Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA


IDENTIFIKASI HAZARD DILINGKUNGAN KERJA,
KENALI SAFETY SIGN,
SERTA PERSONAL PROTECTIVE

Dosen Pengampu :
Wilis, SST., S.Kep, Ns., M.Kes

Di Susun Oleh :
Nama : Iriantika V R P Widyaningsih
NIM : 200106075
Kelas : D4 Keperawatan Anestesiologi 3C

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam
pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga
kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan
industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung resiko
bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Setiap ancaman
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena ancaman seperti itu akan
membawa kerugian baik material, moril maupun waktu terutama terhadap kesejahteraan
tenaga kerja dan keluarganya.
Lebih-lebih perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik
dari pada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang
lebih besar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya. Mengingat kegiatan sektor
industri tidak terlepas dengan penggunaan teknologi maju yang dapat berdampak
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terutama masalah penyakit akibat kerja. Selain
itu masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
mengarah kepencegahan penyakit akibat kerja, hal ini disebabkan karena kurangnya
perhatian, waktu dan memerlukan biaya yang tinggi.
Dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian dan pengetahuan masih terbatas, ada
sebagian dari mereka masih segan menggunakan alat pelindung atau mematuhi aturan
yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat
dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan berbagai
pihak baik pemerintah, perusahaan, tenaga kerja serta organisasi lainnya (Perguruan
Tinggi).
Perkembangan industri tekstil di Indonesia tidak lepas dari timbulnya masalah
keselamatan dan kesehatan kerja. Dampak yang timbul dari perkembangan industri tekstil
di Indonesia salah satunya penyakit akibat kerja bagi para pekerja. Pembahasan : Industri
tekstil menggunakan berbagai bahan baku seperti sutra, kapas, asbes, wool, dan
sebagainya. Bahan baku yang digunakan dalam industri tekstil dapat menyebabkan
penyakit bagi para pekerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bahaya kecelakaan kerja pada Industri Tekstil Pemintalan Benang?
2. Bagaimana dampak penyakit yang timbul dari bahaya kecelakaan kerja pada industri
Tekstil Pemintalan Benang?
3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan dari bahaya dan dampak penyakit
terhadap tenaga kerja industri Tekstil Pemintalan Benang?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bahaya kecelakaan kerja pada indudtri tekstil pemintalan benang.
2. Untuk mengetahui dampak penyakit yang timbul dari bahaya kecelakaan kerja pada
industri pemintalan benang.
3. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan dari bahaya dan dampak
penyakit terhadap tenaga kerja industri tekstil pemintalan benang
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan/Kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh
derajat maupun sosial, kesehatan dengan setingi-tingginya, usaha-usaha penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan faktor-faktor pekerjaan dan baik preventif dan
kesehatan yang lingkungan kerja, serta fisik, amental, kuratif terhadap diakibatkan
terhadap oleh penyakit- penyakit umum (Sumakmur, 1981).
Menurut Dainur, kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan,
memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta penggunaan tenaga
kerja dengan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial yang maksimal, sehingga
dapat berproduksi secara maksimal pula (Dainur,1992).
Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa kesehatan kerja merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat (perusahaan, pabrik, kantor, dan
sebagainya) dan menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dengan
masyarakat di sekitar perusahaan tersebut.
Apabila didalam kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah upaya preventif
(pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka dalam kesehatan
kerja, kedua hal tersebut menjadi ciri pokok (Notoatmojo, 1997) Industri adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi
atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan
industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga
menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi
dalam industri itu disebut dengan perindustrian. Dari definisi tersebut, istilah industri
sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).
Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1. Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.
2. Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit,
televisi, dan radio.
3. Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-obatan, dan
pipa.
4. Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan
makanan kemasan.
5. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan
marmer Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil
dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing.
Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah
kain. Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan
untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain
merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.

B. Proses Pembuatan Sebelum kapas diproses pada mesin blowing


Terlebih dahulu kapas dikeluarkan dari gudang, kemudian kapas yang masih dalam
keadaan terbungkus dan terikat, di bawa ke Bill Store untuk dibuka dan dilepaskan
ikatannya agar kapas kembali ke dalam bentuk semula dan dibiarkan untuk diangin-
anginkan selama ±24 jam. Kemudian kapas yang dibuat lap lalu dikerjakan pada
mesin carding, lap akan mengalami pembersihan, pemisahan, penarikan dengan mesin
pre drawing untuk dapat dibuat sliver, selanjutnya dikerjakan pada mesin yang lebih
rata seratnya, dengan jalan 8 sliver dijadikan sliver ditarik diantara rol-rol.
Selanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8 sliver
dimasukkan pada mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya searah panjang dan pendek
terpisah maka lap dikerjakan pada mesin lap pendek akan terkumpul menjadi kotoran,
sedang serat panjang dibuat silver yang terdiri serat panjang saja. Serat silver yang
dapat diproses kembali untuk dijadikan benang carded 6 dengan nomor 15 dan 35
atau sebagai campuran untuk membuat benang-benang carded dengan No.30 S dan 40
S. Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan pada mesin drawing (I dan II) untuk
dibuat sliver yang baik karena sliver hasil combing merupakan bahan baku untuk
pembuatan benang halus dan ini diproses pada mesin speed frame. Dengan sedikit
ditarik dan dipilin akan menghasilkan sliver dengan ukuran lebih kecil yang disebut
roving. Roving ini hasil dari mesin speed frame dibuat benang tunggal selanjutnya
dapat diperdagangkan baik dalam bentuk cone (pada mesin cone winder) atau benang
double mesin quick traverse, hant dan lain-lain.

C. Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Pada Industri


Tekstil Setiap industri memiliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan
kerja. Namun demikian peraturan telah meminta agar setiap industri mengantisipasi
dan meminimalkan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan atau terancamnya
keselamatan seseorang baik yang ada dalam lingkungan industry itu sendiri ataupun
bagi masyarakat di sekitar industri.
Hal-hal yang menjadi permasalahan yang berkaitan dengan potensi bahaya
kecelakaan kerja pada industri busana. Gudang resiko bahaya pada Packing dan
Bahaya kebakaran
a. Pola/Potong, resiko bahaya adalah Jari tangan terpotong dan tersengat arus singkat,
b. Jahit, resiko bahaya adalah Jari terkena jarum, tersengat arus singkat, kebakaran
c. Pasang kancing, resiko bahaya adalah Jari tergencet mesin kancing, tersengat arus
singkat.
d. Setrika, resiko bahaya adalah Tersengat arus singkat, kebakaran serta Tergores dan
bahaya jatuhan

D. Keserasian Peralatan dan Sarana Kerja Dengan Tenaga Kerja


Keserasian peralatan dan sarana harus diperhatikan pihak perusahaan dan
disesuaikan dengan tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat
diminimalisasi.
Kesalahan atau ketidakserasian antara peralatan dan sarana kerja dengan pegawai
yang menggunakan. Ketidak serasian antara peralatan dan sarana 7 dengan tenaga
kerja dapat menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya dapat mengancam
keselamatan dan kesehatan kerja pegawai atau tenaga kerja.
Permasalahan mengenai keserasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga kerja
pada industri busana dapat dilihat pada uraian dibawah ini Proses Produksi Faktor
Ergonomi Proses Kerja Masalah
1. Ukuran Meja Kerja Pemotongan Kain
2. Kursi duduk
3. Sikap dan sistem kerja
Cara dan sistem keja
1. Ukuran Meja Kerja
2. Kursi duduk Menjahit, obras, bordir

E. Faktor penyebab
A. Faktor Manusia Permasalahan yang terjadi pada faktor manusia meliputi faktor
manajerial, dan faktor tenaga kerja. Permasalahannya dapat merupakan berikut ini :
1) Manajemen:
a) Pemahaman yang kurang tentang hiperkes dan keselamaatan kerja
b) Tidak melaksanakan teknik-teknik hiperkes dan keselamatan kerja
c) Tidak menyediakan alat proteksi/pelindung diri

2) Tenaga kerja:
a) Tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan K3
b) Tidak mengenakan alat proteksi yang telah disediakan
c) Tidak memiliki naluri cara kerja sehat
d) Tingkat pengetahuan terhadap perkembangan teknologi industri.

B. Faktor Lingkungan Kerja Faktor penyebab masalah


K3L tidak hanya terjadi karena faktor manusia tetapi pasti ada sedikit banyak
masalah yang terjadi karena lingkungan kerja nya. Berikut ini adalah faktor yang
terjadi di Perusahaan Industri Tekstil yaitu :
1) Penerangan yang kurang mengakibatkan kesalahan pewarnaan.
2) Iklim kerja mengakibatkan lelah kerja para pekerja.
3) Debu mengakibatkan gangguan pernafasan dan kerusakan mata.
4) Uap mengakibatkan suhu panas.
5) Limbah Pabrik seperti, Formaldehyde mengakibatkan timbulnya limbah

E. Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada Industri
Tekstil Pemintalan Benang
Byssinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang penyebabnyaterutama
debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil. Penyakit ini berkaitan erat
dengan pekerjaan blowing dan carding.
Tetapi terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. bahkan dari permulaan
proses (pembuangan biji kapas) sampai kepada proses akhir (penenunan).
Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun bagi para pekerja pada blowing dan
carding.
Bagi pekerja lainnya lebih dari waktu 5 tahun.
A. Penyakit Akibat Kerja dan Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan
1. Penyakit Akibat Kerja Penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang
spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri
dari satu agen penyebab yang mudah diakui.
2. Penyakit yang berhubungann related disease 9 dengan pekerjaan – work
Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor
pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor resiko lainnya
dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks.
3. Penyakit yang mengenai populasi pekerja Penyakit yang terjadi pada populasi
pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat
oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
4. Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja. Berdasarkan SK Presiden
No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam penyakit yang timbul karena
hubungan kerja yaitu :
a) Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan
parut,yang silikonsnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian
b) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
c) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas vlas, henep, dan sisal (bissinosis).
d) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
e) Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat
dari penghirupan debu organik.
f) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang
beracun.
g) Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
h) Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun
i) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
j) Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal,
fluor,benzena, derivat halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.

F. Pencegahan dari bahaya dan dampak terhadap tenaga kerja industry


Tekstil pemintalan benang Upaya-upaya pencegahan dalam keselamatan kerja
dengan menggunakan APD.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,pesonal
protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang
digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh
adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,
biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Dalam hirarki bahaya (hazard)
control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode
pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan
APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya
optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia
adalah sebagai berikut:
1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.
2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja.
4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan instruksi
kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan
menggunakan alat pelindung diri.

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan


target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya. Berikut ini diuraikan di
dalam Tabel :
No Organ Tubuh
1. Mata Sumber bahaya APD yang perlu digunakan Cipratan bahan kimia atau Safety
Spectacles, logam cair,debu,katalis Safety 11 Glasses, powder, proyektil,gas, uap
Goggle, Faceshield,
2. Telinga dan radiasi Suara dengan Welding Shield. tingkat Ear Plug, Ear Muff,
kebisingan lebih dari 85 Canal Caps.
3. Kepala dB. Tertimpa benda jatuh, Helmet, terbentur benda keras, Caps. rambut
terlilit Bump benda berputar.
4. Hidung (Pernapasan) Debu,uap, gas, Respirator, kekurangan oksigen Breathing
(oxygen defiency).
5. Tangan dan Lengan Temperatur ekstrim, Sarung benda tajam, tertimpa (gloves),
benda berat, sengatan Mitts listrik,
6. Kaki Apparatus bahan Tangan Armlets, kimia, infeksi kulit. Lantai Licin, lantai
basah, Safety Shoes, benda tajam, benda jatuh, Safety Boots, cipratan bahan kimia
dan Legging, Spat. logam cair, aberasi.

G. Upaya-upaya untuk mencegah byssinosis Berikut ini


adalah upaya untuk mencegah byssinosis yaitu :
1. Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu kapas
sangat sedikit di udara.
2. Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara.
3. Membersihkan lantai dengan sapu tidak baik. d) Ventilasi umum dengan sistim
hisap.
4. Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara
berkala.
5. Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.
Penanggulangan lain yaitu :
a. Perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas kerja dalam mengupayakan kesehatan dan
keselamatan kerja yang sudah ada.
b. Penataan ruangan harus lebih diperhatikan menjadi lebih baik, supaya para
karyawan lebih leluasa dalam melakukan pekerjaannya. Bengkel kerja utama industri
jika memungkinkan dipindahkan ke tempat yang khusus disediakan untuk kegiatan
industri, setidaknya diusahakan pembagian tempat pengolahan khusus yang bersekat
dan masing-masing disendirikan sehingga ruang gerak menjadi luas.
c. Untuk menghindari sakit akibat kerja pekerja perlu melakukan olahraga yang
teratur, dan setidaknya banyak bergerak dari pekerjaan yang biasa dilakukan, contoh
apabila biasanya duduk sesekali berdiri dan berjalan agar gerakan dan posisi kerja
para karyawan menjadi lebih bervariasi dan tidak monotonis.
d) Sebaiknya untuk pembuangan atau penimbunan sementara limbah disediakan
lahan kosong tersendiri, atau setidaknya menempatkannya dalam karung, bak, atau
lubang khusus sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan dan dari segi tata ruang
pun menjadi lebih luas dan enak untuk dipandang.
e) Perusahaan (dalam hal ini industri kecil) yang belum mendapat tempat di
organisasi Pukesmas maka hendaknya dimasukkan secara struktural kedalam
organisasi tersebut.

Sehingga industri ini akan lebih terayomi dalam 13 hal pelayanan kesehatannya
yang paripurna (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), yang dalam hal ini
ditekankan pada ruang lingkup kedokteran industrinya. Misalnya petugas kesehatan
mengunjungi tempat-tempat industri secara rutin guna menilai kesehatan kerja di
perusahaan-perusahaan rumah tangga.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada proses pemintalan. limbah debu kapas paling banyak didapat pada proses
blowing, carding dan. Limbah aktual pada pekerjaan blowing dan carding masing-
masing sebesar 3.5% dan 2.5% sedangkan tingkat kebisingan speed frame sebesar
> 85 dampak bahaya. Penyakit yang akan timbul adalah sinosis (penyakit
tergolong pneumoconiosis) yang berasal dari limbah debu kapas kepada pekerja-
pekerja dalam industri tekstil. Pencengahan dengan menggunakan APD (alat
pelindung diri) seperti: memakai safety glasses, ear plung, ear muff, respirator dan
lain-lain. Pencegahan yang lain dapat di lakukan dengan pemeliharaan rumah
tangga yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu kapas sangat sedikit di
udara,pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara,
membersihkan lantai dengan sapu tidak baik, ventilasi umum dengan sistim hisap,
pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan
secara berkala, rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak
berbahaya.

B. Saran
a. Memutuskan jenis alat pelindung diri yang harus kita gunakan, lakukan terlebih
dahulu hazard identification (identifikasi bahaya).
b. Tinjau ulang setiap aspek dari pekerjaan, agar potensi bahaya bisa kita
identifikasi.
c. Perlu penegakan disiplin karyawan terhadap pemakaian alat pelindung diri
terutama masker dan sumbat telinga.
d. Perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang kesehatan
dan keselamatan kerja, dan keterampilan para pekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.(online)http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3704/1/K3
gerrysilaban.pdf.
Nasri,Azhar.2014.(online)https://azharnasri.blogspot.co.id/2014/09/makalah
industri-tekstil-di-indonesia.html
Nugraha,Daniel.2011.(online)http://danielanugrah10’s.blogspot.com/2011/industr
lisasi.html.
Tengky,Usfini.2010.(online)http://usfinitengky.blogspot.com/2010/kesehatan
kerja-higiene.html.

Anda mungkin juga menyukai