Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu industri yang mendukung pemenuhan swasembada
pangan adalah industri penggilingan padi. Pada proses penggilingan padi
terdapat faktor bahaya yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja,
berupa paparan debu padi, asap mesin penggiling padi, dan paparan panas.
Debu dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis bila terinhalasi
selama bekerja terus menerus. Bila alveoli mengeras, akibatnya
mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara sehingga
kemampuan mengikat oksigen menurun.
Hasil survei yang telah dilakukan pada 40 tenaga kerja industri
penggilingan padi Anggraini, Sragen ada keluhan berupa kebisingan, stres,
sesak napas, sakit dada, batuk, dan tenggorokkan sakit. Pekerja yang
mengalami keluhan tersebut sebagian besar bekerja pada penggilingan dan
penjemuran. Para tenaga kerja yang bekerja 8 jam/ hari (07.00-16.00 WIB)
dan istirahat pada pukul 09.00-09.15 WIB dan 12.00-12.15 WIB tersebut
mayoritas menghirup debu dari biji padi hasil penggilingan dan
penjemuran selain itu mereka juga menghirup debu-debu yang berasal dari
lingkungan. Pada kenyataannya sebagian besar pekerja masih belum
menyadari pentingnya penggunaan masker.
B. Tujuan
Untuk memberikan promosi kesehatan kepada tenaga kerja di industri
penggilingan padi Anggrani, Sragen.
C. Manfaat
a. Diharapkan dari promosi kesehatan tersebut tenaga kerja di industri
penggilingan padi Anggrani, Sragen memiliki pengetahuan tentang
pentingnya menjaga kesehatan.
b. Diharapkan tenaga kerja menyadari pentingnya penggunaan masker
untuk mengurangi resiko terpapar debu.

1
BAB II
ISI

A. PKDTK di Sektor Informal


Promosi Kesehatan adalah upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan
di tempat keja, selain untuk memberdayakan masyarakat di tempat kerja juga
untuk mengenali masalah dan tigkat kesehatannya serta mampu mengatasi,
memelihara, meningkatkan da melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara
dan meningkatkan tempat kerja yang sehat. Sedangkan istilah sektor informal
biasanya digunakan untuk menunjukan sejumlah kegiatan ekonomi berskala kecil.
Menurut Breman (Manning, 1991) sektor informal memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
 Padat karya
 Tingkat produktivitas rendah
 Tinfkat pendidikan formal yang rendah
 Penggunaan teknologi yang masih rendah
 Sebagian besar pekerja keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga
 Kurangnya dukungan dari pemerintah
Promosi Kesehatan di sektor informal salah satunya contohnya pada usaha
penggilingan padi. Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin-mesin
yang berfungsi melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering
giling sampai menjadi beras siap dikonsumsi (Pratiwi, 2006). Kondisi
penggilingan padi di masyarakat pada umumnya bersifat turun-temurun, usaha
penggilingan padi dijadikan bisnis keluarga yang diwariskan bertahun-tahun
sehingga banyak mesin penggilingan padi memiliki kondisi kurang baik dan
sudah tua, ditambah lagi dengan keadaan sumber daya manusia yang rendah
tentang pengetahuan mengoperasikan penggilingan padi yang baik menyebabkan
kurang optimalnya produk penggilingan padi yang dihasilkan. Kondisi semacam
itu juga tidak menjamin kesehatan untuk para pekerjanya, sehingga sangat
dibutuhkan promosi kesehatan untuk mengubah perilaku orang-orang yang
terlibat disalam usaha penggilingan padi tersebut.

2
Sasaran promosi kesehatan di sektor informal khususnya di usaha
penggilingan padi dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
1. Sasaran Primer : sasaran yang terlibat langsung pada usaha penggilingan
padi misalnya para pemilik usaha dan pekerja yang berada di kawasan
usaha tersebut .
2. Sasaran sekunder: sasaran yang tidak langsung seperti para keluarga dan
masyarakat sekita usaha penggilingan padi.
3. Sasaran Tersier : sasaran antaranya seperti dinas kesehatan kota. Dari
uraian diatas telah dijabarkan jika salah satu ciri informal adalah
kurangnya dari pemerintah sehingga tak jarang dari segi kesehatan mereka
juga terbelakang. Sehingga perlunya upaya dinas kesehatan untuk
menjamin kesehatan di sektor manapun baik yang terkecil.
Tujuan promosi kesehatan adalah mengubah perilaku dalam
mencerminkan tindakan hidup sehat. Sedangkan tujuan promosi kesehatan di
tempat kerja menurut Kholid (2012) adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
2. Menurunkan angka absensi kerja.
3. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
4. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mendukung, dan aman.
5. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.
6. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masyarakat.
Adanya promosi kesehatan di lingkungan penggilingan padi memiliki
manfaat bagi pemilik usaha dan pekerjanya, sebagai berikut:
1. Bagi pemilik usaha : akan meningkatkan produktivitas dari barang yang
dihasilkan sehingga akan meningkatkan penghasilan dari usaha tersebut.
2. Bagi pekerja
•  Meningkatnya percaya diri
•  Meningkatnya produktivitas
•  Menurunnya risiko penyakit
•  Menurunnya stress
•  Meningkatnya kepuasan dan semangat kerja

3
•  Meningkatnya kemampuan mengenali dan mencegah penyakit
•  Meningkatnya kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sekitar

B. Contoh Kasus
Keadaan tempat kerja sebelum adanya PKDTK
Industri penggilingan padi Anggraini, Sragen, Jawa Tengah merupakan
industri formal yang bergerak dalam bidang penggilingan padi, penjemuran padi,
dan pengemasan beras dengan hasil beras yang siap masak. Dalam prosesnya
penggilingan padi ini banyak menghasilkan debu serta kebisingan.
Keadaan industri padi Anggraini sebelum adanya kegiatan PKDTK
(Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja) yaitu keadaannya para pekerja
penggilingan padi di tempat tersebut bekerja kurang lebih 8 jam perhari dengan
keseharian kerjanya tanpa menggunakan APD untuk melindungi sistem
pernafasan serta tidak menggunakan pelindung pada telinga mereka sehingga
berakibat pada debu-debu sisa penggilingan padi terhirup oleh mereka dan
pendengaran mereka terganggu karena bekerja dilingkungan yang bising serta
kemungkinan juga meningkatkan kejadian stress para pekerja.
Riwayat pekerjaan dimana sering terpapar dengan debu tanpa APD,
contohnya masker akan menimbulkan gangguan paru-paru seperti gangguan
obstruktif paru-paru dimana terjadi penurunan kapasitas paru-paru karena
penimbunan debu pada paru-paru, asma, bronkhitis, dan Penyakit Paru Obstruksi
Menahun (PPOM) (Yunus, 1997).
Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja penggilingan padi tersebut
yaitu mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu percakapan atau
komunikasi antar pekerja karena pendengaran mereka berkurang, mengurangi
konsentrasi, menurunkan daya dengar, dan tuli akibat kebisingan
(Soegijanto,2000).
Selain gangguan paru-paru dan kebisingan, strees kerja juga akan melanda
para pekerja dikarenakan mereka bekerja terlalu lama bergelut dengan mesin-
mesin penggilingan padi. Dampak negatif yang timbul akibat para pekerja yang
mengalami stress yaitu terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen
maupun operasional kerja, Mengganggu kenormalan aktivitas kerja, Menurunkan

4
tingkat produktivitas, Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan,
Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak seimbangnya antara
produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan,
dan fasilitas lainnya (Novitasari,2009).
Cara pencegahan timbulnya stress di tempat kerja yaitu Faktor promosi
kesehatan di tempat kerja, Penyesuaian pekerjaan dengan kemampuan dan
kebutuhan, Menaggulangi stress dalam organisasi, Kontrol reaksi stress
psikologis, Peranan profesi kesehatan kerja di tempat kerja (Rahyu, 2002).
Oleh karena itu, melalui kegiatan PKDTK para pemilik industri
penggilingan padi mampu memberikan perhatian lebih kepada kesehatan para
pekerjanya serta para pekerja juga sadar diri agar kesehatan dirinya seperti dengan
munggunakan APD saat sedang bekerja. Sehingga kebisingan, gangguan paru-
paru serta stress kerja mampu ditanggulangi.
Keadaan tempat kerja setelah adanya PKDTK
Keadaan industri penggilingan padi setelah dilakukannya PKDTK yaitu
para pekerja di penggilingan padi Anggraini yaitu para pekerjaakhirnya sadar diri
untuk menjaga kesehatan mereka seperti para pekerja kemudian menggunakan
masker untuk melindungi sistem pernafasan mereka. Mereka menggunakan
masker standart sebagai penyaring debu yang disediakan oleh pemilik industri
penggilingan padi tersebut.
Lalu, setelah dilakukaknnya PKDTK dan mereka menyadari bahwa
bahayanya jika tidak menggunakan APD, pada akhirnya mereka juga sadar utnuk
menggunakan pelindung telinga standart agar suara bising yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin penggiling padi mampu dinetralisir.
Stress akibat kerja juga mampu ditanggulangi oleh pemilik penggilingan
padi yaitu dengan melakukan kegiatan mencegah stress akibat kerja secara lebih
spesifik, yaitu dengan Redesain tugas-tugas pekerjaan, Redesain lingkungan kerja,
Menerapkan waktu kerja yang fleksibel, Menerapkaan manajemen partisipatoris,
lalu juga melakukan pendekatan-pendekatan kepada pekerja dengan Pendekatan
organisasi dalam rangka mewujudkan suasana kerja yang meminimalkan
terjadinya stress kerja, Pendidikan serta melakukan pertemuan-pertemuan antar
pekerja agar para pekerja bisa melakukan adaptasi dengan pekerjaannya, serta

5
sesekali pemilik industri penggilingan padi tersebut mengadakan rekreasi bersama
para pekerja-pekerjanya (Tarwaka, 2004)

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tenaga kerja belum menyadari pentingnya penggunaan masker
untuk mengurangi resiko terpapar debu.
2. Dari penggilingan padi di industri tersebut mengakibatkan
tenaga kerja mengalami kebisingan, stress, sakit dada dan
batuk.
3. Setelah dilakukannya promosi kesehatan para pekerja akhirnya
menyadari pentingnya untuk menjaga kesehatan mereka
dengan menggunakan masker untuk melindungi sistem
pernafasan mereka.
B. Saran
Para pemilik industri penggilingan padi mampu
memberikan perhatian lebih kepada kesehatan para pekerjanya
serta para pekerja juga sadar diri agar kesehatan dirinya seperti
dengan munggunakan APD saat sedang bekerja. Sehingga
kebisingan, gangguan paru-paru serta stress kerja mampu
ditanggulangi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kholid, 2012, Promosi Kesehatan, Jakarta : Rajawali Pers


Breman, Jan, 1991. Sistem Tenaga Kerja Dualistis: Analisis Empiris Terhadap
data dari Berbagai Negara di Dunia Ketiga, (dalam Chris Manning, dkk),
Urbanisasi, Pengangg
Purwati. 2006. Analisis Budidaya Padi Varietas Lokal dengan Masukan Rendah.
Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Skripsi
Novitasari. 2009. Stress Kerja. http://www.damandiri.or.id/file/novitasari.html.
Diakses pada 03 Otober 2016.
Rahyu D. 2002. Faktor Psikososial dalam Kesehatan Kerja. Jakarta: Worksop
Higiene Industri.
Soegijanto. 2000. Pengaruh Bising Lingkungan terhadap Performansi Kerja.
Surabaya: Seminar Nasional Ergonomic.
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.
Yunus, F. 1997. Debu Industri pada Paru dan Pengendaliannya, Jurnal
Respirologi Indonesia, Vol. 17.

Anda mungkin juga menyukai