Anda di halaman 1dari 44

Evidence Based

Midwifery (EBM)
DEDE GANTINI, SST, M.KEB
Evidence Based Midwifery (EBM) adalah pengintegrasian antara (1) Bukti ilmiah berupa hasil
penelitian yang terbaik dengan (2) kemampuan klinis, serta (3) preferensi pasien dalam proses
pengambilan keputusan dalam pelayanan kebidanan.

EBM dapat diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah (hasil penelitian) secara bijaksana dalam
pengambilan keputusan untuk tatalaksana pasien  artinya mengintegrasikan kemampuan
klinis individu dengan bukti ilmiah yang terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi
secara sistematis.
Penggunaan bukti ilmiah terbaik saja tidak cukup untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, sebab bukti
bukti terbaik belum tentu dapat atau tepat untuk diterapkan pada pasien

Keterampilan klinis diperoleh secara akumulatif melalui pendidikan, pengalaman klinis, dan praktik klinis

Fokus perhatian bahwa tujuan sesungguhnya pelayanan kesehatan adalah untuk membantu perempuan
lebih sehat, lebih produktif dengan kehidupan yang bebas dari gejala ketidaknyamanan
Womens Value ??

Paradigma EBM mengingatkan kembali pentingnya hubungan antara


pasien sebagai “principal” dan bidan sebagai “agent” yang dibutuhkan
untuk penyembuhan/peningkatan status kesehatan.

Pengambilan keputusan bersama pasien (shared decision making)

Nilai pasien meliputi : pertimbangan biaya, keyakinan agama dan moral


pasien, dan otonomi pasien, dalam menentukan pilihan yang terbaik
bagi dirinya

Bukti terbaik yang dihasilkan riset merupakan inferensi yang bersifat


umum di tingkat populasi. Karena bersifat umum maka bukti tersebut
tidak bisa mengabaikan keunikan masing masing individu pasien
Kegiatan EBM meliputi proses mencari dan menyeleksi bukti dari artikel hasil riset, menganalisis
dan menilai bukti, dan menerapkan bukti kepada pasien

Sebagian ahli beranggapan bahwa EBM merubah kebiasaan tenaga kesehatan untuk menilai
sebuah artikel dari membaca abstraknya saja, menjadi suatu kebiasaan menelaah secara kritis
suatu artikel untuk kepentingan pasien dan dengan sendirinya memperluas basis pengetahuan
Mengapa Perlu EBM ?
Jumlah publikasi riset tumbuh sangat cepat, sehingga perlu
untuk mengidentifikasi bukti yang relevan, berguna dan
dapat dipercaya
Hampir 2 juta artikel diterbitkan setiap tahun, padahal “not
all evidence are creates equal”  tidak semua artikel hasil
riset memberikan bukti-bukti dengan kualitas dan validitas
(kebenaran) yang sama.
Suatu intervensi yang efektif dalam memberikan perbaikan
klinis kepada pasien bisa pada saat yang sama mengandung
risiko kerugian dan biaya bagi pasien.
Selain itu tidak semua bukti dibutuhkan untuk pasien.
Mengapa Perlu EBM ?
Melunturnya trust (kepercayaan) masyarakat terhadap integritas pelayanan dan praktisi
pelayanan kesehatan.
Berbagai masalah tersebut mencakup penggunaan prosedur diagnostic yang tidak memiliki nilai
informasi, terapi yang tidak efektif, biaya pelayanan kesehatan yang tinggi, pelayanan berkualitas
rendah, kesalahan dalam praktik medis, pelayanan medis yang tidak manusiawi, pengambilan
keputusan klinis tanpa dasar bukti ilmiah riset yang kuat
Berbagai permasalahan tersebut bisa diatasi jika menerapkan prinsip EBM
EBM membutuhkan keterampilan khusus, termasuk didalamnya kemampuan untuk melakukan
penelusuran literature secara efisien dan melakukan telaah kritis terhadap literature
Langkah Langkah EBM
Sebuah strategi yang efisien untuk menerapkan EBM adalah strategi “push and pull”. Dengan
“PUSH” (JUST IN CASE) dimaksudkan, bukti bukti riset terbaik tentang masalah klinis pasien yang
sering atau banyak dijumpai ditempat praktek secara proaktif dicari dan dipelajari SEBELUM
pasien mengunjungi praktik klinik, lalu bukti bukti tersebut disimpan ke dalam file.

Dengan “PULL” (JUST IN TIME) dimaksudkan, bukti bukti riset terbaik yang tersimpan dalam file
“ditarik”, diambil, dan digunakan KETIKA pasien mengunjungi praktik klinis.
Langkah EBM
1 3 Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk
Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien atau
menilai validitas (mendekati kebenaran), pentingnya hasil
yang timbul selama proses tatalaksana penyakit pasien
penelitian itu serta kemungkinan penerapannya pada pasien

ASKING APPRAISING

1
4 Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti
Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan tersebut dengan kemampuan klinis anda dan preferensi pasien
dari masalah klinis tersebut yang seharusnya mendapatkan probabilitas pemecahan masalah
pelayanan pasien yang lebih baik
ASKING
APPLYING

5
2 Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban
Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah pasien anda
yang benar bagi pertanyaan tersebut dari literatur
.. Apakah berhasil atau masih memerlukan tindakan lain?
ilmiah
ACQUIRING ASSESING
Langkah 1 : Merumuskan Pertanyaan
Merupakan pertanyaan yang cukup sederhana atau
BACKGROUND QUESTIONS merupakan pertanyaan rutin yang mudah dijawab

Contoh :
Bagaimana cara mendiagnosis kanker payudara ?
Apakah gejala dan tanda yang terbanyak dijumpai pada
preeclampsia?
Apa penyebab morningsickness pada ibu hamil trimester 1?
Apakah kontraindikasi pemberian kortikosteroid pada bayi ?
Pertanyaan latar belakang bersifat umum dan lazim dikemukakan misalnya fisiologi dan patofisiologi. Mudah
dijawab dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman, mengikuti seminar,
membaca buku kajian pustaka
FOREGROUND QUESTIONS
Pertanyaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi spesifik yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan klinis.

Contoh :
Apakah vaksin MMR menyebabkan autism pada anak ?
Apakah akupuntur efektif dan aman untuk mengobati depresi pada ibu
nifas ?
Apakah suplemen mikronutrien multiple efektif dan aman untuk
mengurangi mortalitas dan morbiditas orang dewasa dan anak dengan
HIV?

Pertanyaan latar depan memerlukan upaya yang lebih sistematis untuk menjawabnya dengan menggunakan bukti
bukti dari sumber database hasil penelitian yang terpercaya kebenarannya dan memerlukan keterampilan untuk
menilai kritis kualitas bukti riset
Agar jawaban yang benar atas pertanyaan klinis bisa diperoleh dari
database, maka pertanyaan itu perlu dirumuskan dengan spesifik,
dengan struktur “PICO”

Patient and Problem : Jika karakteristik populasi berbeda, maka bukti yang dicari tidak dapat diterapkan.
Perlu dirumuskan dengan jelas apakah yang dicari mengenai etiologi, akurasi tes diagnostic,
manfaat/kerugian terapi?

Intervention : Terapi obat, vaksin, prosedur bedah, konseling, penyuluhan kesehatan, upaya rehabilitative,
intervensi medis lainnya

Comparison : Perlu dibandingkan. Pembanding yang digunakan tidak harus tanpa intervensi, bisa juga
dibandingkan dengan intervensi alternative atau intervensi standar

Outcome : Hasil akhir yang berorientasi pada pasien


Contoh PICO :
Seorang klinisi ingin mengetahui efektifitas ibuprofen dibandingkan parasetamol untuk
menurunkan demam pada anak berusia 12 tahun.
Pertanyaan klinis dirumuskan dengan PICO : “Pada anak berusia 12 tahun dengan demam,
apakah pemberian ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol untuk menurunkan demam?”

P : Anak usia 12 tahun, manfaat terapi untuk demam


I : Ibuprofen
C : Parasetamol
O : Penurunan demam
Langkah 2 : Mencari Bukti
Langkah 3 : Menilai Kritis Bukti
VALIDITY IMPORTANCE
Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari Dipandang penting jika mampu membedakan pasien yang sakit
sebuah riset tergantung dari cara peneliti memilih dan orang yang tidak sakit dengan cukup substansial
subjek/sampel, cara mengukur variable, dan
Dipandang penting jika suatu intervensi medis mampu secara
mengendalikan pengaruh factor ketiga/factor konsisten mengurangi hasil buruk dan meningkatkan hasil baik
perancu (signifikan baik secara klinis dan statistic)

APPLICABILITY

Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika
bisa diterapkan pada pasien
Langkah 4 : Menerapkan Bukti
Langkah EBM diawali dengan merumuskan pertanyaan klinis dengan struktur PICO, diakhiri dengan
penerapan bukti intervensi yang memperhatikan aspek PICO : patient, intervention, comparison, dan
outcome. Selain itu, penerapan bukti intervensi perlu mempertimbangkan kelayakan (feasibility) penerapan
bukti di lingkungan praktik klinis.

Perlu mempertahankan kesesuaian karakteristik pasien yang digunakan dalam riset dan pasien yang dihadapi
di tempat praktik
Langkah 5 : Mengevaluasi kinerja
penerapan EBM
Menerapkan EBM merupakan praktik berdaur ulang

Hasil evaluasi kinerja implementasi EBM berguna untuk


memperbaiki penerapan EBM, agar penerapan EBM di
masa mendatang menjadi lebih baik, efektif dan efisien.

Jadi langkah EBM sesungguhnya merupakan fondasi bagi


program perbaikan kualitas pelayanan kesehatan yang
berkelanjutan (continuous quality improvement)
Sumber Evidence Based
Database bereputasi tinggi baik Scopus ataupun Web of Science Clarivate Analytics, Elsevier,
WHO sangat disaranakan. Selain ini, bisa mengacu ke database akademik bereputasi menengah
baik itu Proquest, EBSCO, JSTOR dll. Database akademik bereputasi rendah seperti Google
Scholar juga bisa digunakan dalam persentase kecil khususnya dalam melakukan literature
review

Pubmed, Embase, Cohrane. Pubmed dan Embase merupakan contoh database hasil riset primer.
Cochrane Library merupakan contoh database hasil riset sekunder (systematic review/meta
analysis) yang mensintesis hasil riset primer

Paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan internasional baik dari pihak pemerintah,
perguruan tinggi maupun swasta.

Tesis, Disertasi
Majalah ilmiah merupakan sumber publikasi yang biasanya berupa teori, penemuan baru,
maupun berupa materi-materi yang sedang populer dibicarakan dan diteliti.

Prosiding bisa dijadikan sebagai bahan literatur karena prosiding ditulis oleh seorang yang telah
dipublikasikan dan dapat dipertanggungjawabkan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai