Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

ERITRODERMA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Disusun oleh:
Apriliani Nur Puspita Sari 120810011

Pembimbing:
dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
CIREBON

2021
i

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

LAPORAN KASUS
ERITRODERMA

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Waled Cirebon

Disusun Oleh:
Apriliani Nur Puspita Sari 120810011

Cirebon, September 2021

Pembimbing,

dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV


ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Eritroderma”. Penulisan Laporan Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu tugas Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Cirebon. Saya menyadari
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan sampai dengan terselesaikannya
laporan kasus ini. Bersama ini saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
2. dr. Muhammad Risman Sp.KK selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam
penyusunan laporan kasus ini.
3. dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya.
4. Orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberikan do’a, dukungan
moral maupun material.
5. Serta pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Cirebon, September 2021
Penulis
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

A. IDENTITAS PASIEN....................................................................................

B. ANAMNESIS.................................................................................................

C. STATUS GENERALIS..................................................................................

D. STATUS DERMATOLOGI...........................................................................

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................................

F. RESUME........................................................................................................

G. DIAGNOSIS BANDING...............................................................................

H. DIAGNOSIS KERJA.....................................................................................

I. PEMERIKSAAN ANJURAN........................................................................

J. PENATALAKSANAAN................................................................................

K. PROGNOSIS..................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 55 tahun
Alamat : Losari
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 13 September 2021

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Bercak kemerahan mengelupas disertai gatal pada
seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Waled untuk kontrol
keluhan adanya bercak kemerahan mengelupas disertai gatal pada seluruh
tubuh. Keluhan muncul sejak lima bulan yang lalu dan memberat dua hari
yang lalu karena habis obat. Pasien mengaku keluhan diawali gatal-gatal pada
leher setelah beres-beres rumah, kemudian pasien berobat ke klinik terdekat
dan diberi obat untuk keluhan tersebut. Selang 2-3 hari kemudian keluhan
pasien menjadi semakin parah disertai muncul bercak kemerahan dan kulitnya
mengelupas dengan rasa perih dan menggigil.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan serupa (+) sejak 5 bulan yang lalu
- Riwayat penyakit kulit sebelumnya disangkal
- Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan disangkal
- Riwayat diabetes mellitus (+)
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Riwayat penyakit serupa di keluarga disangkal
- Riwayat alergi di keluarga disangkal
2

C. STATUS GENERALIS
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
KGB : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema (- - ), sianosis ( )

D. STATUS DERMATOLOGI
Lokasi : a/r generalisata
Distribusi : Universal
Efloresensi : Tampak eritema berukuran plakat, bentuk tidak teratur dan
difus disertai skuama dan ekskoriasi
3

A. B. C.

D. E.
Gambar 1. Tampak eritema berukuran plakat, bentuk tidak teratur dan difus
disertai skuama dan ekskoriasi generalisata (A) Regio Facialis (B) Regio cruris
sinistra (C) Regio cruris dextra (D) Regio antebrachii et dorsum manus dextra et
sinistra (E) Regio abdominalis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien

F. RESUME
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Waled untuk kontrol
keluhan adanya bercak kemerahan mengelupas disertai gatal pada seluruh
tubuh. Keluhan muncul sejak lima bulan yang lalu dan memberat dua hari
yang lalu karena habis obat. Pasien mengaku keluhan diawali gatal-gatal pada
leher setelah beres-beres rumah, kemudian pasien berobat ke klinik terdekat
dan diberi obat untuk keluhan tersebut. Selang 2-3 hari kemudian keluhan
pasien menjadi semakin parah disertai muncul bercak kemerahan dan kulitnya
mengelupas dengan rasa perih dan menggigil.
4

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis pasien normal dan


pada status dermatologi at regio generalisata didapatkan eritema berukuran
plakat, bentuk irreguler dan difus disertai skuama dan ekskoriasi.

G. DIAGNOSIS KERJA
Eritroderma

H. DIAGNOSIS BANDING
- Psoriasis
- Dermatitis Atopi
- Dermatitis Seboroik

I. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan albumin

J. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
- Hentikan obat yang diduga sebagai penyebab
- Kontrol secara teratur
Medikamentosa
- Prednison 4x10mg PO
- Dexosimethasone cream 2x/hari untuk badan
- Momethasone cream 2x/hari untuk wajah
- Cetirizine 10mg pagi PO
- Chlorpheniramin maleate 4mg malam PO

K. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanamtionam : dubia ad bonam
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Eritroderma merupakan pola reaksi kulit yang serius, terkadang
mengancam jiwa, yang ditandai dengan kemerahan yang seragam, infiltrasi,
dan skuama yang melibatkan hampir seluruh kulit.1 Eritroderma adalah
sindrom inflamasi kulit yang ditandai dengan eritema dan deskuamasi
generalisata yang terdiri dari ≥ 90% dari luas permukaan tubuh. Pada beberapa
kasus skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada eritroderma yang
disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama.
2

B. Anatomi Kulit
Kulit terdiri atas tiga lapisan; epidermis, dermis dan subkutis. Di bagian
dalam dermis terdapat lemak subkutan. Kulit manusia memiliki dua tipe: kulit
dengan rambut dan kulit glabrous (tanpa rambut). Kulit glabrous dapat
ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki serta memiliki epidermis
yang lebih tebal.3
Epidermis terdiri atas empat lapisan; stratum korneum, stratum
granulosum, stratum spinosum, and stratum basal. Pada kulit glabrous, lapisan
tambahan (stratum lucidum) berada di antara stratum korneum dan stratum
granulosum. Epidermis mengandung keratinosit, melanosit, sel-sel
Langerhans dan sel-sel Merkel.3
Dermis dibagi menjadi dermis papilar superfisial dan dermis retikular yang
terletak lebih dalam. Dermis mengandung fibroblas, sel-sel mast, histiosit,
monosit, limfosit, dan sel-sel Langerhans. Integritas dermis dipertahankan
oleh matriks penyangga yang mengandung substansi dasar dan dua tipe serat
protein: kolagen, yang memiliki daya regang yang besar dan membentuk
konstituen mayor dari dermis, dan elastin, yang menyusun hanya sebagian
kecil dermis. Pelengkap kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebaseous, dan
kelenjar apokrin serta ekrin juga terdapat pada dermis.3
6

Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan suhu


tubuh, dan merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantalan yang
meredam trauma melalui pennukaan kulit. Deposisi lemak menyebabkan
terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan efek kosmetis. Sel-sel lemak
terbagi-bagi dalam lobus, satu sama lain dipisahkan oleh septa.3

Gambar 2. Penampang kulit3


C. Epidemiologi
Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari
100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun
paling sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-
rata > 50 tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Insiden
eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis. Hal
tersebut seiring dengan meningkatnya insidens psoriasis.3,4
Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan penting lebih dari
setengah kasus dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit
kulit lebih dari seperempat kasus. Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari
160 kasus adalah psoriasis berat.1,3

D. Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik,
perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan. 3 Penyakit
kulit yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%,
dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary 5%.1
7

Secara morfologis gambaran eritroderma menyerupai beberapa


kelainan kulit dan penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan
tertentu.
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang
dapat menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri
(jarang), penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena
kebiasaan masyarakat orang sering melakukan pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional.2 Waktu mulainya obat ke dalam tubuh
hingga timbul penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu.
Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk
lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya
ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.3,5
2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling
banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun
akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.3
Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan
eritroderma yang juga dikenal sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum
diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20 minggu. Ptyriasis rubra pilaris
yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi
eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah
pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.2,3
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal
dapat memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus
eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan
penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan
menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks),
untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal.
Ada kalanya terdapat leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya,
8

jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection) yang


perlu diobati.3,5
Tabel 1. Proses yang Berkaitan dengan Timbulnya Eritroderma4
Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan
Dermatitis atopik Mikosis fungoides Sulfonamid
Dermatitis kontak Penyakit Hodgkin Antimalaria
Dermatofitosis Limfoma Penisilin
Penyakit Leiner Leukemia akut dan kronis Sefalosporin
Liken planus Multipel mieloma Arsen
Mikosis fungoides Karsinoma paru Merkuri
Pemfigus foliaceus Karsinoma rektum Barbiturat
Pitiriasis rubra Karsinoma tuba falopii Aspirin
Psoriasis Dermatitis papuloskuamosa pada Kodein
Sindrom Reiter AIDS Difenilhidantoin
Dermatitis seboroik Yodium
Dermatitis statis Isoniazid
Kuinidin
Kaptopril

E. Patofisiologi
Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui ialah akibat
suatu agent dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh
darah kapiler (eritema) yang universal. Kemungkinan berbagai sitokin
berperan. 3
Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah.
Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat
terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi
kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan deihidrasi.
Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan
suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme
9

kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan


oleh transpirasi meningkat sebanding dengan laju metabolisme basal. 3
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih
per hari sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan
berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama globulin
gamma merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan
disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskuler.3
Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku,
berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang
telah berlangsung berbulan-bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum
yang progresif.3

F. Gambaran Klinis
Mula-mula timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh
dalam waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan,
kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membran mukosa, terutama yag
disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia,
perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Dapat terjadi limfadenopati dan
hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah lipatan.
Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis.
Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, panas,
kering dan kalau diraba tebal. Pasien mengeluh kedinginan. 6
Pengendalian
regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap
kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat
menimbulkan panas metabolik.7
Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat
sekarang semua eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma selalu
sekunder. Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik diperlukan anamnesis
yang teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut
dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja, setelah
penyembuhan barulah timbul skuama.5
a. Eritroderma akibat alergi obat sistemik3
10

Untuk menentukannya diperlukan anamnesis yang teliti. Pengertian


alergi obat secara sistemik ini ialah masuknya obat ke dalam tubuh dengan
berbagai cara, misalnya melalui mulut, hidung, rectum dan vagina, serta
dengan cara suntikan atau infus. Selain itu alergi dapat pula terjadi karena
obat mata, obat kumur, tapal gigi dan melalui kulit sebagai obat luar.
Waktu mulai masuknya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit
bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Bila ada obat lebih dari satu
yang masuk ke dalam tubuuh yang diduga sebagai penyebabnya ialah obat
yang paling sering menimbulkan aergi.
Gambaran klinisnya berupa berupa eritema universal dan skuama
akan timbul di stadium penyembuhan.

Gambar 3. Exfoliative dermatitis: drug induced1


b. Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit3
1) Eritroderma karena psoriasis (psoriasis eritrodermik)
Psoriasis dapat menjadi eritroderma yang disebabkan oleh
penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat,
misalnya pengobatan yang terlalu kuat.
Umumnya terdapat eritema yang tidak merata. Pada tempat
predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematousa
11

dan agak meninggi daripada di sekitarnya dan skuama di tempat itu


lebih tebal. Dapat juga terlihat skuama.

Gambar 4. Exfoliative dermatitis: psoriasis1


2) Penyakit Leiner
Usia penderita antara 4 minggu sampai 20 minggu. Keadaan
umumnya baik, biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritema
universal disertai skuama yang kasa
c. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan.3
Misalnya pada sindrom Sezary: Kelaianan berupa eritema berwarna
merah membara yang universal disertai skuama dan rasa sangat gatal.
Selain itu terdapat pula infiltrat pada kulit dan edema. Pada sepertiga
pasien hingga setengah para pasien didapati splenomegali, limfadenopati
superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris dan
plantaris, serta kuku yang distorfik.
12

Gambar 5. Exfoliative dermatitis: cutaneous T-cell lymphoma1

G. Diagnosis
Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang
sudah ada sebelumnya, misalnya warna hitam-kemerahan di psoriasis dan di
pilaris rubra pityriasis; perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi, erosi, dan
ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis
tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai bercak kulit dalam eritroderma di
pilaris rubra pityriasis; hiperkeratotik skala besar kulit kepala, biasanya tanpa
rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL dan pityriasis
rubra, ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat
menegakkan diagnosis.3

Gambar 6. Pendekatan klinis pada pasien eritroderma4

Pemeriksaan Penunjang
13

a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan penurunan
hemoglobin, peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi
sekunder). Kadar imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE.
Albumin serum menurun dan gamma globulin meningkat relatif.
Didapatkan pula ketidakseimbangan elektrolit karena dehidrasi.4
Pasien dengan eritrodetma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda
dari ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya
masa otot. Beberapa penelitian menunjukan terdapat perubahan
keseimbangan nitrogen dan potasium ketika laju pembentukan skuama
mencapai 17 gr/m2 per 24 jam.4
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat
membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan
50% kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi,
tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis
dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis
dan perpanjangan rete ridge lebih dominan. Namun demikian pemeriksaan
histopatologi tidak terlalu spesifik.4,8
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin
pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik,
seperti bandlike limfoid infiltrat di dermis-epidermis, dengan sel
cerebriform mononuklear atipikal dan Pautrier's microabscesses. Pasien
dengan sindrom Sezary sering menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis
kronis, dan eritroderma jinak mungkin kadang-kadang menunjukkan
beberapa gambaran tidak jelas pada limfoma.4
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit
menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya
memperlihatkan gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun
ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler
dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superfisial juga
ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi
14

diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat


memperlihatkan gambaran khasnya.4

Gambar . Histopatological examination.8

H. Tatalaksana
Nonmedikamentosa
Pada eritroderma golongan I, obat yang diduga sebagai penyebab harus
segera dihentikan.
Medikamentosa
Umumnya pengobatan eritroderma adalah kortikosteroid. Pada golongan I,
yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednisone 4 x 10 mg.
Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari - beberapa
minggu.
Pada golongan II akibat per1uasan penyakit kulit juga diberikan
kortikosteroid. Dosis mula prednison 4x 10-15 mg sehari. Jika setelah
beberapa hari tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak
perbaikan, dosis diturunkan per1ahan-lahan. Jika eritrodenna terjadi akibat
pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan.
Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan asetretin. Lama
15

penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa


bulan, jadi tidak secepat seperti golongan I.
Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama (long term), yakni
jika melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisolon daripada
prednison dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit. Pengobatan
penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil yang baik. Dosis
prednisone 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatannya terdiri atas
kortikosteroid (prednison 30 mg sehari) atau metilprednisolon ekuivalen
dengan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2 - 6 mg
sehari.
Pada eritrodenna kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena
ter1epasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit per1u
pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh
eritema, misalnya dengan salap lanolin 10% atau krim urea 10%.3

I. Prognosis
Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara
sisternik, prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat
dibandingkan dengan golongan yang lain.3
Pada eritrodenna yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan
kortikosteroid hanya mengurangi gejala dan pasien akan mengalami
ketergantungan kortikosteroid (corticosteroid dependence).3
Sindrom Sezary prognosisnya buruk, pasien laki-laki umumnya akan
meninggal setelah 5 tahun, sedangkan pasien perempuan setelah 10 tahun.
Kematian disebabkan oleh infeksi atau penyakit berkembang menjadi mikosis
fungoides..3
J.
16

DAFTAR PUSTAKA

1. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis
Of Clinical Dermatology. 7th ed. The McGraw Hill Companies. 2013.
2. Barboza AC, Candiani JO. A Practical Approach to the Diagnosis and
Treatment of Adult Erythroderma. Actas Dermosifiliogr. 2018; 109(9):777-
790
3. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 7. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Jakarta. 2015.
4. Katz GS, Paller BG, Wolff K. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine,
8th ed. The McGraw Hill Companies. 2011.
5. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 3. Jakarta: EGC,
2013
6. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates; 2000.
7. Graham robin brown, Burn tony. Lecture notes Dermatologi. Jakarta. 2002.
8. Champion RH eds. Rook’s, textbook of dermatology, 8th ed. Washington;
Blackwell Scientific Publications. 2010

Anda mungkin juga menyukai