KERAJINAN GERABAH
Disusun Oleh :
Yullytia Franika Maryati (201740110)
Muhammad Faizal Herliansyah (201740100)
Muhammad Shiddiq Dwisurya (2017401045)
Salasatul Aisiyah (2017401119)
Roshynta Linggar Andatu (20174011)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah penyakit
dan kecelakaan yang dapat timbul sehubungan dengan proses industri di Jumirah
Keramik.
C. Tujuan Pengamatan
1. Mengetahui proses produksi dan mengidentifikasi penyakit yang mungkin
terjadi selama proses produksi.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja.
3. Mengetahui beban kerja yang ada.
4. Memberikan solusi jika terdapat faktor resiko yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja.
D. Manfaat Pengamatan
1. Bagi Pengamat
Untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang diakibatkan oleh proses
beroperasinya industri Jumirah Keramik.
2. Bagi Pemilik Industri
Memberikan masukan terhadap masalah kesehatan, beban kerja kepada
pekerja dan pemecahan permasalahan yang ada.
Memberikan informasi kesehatan dan meminimalisasi terjadinya
kecelakaan yang dimungkinkan guna meningkatkan hasil produksi,
kualitas produksi, dan produktifitas kerja.
G. Profil Industri
Pemilik usaha industri rumahan wayang ini bernama Griya Wayang Kulit.
Pemiliknya adalah Bapak Sagio. Beliau mulai menekuni usahanya sebagai pengrajin
wayang sejak tahun 1974, dan merupakan pendiri usaha tersebut. Pusat kerajinan
gerabah ini terletak di daerah...., Yogyakarta. Luas tanah tempat industri sekaligus
rumah pemilik kurang lebih 430 m² dan merupakan bangunan permanen. Lantai dari
keramik dan atap dari genting. Pemilik mengatakan pekerja yang ada sekitar 5 orang
dan sisanya adalah mahasiswa seni jurusan kesenian kulit. Pembagian tugas ada di
bagian pemotongan atau pencetakan kulit, pemahat kulit, pewarnaan kulit, dan
finisihing
Pada proses pembuatan gerabah terdiri dari beberapa tahapan, tahap yang
pertama adalah menyiapkan bahan baku yaitu kulit sapi, kerbau, atau kambing namun
yang sering dipakai adalah kulit kerbau kaeran alasan kualitas dan didapat dari pihak
lain. Tahap yang kedua adalah proses perendaman . Teknik yang dipakai adalah
teknik putar dan teknik cetak. Pada teknik putar, pekerja menggunakan alat perbot
(alat untuk memutar gerabah) untuk membentuk badan gerabah sesuai yang
diinginkan, sedangkan pada teknik cetak pekerja menggunakan cetakan dari gypsum
yang sudah ada. Tahap ketiga adalah pengeringan hasil gerabah yang sudah di bentuk
dengan cara di angin-angin kan di depan rumah yang menggunakan atap seng untuk
mempercepat pengeringan, biasanya memelukan waktu 1 minggu hingga 1 bulan
tergantung keadaan cuaca. Tahap ketiga adalah pembakaran menggunakan tungku
pembakaran berbahan bakar kayu yang diletakan di bagian belakang tempat kerja,
biasanya memerlukan waktu ±12 jam. Dalam satu waktu tungku pembakaran dapat
menampung kurang lebih 50 pot gerabah ukuran sedang.
Dalam proses pengerjaan gerabah ini, pemilik mengaku tidak ada standar
operasional khusus. Pengrajin terkadang memakai masker saat banyak asap dari
tungku pembakaran namun jarang. Di tempat kerja sebenarnya menyediakan masker
namun terkadang pemilik beserta pengrajin lainnya merasa tidak nyaman memakai
masker sehingga jarang digunakan. Untuk sarung tangan memang pernah mencoba
untuk menggunakan karena pernah mendapat edukasi pentingnya menggunakan
sarung tangan namun pengrajin merasa sulit untuk membentuk gerabah sesuai
keinginannya sehingga hingga sekarang tidak pernah lagi mencoba memakai sarung
tangan. Tidak ada aturan atau keharusan dalam penggunaan alat pelindung diri dalam
proses pembuatan gerabah ini walaupun mereka mengetahui resiko dalam pembuatan
gerabah, seperti terkena paku atau pecahan kaca saat mengambil bahan baku tanah liat
dan bahaya asap pembakaran tungku bagi kesehatan.
Untuk pekerja tidak disediakan program cek kesehatan rutin. Bila pekerja
merasakan ada keluhan dalam hal kesehatan baru memeriksakan diri ke puskesmas
atau RS terdekat. Dalam hal pembiayaan, masing-masing pekerja membiayai
pemeriksaan ke puskesmas / RS secara mandiri dan telah terdaftar dalam jaminan
kesehatan nasional (pekerja tidak didaftarkan oleh perusahaan namun didaftarkan
secara mandiri). Menurut pekerja, selama ini tidak ada kecelakaan kerja yang
berakibat fatal, dimungkinkan bila terjadi penyakit akibat kerja atau kecelakaan saat
kerja yang berakibat fatal biaya pengobatan tetap di tanggung pekerja.
Pemilik dan beberapa pekerjanya hanya sering mengeluhkan badan pegal-
pegal karena duduk pada kursi kecil tanpa senderan dan sering pada posisi
membungkuk karena posisi perbot (alat pemutar gerabah) yang terlalu rendah. Pekerja
juga sering mengangkat barang-barang yang berat seperti hasil gerabah dan bahan
baku tanah liat yang belum jadi sehingga terkadang punggung bawah terasa sakit.
Selain itu pekerja beberapa kali terkena pecahan kaca atau paku saat mengambil
bahan baku tanah liat.
Dalam proses pembuatan gerabah yang dilakukan di rumah Bapak Jumirah
tidak terdapat limbah / sisa karena limbah dapat digunakan lagi sebagai bahan baku
pembuatan gerabah dan untuk kayu sisa pembakaran biasanya diambil oleh pekerja
bangunan untuk bahan baku membuat bangunan.