Anda di halaman 1dari 25

ASMA BRONKHIALE

Presentasi Kasus Ko-Schap KSM Anak Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


Puskesmas Kretek, Bantul
 Nama : Latifah Maharani
 Usia : 3 Tahun 11 Bulan
 Alamat : Kretek, Parangtritis, Kretek, Bantul
 Berat Badan : 12,2 Kg
 Tinggi Badan : 89 cm
Identitas Bapak
Pasien  Nama : Sukidi
 Usia : 44 Tahun
 Pekerjaan : Wirausaha
Ibu
 Nama : Siti Rohaya
 Usia : 40 Tahun
 Pekerjaan : Wirausaha
Keluhan Utama
 Batuk sejak Jumat, tanggal 11 Mei 2018 pada saat Hujan Abu
Vulkanik Merapi
Riwayat Penyakit Sekarang

Anamnesis  Anak Usia 3 Tahun 11 Bulan dibawa orangtuanya ke Puskesmas


Kretek (25/5/2018) dikarenakan batuk grok-grok sejak 2 minggu
yang lalu tanpa ada keluar dahak. Memberat pada malam hari.
Pasien hanya mengeluh batuk tanpa disertai demam. Mual dan
Muntah disangkal. Nyeri Perut disangkal. BAB dan BAK tidak
didapatkan Keluhan. Nafsu Makan Sedikit. Denga Vital Sign Suhu
Badan : 36.8 C ; RR : 30x/mnt ; HR : 110x/mnt
Riwayat Penyakit Dahulu
Anamnesis  Imunisasi Dasar Lengkap
 Riwayat TB Anak (PKTB) (+) sudah sembuh
Riwayat Penyakit Keluarga
 Nenek riwayat pneumonia, TBC
 Kakak Kandung Kedua Bronchopneumonia
 Riwayat Asma dalam keluarga disangkal
 Riwayat Penyakit Kronis lainnya disangkal

Anamnesis
Riwayat Personal Sosial
 Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Pasien tinggal
bersama ayah, ibu, dan kedua kakaknya
 Pasien merupakan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah.
 Keluarga pasien merupakan keluarga yang sadar hidup bersih dan
sehat.
 Hubungan antar anggota keluarga cukup baik
Anamnesis
 Dalam keluarga tidak ada yang merokok
 Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien masih banyak debu
 Tidak banyak kapuk, boneka, atau selimut dan bantal berbulu di
rumah
 Penggunaan air untuk MCK menggunakan air PAM
 Anamnesis Tumbuh Kembang
Anamnesis  Anak tidak mengalami perlambatan dalam tumbuh kembang
 Kepala : Normochepal, CA -/-, SI -/-, Cowong (-),
Nafas Cuping Hidung -/-
 Leher : Pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan  Thorax : Vesikuler +/+, Wheezing +/+, Ronkhi -/-,
Fisik Retraksi -/-, Jantung dbn
 Extremitas : Akral Hangat +/+/+/+, Udem -/-/-/-
ASMA BRONKHIALE
Presentasi Kasus Ko-Schap KSM Anak Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Puskesmas Kretek, Bantul
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernafasan yang
menyebabkan terjadinya hipereaktivitas bronkus sehingga terjadi
trias asma yaitu :
1) edema mukosa,
2) bronkokontriksi,
Definisi 3) peningkatan sekresi,
yang ketiganya mengakibatkan gejala episodik seperti sesak nafas,
batuk dan mengi biasanya di malam hari akibat obstruksi saluran
nafas yang luas, bervariasi dan bersifat reversible dengan atau tanpa
pengobatan.
Menurut WHO (World Health
Di Indonesia, berdasarkan Riset
Organization) tahun 2011, 235 juta
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
orang di seluruh dunia menderita
tahun 2013 didapatkan hasil
asma dengan angka kematian lebih
prevalensi nasional untuk penyakit
dari 8% di negara-negara
asma pada semua umur adalah 4,5
berkembang yang sebenarnya
%.
dapat dicegah

Epidemiologi
National Center for Health
Statistics (NCHS) pada tahun 2011,
mengatakan bahwa prevalensi
asma menurut usia sebesar 9,5%
pada anak dan 8,2% pada dewasa,
sedangkan menurut jenis kelamin
7,2% laki-laki dan 9,7% perempuan.
Diduga, ada beberapa faktor pencetus yaitu faktor Ekstrinsik, terdiri
dari reaksi antigen antibodi dan alergen (debu, serbuk – serbuk, bulu
– bulu binatang) dan faktor Intrinstk, yang meliputi :
1. Infeksi berupa Influenza virus, pnemonia, mycoplasma,
Faktor 2. Fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur),

Pencetus 3. Iritan : Kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum/ minyak
wangi),
4. Emosional termasuk rasa takut, cemas dan tegang dan aktivitas
yang berlebihan juga dapat menjadi faktor
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa
serangan dan asma saat serangan (akut) :
1. Asma saat tanpa serangan
Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau
diluar serangan, terdiri dari:
Klasifikasi 1) Intermitten;
2) Persisten ringan;
3) Persisten sedang; dan
4) Persisten berat
Derajat Gejala Gejala Malam Faal Paru
Intermiten Bulanan ≤2 kali sebulan APE ≥80%
Gejala <1x/minggu - VEP1 ≥80%
tanpa gejala diluar nilai prediksi
serangan APE ≥80%
Serangan singkat nilai terbaik
- Variabiliti
APE <20%
Persisten ringan Mingguan >2 kali sebulan APE > 80%
Gejala<1x/minggu
- VEP1 ≥80%
tetapi <1x/hari
nilai prediksi
Serangan dapat
APE ≥80%
menganggu aktivitas
nilai terbaik
dan tidur

Klasifikasi Persisten sedang Harian >2 kali sebulan


- -Variabiliti
APE 20-30%
APE 60-80%
Gejala setiap hari. - VEP1 60-80%
Serangan nilai prediksi
mengganggu APE 60-80%
aktivitas dan tidur. nilai terbaik
Bronkodilator setiap - Variabiliti
hari. APE >30%
Persisten berat Kontinyu Sering APE ≤60%
Gejala terus menerus - VEP1 ≤60%
Sering kambuh nilai prediksi
Aktivitas fisik APE ≤60%
terbatas nilai terbaik
- Variabiliti
APE >30%
2. Asma saat serangan

Klasifikasi
Patogenesis

Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dan disebabkan oleh


hiperreaktivitas saluran napas yang melibatkan beberapa sel inflamasi terutama
sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel yang
menyebabkan pelepasan mediator seperti histamin dan leukotrien yang dapat
mengaktivasi target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi, kebocoran
mikrovaskular, edema dan hipersekresi mukus.
Patofisiologi
Patofisiologi
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang.
• Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala
berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada
dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Faktor –
faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan
Penegakan adanya riwayat alergi.
Diagnosis
• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari
derajat obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya
meningkat, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga
meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki kering,
mengi.
 Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral
Cursshman, kristal Charcot Leyden).

 Pemeriksaan penunjang :
Penegakan Spirometer
Diagnosis Peak flow meter
Rontgen Thoraks
Pemeriksaan IgE
Pertanda Inflamasi
Uji Hiperreaktivitas Bronkus
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup
normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
 Pengobatan non-medikamentosa
1. Penyuluhan
2. Menghindari faktor pencetus
Penatalaksanaan 3. Pengendali emosi
4. Pemakaian oksigen
 Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah
gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Medikasi Alternatif / Pilihan lain Alternatif lain
Asma pengontrol
harian
Asma Tidak perlu -------- -------
Intermiten
Asma Glukokortikoste  Teofilin lepas lambat ------
Persisten roid inhalasi  Kromolin
Ringan (200-400 ug  Leukotriene modifiers
BD/hari atau
ekivalennya)
Asma Kombinasi  Glukokortikosteroid inhalasi  Ditambah
Persisten inhalasi (400-800 ug BD atau agonis beta-2

Penatalaksanaan Sedang glukokortikoster


oid
(400-800 ug 
ekivalennya) ditambah
Teofilin lepas lambat ,atau
Glukokortikosteroid inhalasi 
kerja
oral, atau
Ditambah
lama

BD/hari atau (400-800 ug BD atau teofilin lepas


ekivalennya) ekivalennya) ditambah agonis lambat
dan beta-2 kerja lama oral, atau
agonis beta-2  Glukokortikosteroid inhalasi
kerja lama dosis tinggi (>800 ug BD atau
ekivalennya) atau
 Glukokortikosteroid inhalasi
(400-800 ug BD atau
ekivalennya) ditambah
leukotriene modifiers
Asma Kombinasi Prednisolon/ metilprednisolon oral
Persisten inhalasi selang sehari 10 mg
Berat glukokortikoster ditambah agonis beta-2 kerja lama
oid (> 800 ug oral, ditambah teofilin lepas lambat
BD atau
ekivalennya)
1. Status Asmatikus
2. Ateletaksis
Komplikasi 3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
Kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari
populasi berisiko yang berjumlah kira-kira 10 juta.
Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka
kematian penderita asma wanita dua kali lipat
penderita asma pria. Juga kenyataan bahwa angka
kematian pada serangan asma dengan usia tua lebih
banyak, kalau serangan asma diketahui dan dimulai
sejak kanak – kanak dan mendapat pengawasan
Prognosis yang cukup kira-kira setelah 20 tahun, hanya 1%
yang tidak sembuh dan di dalam pengawasan
tersebut kalau sering mengalami serangan common
cold 29% akan mengalami serangan ulang.
Pada penderita yang mengalami serangan
intermitten angka kematiannya 2%, sedangkan
angka kematian pada penderita yang dengan
serangan terus menerus angka kematiannya 9%.
TERIMAKASIH
Presentasi Kasus Ko-Schap KSM Anak Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Puskesmas Kretek, Bantul

Anda mungkin juga menyukai