UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
TM 1-TM 2
Pengenalan Evidence-based Medicine (EBM)
Prinsip PICO
P: Population or Problem
I: Intervention
C: Comparison (Optional)
O: Outcome
Pertanyaan sering muncul dalam bentuk yang membuat menemukan jawaban dalam
literatur medis merupakan tantangan. Membedah pertanyaan menjadi bagian-bagian
komponennya dan merestrukturisasinya sehingga mudah untuk menemukan
jawabannya adalah langkah pertama yang penting dalam EBM. Sebagian besar
pertanyaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
Pada tatap muka kali ini membahas tentang bagaimana cara evidence based public
health dapat menjadikan suatu kebijakan atau program kesehatan dapat berjalan
dengan baik. Suatu program atau kebijakan tanpa review berdasarkan bukti-bukti
penelitian atau literatur sebelumnuya tidak akan memecahkan masalah kesehatan
yang ada. Untuk itu perlu adanya kegiatan untuk mengkritisi bukti-bukti
penelitian tersebut. Untuk mengkritisi bukti-bukti penelitian tersebut memiliki
teknik tersendiri yaitu dimulai dengan memilih desain yang baik misalnya dengan
memilih tipe studi yang tinggi seperti systematic review/meta analysis. Untuk
menganalisis penelitian atau bukti ilmiah tersebut biasa disebut dengan kegiatan
critical appraisal/telaah kritis. Telaah kritis dari bukti penelitian berguna untuk
menguji validitas hasil dan relevansi dari suatu penelitian yang akan digunakan
untuk mengambil keputusan. Telaah kritis sangat penting dalam proses evidence-
based public health karena dapat menjembatani antara hasil riset dengan
keputusan yang akan diambil. Jadi, kegiatan critical appraisal/telaah kritis dapat
digunakan untuk mengetahui data-data penelitian yang kita dapatkan berkualitas,
layak, dan dapat dipercaya.
Dalam telaah kritis memerlukan sebuah tools atau alat yang disebut dengan
Critical Appraisal Tools atau CAT. Proses critical appraisal dapat dilakukan
dengan mengevaluasi hal-hal berikut :
Adapted from:
Critical Appraisal Skills Programme (CASP), Public Health Resource Unit, Institute of Health
Science, Oxford.
Oxman AD, Cook DJ, Guyatt GH. Users’ guides to the medical literature. VI. How to use an
overview. JAMA 1994; 272:1367-1371.
DOES THIS REVIEW ADDRESS A CLEAR QUESTION?
1. Did the review address a clearly focussed issue? Yes Can’t tell No
3. Do you think the important, relevant studies were Yes Can’t tell No
included?
Look for
Consider
8. Can the results be applied to the local population? Yes Can’t tell No
Consider whether
1. Population
2. Intervention
Pada pasien dengan penyakit periodontal, akankah antibiotik sistemik
jangka pendek, jika dibandingkan dengan pembedahan, mengurangi
kedalaman poket?
3. Comparison
Pada pasien dengan penyakit periodontal, akankah antibiotik sistemik
jangka pendek, jika dibandingkan dengan pembedahan, mengurangi
kedalaman poket?
4. Outcome
Sistematis
Ilmiah
Objektif
Pengetahuan
Tidak
sistematis
Non ilmiah
Subjektif
Masalah
Hipotesis
Pengujian
Hipotesis
Metode : subjek,
instrumen,
pengumpulan
data, analisis data
Pada Pertemuan pada Mata kuliah EBPH kali ini dengan Bu Lintang,
dimana pada pertemuan ini presentasi tugas yang telah ditugaskan pada hari
sebelumnya. Tugasnya adalah mencari jurnal yang menjawab mengenai mengapa
di Indonesia sampai diadakan program pemberian vitamin A pada bayi dan balita.
1. Cintya
Jurnal yang dipresentasikan menjelaskan bahwa suplementasi vitamin A
direkomendasikan untuk anak-anak usia 6-59 bulan, hal ini berdasarkan
rekomendasi dari WHO. Suplemen vitamin A tersebut dapat mencegah
morbiditas dan mortalitas bayi dan balita.
2. Putrini
Berdasarkan pemaparan yang dipresentasikan menjelaskan bahwa kekurangan
vitamin A dapat mencegah kematian anak balita, hal ini disebabkan karena
kekebalan tubuhnya berkurang. Serta manfaat vitamin A yang dapat
mempengaruhi tingkat mortalitas, morbiditas pada anak dan juga pencegahan
penyakit campak dan diare.
3. Zacarias
Pada hasil presentasi dipaparkan bahwa tingkat morbiditas anak akan
meningkat apabila dia tidak mendapatkan suplementasi vitamin A, sedangkan
pada anak-anak yang mendapatkan vitamin A akan lebih cepat sembuh apabila
sakit diare. Program vitamin A sendiri untuk mencegah penyakit saluran
pencernaan serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat infeksi
campak, diare, anemia, mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea
mata dan kebutaan, meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi,
serta mencegah anemia.
4. Rizky
Jurnal yang dipresentasikan menjelaskan bahwa vitamin A dibutuhkan
kekebalan anak dan mengurangi KVA (penyakit infeksi dan kebutuhan) yang
menjadi penyumbang kematian anak terbanyak
Berdasarkan presentasi dari empat presentan diatas, bu lintang memberikan
tanggapan bahwa hasil dari tugas yang telah diberikan masih kurang dari apa yang
diinginkan, hal ini dikarenakan dari jurnal-jurnal yang telah dipresentasikan
belum ada yang memberikan bukti kandungan vitamin A apa yang dapat menjadi
pengaruh baik untuk bayi dan balita. Dari jurnal-jurnal tersebut sebagian besar
hanya memaparkan mengenai manfaat vitamin A serta masalah kesehatan yang
akan dialami apabila menderita KVA. Selain itu juga, jurnal-jurnal yang telah
dipresentasikan adalah jurnal indonesia yang belum terindeks nasional maupun
internasional. Dari tanggapan inilah maka, seluruh mahasiswa diminta untuk
memperbaiki tugas yang telah dikerjakan menjadi lebih terfokus pada kandungan
apa yang menyebabkan vitamin A baik untuk bayi dan balita sehingga diadakan
program pemberian vitamin A di Indonesia. Selain itu juga mahasiswa diminta
untuk mencari referensi jurnal internasional yang telah terindeks. Selanjutnya bu
lintang memberikan contoh pencarian jurnal internasional dan contoh jurnal yang
telah menjawab pertanyaan yang diberikan.
TM 10-11
Evidence Based Pelayanan Kesehatan
Contoh : Woman center care (wwc) adalah asuhan yang berpusat pada wanita
yang mempunyai hak pilih untuk memelihara kesehatan reproduksinya.
Keterlibatan klient : Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran
petugas kesehatan secara pasif, klein lebih aktif dalam mencari informasi dalam
perawatan diri selama kehamilan
Alternatif solusi : Klinik ANC dan memberikan kursus pra persalinan pada calon
ibu seperti kursus memasak makanan untuk ibu hamil, kursus cara menyusui bayi,
pengetahuan imunisasi, kursus memandikan bayi, penyakit saat kehamilan dll.
TM 12-14 PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
PADA KOMUNITAS PEDESAAN DI INDIA: SEBUAH STUDI
PROSPEKTIF DOOR-TO-DOOR
A. Pendahuluan
Sekitar 70% populasi di India tinggal di daerah pedesaan dimana akses
ke pelayanan kesehatan pemerintah lebih sedikit dibandingkan dengan daerah
perkotaan. Di India, penyakit jantung koroner (PJK) menyumbang sebesar 1,5
juta kematian tiap tahunnya dimana faktor risiko utamanya adalah hipertensi.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di
perkotaan India adalah 29-45% pada pria dan 25-38% pada wanita. Faktor
risiko yang telah diteliti sebelumnya adalah tingginya nilai IMT, obesitas
sentral, tingginya konsumsi alkohol, semakin tua usia, gaya hidup buruk dan
stress. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi prevalensi dan Faktor
risiko hipertensi pada populasi pedesaan di India berdasarkan survei dari
rumah-ke-rumah (door-to-door).
4. Pengukuran Antropometri
Terdapat pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggul
dan pinggang.
5. Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan setelah interview oleh tenaga
terlatih. Kondisi dislipidemia apabila total kolestrol >= 200mg/dl.
Diabetes apabila gula darah sewaktu >= 200mg/dl.
6. Analisis Statistik
Menggunakan CI, software statistika standar (SPSS), tes Mann-
Whitney, OR, dan analisis regresi logistik.
C. Hasil
Sebanyak 1348 orang diidentifikasi dengan usia >= 15 tahun.
Prevalensi hipertensi diperoleh sebesar 30,9% (95% CI 25,6-3,60) pada pria
dan 27,8% (95% CI 23,4-32,2) pada wanita. Berdasarkan hasil standardisasi
WHO dengan populasi dunia, diperoleh prevalensi keseluruhan sebesar
32,3% (95% CI 28,9-35,8). Meningkatnya usia dan IMT menjadi prediktor
independen hipertensi pada kedua jenis kelamin. Pada pria, faktor stress juga
menjadi prediktor hipertensi.
D. Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di daerah
pedesaan India mirip dengan prevalensi pada perkotaan, baik di India maupun
di wilayah lain di dunia. Tidak ada perbedaan signifikan antara prevalensi
hipertensi pada pria dan wanita. Perbedaan wilayah ini juga dapat dilihat dari
konsumsi makanan dan gaya hidup. Meskipun ditemukan faktor stress pada
pria yang menjadi prediktor hipertensi, tetapi ini bukan faktor risiko utama
seperti yang terjadi pada perkotaan.
E. Kesimpulan
Rate dari hipertensi pada populasi pedesaan yang diteliti memiliki
persamaan dengan yang terjadi di negara dengan pendapatan tinggi dan
daerah perkotaan India. Kecuali umur, seluruh faktor risiko yang
teridentifikasi dapat dimodifikasi dengan perawatan yang terjangkau dan
program pencegahan / preventif.