Anda di halaman 1dari 13

BAB 3

HASIL KEGIATAN MAGANG

3.1 Kegiatan Umum


Pelaksanaan surveilans penyakit di Dinas Kesehatan Kota Semarang dilakukan
oleh Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) yang terdiri dari tiga (3)
seksi. Setiap seksi terdiri dari kepala seksi dan staff. Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis bertanggung jawab atas seluruh
program yang berkaitan dengan penyakit tular vektor dan zoonosis. Seksi Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Surveilans bertanggung jawab atas
program yang berkaitan dengan penyakit tidak menular, imunisasi, dan kejadian luar
biasa. Seksi Pengendalian Penyakit Menular Langsung bertanggung jawab atas
program yang berkaitan dengan penyakit menular langsung, seperti TB, HIV AIDS,
Diare, dan Demam Tifoid.2
Dari seluruh tupoksi masing-masing seksi yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, kegiatan yang dilakukan selama magang oleh penulis pada masing-masing
seksi adalah sebagai berikut:

3.1.1. Kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik
(P2TVZ)
Dari tugas yang telah disebutkan diatas, program yang dipegang seksi P2TVZ
antara lain Program pengendalian DBD, Malaria, Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR), Flu Burung, Leptospirosis, Filariasis, dan chikungunya. Selama
magang, kegiatan yang diikuti adalah :
a. Program Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kegiatan yang dilakukan selama magang di Seksi P2TVZ yaitu :
1. Menigikuti dan membantu kegiatan
rapat koordinasi Pencegahan dan Pengendalian DBD
Penulis berkesempatan menigikuti dan membantu kegiatan
rapat koordinasi Pencegahan dan Pengendalian DBD di wilayah RW V
Kelurahan Ngesrep karena ditemukan kasus DBD di wilayah tersebut.
Dalam Kegiatan rapat koordinasi terdiri dari Dinas Kesehatan Kota
Semarang, Kepala Puskesmas Ngesrep, tokoh masyarakat dan warga
setempat.
Pelaksanaan rapat Koordinasi tersebut bertempat di SDN 2
Ngesrep pada hari Jumat 6 Juli 2018 pukul 16.00 WIB. Kegiatan
tersebut berisi penjelasan materi Pencegahan dan Pengendalian DBD,
grafik jumlah penderita DBD Puskesmas Ngesrep, serta komitmen
warga dalam melaksanan upaya pencegahan dan pengendalian DBD
melalui PSN 1 rumah 1 jumantik.
2. Menganalisis rekap data DBD,
DSS,DD bulan Januari-Juni 2018
Selain mengikuti rapat koordinasi penulis berkesempatan untuk
menganalisis rekap data DBD, DSS,DD bulan Januari-Juni 2018.
Rekap data tersebut berupa format excel yang kemudian dianalisis
meliputi jumlah kasus DBD, DSS, DD per kecamatan, kecepatan
pelaporan kasus maupun analisis spasialnya. Berikut hasil output
analisis data DBD, DSS, DD:

Gambar 1. Output grafik jumlah kasus Dengue Kota Semarang per


Kecamatan 2018
Kecamatan dengan kasus DBD terbanyak yaitu Kecamatan Tembalang.
Berikut adapula output analisis spasial kasus DBD kota semarang 2018
menggunakan aplikasi Arcview 3.3. Kecamatan dengan kategori kasus
tertinggi di kota Semarang yaitu Tembalang dan Pedurungan,
Gambar 1. Output Peta kasus Dengue Kota Semarang per
Kecamatan 2018

b. Program Leptospirosis
Pada program ini penulis berkesempatan untuk mengikuti kegiatan
pengendalian Bulan Leptospirosis per Kecamatan di Kota Semarang dan
input data Leptospirosis ke dalam GISMPA.
1. Kegiatan Pengendalian Bulan Leptospirosis
Penulis mengikuti kegiatan bulan leptospirosis di Kecamatan Genuk pada
hari Kamis 5 Juli 2018. Sasaran kegiatan tersebut yaitu masyarakat,
tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Dalam kegiatan tersebut berisi
penyuluhan pengendalian leptospirosis oleh DKK Semarang yang
bekerja sama dengan dokter dari FK UNDIP dengan metode ceramah dan
tanya jawab. Di akhir kegiatan penulis diminta untuk membuat kuesioner
kepuasan tenta
2. Input data Kasus Leptospirosis ke GISMAP
Selain mengikuti kegiatan bulan Leptospirosis, penulis berkesempatan
untuk input data kasus Leptospirosis kedalam GISMAP
LEPTOSPIROSIS. Data yang diinput meliputi ID Kasus, Tanggal dan
sumber Informasi, Nama Pasien, Umur, Jenis Kelamin, Gejala Klinis,
Tanggal Penegakan Diagnosa, Tanggal dan Status kesembuhan, serta
alamat dan titik koordinat lokasi rumah penderita. Berikut tampilan
GISMAP LEPTOSPIROSIS :
Gambar 3. Tampilan Gismap Leptospirosis

3.1.2 `Kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular


Langsung (P2ML)
Program yang dipegang seksi P2ML antara lain P2 TB Paru, Diare,
Hepatitis, ISPA, IMS, Kusta, HIV/AIDS. Selama magang kegiatan yang
diikuti adalah :

a. Program HIV dan AIDS

Pada program ini, penulis berkesempatan untuk :


1. Merekap data VCT dan TIPK bulanan dari SIHa
Rekap data bulanan HIV AIDS dari Sistem Informasi
HIV/AIDS (SIHA). Rekap data diinput ke dalam Ms. Excel. Laporan
yang direkap berupa laporan bulanan konseling dan tes sukarela dan
laporan (KTS/VCT) dan tes hiv dan konseling atas inisiasi petugas
kesehatan (TIPK) untuk 37 puskesmas. Berikut taampilan SIHa :
Gambar 3. Contoh Tampilan Sistem Informasi HIV?AIDS
Hasil Rekapan dari SIHA kemudian diinput ke dalam Ms. Excel, rekapan data
dikelompokkan menjadi Jumlah klien Tes HIV, Jumlah Ibu Hamil Positif HIV,
Jumlah Penderita TB, Penderita Positif HIV.

1. Sosisalisai TB-HIV

Selain merekap data dari Sistem Informasi HIV/AIDS, penulis juga


berkempatan untuk ikut dalam kegiatan Sosialisasi TB-HIV di Banyumanik,
Sendangmulyo, dan Sambiroto. Sosialisasi TB-HIV adalah kegiatan yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai
penyakit TB-HIV, sumber dan cara penularan, pencegahan serta pengendalian
penyakit itu. Selain itu, Sosialisasi TB-HIV bertujuan untuk menghilangkan
stigma negatif ODHA pada masyarakat.
Pada kegiatan tersebut DKK bekerja sama dengan Puskesmas, Kader
TB, KPA Kota, dam LSM yang berisiko seperti Perkumpulan Waria Semarang
(PERWARIS) dan SGC. Tahapan sosialisasi TB-HIV yaitu :

3. Mengisi daftar hadir


4. Penyampaian informasi tentang Pengendalian TB dan HIV oleh
DKK
5. Diskusi dan tanya jawab
6. Sharing dengan ODHA
7. Tes VCT bagi masyarakat. VCT yang dilakukan yaitu
konseling pra tes, pengambilan darah untuk tes, dan konseling
pasca tes yang dilakukan oleh Puskesmas dan dibantu oleh
Gasurkes P2P wilayahb kerja setempat.
b. Program Diare
1. 1. Penyelidikan Epidemiologi
Selama magang pada seksi P2ML juga berkesmpatan untuk melakukan
PE Diare di Bandarharjo RW 2,3,5 dan 12 karena pada wilayah tersebut
terjadi peningkatan kasus diare namun belum termasuk dalam kategori
KLB. Terdapat 31 kasus diare namun yang sudah dilakukan PE 27
kasus dan 4 kasus belum dilakukan PE karena sedang menjalani rawat
inap di RS.
2. Menganalisis hasil PE
Setelah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi, yang dilakukan yaitu
merekap hasil kuesioner PE Diare ke dalam Ms.Excel lalu
menganalisis kasus diare tersebut. Hasil analisis berupa deskripsi
menurut orang, tempat, waktu, frekuensi gejala klinis, cara penularan,
dan analisis faktor risiko kasus Diare.
Hasil analisis PE tersebut yaitu :
Analaisis menurut orang :
- Berdasarkan umur
-

12 Kelompok Umur
10
8
6 Jumlah

4
2
0
1-4th 5-14th 15-44th >45th

kasus diare tahun 2018 berdasarkan golongan umur 1-4


tahun yaitu 11 penderita, golongan umur 5-14 tahun yaitu 7 , 15-44
ada 4 dan >45 yaitu 5 penderita dimana penderita terbanyak pada
golongan umur 1-4 tahun yaitu sebanyak 40,7%.
- Jenis kelamin :

Jenis Kelamin

P
41% L

59%

pada kasus diare tahun 2018 jika dilihat berdasarkan jenis


kelamin, penderita kasus diare terbanyak berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 59%

Analisis menurut tempat :

Tempat Tinggal
8
7
6
5
4 JUMLAH
3
2
1
0
2 2 3 5 12 12 12 12
RW RW RW RW RW RW RW RW
1 2 1 3 7 7 1 2 3 4
RT RT RT RT RT RT RT RT

kasus diare pada tahun 2018 terbanyak terjadi di RT 1 RW


12 dan RT 4 RW 12 yaitu sebanyak masing-masing 29,6%

Analisis menurut waktu :


Sebagian besar kasus diare mulai sakit pada akhir bulan Juli
2018.

Frekuensi gejala klinis


Gejala Klinis
20
10
0
Axis Title

BE S GIN

R N

SM T
LE AH
DI AH

K >3 H
A I

ER 10 LI
TE HEB I
K RA A R

KI K 0 K R
UN S

US
RA LE K

L
RT AL
M NA

NE A
RA BE K D NDI

SA ERA 5-1 GO
BE K OC

TA K RA

RA TU HA

UT KA
TP > A
T
M

TE K
N
PA

RA H

K
BE
B
BE
Axis Title

Dari 31 kasus diare yang terjadi yang di PE 27 kasus di


kelurahan bandarharjo gejala klinis yang paling banyak terjadi
adalah muntah-muntah sebanyak 25 kasus dan panas sebanyak 13
kasus, berak lebih dari 3 kalii 9 kasus dan 5-10 kali sebanyak 16
kasus, untuk gejala lain juga muncul pada penderita diare namun
tidak begitu banyak

Cara penularan :
Dari 31 kasus diare yang di PE 27 dan diketahui 18 kasus diare
dengan cara penularan melalui kontak penderita sebanyak 7 kasus,
dimana penderita diare yang tertular melalui kontak langsung dengan
kakaknya yang sakit

Faktor risiko:
a. Sumber Air minum :
Sumber Air Minum

25

20
Jumlah
15

10

0
Ledeng galon AQUA

Sebagian Besar Penderita Diare Menggunakan Air Isi Ulang


Galon Pada Depot Yang Sama Sebagai Sumber Air Minum
Yaitu Sebanyak 88,9%, 7,4% Menggunakan Air Mineral Aqua
Asli dan 3,7% menggunakan air ledeng.
b. Sumber Air mandi dan mencuci :

Sumber Air Mandi/Cuci

20

15

10

0
Ledeng Sumur Gali Artetis

Penderita kasus diare paling banyak menggunakan air artetis


sebanyak 63%, sumur gali 25,9% dan paling sedikit
menggunakan air ledeng sebagai air mandi dan mencuci
c. Penggunaan kakus :

Semua Penderita Diare Bab Menggunakan Kakus


3.1.3 `Kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular dan Surveilans (P2TMS)
Selama magang, kegiatan yang diikuti di seksi ini adalah sebagai
berikut:

a. Program Imunisasi
Pada program ini penulis berkesempatan untuk :
1. Menginput data pemakaian vaksin tiap bulan per puskesmas
Menginput data pemakaian vaksin tiap puskesmas tiap bulan ke
dalam Ms.Excel. Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen
imunisasi memegang peranan penting dan sangat menentukan. Selain
menunjang pelayanan imunisasi juga menjadi dasar untuk membuat
keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Penginputan data pemakaian vaksin didapat dari data mentah
dari laporan tiap puskesmas perbulan, kebetulan penulis menginput
data pada bulan Juli 2018. Tiap puskesmas melaporkan data imunisasi
dalam bentuk hardfile yang dikirimkan ke pemegang program
imunisasi di DKK Semarang, hal ini membuat penginputan data
imunisasi ke software PWS dilakukan secara manual.

Gambar 4
Contoh Tampilan Input Data Pemakaian Vaksin per bulan
Data-data yang diinput meliputi BCG, Campak, Polio, DPT/HB Hib, DT,
HBIG, MR, TD, TT, IPV, ADS, dan safety box.
2. Pertemuann Refreshing Imunisasi bagi kader
Pertemuan Refreshing kader adalah kegiatan untuk merefresh kembali
pengetahuan kader tentang imunisasi. Rangkaian kegiatannya yaitu
pemaparan materi tentang Imunisasi Dasar Lengkap dan Lanjutan. Lalu
dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab terkait dengan masalah
Imunisasi Dasar Lengkap dan Lanjutan. Pelaksanaan Refreshing kader
yaitu pada tanggal 28-29 Juni 2018 dan 19 Juli 2018.
3. Pembuatan Laporan Hasil Pertemuan Refreshing Imunisasi Kader
Pembuatan laporan hasil yaitu sesuai dengan kegiatan yang telah
dilakukan yaitu berupa proses kegiatan dari paparan materi hingga
diskusi tanya jawab dan output dari kegiatan adalah peserta dapat
memahami pentingnya imunisasi dasar lengkap dan lanjutan, serta
reaksi tubuh setelah diberikan imunisasi tersebut. Pertemuan
Refreshing Kader juga dapat memberikan gambaran komunitas-
komunitas tertentu yang menolak vaksin melalui peran kader.
4. Mengikuti PWS Imunisasi di Puskesmas
a. Surveilans PD3I
1. Penemuan Kasus AFP
Selama magang penulis juga berkesempatan untuk melakukan PE AFP
di lebdosari. PE AFP dilakukan bersama Puskesmas Lebdosari dan
dilakukan pengambilan spesimen tinja untuk dikirimkan ke
laboratorium Biofarma Bandung. Form Pelacakan Kasus AFP berisi
tentang :
 NO.EPID
 Tanggal laporan diterima
 Tanggal Pelacakan
 Identitas Penderita
 Riwayat Sakit
 Gejala/Tanda
 Riwayat Kontak
 Status Imunisasi Polio
 Pengumpulan Spesimen
 Petugas Pelacak
 Hasil Pemeriksaan kasus AFP atau bukan
2. Pembuatan Formulir Permintaan Pemeriksaan Spesimen dan
Persiapan Pengiriman Spesimen
Blangko spesimen digunakan sebagai formulir permintaan pemeriksaan
spesimen tinja. Formulir tersebut berisi nomor Epid, tanggal
pengiriman spesimen, dan kondisi spesimen waktu diterima.
Pengiriman spesimen tinja dimasukkan kedalam box dan dilengkapi
dengan coolpad agar spesimen tidak rusak selama proses pengiriman.

Gambar Contoh Tampilan Formulir Permintaan Pemeriksaan Spesimen


3. Menginput kasus APF ke dalam STP KLB
Menginput kasus AFP di Lebdosari ke dalam STP KLB bulan Juni
dan Juli 2018 meliputi tempat kejadian, tanggal kejadian, golongan
umur, jumlah kasus dan meninggal, populasi rentan, dan hasil lab.
Pada Bulan Juni 2018 terdapat 2 kasus AFP yang terjadi di Manyaran
dan Purwoyoso, sedangkan pada bulan Juli 2018 kasus AFP hanya
terdapat 1 kasus yaitu di wilayah Lebdosari.
Gambar Tampilan Laporan Bulanan Surveilans Terpadu Berbasis KLB

Anda mungkin juga menyukai