningkat dengan bertambahnya usia, lebih dari setengah jumlah
keseluruhan kasus dilaporkan terjadi pada usia lebih dari 60 tahun dan komplikasi
terjadi hampir 50% di usia tua. Jarang dijumpai pada usia dini (anak-anak dan
dewasa muda).

Perjalanan penyakit herpes zoster setelah infeksi primer oleh virus varicella-
zoster ( varisela) yang mana partikel virus dapat tetap tinggal dalam ganglion
sensoris, saraf spinalis, kranialis, atau otonom selama bertahun-tahun. Pada saat
respon imunitas seluler dan titer antibody spesifik terhadap virus varisela menurun
sampai tidak lagi efektif mencegah infeksi virus, maka partikel virus varisela yang
laten tersebut mengalami reaktivasi dan menimbulkan ruam kulit yang terlokalisata
di dalam satu dermatom.

Gejala klinis herpes zoster dapat gejala prodromal seperti sensasi abnormal
atau nyeri otot local, nyeri tulang, pegal, parestesia sepanjang dermatome,gatal, rasa
terbakar ringan hingga berat. Dapat juga gejala konstitusi seperti nyeri kepala,
malaise dan demam. Erupsi kulit pada herpes zoster yakni macula kemerahan,
berkembang jadi papul, vesikel jernih berkelompok yang nantinya isi vesikel keruh
pecah dan menjadi krusta. Sebagian kasus herpes zoster erupsi kulitnya menyembuh
secara spontan tanpa gejala sisa.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan di Poliklinik Penyakit Kulit dan


Kelamin Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahrani pada hari Senin, 30 Januari 2023.
Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesis.

2.1 Anamnesis
Identitas Pasien
- Nama : Ibu K
- Usia : 58 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : IRT
- Alamat : Samarinda
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
Keluhan Utama

Bintil- bintil berisi cairan


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RSUD AWS dengan keluhan bintil-
bintil berisi cairan di kaki sebelah kanan sejak 3 hari yang lalu, bintil tersebut
disertai nyeri dan terasa panas, tidak ada rasa gatal.

Bintil-bintil awalnya sedikit dan berukuran kecil, lama kelamaan bintil tersebut
semakin banyak di daerah kaki kanan dan membesar. Sebelumnya pasien
mengeluhkan demam dan pusing tetapi pasien tidak mengkonsumsi obat hanya saja
beristirahat menganggap keluhan tersebut hanya dari penyakit kanker cervix
tersebut.

Saat ini bintil-bintil tersebut tidak menyebar di seluruh tubuh, dan tidak ada keluhan
kulit kering. BAB dan BAK pasien normal saja.

5
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit serupa tidak ada, baru pertama kali, riwayat alergi pada pasien
disangkal pasien. Pasien saat ini pasien terdiagnosis Ca Cervix dengan Tindakan
kemo 2 kali
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-)


Riwayat Penggunaan Obat

Pasien mengkonsumsi obat morfin sulfat, cefixime oral dan menggunakan salep
cloramfenikol.

2.2 Pemeriksaan Fisik


- Keadaan Umum : Pasien tampak sakit
- Kesadaran : E4V5M6
- Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg

Nadi : 78 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,5oC

BB/TB : 55kg/ 150 cm


- Kepala/Leher/Perut : Dalam batas normal
- Pembesaran Kelenjar : Tidak ditemukan pembesaran KGB

Status Dermatologis

Lokalisasi : Lesi terdapat pada bagian kaki kanan berdasarkan


dermatom L2, L3 dan L4.

Efloresensi : Tampak Vesikel yang multiple, berukuran milier


berbentuk ireguler, batas tegas, simetris, tersusun herpetiformis
tersebar unilateral

6
Gambar 1 : Gambaran lesi pada Herpes Zoster pada bagian kaki kanan

2.3 Diagnosis Banding


- Dermatitis Venenata
- Dermatitis Kontak
- Herpes simpleks

2.4 Diagnosis Kerja

Herpes Zoster
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Usulan pemeriksaan penunjang:
- Lakukan pemeriksaan PCR ( mengidentifiasi antigen/asam nucleat)

2.6 Usulan Penatalaksanaan


Non Medikamentosa
Edukasi
- Memulai pengobatan sesegera mungkin
- Istirahat hingga stadium krustasi
- Tidak menggaruk lesi
- Tidak ada pantangan makanan
- Tetap mandi
- Mengurangi kecemasan dan ketidakpahaman pasien

7
Medikamentosa
- Pasien diberikan obat antivirus : Asiklovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10
hari.
- Pasien diberikan obat analgetic : Asam mefenamat 2x 500 mg

2.7 Prognosis
- Usia >50 tahun dan Imunokompromais:

Ad vitam bonam

Ad sanactionam dubia ad bonam

Ad Komestikam dubia ad bonam

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Telah dilaporkan seorang pasien berjenis kelamin Perempuan, berusia 58
tahun dengan diagnosis Herpes Zoster. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.

3.1 Definisi
Herpes zoster atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi
erupsi vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular
unilateral yang umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster merupakan
manifestasi reaktivasi infeksi laten endogen virus varisela zoster di dalam neuron
ganglion sensoris radiks dorsalis, ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf
autonomik yang menyebar ke jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama.
(FKUI. 2016)
3.2 Epidemiologi
Penyakit herpes zoster terjadi sporadis sepanjang tahun tanpa mengenal
musim. lnsidensnya 2-3 kasus per-1000 orang/tahun. lnsiden dan keparahan
penyakitnya meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih dari setengah jumlah
keseluruhan kasus dilaporkan terjadi pada usia lebih dari 60 tahun dan komplikasi
terjadi hampir 50% di usia tua. Jarang dijumpai pada usia dini (anak dan dewasa
muda) bila terjadi, kemungkinan dihubungkan dengan varisela maternal saat
kehamilan. Risiko penyakit meningkat dengan adanya keganasan, atau dengan
transplantasi sumsum tulang/ginjal atau infeksi HIV. Tidak terdapat predileksi
gender. Penyakit ini bersifat menular namun daya tularnya kecil bila dibandingkan
dengan varisela (FKUI. 2016)

3.3 Etiopatogenesis

Perjalanan penyakit herpes zoster setelah infeksi primer oleh virus varicella-zoster
( varisela) yang mana partikel virus dapat tetap tinggal dalam ganglion sensoris,
saraf spinalis, kranialis, atau otonom selama bertahun-tahun. Pada saat respon
imunitas seluler dan titer antibody spesifik terhadap virus varisela menurun sampai
tidak lagi efektif mencegah infeksi virus, maka partikel virus varisela yang laten

9
tersebut mengalami reaktivasi dan menimbulkan ruam kulit yang terlokalisata di
dalam satu dermatom. Faktor lain seperti radiasi, trauma fisis, obat-obat tertentu,
infeksi lain, atau stres dapat dianggap sebagai pencetus walaupun belum pasti.
(FKUI. 2016)

3.4 Manifestasi Klinis

Gejala klinis herpes zoster :

Gejala prodromal seperti sensasi abnormal atau nyeri otot local, nyeri tulang,
pegal, parestesia sepanjang dermatome,gatal, rasa terbakar ringan hingga berat.
Gejala prodromal berlangsung beberapa hari (1-10 hari, rata-rata 2 hari).

Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, malaise dan demam.

Erupsi kulit pada herpes zoster yakni macula kemerahan, berkembang jadi papul,
vesikel jernih berkelompok yang nantinya isi vesikel keruh pecah dan menjadi
krusta. Sebagian kasus herpes zoster erupsi kulitnya menyembuh secara spontan
tanpa gejala sisa.

Bila mengenai N. Fasialis dan N. Auditorius menyebabkan sindrom Ramsay Hunt


yaitu erupsi kulit timbul di liang telinga luar atau membran timpani disertai paresis
fasialis, gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 lidah bagian depan: tinitus,
vertigo dan tuli.

Jika mengenai cabang pertama N. Trigeminus menyebabkan herpes zoster


oftalmikus.

Zoster sine herpete : nyeri segmental tidak diikuti erupsi kulit. Sedangkan herpes
zoster abortif yakni erupsi kulit hanya berupa eritema dengan atau tanpa vesikel
yang langsung mengalami resolusi ( perjalanan penyakit singkat). Dan herpes zoster
aberans dimana erusi kulitnya melalui garis tengah. (FKUI. 2016)

3.5 Diagnosis

Diagnosis penyakit herpes zoster sangat jelas, karena gambaran klinisnya


memiliki karakteristik tersendiri. Untuk kasus-kasus yang tidak jelas, deteksi
antigen atau nucleic acid varicella zoster virus, isolasi virus dari sediaan hapus lesi

10
atau pemeriksaan antibodi lgM spesifik diperlukan.

Pemeriksaan dengan teknik polymerase chain reaction (PCR) merupakan tes


diagnostik yang paling sensitif dan spesifik (dapat mendeteksi DNA virus varisela
zoster dari cairan vesikel) dan pemeriksaan Tzank test pada fase erupsi vesikel
(tidak spesifik) menunjukkan gambaran multinucleated giant cells (FKUI. 2016 ;
PERDOSKI. 2017)

3.6 Diagnosis Banding


Herpes zoster awal dapat didiagnosis banding dengan dermatitis venenata
atau dermatitis kontak. Herpes zoster yang timbul di daerah genitalia mirip dengan
herpes simpleks, sedangkan herpes zoster diseminata dapat mirip dengan varisela.
(FKUI. 2016)

3.7 Tatalaksana
Medikamentosa
Sistemik
- Asiklovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10 hari.
- Dosis asiklovir anak 12 tahun 60 mg/kgBB/hari selama 7 hari.
- Valasiklovir 3x1000 mg/hari selama 7 hari
- Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7 hari
Catatan khusus:
• Bila lesi luas atau ada keterlibatan organ dalam, atau pada imunokompromais
diberikan asiklovir intravena 10 mg/kgBB/hari 3 kali sehari selama 5-10 hari.
Asiklovir dilarutkan dalam 100 cc NaCl 0.9% dan diberikan dalam waktu 1 jam.
• Obat pilihan untuk ibu hamil ialah asiklovir berdasarkan pertimbangan risiko
dan manfaat.

Simptomatik
- Nyeri ringan: parasetamol 3x500 mg/hari atau NSAID.
- Nyeri sedang-berat: kombinasi dengan tramadol atau opioid ringan.
- Pada pasien dengan kemungkinan terjadinya neuralgia pasca herpes zoster
selain diberi asiklovir pada fase akut, dapat diberikan:
• Antidepresan trisiklik (amitriptilin dosis awal 10 mg/hari ditingkatkan

11
20 mg setiap 7 hari hingga 150 mg. Pemberian hingga 3 bulan, diberikan
setiap malam sebelum tidur
• Gabapentin 300 mg/hari 4-6 minggu
• Pregabalin 2x75 mg/hari 2-4 minggu.

Herpes zoster oftalmikus


- Asiklovir/valasiklovir diberikan hingga 10 hari pada semua pasien.
- Rujuk ke dokter spesialis mata.
Herpes zoster otikus dengan paresis nervus fasialis
- Asiklovir/valasiklovir oral 7-14 hari dan kortikosteroid 40-60 mg/hari
selama 1 minggu pada semua pasien.
- Rujuk ke dokter spesialis THT.

Herpes zoster pada pasien imunokompromais


Pada herpes zoster lokalisata, sebagian besar pasien dapat diberikan
asiklovir atau valasiklovir atau famsiklovir oral dengan follow up yang baik. Terapi
asiklovir intravena dicadangkan untuk pasien dengan infeksi diseminata,
imunosupresi sangat berat, didapatkan keterlibatan mata, dan ada kendala
pemberian obat oral.

Topikal
- Stadium vesikular: bedak salisil 2% untuk mencegah vesikel pecah atau
bedak kocok kalamin untuk mengurangi nyeri dan gatal.
- Bila vesikel pecah dan basah dapat diberikan kompres terbuka dengan
larutan antiseptik dan krim antiseptik/antibiotik.
- Jika timbul luka dengan tanda infeksi sekunder dapat diberikan krim/salep
antibiotik. (PERDOSKI. (2017)
Non-medikametosa
Edukasi (PERDOSKI. (2017)
• Memulai pengobatan sesegera mungkin
• Istirahat hingga stadium krustasi
• Tidak menggaruk lesi

12
• Tidak ada pantangan makanan
• Tetap mandi
• Mengurangi kecemasan dan ketidakpahaman pasien

3.8 Komplikasi dan Progonosis


Komplikasi herpes zoster adalah Neuralgia pasca herpes yang mana
merupakan nyeri menetap pada dermatom yang terkena setelah erupsi herpes zoster
(HZ) menghilang. Batasan waktunya adalah nyeri yang menetap hingga 3 bulan
setelah erupsi kulit menyembuh. (PERDOSKI. (2017)

Prognosis tergantung usia


- Usia <50 tahun :

Ad vitam bonam

Ad function bonam

Ad sanactionam bonam
- Usia >50 tahun dan Imunokompromais:

Ad vitam bonam

Ad functionam dubia ad bonam

Ad sanactionam dubia ad bonam

3.9 Pencegahan
Pemberian booster vaksin varisela strain. (FKUI. 2016)

13
BAB V
KESIMPULAN

Herpes Zoster adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus
Varicella zoster yang laten endogen di ganglion sensoris radiks dorsalis setelah
infeksi primer

Gejala klinis herpes zoster dapat gejala prodromal seperti sensasi abnormal
atau nyeri otot local, nyeri tulang, pegal, parestesia sepanjang dermatome,gatal, rasa
terbakar ringan hingga berat. Dapat juga gejala konstitusi seperti nyeri kepala,
malaise dan demam. Erupsi kulit pada herpes zoster yakni macula kemerahan,
berkembang jadi papul, vesikel jernih berkelompok yang nantinya isi vesikel keruh
pecah dan menjadi krusta.

Penatalaksanaan pada herpes zoster mulai dari edukasi dan pengobatan obat
antivirus, analgetik serta obat antidepresan dan antikonvulsan. Lalu ada pengobatan
secara topikal.

Komplikasi yang dapat terjadi pada Herpes Zoster adalah neuralgia pasca
herpes dan prognosisnya tergantung usia penderita, serta pencegahan yang dapat
dilakukan pada herpes zoster adalah vaksinasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

FKUI. (2016). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis


Kulit dan Kelamin Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai