Disusun oleh:
2
A. Latar Belakang
Industri mempunyai peranan yang sangat besar dalam menunjang
pembangunan di Indonesia. Saat ini persaingan industri untuk
memperebutkan pasar, baik pada tingkat regional, nasional maupun
internasional dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Hal ini
menyebabkan dunia kerja menuntut tersedianya faktor produksi yang
meningkat. Namun seiring dengan kemajuan perkembangan dan tuntutan
faktor produksi tersebut memicu berbagai masalah dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), seperti bertambahnya sumber bahaya, meningkatnya
potensi bahaya, risiko penyakit, dan kecelakaan akibat kerja (Notoatmodjo,
2011).
BPJS Ketenagakerjaan mencatat, sepanjang 2018 terdapat 157.313
kasus kecelakaan kerja. Hal ini dipengaruhi karena pada perusahaan di
Indonesia, khususnya perusahaan swasta menilai bahwa aspek K3 belum
menjadi prioritas. Perusahaan lebih berupaya untuk meminimalkan tenaga
kerja dan pengeluaran dengan meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.
Padahal keselamatan dan kesehatan para pekerja juga penting untuk menjadi
perhatian. Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan
perkerjaan mereka secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja
tidak terorganisir dan banyak terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit
tidak dapat terhindarkan seperti mengganti biaya pengobatan dan perawatan
mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan produktivitas
berkurang bagi perusahaan (Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2013).
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat atau lingkungan kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau
terbebas dari kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja suatu
perusahaan atau tempat kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menjelaskan bahwa setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,
keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat diambil rumusan masalah yaitu:
1. Apa penyakit dan kecelakaan kerja yang dapat timbul sehubungan dengan proses
industri sarung tangan golf di CV. Nusa Citra Mandiri?
C. Tujuan Pengamatan
1. Mengetahui proses produksi dan mengidentifikasi penyakit yang
mungkin terjadi.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja.
3. Mengetahui beban kerja yang ada.
4. Memberikan solusi jika terdapat faktor resiko yang dapat
menimbulkan kecelakaan kerja.
D. Manfaat Pengamatan
1. Bagi Pengamat
Untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang diakibatkan oleh proses
produksi sarung tangan golf.
2. Bagi Pemilik Industri
a. Memberikan masukan terhadap masalah kesehatan, beban kerja
kepada pekerja dan pemecahan permasalahan yang ada.
b. Memberikan informasi kesehatan dan meminimalisasi terjadinya
kecelakaan yang dimungkinkan guna meningkatkan hasil produksi,
kualitas produksi, dan produktifitas kerja.
6. Karyawan
a. Jumlah: karyawan tetap sebanyak 90 orang terdiri dari 20 pria dan 70 wanita.
b. Tempat tinggal: karyawan tinggal dirumah masing- masing.
H. Jenis Pengamatan
Penelitian yang dilakukan dengan metode observasi dengan alat berupa
wawancara terhadap mandor dan para pekerja serta mengamati langsung
proses pengolahan produksi sarung tangan golf.
I. Tempat dan Waktu Pengamatan
9
Pengamatan dilakukan di CV. Nusa Citra Mandiri yaitu perusahaan
produksi sarung tangan golf di Jalan Imogiri Barat RT 66, Kecamatan
Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi DI. Yogyakarta. Pada hari Selasa, 20
Agustus 2019 jam 08.00 – 09.30 WIB.
J. Data Industri
CV. Nusa Citra Mandiri merupakan perusahaan produksi sarung tangan
golf. Berdiri sejak tahun 2016, produksi sesuai dengan pesanan yang
diterima. Produk dipasarkan diluar negeri, yaitu di negara Korea dan Jepang.
K. Pembahasan
Dari penelitian yang kami lakukan terhadap industri ini, diperoleh
beberapa data yaitu kondisi bangunan yang kurang layak untuk dijadikan
tempat produksi, terdiri dari ventilasi bangunan yang kurang, tidak
terdapatnya ruangan ganti, ruang istirahat dan ruang UKK (Unit Kesehatan
Kerja) dan terdapat faktor resiko fisika, kimia dan biologi.
Dilihat dari waktu bekerja, para pekerja industri ini sudah bekerja
menurut waktu yang telah ditentukan oleh perundang-undangan yang
berlaku. Para pekerja bekerja selama 8 jam per hari dengan jam istirahat
terbagi kedalam 3 sesi yaitu jam 10.00 sekitar 15 menit, jam 12.00 sekitar
60 menit dan jam 14.00 sekitar 15 menit. Jika selama 6 hari kerja, akumulasi
jam kerja selama 1 minggu adalah ±39 jam. Sementara menurut pasal 79
Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa setiap pekerja berhak atas istirahat antara jam kerja
dalam sehari, sekurang-kurangnya 30 menit setelah bekerja 4 jam terus-
menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Menurut
Undang-Undang Nomer 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, untuk
karyawan yang bekerja 6 hari dalam 1 minggu, jam kerjanya adalah 7 jam
dalam 1 hari dan jam 40 jam dalam 1 minggu. Selain itu, pengusaha wajib
memberikan waktu secukupnya bagi pekerja untuk melaksanakan ibadah
(Pasal 80 Undang-Undang Nomer 13 tahun 2003).
Pada industri ini tidak pernah dilakukan pemeriksaan air baik secara
mikrobiologi maupun fisika secara berkala seperti yang direkomendasikan
oleh Perda no. 14 Tahun 2010 pasal 13 ayat 3. Selain itu merujuk pada
Permen No.27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan, industri ini belum
memiliki izin lingkungan.
L. Kesimpulan
Perusahaan CV. Nusa Citra Mandiri belum sepenuhnya melengkapi
kelengkapan persyaratan K3 dan tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.
Perlunya tindak lanjut dan monitoring secara berkala dari Puskesmas
Sewon 1 agar persyaratan dalam upaya tercapainya keselamatan dan
kesehatan kerja dapat terpenuhi.
M. Saran
13
3. Menambah Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
4. Menyediakan ruang UKK (Unit Kesehatan Kerja) beserta kotak P3K.
5. Menyediakan tempat yang aman bagi barang-barang karyawan seperti
jaket, tas, helm dan lainnya dan juga ruang laktasi.
6. Mendaftarkan seluruh karyawan untuk mengikuti Jaminan Kesehatan
BPJS dan aktif membayar iuran secara berkala.
7. Memasang poster di sudut ruangan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja.
8. Ikut aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh instansi Pemerintahan baik
di tingkat Puskesmas sampai Dinas Kabupaten terkait.
9. Ditambahkan ventilasi udara di ruang produksi, ditambahkan
pepohonan di luar tempat produksi agar tidak terlalu gersang.
10. Meminta izin lingkungan sebagai tindak lanjut mengenai AMDAL
perusahaan.
11. Segera untuk dilakukannya pemeriksaan air sesuai dengan rekomendasi
Perda.
12. Saran untuk penelitian selanjutnya untuk lebih memastikan lagi
bagaimana phbs pada industri seperti melakukan pemeriksaan jentik dan
pemeriksaan langkah cuci tangan pada seluruh karyawan.
14
Referensi
15
Dokumentasi
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
18