HERPES ZOSTER
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh
Di Susun Oleh :
Husni Mubaraq
22174008
Pembimbing :
Puji syukur kehadiran Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus dengan judul “HERPES
ZOSTER’’ Shalawat beserta salam penulis tujukan ke pangkuan Nabi Muhammad S.A.W
yang telah membawa manusia ke zaman yang berpendidikan dan terang benderang.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik senior
pada Bagian / SMF Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
Aceh di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh. Selama penyelesaian
lapkas ini penulis selalu mendapat bantuan dan pengarahan dari pembimbing yang
bertanggung jawab. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr.
Surya Nola, M.Ked (DV), Sp.DV yang telah banyak meluangkan waktu agar lapkas ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari bagi
perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga
Allah S.W.T selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
3.1 Definisi......................................................................................................8
3.2 Epidemiologi.............................................................................................8
3.3 Etiologi......................................................................................................9
3.4 Patogenesis.................................................................................................9
3.6 Diagnosis....................................................................................................13
3.8 Penatalaksanaan..........................................................................................15
3.9 Prognosis....................................................................................................16
BAB V KESIMPULAN....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................20
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Herpes zoster atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi
vesikular berkolompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral yang
umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster merupakan manifestasi reaktivasi infeksi
laten endogen virus varisela zoster di dalam neuron ganglion sensoris radiks dorsalis,
ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf autonomik yang menyebar ke jaringan saraf dan
kulit dengan segmen yang sama. Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas
seperti gerombolan vesikel unilateral. Sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya) herpes
zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan
terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam
bentuk cacar air).
Data dari sejumlah sumber secara konsisten menunjukkan bahwa kejadian Herpes
zoster meningkat dengan bertambahnya usia. Meskipun Herpes zoster tidak jarang terjadi
pada individu muda, usia rata-rata pasien dengan Herpes zoster adalah >64 tahun,
sedangkan usia rata-rata populasi AS adalah >46 tahun. Insiden Herpes zoster berkisar dari
1,2 hingga 3,4 kasus per 1000 orang-tahun dalam studi individu imunokompeten di
masyarakat, tetapi meningkat menjadi 3,9-11,8 kasus per 1000 orang-tahun di antara
mereka yang berusia > 65 tahun. Rasa nyeri akan menetap setelah penyakit tersebut
sembuh dan dapat terjadi sebagai akibat penyembuhan yang tidak baik pada penderita usia
iv
lanjut. Nyeri ini merupakan nyeri neuropatik yang dapat berlangsung lama bahkan
menetap setelah erupsi akut herpes zoster menghilang.
BAB II
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
meuraxa dengan keluhan gatal pada bagian lengan kanan dan muncul bercak dirasakan
semakin lama semakin banyak, lama kelamaan bercak menjadi sakit, awalnya bercak
menyebar ke bagian belakang badan, lalu menjalar sampai ke lengan sebelah kanan.
Pasien mengeluhkan bercak terasa panas seperti terbakar dan kadang terasa gatal. Pasien
tidak ada demam, menurut dari anamnesis pasien keadaan ini sudah lama dirasa sekitar 2
tahun yang lalu. Keluhan muncul saat pasien mengonsumsi ayam atau makanan seafood.
Dari anamnesis pasien juga, pasien belum pernah terkena cacar air (varisella). Batuk dan
pilek di sangkal pasien.
v
Riwayat Penyakit Terdahulu : Usia 14 tahun pasien juga pernah mengalami hal
serupa.
Riwayat Penggunaan Obat : Tidak ada.
A. Status Generalisata
Keadaan Spesifik
Kepala : Dalam batas normal.
Leher : Dalam batas normal.
Abdomen : Dalam batas normal.
Thoraks : Dalam batas normal
Genitelia : Dalam batas normal
Ekstremitas inferior : Dalam batas normal.
B. Status Dermatologikus
vi
TES-TES YANG DILAKUKAN : - Tzank Test
Diagnosis Banding :
Varisella
Dermatitis atopi
Herpes Zoster
PENATALAKSANAAN :
Non-Medikamentosa :
Hindari menggaruk lesi
Hindari penggunaan pakaian tertutup saat cuaca panas
Kurangi kelembapan tubuh
Meningkatkan higienitas
Menghindari sumber penularan lainnya seperti kontak langsung dengan
terinfeksi.
vii
Menhindari makanan pecetus.
Medikamentosa
Antiviral : Acyclovir tab 400mg, 5 x 800mg/ hari selama 7 hari
Antinyeri neuropatik : Gabapentin tab 300mg, 3x100/hari selama 4-6 minggu
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti berkelompok
vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya). Herpes zoster
adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan
terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh
varicella dalam bentuk cacar air).
3.2 Epidemiologi
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh
musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan
antara laki-laki dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia.
Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di
Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun.
Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya
karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela
zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup
dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih
dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia
Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.
3.3 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong
viii
virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa
herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat
sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa,
beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan
infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah
infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten
didalam neuron dari ganglion,virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan
kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran
penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai
enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus
spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
3.4 Patofisiologi
Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus
mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang
sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam
Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang
sifat viremia nya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan
mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang
beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat
dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis
maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
ix
pustula pada hari ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering
menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat
biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan
dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat
menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom
torakal (55%), kranial (20%), lumbal (15%), dan sakral (5%).
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
x
Gambar2. Herpes Zoster Facialis
xi
Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan. Karakteristik
dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok, dengan
dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu dermatom. Secara laboratorium,
pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu menegakkan diagnosis dengan
menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan vesikula
atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologik.4,9 Pada
pemeriksaan histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis
sel dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan
inflamasi bungkus ganglion. Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron
dan antigen virus herpes zoster dapat dilihat secara imunofluoresensi.
Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis.
Akan tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang
antara lain:
1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan
mikroskop elektron.
2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen
3. Test serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.
3.7 Penatalaksanaan
Pengobatan Umum
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat
menularkan kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang
dengan defisiensi imun.Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan
digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga
kebersihan badan.
a. Obat Antivirus
xii
dianjurkan adalah 5×800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena
biasanya hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita
yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi
herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari selama
7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu famsiklovir juga dapat
dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir
diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari.
b. Analgetik
c. Kortikosteroid
3.8 Komplikasi
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua
umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2. Infeksi sekunder
xiii
3. Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan
virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya
lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang
tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
xiv
BAB IV
ANALISIS KASUS
Nama : Asyla Naila Alifah Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat
Umur : 16 tahun khas seperti berkelompok vesikel unilateral, sesuai
No.RM : 189371 dengan dermatomanya (persyarafannya). Herpes
Jenis Kelamin : Perempuan zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh
seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap
Bangsa/Suku : Indonesia-Aceh
varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak
Kawin/Tdk Kawin : Belum Menikah
terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air.
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Komplek Mueraxa, Aceh Besar
Agama : Islam
xv
Penyebab : menurut dari anamnesis pasien Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus
gatal muncul jika pasien makan ayam dan varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti
seafood, penyebab tidak diketahui. DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang
Sedangkan pasien belum pernah mengalami termasuk subfamili alfa herpes viridae.
varicella (cacar).
- Antiviral
- Antianalgetik
- Kortikosteroid
xvi
BAB V
KESIMPULAN
Herpes zoster atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi
vesikular berkolompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral yang
umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster merupakan manifestasi reaktivasi
infeksi laten endogen virus varisela zoster di dalam neuron ganglion sensoris radiks
dorsalis, ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf autonomik yang menyebar ke jaringan
saraf dan kulit dengan segmen yang sama. Herpes zoster adalah radang kulit akut yang
bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral. Sesuai dengan dermatomanya
(persyarafannya) herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak
mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak
terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).
Data dari sejumlah sumber secara konsisten menunjukkan bahwa kejadian Herpes
zoster meningkat dengan bertambahnya usia. Meskipun Herpes zoster tidak jarang terjadi
pada individu muda, usia rata-rata pasien dengan Herpes zoster adalah >64 tahun,
sedangkan usia rata-rata populasi AS adalah >46 tahun. Insiden Herpes zoster berkisar dari
1,2 hingga 3,4 kasus per 1000 orang-tahun dalam studi individu imunokompeten di
masyarakat, tetapi meningkat menjadi 3,9-11,8 kasus per 1000 orang-tahun di antara
xvii
mereka yang berusia > 65 tahun. Rasa nyeri akan menetap setelah penyakit tersebut
sembuh dan dapat terjadi sebagai akibat penyembuhan yang tidak baik pada penderita usia
lanjut. Nyeri ini merupakan nyeri neuropatik yang dapat berlangsung lama bahkan
menetap setelah erupsi akut herpes zoster menghilang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boediardja Siti Aisah. Ilmu kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta. 2017[Accesed On October 2022]
2. Stankus, S.J., Dlugopolski, M. and Packer, D., 2015. Management of
herpes zoster (shingles) and postherpetic neuralgia. American family
physician, 61(8), pp.2437-44. [Accesed On October 2022]
3. Denny-Brown, D., Adams, R.D. mnd Fitzgerald, P.J., 2017.
Pathologic features of herpes zoster: a note on geniculate herpes.
Archives of Neurology & Psychiatry, 51(3), pp.216-231.
[Accesed On October 2022]
4. Dworkin, R.H., Johnson, R.W., Breuer, J., Gnann, J.W., Levin, M.J.,
Backonja, M., Betts, R.F., Gershon, A.A., Haanpää, M.L., McKendrick,
M.W. and Nurmikko, T.J., 2016. Recommendations for the
management of herpes zoster. Clinical infectious diseases,
44(Supplement_1), pp.S1-S26[Accesed On October 2022]
5. Dumasari R. Varicella dan Herpes Zoster. Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin FK Sumatera Utara. 2010. [Accesed On October 2022]
xviii
6. Ragozzino, M.W., Kurland, L.T., Chu, C.P. and Perry, H.O., 2018.
Population-based study of herpes zoster and its sequelae.
Medicine, 61(5), pp.310-316. [Accesed On October 2022]
7. Klaus W, Johnson RA,, Saavedra A.Fitzpatrick’s Color Atlas and
xix