KANDIDIASIS
Disusun
Oleh: Ling
Ling
I4061211023
Pembimbing:
dr. Retno Mustikaningsih, M.Kes, Sp. KK
Disusun oleh:
Ling Ling
I4061211023
Telah disetujui,
Pontianak, 7 November 2021
Pembimbing Laporan Kasus Penulis
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Kandidiasis”. Tugas laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura di RSUD Dr. Soedarso serta diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembacanya.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Retno
Mustikaningsih, M.Kes, Sp. KK selaku pembimbing atas bantuan, masukan, dan
bimbingan beliau sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada laporan kasus ini karena
keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, atas perhatian dan dukungannya, penulis
mengucapkan terima kasih.
Ling Ling
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Anamnesa
2.2.1 Keluhan Utama
Gatal pada daerah selangkangan, perut, dan bokong.
2.4 Resume
Pasien datang dengan keluhan gatal sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan muncul
di selangkangan, perut, dan bokong. Pasien merasakan gatal awalnya di
selangkangan, kemudian menyebar ke bokong dan perut. Keluhan gatal hilang
timbul dan sering digaruk hingga luka dan perih. Pasien mengaku rasa gatal
diperberat saat malam hari. Pasien sebelumnya belum pernah berobat ke
dokter untuk keluhan yang dirasakan, Pasien sebelumnya memiliki riwayat
menggunakan salep cinolon yang mengandung neomycin sulphate dan
flucinolon acetonide yang dianjurkan oleh keluarganya dan sempat kering
namun tidak membaik. Status dermatologis tampak Bercak eritematosa
berbatas tegas, bersisik, dan basah. Lesi dikelilingi satelit berupa vesikel-
vesikel kecil dan pustul-pustul kecil yang pecah meninggalkan daerah erosif
dengan pinggir kasar dan berkembang seperti lesi primer pada regio pubis,
regio gluteus dextra sinistra, dan regio lumbar dextra.
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Terapi Non-medikamentosa
a. Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan, sering mengganti pakaian yang
sudah berkeringat
b. Edukasi pasien untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat
c. Mandi 2/3 kali sehari
d. Edukasi pasien untuk tidak berbagi handuk atau alat pribadi lainnya
dengan orang lain
2.9 Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kandidiasis
3.1.1 Definisi
Kandidiasis adalah infeksi oportunistik akibat Candida, yang dapat
menyerang rongga mulut, vagina, penis, atau bagian tubuh lainnya. Infeksi
Candida yang tidak diobati membawa risiko menyebabkan infeksi sistemik di
mana organ lain dapat terlibat dan dapat menyebabkan sepsis.5
3.1.2 Epidemiologi
Kandidiasis terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur,
baik laki-laki maupun perempuan. Sumber agen penyebab utama adalah
pasien, namun transmisi dapat terjadi melalui kontak langsung dan fomites.1
3.1.3 Etiologi
Jamur Candida hidup sebagai saprofit, terutama terdapat di traktus
gastrointestinal, selain itu di vagina, uretra, kulit, dan di bawah kuku. Agen
penyebab tersering untuk kelainan di kulit, genital, dan mukosa oral adalah
Candida albicans, sedangkan spesies non-albicans yang sering menimbulkan
kelainan adalah Candida dubliniensis, Candida glabrata, Candida
guillermondii, Candida krusei, Candida lusitaniae, Candida parapsilosis,
Candida pseudotropicalis, dan Candida tropicalis.1
3.1.4 Patofisiologi6
Kemampuan C. albicans untuk menginfeksi inang yang beragam
didukung oleh berbagai faktor virulensi, termasuk transisi morfologis antara
ragi dan bentuk hifa, ekspresi adhesin dan invasin pada permukaan sel,
tigmotropisme, pembentukan biofilm, peralihan fenotipik dan sekresi enzim
hidrolitik dianggap sebagai faktor virulensi. Selain itu, adaptasi cepat terhadap
fluktuasi pH lingkungan, fleksibilitas metabolisme, sistem akuisisi nutrisi yang
kuat, dan mesin respons stres yang kuat juga merupakan factor yang
mendukung infeksi kandidiasis.6
3.1.5 Klasifikasi1
Infeksi Candida dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kandidiasis oral
a. Kandidiasus oral (oral thrush)
b. Parleche (keilitis angular atau kandidal keilosis
2. Kandidiasis kutis dan selaput lender genital
a. Lokalisata
1. daerah intertriginosa
2. daerah perianal dan scrotal
b. Vulvovaginitis
c. Balanitis atau balanopostitis
d. Diaper candidosis
e. Kandidosis kutis granulomatos
3. Paronikia candida dan onikomikosis candida
4. Kandidiasis kongenital
5. Kandidiasis mukokutan kronik
6. Reaksi id
3.1.9 Tatalaksana
1. Non-medikamentosa
Hindari penggunaan handuk atau pakaian bergantian dengan orang lain
Cuci handuk yang kemungkinan terkontaminasi
Daerah yang terkena harus dijaga tetap kering dan tidak lembab
Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan, sering mengganti pakaian
yang sudah berkeringat
Edukasi pasien untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat
2. Medikamentosa
Rekomendasi pedoman dari Infectious Diseases Society of
America (IDSA) untuk pengobatan kandidiasis orofaringeal dirangkum
dalam Tabel 3.1. Terapi topikal (misalnya klotrimazol troches atau
suspensi nistatin atau pastiles) direkomendasikan sebagai pengobatan lini
pertama untuk pasien dengan episode awal penyakit ringan. Pengobatan
awal yang direkomendasikan untuk penyakit sedang hingga berat adalah
flukonazol oral 100-200 mg (3 mg/kg) sekali sehari selama 7-14 hari.
Untuk kandidiasis esofagus, terapi antijamur sistemik selalu diperlukan,
dan flukonazol oral 200-400 mg (3-6 mg/kg) setiap hari selama 14-21 hari
dianjurkan.8
Pasien datang dengan keluhan gatal sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan muncul
di selangkangan, perut, dan bokong. Pasien merasakan gatal awalnya di
selangkangan, kemudian menyebar ke bokong dan perut. Hal ini sesuai dengan gejala
gatal pada kandidiasis dan lokasi distribusi kandidiasis kutis lokalisata regio
intertriginosa yaitu lesi di daerah lipatan kulit ketiak, genitocrural, intergluteal, lipat
payudara, interdigital, dan umbilical, serta lipatan kulit dinding perut berupa bercak
berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritemastosa.1 Pasien merupakan mahasiswa yang
sering beraktivitas di luar ruangan dan pasien selalu memakai pakaian tebal saat
berada di luar ruangan sehingga banyak berkeringat dan membuat kulit terutama di
sekitar lipatan menjadi lembab, hal ini juga sesuai dengan faktor risiko terjadi
kandidiasis pada kulit yang lembab.6
Pasien sempat mencoba mengobati keluhannya dengan obat topical yang
disarankan oleh keluarganya dengan merk dagang cinolon yang memiliki kandungan
neomycin sulphate dan flucinolon acetonide, neomycin sulphate merupakan antibiotic
yang bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri, flucinolon acid merupakan
kortikosteroid yang membantu meredakan bengkak, gatal, dan kemerahan pada kulit.
Namun, tidak membaik karena obat topical tersebut hanya bekerja pada bakteri,
sedangkan infeksi kandidiasis disebabkan oleh spesies Candida yang merupakan
jamur.11
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan lesi eritematosa sirkumskrip,
hiperpigmentasi, dan dikelilingi lesi satelit. Lesi satelit merupakan penampakan yang
khas pada pasien dengan kandidiasis.12
Pasien diberikan terapi antijamur topical berupa mikonazol 2%. Mikonazol
merupakan antijamur golongan imidazole. Pasien juga diberikan antijamur oral
berupa itrakonazol 200 mg dosis tunggal. Itrakonazol merupakan antijamur golongan
azol. Pada pasien juga diedukasi untuk menjaga kebersihan, sering mengganti
pakaian yang sudah berkeringat, mandi 2-3 kali sehari, memakai pakaian yang dapat
menyerap keringat, dan tidak berbagi handuk atau alat pribadi lainnya dengan orang
lain.
BAB V
KESIMPULAN
Nn. RUA berusia 18 tahun di diagnosis kandidiasis kutis dan selaput lendir
genital pada regio pubis, regio gluteus dextra sinistra, dan regio lumbar dextra.
Tampak lesi eritematosa, sirkumskrip, bersisik, basah, dan dikelilingi lesi satelit.
Pasien diberikan terapi mikonazol topical 2% dan itrakonazol 200 mg dosis tunggal.
Pasien diedukasi untuk menjaga kebersihan, sering mengganti pakaian yang sudah
berkeringat, mandi 2-3 kali sehari, dan memakai pakaian yang dapat menyerap
keringat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi, Djuanda,2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7 Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.
2. Spampinato C, Leonardi D. Candida infections, causes, targets, and resistance
mechanisms: traditional and alternative antifungal agents. BioMed Research
International. 2013. p. 1–13. 2.
3. Tsui C, Kong EF, Jabra R, Mary A. Pathogenesis of candida albicans biofilm.
Vol. 74, Pathogens and disease. 2016. 3.
4. Jiwintarum Y, Urip, Wijaya AF, Diarti MW. Media alami untuk pertumbuhan
jamur candida albicans penyebab kandidiasis dari tepung biji kluwih
(artocarpus communis). J Kesehat Prima. 2017;11(2):158–70.
5. Palese, Enzo, Maurizio Nudo, Grazia Zino, Valeria Devirgiliis, Mattia
Carbotti et al. Cutaneous candidiasis caused by Candida albicans in a young
non- immunosuppressed patient: an unusual presentation. Int J Immunopathol
Pharmacol; 2018.
6. Mayer, Francois L, Wilson Duncan, dan Bernhard Hube. Candida albicans
pathogenicity mechanism. Virulence. 2013; 4(2): 119-128
7. Vaginal thrush. Biophoto Associates/Science Photo Library. Available at:
http://www.sciencephoto.com/. Accessed 2 Sept 2015.
8. Rex JH, Walsh TJ, Sobel JD, Filler SG, Pappas PG, Dismukes WE, et al.
Practice guidelines for the treatment of candidiasis. Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis. 2000;30:662–678. doi: 10.1086/313749.
9. Pappas PG, Kauffman CA, Andes D, Benjamin DK, Jr, Calandra TF, Edwards
JE, Jr, et al. Clinical practice guidelines for the management of candidiasis:
2009 update by the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis.
2009;48:503–535. doi: 10.1086/596757.
10. Edwards S, Bunker C, Ziller F, van der Meijden WI. 2013 European guideline
for the management of balanoposthitis. Int J STD AIDS. 2014;25:615–626.
11. American Society for Microbiology. Neomycin Sulfate Improves the
Antimicrobial Activity of Mupirocin-Based Antibacterial Ointments.
Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 2016; 60(2).
12. Kalra, Monica D, Kim E Higgins, dan Bruce S. Kinney. Intertrigo and
secondary skin infections. Am Fam Physician. 2014; 89 (7): 569-573.