Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN KASUS

MALASSEZIA FOLIKULITIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan


Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Disusun :
Nikki Faj Rahmawati
17711095
Pembimbing :
dr. Dhyah Aksarani Handamari, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD dr. SOEDONO MADIUN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
MARET 2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN KASUS

MALASSEZIA FOLIKULITIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan


Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD dr. Soedono Madiun

Disusun oleh :

Nikki Faj Rahmawati

17711095

Telah dipresentasikan tanggal :

Maret 2022

Mengetahui,

Dokter Pembimbing / Penguji

dr. Dhyah Aksarani Handamari, Sp.KK

2
A. IDENTITAS
Nama : Nn. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 12 Tahun
Alamat : Asrama 501 Jl. Urip Sumoharjo Nambangan Lor
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
No. RM : 6604540
Penjamin : BPJS non PBI

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap Nn. T pada tanggal 17
Februari 2022.
1. Keluhan Utama
Gatal di punggung dan perut
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak ± 2 bulan yang lalu muncul keluhan gatal disertai bintil-bintil
kemerahan di punggung. Awalnya bintil-bintil berjumlah sedikit lalu pada
hari berikutnya semakin bertambah banyak. Gatal dirasakan hilang
timbul. Semakin gatal saat berkeringat dan ketika cuaca panas. Pasien
sering menggaruk untuk mengurangi rasa gatal. Riwayat pengobatan
dengan scabimite sudah tiga kali pemakaian (atas saran dokter umum)
namun keluhan tidak membaik. Riwayat oles-oles yaitu minyak kayu
putih. Riwayat minum jamu disangkal. Riwayat demam, batuk, pilek saat
keluhan muncul disangkal. Riwayat cacar air disangkal. Pasien mandi 2
kali sehari, menggunakan air dingin, sabun batang, dan handuk milik
pribadi. Pasien memiliki hewan peliharaan berupa kucing.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal.

3
Riwayat keluhan atau penyakit kulit lain disangkal.
Riwayat trauma dan operasi disangkal.
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa pada anggota keluarga lain disangkal.
Riwayat penyakit kulit lainnya disangkal.
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
5. Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan, obat-obatan, dan suhu disangkal
Riwayat bersin-bersin di pagi hari disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
2. Antropometri
Berat Badan : 49 Kg
Tinggi Badan : 135 cm
IMT : 21,9 Kg/m2 (normal)
3. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 115/80 mmHg
Frekuensi nadi : 90 kali/menit
Laju respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36.3 0C
Kesimpulan : Tanda vital dalam batas normal

4
D. STATUS DERMATOLOGIS
1. Ujud Kelainan Kulit (UKK) / Eflorosensi

Pada regio abdominal dan thorakalis posterior terdapat makula


hiperpigmentasi berbatas tegas dan papul eritema berbatas tegas
multiple tersebar.

2. Dokumentasi UKK

Gambar 1. Pada regio abdominal terdapat papul eritema berbatas tegas


multiple tersebar.

5
Gambar 2. Pada regio thorakalis posterior terdapat makula
hiperpigmentasi berbatas tegas

E. DIAGNOSIS BANDING
1. Malassezia Folikulitis
2. Acne Vulgaris
3. Erupsi Akneiformis

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang KOH menggunakan
perbesaran 100x dengan hasil:

Terdapat spora yang bergerombol, namun tidak ditemukan gambaran hifa.

6
G. DIAGNOSIS
Malassezia Folikulitis

H. TERAPI
1. Non farmakoterapi
- Perbaikan hygiene
- Penggunaan pakaian yang tidak ketat
- Penghentian antibiotic dan steroid
- Perawatan kulit: pembersih/sabun, agen pengontrol sebum (rutinitas
perawatan kulit
2. Farmakoterapi
- Sistemik:
Antijamur: ketokonazol 200 mg 2x1
Antihistamin: cetirizine 10 mg 1x1
- Topikal:
Antijamur: ketokonazol 2% 2x1

7
I. PENULISAN RESEP

KLINIK DOKTER
dr. Nikki Faj Rahmawati
No. SIP 17711095
Jalan Basmalah No.21, Madiun

Madiun, 17 Februari 2022

R/ Cetirizine tab 10 mg No. X


S 1 dd tab 1
R/ Ketokonazol tab 200 mg No. XX
S 2 dd tab 1
R/ Ketokonazol 2% cream No.I
S 2ue

Pro : Nn. T Alamat : Nambangan Lor


Usia : 12 tahun No. RM : 6604540

J. EDUKASI
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita saat ini adalah
Malassezia folikulitis yaitu peradangan pada kulit akibat peningkatan
populasi jamur flora normal kulit.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa kondisi ini dapat terjadi karena
peningkatan sekresi kelenjar keringat dan sebum serta kolonisasi jamur
Malassezia sp. yang berlebihan.
3. Menjelaskan kepada pasien pengobatan diberikan untuk mengurangi
keluhan gatal yaitu cetirizine diminum 1x1 dan antijamur oral yang
diminum 2x1, serta antijamur salep yang dioleskan 2x1.

8
4. Menjelaskan kepada pasien untuk kemungkinan adanya kekambuhan jika
faktor pencetus dan lingkungan tidak terkontrol.

K. SARAN
1. Melakukan perawatan kulit.
2. Menghindari pencetus dan faktor lingkungan agar keluhan tidak kambuh/
berulang.
3. Menjaga kebersihan dengan mandi dan cuci wajah minimal 2x sehari.
4. Bila berkeringat atau merasa gerah disarankan untuk mandi maupun
mencuci wajah, seka dengan waslap basah, dan segera mengganti pakaian.

L. PROGNOSIS
• Quo Ad vitam : Bonam
• Quo Ad sanationam : Bonam
• Quo Ad fungsionam : Bonam

M. KOMPLIKASI
Tidak ada komplikasi pada pasien ini.

9
TINJAUAN PUSTAKA
MALASSEZIA FOLIKULITIS

A. DEFINISI
Malassezia Folikulitis atau dikenal juga sebagai fungal acne merupakan
penyakit kulit akibat proliferasi/peningkatan populasi Malassezia sp. yang
merupakan jamur flora normal kulit. Kondisi ini dapat terjadi akibat sumbatan
folikel dan ketidaksimbangan flora normal kulit. (Perdoski, 2017; Rubenstein,
2014)

B. ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI


Etiologi Malassezia Folikulitis adalah Malassezia sp. yang telah lama
diketahui sebagai bagian dari flora normal kulit. Beberapa penelitian terakhir
juga melaporkan adanyan hubungan Malassezia sp. dengan dermatitis atopic
dan psoriasis.
Epidemiologi Malassezia Folikulitis lebih sering dialami oleh laki-laki
dibandingkan perempuan. Namun penelitian lain menyebutkan proporsi laki-
laki dan perempuan sama. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa fungal
acne umum ditemukan pada remaja dan dewasa muda, jarang ditemukan pada
anak (Choi, 2020; Vlachos, 2020; Vest, 2021). Malassezia folikulitis lebih
banyak ditemui di daerah tropis, mungkin karena kelembaban tinggi dan suhu
panas, tetapi juga dilaporkan pada daerah beriklim dingin saat musim panas.
(Menaldi, 2016)

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor risiko terjadinya Malassezia Folikulitis adalah secara umum terdiri
atas faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik berkaitan dengan
peningkatan sekresi kelenjar keringat dan sebum dan kolonisasi Malassezia sp.
Faktor intrinsik individu terdiri dari hygiene yang buruk seperti jarang mandi,
mengenakan pakaian dan handuk berulang kali atau jarang dicuci, dan tidak
segera mandi/cuci wajah setelah aktivitas berkeringat.

10
Faktor predisposisi antara lain: diabetes melitus, penggunaan
glukokortikoid, antibiotik, obat imunosupresif, kehamilan, keganasan
(leukemia, penyakit Hodgkin), transplantasi organ (ginjal, jantung, sumsum
tulang), AIDS, serta sindrom Down (Perdoski, 2017).

D. PATOGENESIS
Patofisiologi Malassezia folikulitis (fungal acne) timbul akibat respons
inflamasi terhadap invasi jamur pada folikel rambut disertai hidrolisis
trigliserida oleh aktivitas enzim lipase dan fosfolipase jamur.
Hidrolisis trigliserida dapat menyebabkan kerusakan pada sawar epitel
kulit dan sensitisasi terhadap alergen yang dihasilkan Malassezia. Respons
inflamasi juga timbul karena Malassezia dapat menstimulasi keratinosit
menghasilkan sitokin inflamasi melalui toll-like receptor-2 (TLR-2). Sitokin
inflamasi yang dihasilkan; IL-1α, IL-6, IL-8, IL-12, dan TNF-α. (Choi, 2020)
Beberapa kondisi yang dapat mengganggu keseimbangan unit pilosebasea
dan berkontribusi dalam patogenesis fungal acne:
§ Gangguan respons imun yang ditandai dengan peningkatan
prevalensi fungal acne pada pasien imunokompromais
§ Peningkatan produksi sebum yang terjadi pada kehamilan dan acne
§ Gangguan flora normal kulit yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik
spektrum luas
§ Sumbatan unit pilosebasea akibat penggunaan kosmetik atau pakaian ketat.
(Vlachos, 2020)

E. GEJALA KLINIS
Pada anamnesis pasien dengan folikulitis Malassezia memiliki keluhan
yang sangat mirip dengan acne. Fungal acne biasanya dicurigai pada
pasien acne yang tidak membaik atau justru mengalami perburukan klinis
setelah mendapatkan terapi antibiotik yang adekuat. Fungal acne dapat sangat
gatal dan menetap atau memburuk meskipun sudah diberikan antibiotik. Pasien
biasanya mengeluh bintil berwarna merah atau berisi nanah di area dada,

11
punggung atas, serta bahu. Gatal merupakan gejala yang sebagian besar
dialami pasien, dan tidak jarang yang mengalami ekskoriasi. Gatal lebih sering
dijumpai dibandingkan pada pitiriasis versikolor. Penyakit ini kadang dijumpai
bersamaan dengan akne vulgaris yang rekalsitran, dermatitis seboroik dan
pitiriasis versikolor. (Perdoski, 2017)

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Lokalis
Lesi Malassezia folikulitis biasanya ditemukan pada lebih dari satu
regio, paling sering ditemukan pada wajah, punggung, bagian ekstensor
lengan, dada, dan leher. Pada anak, umum ditemukan pada dada, punggung,
leher, wajah, kulit kepala, dan ekstremitas atas.
2. Efloresensi
Berupa lesi monomorfik yang terdiri atas pustul dan papul
eritomatosa berukuran 2-3 mm. Papul dan pustul pada fungal acne memiliki
“delle” di bagian sentral yang merupakan pori folikel rambut. (Siregar,
2004)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang terkadang dilakukan untuk memastikan gejala
klinis. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
1. Lampu Wood
Pemeriksaan lampu Wood dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis fungal acne dengan cepat, tampilannya berupa
efloresensi berwarna kuning kehijauan. Namun, sensitivitas pemeriksaan
lampu Wood rendah (66%) disebabkan karena jamur Malassezia yang
terletak pada lapisan kulit yang lebih dalam, yaitu folikel rambut. (Vlachos,
2020)
2. Dermoskopi
Pemeriksaan dermoskopi pada pasien fungal acne menunjukkan
adanya papul dan pustul dengan folikel rambut pada bagian sentralnya.

12
Jaringan di sekitar lesi biasanya tampak eritema. Skuama yang pada
pemeriksaan klinis tidak tampak, dapat terlihat dengan jelas menggunakan
dermoskopi. Skuama yang terlihat utamanya berwarna putih dan terletak pada
sekitar lesi. Terlihat bercak hipopigmentasi yang disebabkan oleh invasi spora
jamur pada folikel rambut yang mengalami inflamasi pada sebagian kasus.
(Choi, 2020; Jakhar, 2019)
3. Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan langsung dengan memakai larutan KOH 20%. Spesimen
berasal dari bagian dalam isi pustul, papul atau papul komedo yang diambil
menggunakan ekstraksi komedo.
Hasil positif apabila didapatkan hasil +3 atau +4 berdasarkan grading
jumlah spora per lapangan pandang besar mikroskop.
Grading spora:
+1: 1-2 spora tersebar, tidak berkelompok
+2: 2-6 spora dalam kelompok atau 3-12 spora tersebar
+3: 7-12 spora dalam kelompok atau 13-20 spora tersebar
+4: >12 spora dalam kelompok atau >20 spora tersebar. (Perdoski, 2017)
Pemeriksaan KOH dengan tinta Parker biru pada pustul yang aktif
menunjukkan spora yang bergerombol. Berbeda dengan
gambaran Malassezia pada penyakit lain yang tampak seperti “spaghetti and
meatball appearance,” pemeriksaan KOH pada folikulitis jarang
menunjukkan gambaran hifa jamur.
Pengambilan sampel pada kulit yang lebih dalam diperlukan untuk
menghindari positif palsu akibat kolonisasi Malassezia sp sebagai flora
normal pada stratum korneum. Sedian diambil dari pustul biasanya
menghasilkan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan kerokan kulit.
Beberapa peneliti merekomendasikan pengambilan sampel menggunakan
ekstraktor komedo untuk mendapatkan jamur yang terletak pada folikel
rambut.
Pewarnaan dengan calcofluor white dapat memperlihatkan gambaran
jamur yang lebih mudah dibandingkan dengan KOH. Akan tetapi, pewarnaan

13
ini membutuhkan tambahan sinar ultraviolet. Pewarnaan lain yang
menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi (100%) dibandingkan KOH
adalah pewarnaan May-Grunwald-Giemsa. (Prindaville, 2018)
4. Pemeriksaan Gram
Pewarnaan gram dilaporkan memiliki sensitivitas dan spesifitas yang
tinggi (84,6% dan 100%) dalam mendiagnosis fungal acne. (Prindaville,
2018)
5. Kultur Jamur
Kultur jamur dapat berguna dalam diagnosis fungal acne. Akan tetapi,
laju pertumbuhan jamur dan kebutuhan kultur yang berbeda di antara
spesies Malassezia sp. yang spesifik membuat kultur lebih sulit
dilakukan. Malassezia membutuhkan asam lemak C12, C13, dan C14 yang
tidak tersedia pada agar Sabouraud biasa. Kebutuhan ini dapat terpenuhi oleh
agar MDA, Leeming, Notman, dan medium Dixon yang dimodifikasi atau
dengan menambahkan minyak zaitun pada medium Sabouraud.
Pertumbuhan Malassezia sp. juga dapat dibantu dengan meletakkan kultur
dalam kantong plastik, yang berfungsi untuk meningkatkan kelembaban,
pada suhu 31- 35°C. (Rubenstein, 2014)
6. Biopsi
Biopsi dapat memastikan diagnosis fungal acne yang memiliki
gambaran klinis atipikal sehingga sulit didiagnosis secara klinis. Gambaran
histopatologi fungal acne menunjukkan folikel yang melebar dan tersumbat
oleh keratin, debris sel yang amorfik, dan sel inflamasi. Dinding folikel
bahkan dapat ruptur akibat infiltrasi sel inflamasi seperti neutrofil, limfosit,
dan histiosit dari lapisan dermis. Diagnosis fungal acne dapat ditegakkan
apabila terlihat ragi yang bergerombol pada pewarnaan PAS.
Sebagaimana pemeriksaan KOH, biopsi kulit harus dilakukan pada
folikel rambut karena jamur malassezia normal terdapat pada permukaan
kulit. Karena kultur lebih sulit dilakukan, pemeriksaan KOH dan biopsi yang
lebih praktis biasanya lebih sering dipilih sebagai pemeriksaan penunjang

14
untuk membantu diagnosis fungal acne yang tidak khas. (Rubenstein, 2014;
Saunte, 2020)

H. DIAGNOSIS
Diagnosis Malassezia folikulitis atau fungal acne dapat ditegakkan
melalui anamnesis dan pemerikaan fisik. Gambaran klinis fungal acne berupa
lesi monomorfik yang terdiri atas pustul dan papul eritomatosa berukuran
milier-lentikuler yang terasa gatal di area wajah, punggung, bagian ekstensor
lengan, dada, dan leher. Papul dan pustul pada fungal acne memiliki “delle” di
bagian sentral yang merupakan pori folikel rambut. Salah satu indikasi yang
menunjukkan diagnosis fungal acne adalah perbaikan lesi yang signifikan
setelah penggunaan terapi antijamur.
Diagnosis fungal acne dapat ditegakkan apabila 2 dari 3 kriteria berikut
terpenuhi:
§ Gambaran klinis tipikal
§ Pada biopsi ditemukan Malassezia di folikel rambut yang mengalami
inflamasi,
§ Respons perbaikan klinis terhadap terapi antijamur
Pasien dengan Malassezia folikulitis akan mengeluh gatal disertai muncul
bintil berwarna merah atau berisi nanah di area dada, punggung atas, serta bahu.
Tempat predileksi tersering adalah dada, punggung, leher, wajah, kulit kepala,
dan ekstremitas atas. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan adanya papul dan
pustul, berwarna merah, berukuran 2-3 milimeter. Pemeriksaan penunjang
dapat dilakukan pemeriksaan KOH dengan tinta Parker biru dan diperoleh
gambaran spora yang bergerombol.

I. DIAGNOSIS BANDING
1. Acne Vulgaris
Acne vulgaris lebih sering terjadi pada area wajah dan umumnya
tidak gatal. Lesi acne sifatnya polimorfik, terdiri atas komedo terbuka dan
tertutup yang pada kondisi berat dapat disertai oleh nodul dan kista.

15
2. Erupsi Akneiformis
Erupsi akneiformis memiliki gambaran klinis yang sangat mirip
dengan fungal acne dan acne, yaitu papul dan pustul. Berbeda
dengan fungal acne, pada erupsi akneiformis dapat ditemukan lesi berupa
kista dan nodul, walaupun dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan
dengan acne. Pada erupsi akneiformis juga tidak ditemukan komedo. Erupsi
akneiformis dapat disebabkan oleh infeksi, reaksi obat, dan kelainan
pertumbuhan folikel. Erupsi akneiformis umumnya ditemukan pada wajah.
3. Folikulitis Bakteri
Folikulitis bakteri umumnya disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. Bakteri bentuk kokus yang tersusun berkelompok seperti anggur ini
paling sering menyebabkan folikulitis pada folikel rambut superfisial, atau
yang disebut dengan folikulitis bakteri superfisial. Folikulitis bakteri
superfisial ini biasanya ditemukan pada kulit kepala dan ekstremitas, namun
juga dapat ditemukan pada wajah, terutama pada area sekitar mulut.
Folikulitis bakteri superfisial bermanifestasi sebagai papul dan pustul rapuh
berwarna putih kekuningan, yang kadang dapat disertai keluhan gatal dan
rasa terbakar.

J. TATALAKSANA
Medikamentosa (Perdoski, 2017).
1. Menghindari keringat berlebih
2. Menjaga kulit tetap kering
3. Melakukan konseling mengenai cara menghindari faktor pencetus
4. Menghentikan pengobatan antibiotik dan kortikosteroid yang digunakan
dalam jangka waktu lama
Non Medikamentosa (Perdoski, 2017).
Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai
berikut:
1. Terapi topikal
Diberikan sebagai terapi rumatan atau tambahan bagi terapi sistemik.

16
- Sampo ketokonazol 2% 2 kali/minggu selama 2-4 minggu atau
- Sampo selenium sulfida 2,5% sekali/hari selama 3 hari. Dosis rumatan
sekali/minggu.
2. Terapi sistemik
- Itrakonazol 200 mg/hari selama 2-3 minggu, atau
- Flukonazol 150 mg/minggu selama 2-4 minggu, atau
- Ketokonazol 200 mg/hari selama 2-4 minggu

K. PROGNOSIS (Perdoski, 2017)


Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia

17
PEMBAHASAN KASUS

A. RESUME PASIEN
Pasien perempuan berusia 12 tahun beralamat di Asrama 501 Jalan Urip
Sumoharjo Nambangan Lor, Madiun beragama Islam datang ke Poli Kulit dan
Kelamin RSUD Soedono dengan keluhan gatal di punggung dan perut. Sejak
± 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan gatal disertai bintil-bintil kemerahan
di punggung. Awalnya bintil-bintil berjumlah sedikit lalu pada hari berikutnya
semakin bertambah banyak. Gatal dirasakan hilang timbul. Semakin gatal saat
berkeringat dan ketika cuaca panas. Pasien sering menggaruk untuk
mengurangi rasa gatal. Riwayat pengobatan dengan scabimite sudah tiga kali
pemakaian (atas saran dokter umum) namun keluhan tidak membaik. Riwayat
oles-oles yaitu minyak kayu putih. Riwayat minum jamu disangkal. Riwayat
demam, batuk, pilek saat keluhan muncul disangkal. Riwayat cacar air
disangkal. Pasien mandi 2 kali sehari, menggunakan air dingin, sabun batang,
dan handuk milik pribadi. Pasien memiliki hewan peliharaan berupa kucing.
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal dan status
gizi normal. Pada pemeriksaan UKK didapatkan pada regio abdominal dan
thorakalis posterior terdapat makula hiperpigmentasi berbatas tegas dan papul
eritema berbatas tegas multiple tersebar.

B. ANALISIS KASUS
Berdasarkan kasus dan teori yang telah diulas pada bagian sebelumnya,
maka di bawah ini ditampilkan bentuk analisis kasus dalam penegakkan
diagnosis dengan mengacu kepada diagnosis banding yang telah jelaskan
sebelumnya pada tabel 1.

18
Tabel 1. Analisis penegakkan diagnosis
Malassezia Erupsi
Perbedaan Acne Vulgaris Kasus
Folikulitis Akneiformis
Onset dan Lebih umum Terutama mengenai Dapat mengenai Pasien berumur 12
Usia ditemukan pada usia remaja, namun segala usia tahun.
remaja dan dewasa dapat juga terjadi (+)
muda, namun pada usia prepubertal
jarang ditemukan (neonatus, bayi,
pada anak. anak) atau pasca
pubertas (dewasa)

(+) (+)
Jenis Lebih banyak laki- Perempuan lebih Dapat terjadi pada Pasien adalah
Kelamin laki daripada banyak daripada laki-laki dan seorang perempuan
perempuan. laki-laki perempuan dengan
Namun penelitian proporsi sama.
lain menyebutkan
proporsi yang sama (-)
pada laki-laki dan (+)
perempuan.

(+)
Faktor • Faktor ekstrinsik: Riwayat agen • Riwayat aplikasi Pasien tinggal di
resiko peningkatan kosmetik dan obat topical daerah tropis,
suhu, iklim pomade rambut dan/sistemik memiliki warna
lembab, keringat, tertentu, makanan jangka panjang: putih, dan saat ini
pakaian ketat, tertentu (cokelat dan kortikosteroid, pasien merupakan
peningkatan produk olahan susu), antibiotic pelajar yang lebih
sebum dan obat-obatan (makrolid dan banyak
• Faktor intrinsic: seperti steroid, penicillin), menghabirkan
hygiene buruk, lithium dan nystatin, waktu di dalam

19
genetic, antiepileptik isoniazid, ruangan dan mudah
imunosupresi, tertentu. Selain itu, kortikotropin, berkeringat.
antibiotic jangka faktor risiko lain naproxen, dan
panjang adalah riwayat hidroksiklorokui
jerawat berat pada n.
keluarga, kehamilan, • Faktor genetic
dan paparan sinar • Hormonal
matahari yang • Abnormalitas
berlebihan. metabolik

(-)
(+)
(-)
Predileksi Lesi biasanya Wajah, leher, bahu, Predileksi terutama Pada pasien, lesi
terdapat di dada, lengan atas, dada dan di badan dan terlihat pada
punggung, leher, punggung, meskipun punggung. Lesi abdominal dan
dan lengan. akne dapat timbul di juga sering thorakalis
daerah kulit lain dijumpai di wajah. posterior.
yang mengandung
kelenjar sebasea (+)
misalnya paha dan
(+)
bokong.

(+)
Gejala Pasien biasanya Pasien umumnya Pasien Pasien
klinis mengeluh bintil mengeluhkan mengeluhkan mengeluhkan gatal
berwarna merah jerawat di wajah, benjolan pada kulit dan muncul bintil-
atau berisi nanah di punggung, atau dada berwarna merah. bintil kemerahan.
area dada, yang dapat disertai Terkadang, kulit
punggung atas, gejala lokal seperti yang terkena dapat
serta bahu. Gatal nyeri dan terinfeksi. Dapat

20
dan sebagian besar kemerahan. disertai demam dan
mengalami Umumnya, acne umumnya tidak
ekskoriasi. vulgaris tidak terasa gatal.
mengakibatkan
(+) keluhan sistemik (-)

(-)
UKK Lesi monomorfik Komedo (hitam dan Berupa papul, UKK yang terlihat
yang terdiri atas putih), papul, pustul, vesikel pada pasien adalah
pustul dan papul nodus dan kista. berkelompok, papul eritem dan
eritomatosa lokalisasi seluruh makula
berukuran milier- tubuh, tanpa hiperpigmentasi
lentikuler. disertai komedo. berbatas tegas
multiple tersebar.
(-)

(+) (-)

Kesimpulan +6 +2 +3

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis yang


paling mungkin untuk pasien saat ini adalah Malassezia folikulitis dengan nilai +6.
Hal ini dapat ditegakkan karena baik dari onset, jenis kelamin, faktor resiko,
predileksi, ujud kelainan kulit, serta gejala klinis yang ada pada pasien sesuai
dengan teori yang termuat pada Malassezia folikulitis. Dari hasil pemeriksaan
diperoleh pada regio abdominal dan thorakalis posterior terdapat makula
hiperpigmentasi berbatas tegas dan papul eritema berbatas tegas multiple tersebar.
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, pasien mendapatkan terapi
berupa antijamur sistemik dan topical, serta antihistamin sistemik untuk keluhan

21
gatalnya. Sebagaimana yang tercantum pada teori, Malassezia folikulitis
dibutuhkan terapi antijamur berupa ketokonazol yang bekerja dengan memblok
sintesis dari ergosterol (salah satu komponen dari membrane sel fungal) melalui
inhibisi enzim sitokrom p450 untuk mengubah lanosterol 14a-demetilase. Karena
enzim tersebut diinhibisi, maka lanosterol tidak dapat melakukan konversi menjadi
ergosterol pada sel membran fungal. Ergosterol yang tidak dapat terbentuk dan
semakin tipis pada dinding membrane sel fungal akan menyebabkan struktur dan
fungsi pada membrane sel menjadi lemah.
Edukasi dan saran yang dapat diberikan kepada pasien telah sesuai dengan teori
yang dipaparkan sebelumnya. Edukasi serta saran yang diberikan beberapa di
antaranya adalah menghindari keringat berlebih, menjaga kulit tetap kering, dan
menghindari faktor pencetus. Disarankan untuk tidak menggaruk atau memberikan
oles-oles apapun. Selain itu, disarakan kepada pasien agar menjalankan pengobatan
sesuai dengan anjuran dokter.

22
DAFTAR PUSTAKA

Choi E, Tan C, Aw D, 2020. Malassezia: a case of coexisting pityriasis versicolor


and Malassezia folliculitis. Singapore Med J.

Jakhar D, Kaur I, Chaudhary R., 2019. Dermoscopy of pityrosporum folliculitis. J


Am Acad Dermatol. 80(2):e43–4

Menaldi, S.L., Bramono, K., dan Indiatmi, W. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Perdoski, 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
di Indonesia. Jakarta: Perdoski.

Prindaville B, Belazarian L, Levin NA, Wiss K., 2018. Pityrosporum folliculitis:


A retrospective review of 110 cases. J Am Acad Dermatol;78(3):511–4.

Rubenstein RM, Malerich SA. 2014. Malassezia (pityrosporum) folliculitis. J Clin


Aesthetic Dermatol. 7(3):37–41.

Saunte DML, Gaitanis G, Hay RJ. 2020. Malassezia-Associated Skin Diseases, the
Use of Diagnostics and Treatment. Front Cell Infect Microbiol. 10:112.

Siregar, R.S. 2004. Atlas berwarna saripati pcnyakit kulit / pcnulis. R.S. Sirc-gar ;
editor. Huliawati Hartanto. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Vest BE, Krauland K. Malassezia Furfur. 2021. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553091/

Vlachos C, Henning MAS, Gaitanis G, Faergemann J, Saunte DM. 2020. Critical


synthesis of available data in Malassezia folliculitis and a systematic review
of treatments. J Eur Acad Dermatol Venereol. 34(8):1672–83.

23

Anda mungkin juga menyukai