Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin
Disusun oleh:
Pembimbing:
2022
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN REFERAT IMS Bentuk
Ulkus
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “”.
Penulisan Laporan Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas
Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di Rumah
Sakit Umum Daerah Waled Cirebon. Saya menyadari sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sejak penyusunan sampai dengan terselesaikannya laporan kasus ini. Bersama ini
saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang
setinggitingginya kepada:
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.5 Sifilis......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda
dengan organ lain, kulit terletak pada sisi terluar manusia ini memudahkan
pengamatan, baik dalam kondisi normal maupun sakit. Kulit menjalankan
berbagai tugas dalam memelihara kesehatan manusia secara utuh yang
meliputi fungsi yaitu : (1) perlindungan fisik (terhadap gaya mekanik,
sinar ultraviolet, bahan kimia) (2) perlindungan imunologik (3) ekskresi
(4) pengindera (5) pengaturan suhu tubuh (6) pembentukan vitamin D (7)
kosmetis. Kulit merupakan organ kompleks yang melindungi seseorang
dari lingkungan sekitar seperti agen infeksius, paparan sinar matahari,
debu, maupun paparan lainnya.[1][2]
Penyakit kulit akibat infeksi dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus, maupun jamur. Virus merupakan organisme obligat, umumnya
terdiri atas potongan DNA atau RNA yang diselubungi mantel dari protein
atau lipoprotein. Respons imun terhadap protein virus melibatkan sel T
dan sel B. Antigen virus yang menginduksi antibodi dapat menetralkan
virus dan sel T sitotoksik yang spesifik merupakan imunitas paling efisien
pada imunitas proteksi terhadap virus. Virus menginfeksi dan membelah
diri dalam sel pejamu dan mengarahkan mesin sel untuk mensintesis
partikel infeksius baru. Virus dapat menyebabkan timbulnya lesi kulit
sebagai hasil dari replikasi virus di epidermis atau sebagai efek sekunder
dari replikasi virus di tempat lain pada tubuh. Penyakit kulit dapat
diakibatkan oleh beberapa jenis seperti bakteri, virus, jamur, parasit dan
yang lainnya. Virus yang menyebabkan penyakit kulit antara lain human
papilloma virus (Veruka, Kandiloma Akuminata) , pox virus (moluskum
kontagiosum, variola) dan herpes virus (varisela, herpes zoster, herpes
simpleks). [1][3][4]
1
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Herpes Genitalis
Adalah infeksi akut pada genitalia dengan gambaran khas berupa
vesikel ber kelompok dengan dasar eritematosa, dan cenderung bersifat
rekuren.[10]
b. Penyebab dan epidemiologi
Penyebab : umumnya disebabkan oleh herpes simpleks
virus tipe 2 (herpes virus hominis tipe 2), tetapi sebagian
kecil dapat pula oleh tipe 1. [7]
Umur : dewasa muda masa aktif sexual
Jenis kelamin : Perempuan = laki-laki
Faktor yang memengaruhi rekurensi penyakit atau trigger
factor, antara lain: menstruasi, koitus, gangguan
pencernaan, stres emosi, kecapaian, dan obat-obatan.
c. Patogenesis
5
f. Pemeriksaan penunjang[7]
1. Menemukan badan inklusi pada sediaan apus cairan vesikel
yang dicat dengan Giemsa (percobaan Tzanck).
7
1. Lesi inisial
asiklovir 5 x 200 mg selama 7 hari.
8
i. Pencegahan
Pasien diminta menjaga kebersihan diri, tidak saling meminjam alat
mandi, misalnya handuk, pakaian dan mainan, mencegah kontak fisik
sesama teman, dan selama sakit dilarang berenang. [1]
j. Prognosis
Pada pasien imunokompeten dapat swasirna dalam 6-9 bulan tanpa
meninggalkan parut, kecuali jika mengalami infeksi. [1]
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : bonam
c. Gambaran Klinis
Masa inkubasi ulkus mole pendek berkisar antara 3 sampai 7 hari,
jarang sampai 14 hari, tanpa gejala prodromal. Masa inkubasi bisa
memanjang pada pengidap HIV. Diawali dengan papul inflamasi yang
cepat berkernbang menjadi ulkus nyeri dalam 1-2 hari. Tidak dijurnpai
gejala sistemik. Ulkus multipel, dangkal, tidak terdapat indurasi, sangat
nyeri. Bagian tepi bergaung, rapuh, tidak rata, kulit atau mukosa sekeliling
ulkus eritematosa. Dasar ulkus dilapisi oleh eksudat nekrotik kuning
keabu-abuan dan mudah berdarah jika lapisan tersebut diangkat. Tidak
terdapat stadium vesikel. Tempat masuk kuman merupakan daerah yang
sering atau rnudah mengalami abrasi, erosi atau ekskoriasi akibat trauma,
atau iritasi yang berkaitan dengan higiene perorangan yang kurang baik.
Ulkus dapat menyebar ke perineum, anus, skrotum, tungkai atas, atau
abdomen bagian bawah sebagai akibat inokulasi sendiri. Ulkus mole dapat
terjadi di dalam uretra dan menimbulkan keluhan dan gejala seperti pada
uretritis non-gonore Ulkus pada pasien laki-laki berlokasi di preputium,
frenulum, dan sulkus koronarius, sedangkan pada pasien perempuan
terdapat di introitus, vestibulum dan labia minora. Pada laki-laki yang
tidak disirkumsisi, sebagian besar infeksi akan mengenai preputium atau
jaringan yang diliputinya. Selain lembab dan basah, daerah ini paling
mudah terluka pada waktu melakukan aktivitas seksual. Pasien perempuan
kadang-kadang tidak menyadari dirinya telah terinfeksi, keluhan pada
perempuan seringkali tidak berhubungan dengan ulkus, misalnya disuria,
nyeri saat defekasi, dispareunia atau duh vagina. Ulkus tidak senyeri pada
laki-laki. Lesi intra vagina jarang ditemukan dan biasanya tidak begitu
nyeri. Dapat pula terjadi lesi pada serviks, perineum, anorektum atau
orofarings. Ulkus multipel kadang-kadang membentuk kissing lesions,
yaitu lesi yang timbul pada pennukaan yang saling berhadapan. Pada 50%
pasien dapat dijumpai bubo inguinal dan umumnya unilateral. Bubo
seringkali berfluktuasi dan mudah pecah. Beberapa varian ulkus mole
meliputi: Dwarf chancroid: lesi kecil, dangkal, dapat menyerupai herpes
12
e. Pemeriksaan Penunjang
Isolasi H.ducreyidari lesi atau aspirasi kelenjar getah bening.
Biakan H.ducreyi sulit dilakukan dan sensitivitas berkisar antara 60-80%.
Tes polymerase chain reactions (PCR) memberikan hasil yang cepat,
spesifik dan sensitivitas yang lebih baik dibandingkan kultur, namun
mahal sehingga hanya digunakan pada riset. Pemeriksaan langsung bahan
ulkus, yang diambil dari dasar ulkus yang bergaung, dengan pewamaan
Gram menunjukkan basil kecil Gram-negatif yang berderet berpasangan
seperti rel kereta api atau sekumpulan ikan yang berbaris. Sensitivitas dan
spesifisitas cara ini kurang dari 50%.
f. Diagnosis
Temuan H. Ducreyi pada kultur atau PCR merupakan diagnosis
definitif. Dalam ketiadaan konfirmasi mikrobiologis, diagnosis
berdasarkan atas temuan klinis, epidemiologis, serta telah menyingkirkan
kemungkinan herpes dan sifilis.
g. Diagnosis Banding
Ulkus mole dapat didiagnosis banding dengan sifilis primer;
donovanosis; atau herpes genitalis. Bubo ulkus mole didiagnosis dengan
limfogranuloma venereum.
h. Tatalaksana
Pengobatan yang dianjurkan: Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari per
oral, selama 3 hari atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari per oral, selama 7
hari, atau Azitromisin 1 gram per oral, dosis tunggal, atau Seftriakson 250
mg injeksi intramuskular, dosis tunggal
Pengobatan lokal untuk ulkus dapat dilakukan dengan kompres
atau rendam dalam larutan salin sehingga dapat menghilangkan debris
nekrotik dan mempercepat penyembuhan ulkus. Aspirasi jarum dianjurkan
pada bubo berukuran 5 cm atau lebih, dengan fluktuasi di bagian tengah,
untuk mencegah pecahnya bubo.
14
e. Pemeriksaan penunjang
Apusan jaringan (tissue smear) yang diperoleh dari kerokan tepi
jaringan ulkus dan diwamai dengan Giemsa, Wright, atau pewamaan
Leishman. ldentifikasi organisme secara histologis dalam vakuol di dalam
sitoplasma makrofag (badan Donovan). Organisme berbentuk seperti
peniti (safety pin) atau pegangan telpon. Kadang-kadang diperlukan biopsi
(biopsi plong) bila terdapat kasus dengan dugaan kuat granuloma
inguinale secara klinis, namun sediaan apusan jaringan secara berulang
selalu negatif; atau untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan
f. Diagnosis dan diagnosis banding
16
Tatalaksana [1]
Prinsip pengobatan: Lama pengobatan antara 3 minggu sampai 3
bulan, hingga sembuh Bila bersamaan dengan infeksi HIV, diperlukan
waktu pengobatan yang lebih panjang Pengobatan spesifik berupa:
Doksisiklin 2 x 100 mg/hari, per oral Azitromisin 1 gram per oral
setiap minggu Eritromisin base 4 x 500 mg/hari per oral
Prognosis
Pada kasus dini, prognosis baik untuk kesembuhan total. Pada
kasus yang sudah lanjut dapat terjadi destruksi jaringan yang memerlukan
pembedahan radikal.
2.4 Sifilis
a. Definisi
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pal/idum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalannya dapat
menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit,
mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin
b. Penyebab dan epidemiologi [7]
Asal penyakit ini tak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di
Eropa. Ada yang menganggap penyakit ini berasal dari penduduk Indian
yang dibawa oleh anak buah Columbus waktu mereka kembali ke Spanyol
pada tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad
ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis dan gonore disebabkan oleh
sanggama dan keduanya dianggap disebabkan oleh infeksi yang sama.
17
Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa, sesudah tahun 1860 morbilitas
sifilis di Eropa menurun cepat, mungkin karena perbaikan sosioekonomi.
Selama Perang Dunia kedua insidensnya meningkat dan mencapai
puncaknya pada tahun 1946, kemudian makin menurun. lnsidens sifilis di
berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisar antara 0,04-
0,52%. lnsidens yang terendah di Cina, sedangkan yang tertinggi di
Amerika Selatan. Di Indonesia insidensnya 0,61 %. Di bagian kami
penderita yang terbanyak ialah stadium laten, di susul sifilis stadium I
yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.
c. Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan
Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales,
familia Spirochaetaceae, dan genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral
teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0, 15 um, terdiri atas delapan
sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang
aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara
pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam.
Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan. Di luar
badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk transfusi
dapat hidup tujuh puluh dua jam.
d. Patogenesis
Pada sifilis yang didapat, Tpallidum masuk ke dalam kulit melalui
mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui sanggama. Kuman tersebut
membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas
sel-sel limfosit dan selsel plasma, terutama di perivaskular,
pembuluhpembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh Tpallidum
dan sel-sel radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium
kapiler dan jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah
kecil menyebabkan perubahan hipertrofik endotelium yang menimbulkan
obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Kehilangan pendarahan akan
menyebabkan erosi, pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum
18
f.Gejala Klinis
Sifilis primer
Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu. T. Pallidum
masuk ke dalam selaput lendir atau kulit yang telah mengalami lesi/mikro-
lesi secara langsung, biasanya melalui sanggama. Treponema tersebut
akan berkembang biak, kemudian terjadi penyebaran secara limfogen dan
hematogen. Kelainan kulit dimulai sebagai papul lentikular yang
permukaannya segera menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus.
Ulkus tersebut biasanya bulat, solitar, dasamya ialah jaringan granulasi
berwama merah dan bersih, di atasnya hanya tampak serum. Dindingnya
tak bergaung, kulit di sekitamya tidak menunjukkan tanda-tanda radang
akut. Yang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu
disebut ulkus durum. Kelainan tersebut dinamakan afek primer dan
umumnya berlokasi pada genitalia ekstema. Pada pria tempat yang sering
dikenai ialah sulkus koronarius, sedangkan pada wanita di labia minor dan
mayor. Selain itu juga dapat di ekstragenital, misalnya di lidah, tonsil, dan
anus. Afek primer tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh
minggu. Seminggu setelah afek primer, biasanya terdapat pembesaran
kelenjar getah bening regional di inguinalis medialis. Keseluruhannya
disebut kompleks primer. Kelenjar tersebut solitar, indolen, tidak lunak,
besamya biasanya lentikular, tidak supuratif, dan tidak terdapat
periadenitis. Kulit di atasnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut.
lstilah sypl'lilis d'emblee dipakai, jika tidak terdapat afek primer. Kuman
masuk ke jaringan yang lebih dalam, misalnya pada transfusi darah atau
suntikan.
Sifilis sekunder timbul setelah enam sampai delapan minggu sejak
S I dan sejumlah sepertiga kasus masih disertai S I. Lama S II dapat
sampai sembilan bulan. Berbeda dengan S I yang tanpa disertai gejala
20
Papul
Bentuk ini merupakan bentuk yang paling sering terlihat pada S II.
Bentuknya bulat, ada kalanya terdapat bersama-sama dengan roseola.
Papul tersebut dapat berskuama yang terdapat di pinggir (kolerat) dan
disebut papulo-skuamosa. Skuama dapat pula menutupi permukaan papul
sehingga mirip psoriasis, oleh karena itu dinamai psoriasiformis. Jika
papul-papul tersebut menghilang dapat meninggalkan bercak-bercak
hipopigmentasi dan disebut leukoderma koli atau collar of Venus. Selain
papul yang lentikular dapat pula terbentuk papul yang likenoid, meskipun
jarang; dapat pula folikular dan ditembus dan simetrik, sedangkan pada
yang lanjut bersifat setempat dari tersusun secara tertentu· arsinar, sirsinar,
polisiklik, dan korimbiformis: Jika pada dahi susunan yang arsinar/sirsinar
tersebut dinamakan korona venerik karena menyerupai mahkota. Papul-
papul tersebut juga dapat dilihat pada sudut mulut, ketiak, di bawah
mamma, dan alat genital.
Pustul
Bentuk ini jarang terdapat. Mula-mula terbentuk banyak papul
yang segera menjadi vesikel dan kemudian terbentuk pustul, sehingga di
samping pustul masih pula terlihat papul. Bentuk pustul ini lebih sering
tampak pada kulit berwama dan jika daya tahan tubuh menurun.
Timbulnya banyak pustul ini sering dsertai demam yang intermiten dan
penderita tampak sakit, lamanya dapat bermingguminggu. Kelainan kulit
demikian disebut sifilis varise/iformis karena menyerupai varisela.
Bentuk lain Kelainan lain yang dapat terlihat pada ialah banyak
papul, pustul, dan krusta yang berkonfluensi sehingga mirip impetigo,
karena itu disebut sifilis impetiginosa. Dapat pula timbul berbagai ulkus
22
yang ditutupi oleh krusta disebut ektima sifilitikum. Bila krustanya tebal
disebut rupia sifilitika. Disebut sifilis ostrasea jika ulkus meluas ke perifer
sehingga berbentuk seperti kulit kerang. Sifilis berupa ulkus-ulkus yang
terdapat di kulit dan mukosa disertai demam dan keadaan umum buruk
disebut sifilis maligna yang dapat menyebabkan kematian. Tes serologik
sering negatif atau positif lemah. Sifilis tersebut terdapat pada penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah.
S II pada mukosa Biasanya timbul bersama-sama dengan
eksantema pada kulit, kelainan pada mukosa ini disebut enantem, terutama
terdapat pada mulut dan tenggorok. Umumnya berupa macula eritematosa,
yang cepat berkonfluensi sehingga membentuk eritema yang difus,
berbatas tegas dan disebut angina sifilitika eritematosa. Keluhannya nyeri
pada tenggorok, terutama pada waktu menelan. Sering faring juga
diserang, sehingga memberi keluhan suara parau. Pada eritema tersebut
kadang-kadang terbentuk bercak putih keabu-abuan, dapat erosif dan
nyeri. Kelainan lain ialah yang disebut plaque muqueuses (mucous patch),
berupa papul eritematosa, permukaannya datar, biasanya miliar atau
lentikular, timbulnya bersama-sama dengan S II bentuk papul pada kulit.
Plaque muqueuses tersebut dapat juga terletak di selaput lendir alat genital
dan biasanya terletak di selaput lendir alat genital dan biasanya erosif.
Umumnya kelainan pada selaput lendir tidak nyeri, lamanya beberapa
minggu.
Sifilis laten dini Laten berarti tidak ada gejala klinis dan kelainan,
termasuk alat-alat dalam, tetapi infeksi masih ada dan aktif. Tes serologik
darah positif, sedangkan tes likuor serebrospinalis negatif. Tes yang
dianjurkan ialah VDRL dan TPHA.
Stadium rekuren Relaps dapat terjadi baik secara klinis berupa
kelainan kulit mirip S II, maupun serologik yang telah negatif menjadi
positif. Hal ini terjadi terutama pada sifilis yang tidak diobati atau yang
mendapat pengobatan tidak cukup. Umumnya bentuk re/aps ialah S II,
kadang-kadang S I, Kadang-kadang re/aps terjadi pada tempat afek primer
23
menekan bronkus kiri dan menyebabkan kolaps paru; dapat pula menekan
nervus laringeal dan menyebabkan suara menjadi parau. Kematian
disebabkan oleh ruptur ke trakea, pleura, perikardium, atau mediastinum.
Aneurisma aorta abdominalis hampir selalu karena perubahan
arteriosklerotik, biasanya tanpa gejala. Diagnosis aneurisma aorta
ditegakkan dengan sinar-X.· Tes serologik positif pada 80% kasus.
g. Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi
Kelainan yang utama pada sifilis ialah proliferasi sel-sel
endotel terutama terdiri atas infiltrat perivaskular tersusun oleh sel-
sel limfoid dan sel-sel plasma. Pad a S II Ian jut dan S II I juga
terdapat infiltrat granulomatosa terdiri atas epiteloid dan sel-sel
raksasa.
h. Diagnosis Banding
1. Herpes simpleks Penyakit ini residif dapat disertai rasa gatal/
nyeri, lesi berupa vesikel di atas kulit yang eritematosa,
berkelompok. Jika telah pecah tampak kelompok erosi, sering
berkonfluensi dan polisiklik, tidak terdapat indurasi.
2. Ulkus piogenik Akibat trauma misalnya garukan dapat terjadi
infeksi piogenik. Ulkus tampak kotor karena mengandung pus,
nyeri, tanpa indurasi. Jika terdapat limfadenitis regional disertai
tanda-tanda radang akut dapat terjadi supurasi yang serentak, dan
terdapat leukositosis pada pemeriksaan darah tepi.
3. Skabies Pada skabies lesi berbentuk beberapa papul atau vesikel
di genitalia ekstema, terasa gatal pada malam hari. Kelainan yang
sama terdapat pula pada tempat predileksi, misalnya lipat jari
tangan, perianal. Orang-orang yang serumah juga akan menderita
penyakit yang sama.
26
29
DAFTAR PUSTAKA
[2] Chu DH. Development and structure of the skin. Dalam: Wollf K, Goldsmith LA,
Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, penyunting. Fitzpatrick's
Dermatolgy in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008:57–
72.
[4] Baratawidjaya, Karnen Garna, Rengganis Iris., 2018. Imunologi Dasar Edisi ke
12. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. hal 373-
376.
[7] S. (K) Prof. Dr. R.S Siregar, SARIPATI PENYAKIT KULIT. Jakarta: EGC, 2018.
30
31
[10] C. Johnston, “Current Concepts for Genital Herpes Simplex Virus Infection :
Diagnostics and Pathogenesis of Genital Tract Shedding,” vol. 29, no. 1, pp. 149–
161, 2018, doi: 10.1128/CMR.00043-15.Address.