Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL READING

TREATMENT OUTCOMES FOR MALASSEZIA FOLLICULITIS IN THE


DERMATOLOGY DEPARTMENT OF A UNIVERSITY HOSPITAL IN
JAPAN

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan


Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Disusun :
Nikki Faj Rahmawati
17711095
Pembimbing :
dr. Dhyah Aksarani Handamari, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD DR. SOEDONO MADIUN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
MARET 2022
HALAMAN PENGESAHAN
JOURNAL READING

Treatment Outcomes for Malassezia Folliculitis in the Dermatology


Department of a University Hospital in Japan

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan


Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD dr. Soedono Madiun

Disusun Oleh :
Nikki Faj Rahmawati
17711095

Telah dipresentasikan tanggal :


Maret 2022

Mengetahui,
Dokter Pembimbing / Penguji

dr. Dhyah Aksarani Handamari, Sp.KK


TELAAH KRITIS JURNAL
Cross sectional study
I. ANALISIS PICO

Patient / problem Pasien dengan Malassezia folikulitis


Intervention Ketokonazol 2% cream atau Itrakonazol 100 mg oral
Comparison -
Outcome Efektivitas terapi dan kondisi klinis
Question Bagaimanakah efektivitas terapi dan kondisi klinis pada
pasien dengan Malassezia Folikulitis terhadap pemberian
ketokonazol 2% atau itrakonazol 100 mg oral?

II. JURNAL
Judul jurnal : Treatment Outcomes for Malassezia Folliculitis in
the Dermatology Department of a University
Hospital in Japan
Penulis : Chikako Suzuki, Midori Hase, Harunari Shimoyama
and Yoshihiro Sei
Penerbit : Medical Mycology Journal
Tahun Terbit : 2016
III. ANALISIS JURNAL (CEBMa)
No. Appraisal Questions Yes Can’t No
tell
1. Did the study address a clearly v Pertanyaan terfokus:
focused question / issue? mengetahui hasil terapi

2. Is the research method (study v Sesuai: studi cross


design) appropriate for sectional untuk melihat
terapi yang sudah
answering the research diberikan
question?
3. Is the method of selection of v Metode pemilihan subjek
the subjects (employees, teams, adalah melalui rekam
medis.
divisions, organizations)
clearly described?
4. Could the way the sample was v Tidak dijelaskan terkait
obtained introduce kriteria-kriteria untuk
seleksi subjek.
(selection)bias?
5. Was the sample of subjects v Jumlah sampel tidak
representative with regard to terlalu banyak sehingga
diperlukan penelitian
the population to which the lebih lanjut dengan
findings will be referred? jumlah sampel lebih
banyak

6. Was the sample size based on v Ukuran sampel tidak


pre-study considerations of ditentukan berdasarkan
prastudi dengan kekuatan
statistical power? statistik

7. Was a satisfactory response v Hasilnya efektif dan


rate achieved? membaik

8. Are the measurements v Informasi diperoleh


(questionnaires) likely to be secara rinci melalui
wawancara
valid and reliable?
9. Was the statistical significance v Tidak terdapat hasil
assessed? pengukuran statistik

10. Are confidence intervals given v Tidak terdapat data


for the main results? confidence interval

11. Could there be confounding v Tidak terdapat


factors that haven’t been confounding factor
accounted for?
12. Can the results be applied to v Dapat diaplikasikan ke
your organization? populasi saat ini karena
terapi ketokonazol
topical dan itrakonazol
oral menjadi lini pertama
dalam pengobatan
infeksi jamur malassezia
HASIL TERAPI MALASSEZIA FOLIKULITIS DI DEPARTEMEN KULIT
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS DI JEPANG
Chikako Suzuki, Midori Hase, Harunari Shimoyama and Yoshihiro Sei
ABSTRAK

Terapi topikal atau sistemik antijamur diberikan kepada pasien dengan diagnosis
Malassezia Folikulitis selama 5 tahun antara periode Maret 2007 dan Oktober 2013.
Diagnosis Malassezia folikulitis ditegakkan atas dasar gambaran klinis yang khas dan
temuan mikroskopips secara langsung (10 atau lebih jamur mirip ragi per folikel).
Terapi terdiri dari krim ketoconazole 2% atau itraconazole oral 100 mg yang
diberikan sesuai keparahan gejala dan gambaran klinis pasien. Terapi diberikan
hingga papul menjadi rata, dan pendataran papul diperiksa untuk menentukan apakah
kondisi klinis pasien “membaik” dan terapi yang diberikan “efektif”. Subjek
penelitian sebanyak 44 pasien (35 laki-laki, 9 perempuan), dengan periode penyakit
rata-rata 25 ± 15 hari. Berkenaan dengan lokasi lesi, bagian depan dada adalah lokasi
yang paling umum, terhitung 60% dari semua pasien. Periode yang dibutuhkan untuk
perbaikan adalah 27 ± 16 hari pada pasien yang menerima terapi antijamur topical
dan 14 ± 4 hari pada pasien yang menerima terapi antijamur sistemik. Hasilnya adalah
“membaik” dan terapi “efektif” pada semua pasien. Meskipun pemberian agen
sistemik telah direkomendasikan sebagai terapi untuk Malassezia Folikulitis, namun
studi ini menunjukkan bahwa hasil yang bermanfaat adalah keamanan penggunaan
terapi dengan antijamur topical saja, sama dengan penggunaan terapi antijamur
sistemik.
Kata Kunci: Malassezia Folikulitis, diagnosis, terapi, krim ketoconazol, itraconazole
PENDAHULUAN

Genus Malassezia termasuk kedalam jamur lipofilik yang terdapat pada


infundibulum foliker rambut, yang jumlahnya dan spesiesnya bervariasi setiap
lokasinya. Jamur ini tumbuh bertransisi dari ragi ke pembentukan miselium dalam
kondisi tertentu. Malassezia folikulitis terjadi ketika Malassezia tumbuh dalam
bentuk ragi di dalam folikel dengan keadaan temperature dan kelembaban tinggi,
keringat berlebihan, tertutup pakaian, kosmetik, atau berminyak, dan paparan
ultraviolet.
Erupsi Malassezia folikulitis biasanya terdistribusi di leher, dada, punggung,
dan bagian ekstensor lengan atas. Selain itu, terdapat juga di wajah, namun hal
tersebut jarang terjadi. Bentuk lesinya adalah papul eritematosa berbentuk kubah atau
pustule berukuran 2-3 mm. Meskipun terkadang terbingungkan dengan acne, terdapat
beberapa komedo, dan biasanya disertai dengan pruritus ringan. Penyakit ini
didiagnosis pada pasien dengan gambaran klinis yang khas dan mengandung banyak
kelompok ragi pada pemeriksaan langsung mikroskop (³10 per 10 lapang pandang
pada perbesaran 400x).
Meskipun hasil pemberian terapi topical dan sistemik terlah dilaporkan, namun
terdapat kasus yang menetap, seperti reaksi merugikan yang terkait dengan obat ini
dan munculnya jamur yang resisten dengan obat. Oleh karena itu, belum ada
pedoman yang disetujui secara internasional terkait terapinya.

SUBJEK DAN METODE

Kami secara retrospektif menganalisis rekam medis pada 44 pasien yang


menerima diagnosis Malassezia folikulitis selama 5 tahun antara Maret 2007 dan
Oktober 2013. Untuk diagnosis, spesimen nanah diambil dan dikumpulkan dari
papula atau pustula menggunakan pinset pada pasien yang diduga memiliki
Malassezia folikulitis, dan kemudian diwarnai dengan acidic methylene blue.
Malassezia folikulitis didiagnosis ketika terdapat 10 atau lebih organisme ragi per
folikel diamati dibawah pemeriksaan mikroskop langsung.
Terapi antijamur topikal atau sistemik dipilih berdasarkan keparahan gejala
(area lesi dan jumlah erupsi) dan gambaran klinis pasien, dan penggunaan atau tanpa
penggunaan obat yang dikontraindikasikan untuk pemberian bersamaan dengan
itrakonazol. Informasi ini dikumpulkan melalui proses wawancara secara rinci.
Kedua obat tersebut tidak digunakan secara bersamaan pada subjek kami. Pada terapi
antijamur topikal, pasien mengaplikasikan krim ketoconazole 2% dua kali sehari.
Pada terapi antijamur sistemik, pasien meminum Itroconazole 100 mg secara oral
sekali sehari. Terapi diberikan sampai papula rata, dan pasien dengan papula rata
dianggap telah “membaik” dan terapi telah “efektif”. Gambar diambil dari lesi
sebelum dan sesudah perawatan.

HASIL

Terdapat 44 pasien (35 laki-laki, 9 perempuan) dengan usia rata-rata 36 ± 12


tahun, (sekitar 15-60 tahun). Periode penyakit rata-rata adalah 25 ± 15 hari (9-56
hari). Lesi terletak di bagian depan dada pada 60% pasien (dada 60%; leher 10%;
punggung 20%; sisi ekstensor lengan atas 5%; dan lainnya 5%). Sekitar 80% dari
semua pasien mengeluh gatal ringan. Onset yang paling umum adalah musim panas
April hingga Agustus., dilaporkan sebanyak 75% dari semua pasien. Sembilan pasien
(20,5%) memiliki penyakit yang mendasarinya, delapan pasien (18,2%) memiliki
riwayat pengobatan steroid topikal untuk penyakit yang mendasari seperti dermatitis
atopik dan satu pasien menerima steroid oral untuk Adult Still’s Disease (ASD).

Terkait terapi, 37 pasien menerima aplikasi topikal krim Ketokonazol 2%, dan
rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan adalah 27 ± 16 hari (9-56 hari).
Tujuh pasien diberikan Itraconazole 100 mg oral, dengan waktu rata-rata yang
diperlukan untuk perbaikan ruamnya adalah 14 ± 4 hari (9-21 hari).

Ketika papula menghilang atau rata pada semua pasien, mereka dianggap
telah "membaik" dan "merespon terapi." Gambar 1 dan 2 menunjukkan perjalanan
tiga pasien yang menerima terapi. Gambar 3 menyajikan gambar mikroskopis
langsung. Selama masa pemberian terapi, tidak ada efek samping merugikan pada
pasien yang menerima agen antijamur topikal atau sistemik.
Gambar 1. A: 20 hari setelah pemberian prednisolone untuk ASD, seorang laki-laki berusia
26 tahun menampilkan papul dan pustule kemerahan, ukuran sebutir padi, dan folikel di
seluruh dada bagian depan. Pasien ini memiliki pruritus ringan. B: 18 hari setelah terapi
topical ketoconazole. Namun pasien ini masih mengonsumsi prednisolone 25 mg, papul-
papul menunjukkan merata. Papul-papul kebanyakan menghilang setelah pemberian terapi
topical 28 hari, dan pasien dianggap telah “membaik”.

Gambar 2. A: Wanita usia 31 tahun dengan papul kemerahan, seukuran satu butir
padi, dan folikel di sisi ekstensor ekstremitas atas. Pasien ini memiliki dermatitis atopic
sebagai penyakit yang mendasarinya. Pasien ini datang ke rumah sakit karena tidak ada
perbaikan setelah pemberian terappi eczema dari klinik lain. B: 20 hari setelah terapi
topical dengan ketokonazol. Karena papul sebagian besar telah menghilang, pasien ini
dianggap telah “membaik”.

Gambar 3. Pemeriksaan mikroskop langsung (pengecatan acidic methylene blue staining;


skala 50 µm). Tampak spora multiple with unipolar budding dan tercat violet.

DISKUSI

Hasil kami menunjukkan genus Malassezia folikulitis termasuk jamur yang


paling sering ada di permukaan kulit. Untuk mendiagnosis secara akurat Malassezia
folikulitis, penting untuk proaktif melakukan pemeriksaan mikroskopis langsung
pada pasien yang diduga menderita penyakit ini. Karena Malassezia terdapat di
infundibulum folikel rambut, sangat penting untuk mengumpulkan isi papula atau
pustula yang mengandung sebum pada saat pemeriksaan mikroskopis. Setelah
pengecatan, spora Malassezia dengan jumlah banyak sering ditermukan di area yang
kaya dengan minyak.

Malassezia folikulitis, yang kadang-kadang ditemui dalam praktik medis


sehari-hari, jarang didiagnosis dengan benar. Dengan demikian, situasi sebenarnya
dari penyakit ini belum dapat dijelaskan secara memadai. Biasanya salah didiagnosis
sebagai acne atau eksim yang sulit diobati pada banyak pasien, yang mengakibatkan
terapi yang tidak tepat. Di antara sekitar 350 pasien dengan erupsi akneiformis, 44
pasien dijelaskan dengan spora Malassezia-positif, menunjukkan diagnosis yang
benar dari Malassezia folikulitis.
Malassezia folikulitis sebelumnya diobati terutama dengan antijamur oral.
Namun, banyak masalah yang berkaitan dengan terapi ini telah dilaporkan, termasuk
timbulnya reaksi yang merugikan, munculnya bakteri yang resistan terhadap obat,
dan kemanjuran yang minimal. Tidak ada pedoman yang disetujui secara
internasional untuk pengobatan Malassezia folikulitis saat ini. Pada tahun 2015, Hald
et al. menyimpulkan Malassezia-berhubungan dengan penyakit kulit dan melaporkan
bahwa pengobatan antijamur sistemik mungkin lebih efektif daripada terapi topikal,
tetapi direkomendasikan bahwa keduanya digabungkan. Untuk pendekatan selain
pengobatan antijamur sistemik dan topikal, Lee et al. melaporkan terapi fotodinamik
untuk pengobatan yang resisten dengan Malayssezia folikulitis, tetapi penelitian
mereka memiliki ukuran sampel yang kecil dan penelitian lebih lanjut diperlukan di
bidang ini.

Dalam penelitian ini, gejala klinis membaik dalam waktu satu bulan pada
semua pasien yang hanya menerima terapi antijamur topikal. Meskipun
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk perbaikan dengan pengobatan topikal
dibandingkan dengan terapi sistemik, terapi antijamur topikal adalah pengobatan
yang aman dan bermanfaat untuk folikulitis Malassezia.

Konflik kepentingan

Semua penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai