Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif
dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat
kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari
Occupational Health yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang
mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja.
Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif,
higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya. 1
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan
kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Industri informal di bidang jasa
yang akhir- akhir ini banyak diminati oleh pengelola usaha salah satu diantaranya
adalah usaha konvenksi pakaian. Usaha ini dipilih karena di Makassar semakin
banyak jumlah permintaan pakaian jadi wanita, pria, anak, pakaian olahraga,
kebutuhan organisasi dan lembaga maupun pakaian-pakaian partai politik. Umumnya,
perusahaan-perusahaan konveksi mempergunakan bahan baku berupa tekstil dari
bermacam-macam jenis, seperti katun, kaos, linen, polyester, rayon, dan bahan-bahan
syntesis lain ataupun campuran dari jenis bahan-bahan tersebut. Serta alat-alat yang
biasanya digunakan yaitu berupa mesin potong, mesin jahit, alat sablon, setrika, jarum
jahit, kursi kerja, papan potong bahan, meja setrika dan meja pengepakan. Sehingga
bahan-bahan dan alat yang dipegunakan dalam mengelola industri perusahaan
konveksi ini dapat menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan kesehatan dan
keselamatan kerja yang dapat berpengaruh pada tingkat produktivitas.
Dengan demikian hazard dan risiko pasti akan ada pada usaha konveksi
pakaian,tambah lagi dengan kondisi dan perilaku tidak aman dari lingkungan kerja
dan pekerja itu sendiri. Sehingga tidak dipungkiri masalah K3 akan muncul pada
usaha konveksi pakaian tersebut. 1,2

1
1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pada usaha konveksi pakaian CV. Aksar Makassar.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami pada usaha konveksi
pakaian CV. Aksar Makassar
b. Untuk mengetahui faktor resiko dari setiap proses produksi dari CV. Aksar
Makassar.
c. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat menggangu
kesehatan pekerja di usaha konveksi pakaian CV. Aksar Makassar.
d. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan pada para pekerja di
usaha konveksi pakaian CV. Aksar Makassar
e. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja usaha
konveksi pakaian CV. Aksar Makassar.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada para pekerja di usaha
konveksi pakaian CV. Aksar Makassar.
g. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan pengendalian pimpinan perusahaan
tentang K3 di tempat kerja.
h. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan
dengan pekerjaan pada usaha konveksi pakaian CV. Aksar Makassar.
i. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan (misalnya penyuluhan,
pelatihan, pengukuran atau pemantauan lingkungan tentang hazard yang
pernah diadakan).
j. Untuk mengetahui cara mengatasi dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja
di industri konveksi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya. .1
Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisiplin ilmu yang
terfokus pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri
ataupun lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi
dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan
dan penanganan bahan berbahaya. .1
Program K3 di tempat konveksi pakaian bertujuan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi
keselamatan pekerja, pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar tempat
konveksi pakaian.
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara
(2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja 2,3

Sedangkan menurut Sumamur (2006) tujuan dari keselamatan dan kesehatan

3
kerja yaitu :
a. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
b. baik secara fisik, sosial dan psikologis.
c. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
d. dan seefektif mungkin.
e. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
f. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi
pekerja.
g. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
h. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
i. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 1,3,4

2.2. Indentifikasi Hazard Umum


Dalam konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja ada satu kata
yang selalu harus diingat yaitu Pencegahan merupakan cara yang paling efektif
artinya mencegah terjadinya kecelakaan berarti sudah tercapai tujuan menhindari
kecelakaan itu sendiri. 1,2
Ada beberapa faktor hazard yang mungkin ditemukan di tempat konveksi
pakaian.
a. Hazard lingkungan kerja proses pemasokan barang dan gudang bahan,
dapat berpotensi pekerja terkena polusi udara dan debu dari bahan-bahan
konveksi, bahaya kebakaran maupun kecelakaan lalu lintas pada proses
pemasokan.
b. Hazard lingkungan kerja pemotongan bahan dapat menimbulkan
kecelakaan ketika pekerja melakukan pemotongan pola dari bahan-bahan yang
akan menjadi pakaian, beresiko untuk cedera tersengat arus listrik, kebakaran
akibat konsleting.
c. Hazard lingkungan kerja penggunaan mesin jahit terdapat aktivitas
berulang berupa menjahit yang dapat beresiko terkenanya jarum, kebisingan,
getaran, tersengat arus listrik, kebakaran, jari tergunting, serta nyeri pada
pergelangan tangan.
d. Hazard lingkungan kerja proses finishing beresiko pada pekerja untuk
terjadi cedera.
e. Hazard lingkungan kerja penyablonan pakaian dapat berpotensi pekerja
terpapar bahan kimia dari proses konveksi, gangguan pernafasan, gangguan.

4
penglihatan akibat kelelahan bekerja pada komputer, tangan terkena setrika,
tersengat arus listrik.
f. Hazard lingkungan kerja packing pada proses ini para pekerja melakukan
pengepakan maupun pembungksan dari produk konveksi dan harus dilakukan
dengan cepat sehingga kesenpatan untuk terjadinya kecelakaan kerja sangat
besar.
g. Hazard lingkungan kerja proses distribusi: beresiko terjadinya kecelakaan
lalu lintas
h. Hazard lingkungan kerja bakteri, jamur, cacing dan jentik nyamuk di
dapat pekerja selama melakukan aktivitasnya.
i. Hazard ergonomik dapat memajan pekerja melakukan proses konveksi secara
manual dan terus menerus dalam posisi yang membungkuk, tidak nyaman,
statis dan berulang.
j. Hazard perilaku merokok muncul pekerja sering merokok baik pada saat
bekerja maupun tidak bekerja.
k. Hazard perilaku pola makan tidak teratur dan asupan makanan yang
banyak mengandung lemak jenuh didapatkan karena sistem kerja 24
jamadanya pengaturan waktu kerjamengakibatkan jadwal makan
pekerjateratur.
l. Hazard pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja didapatkan karena
fatigue sering sekali dialami oleh pekerja.

2.3. Alat Pelindung


Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Sumamur, 1991). Atau bisa juga disebut alat
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan
baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai
usaha akhir.
Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya
kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati
agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan.

5
Alat pelindung diri yang dapat digunakan di tempat kerja pekerja konveksi
pakaian, sesuai dengan faktor hazard yang ada berupa alat pelindung kepala,
melindungi rambut pekerja supaya tidak tertarik mesin yang berputar; helm
melindungi kepala dari benturan benda keras; alat pelindung mata, digunakan untuk
melindungi mata dari terkena patahan jarum,serta melindungi mata agar terkena debu;
peelindung tangan berupa sarung tangan, hal ini penting ada untuk melindungi tangan
dari benda-benda tajam serta benda yang berat, sepat boot, celemek serta masker dan
google. 4,5

2.4. Kesediaan Obat P3K


Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di
setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun
kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah
kematian, mencegah cacat yang lebih berat dan menunjang penyembuhan. 3,4

2.5. Pemeriksaan Kesehatan


Petugas K3 harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang
telah memiliki sertifikasi. 3,4
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja
sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita
penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum
bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. 3,4,6
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun
sekali.Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu
yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan kesehatan
khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang
mereka derita. 3,4,6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Bahan
Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat.

6
Checklist ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini
dilakukan. Pada survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor
hazard, alat kerja apa yang digunakan, alat pelindung diri yang digunakan,
ketersediaan obat p3k di tempat kerja, keluhan atau penyakit yang dialami pekerja dan
upaya pengetahuan mengenai K3 kepada pekerja konveksi.
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara lain:
i. Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey
jalan sepintas.
ii. Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan
lingkungan pencuci mobil
iii. Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer
mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.

3.2. Cara
Cara survey yang dilakukan adalah dengan menggunakan Walk Through
Survey. Teknik Walk Through Survey juga dikenali sebagai Occupational Health
Hazards. Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui tentang
manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan survey, dan
menerima keluhan-keluhan baru yang releven.
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul,
merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey.
Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja.
Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring
survey untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai
risk assessment.
Walk Through Survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses produksi,
denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu, mendengarkan
pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami pekerjaan dan tugas-tugas
pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan
timbul di tempat kerja atau pada petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang
telah dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
perundangan dan sebagainya.

3.3. Lokasi Survei

7
Survey dilakukan di industri konveksi sederhana CV. Aksar Makassar jl.
Rapokalling Timur no. 5.

3.4. Jadwal survei


Survei dilaksanakan selama 1 minggu (29 Agustus 2016 2 September 2016)

No. Tanggal Kegiatan

- Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina


1. 29 Agustus 2016
- Pengarahan kegiatan

- Pembuatan proposal walk through survey


2. 30 Agustus 2016
- Walk through survey

3. 31 Agustus 2016 - Walk through survey

- Walk through survey


4. 01 September 2016
- Pembuatan laporan walk through survey

5. 02 September 2016 - Presentasi laporan walk through survey

BAGAN ALUR KEGIATAN KONVEKSI

8
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

9
4.1. Hazard Pada Saat Pemasokan dan Penyimpanan Bahan Baku
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses pemasokan dan penyimpanan bahan
baku berjumlah 2 orang. Tata ruang pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah
kami lakukan ukuran ruangan tempat beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses
produksi. Hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang
tidak kondusif seperti ini dapat megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan
ditambah lagi beberapa barang penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras
mesin jahit itu sendiri yang semakin mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi
hazard lingkungan fisik pada pekerja.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang berada disekitar pekerja terutama debu yang berada
ditempat penyimpanan bahan dengan tumpukan bahan yang hanya ditumpuk saja,
pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker. Pajanan hazard kimia
meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung kerja yang telah
disediakan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya adalah jamur dan parasit. Dari hasil survey
didapatkan bahwa pekerja masih rentan untuk terkena infeksi jamur dan parasit
yang berasal dari bahan kain konveksi.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Para pekerja
melakukan aktivitas yang berulang, mengangkat barang-barang bahan baku ke
gudang. Dari cara bekerja pula, hasil survey menunjukkaan bahwa pekerjadi
tuntut untuk lebih sering berdiri dan membungkuk.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan
antara sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar.

10
Semua hal yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan
emosional pekerja, sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam
bekerja. Dari hasil survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut
untuk bekerja selama 9 jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam
khusus untuk istirahat sehingga pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian
ini dijalankan setiap hari tanpa ada hari libur. Beberapa pekerja didapatkan
merokok selama bekerja ataupun saat istirahat. Hubungan sesama pekerja,
bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang didapatkan cukup untuk memenuhi
kebutuhan harian.

4.2. Hazard Pada Proses Obras dan Jahit


a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses obras dan jahit berjumlah 3 orang. Tata
ruang pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi
kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat
megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.
Hazard kebisingan akibat mesin jahit dapat mempengaruhi kualitas kerja dari pekrja itu sendiri.
Kebisingan mungkin tidak menyebabkan penurunan kecepatan proses penjahitan karena ini
berkaitan dengan skill akan tetapi kebisingan dapat mempengaruhi kualitas jahitan.
Peralatan kerja yang digunakan pada saat menjahit seperti gunting tidak
dilengkapi dengan pengaman. Oleh sebab itu tingkat terjadinya cedera pada
tangan semakin tinggi untuk pengunaan gunting dalam jangka waktu yang lama.
Pada usaha penjahitan tidak dipungkiri adanya paparan getaran yang disebabkan
karena dynamo mesin yang digunakan untuk menggerakkan mesin jahit. Untuk
itu perlu adanya perhatian khusus sehingga tidak mengakibatkan penyakit akibat
kerja seperti kaki menjadi kaku dan kehilangan indra perasa (disfungsi saraf).

b. Faktor kimia

11
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti
masker. Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat
pelindung kerja yang telah disediakan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan
terdapat banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini
dapat mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Seorang penjahit
memang dituntut untuk duduk lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan lain seperti SPG.
Kondisi penjahit yang dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja.
Misalnya posisi duduk sekalipun pada saat duduk menurut tegangan pada kaki rendah,
sikap tak alami dapat dihindari, konsumsi energi terkurangi dan kebutuhan
peredaran darah hanya sedikit. Akan tetapi untuk posisi duduk yang keliru dan
terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung dapat mengakibatkan sakit
punggung.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan
antara sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar.
Semua hal yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan
emosional pekerja, sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam
bekerja. Dari hasil survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut
untuk bekerja selama 9 jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam
khusus untuk istirahat sehingga pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian
ini dijalankan setiap hari tanpa ada hari libur. Beberapa pekerja didapatkan
merokok selama bekerja ataupun saat istirahat. Hubungan sesama pekerja,

12
bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang didapatkan cukup untuk memenuhi
kebutuhan harian.

4.3. Hazard Pada Proses Finishing (Buang Benang)


a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses obras dan jahit berjumlah 1 orang. Tata
ruang pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi
kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat
megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.
Hazard kebisingan akibat mesin jahit dapat mempengaruhi kualitas kerja dari pekerja itu
sendiri. Kebisingan mungkin tidak menyebabkan penurunan kecepatan proses penjahitan
karena ini berkaitan dengan skill akan tetapi kebisingan dapat mempengaruhi kualitas jahitan.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti
masker. Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat
pelindung kerja yang telah disediakan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan
terdapat banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini
dapat mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis

13
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
finishing pekerja dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung
dapat mengakibatkan sakit punggung.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan
antara sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar.
Semua hal yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan
emosional pekerja, sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam
bekerja. Dari hasil survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut
untuk bekerja selama 9 jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam
khusus untuk istirahat sehingga pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian
ini dijalankan setiap hari tanpa ada hari libur. Beberapa pekerja didapatkan
merokok selama bekerja ataupun saat istirahat. Hubungan sesama pekerja,
bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang didapatkan cukup untuk memenuhi
kebutuhan harian.

4.4. Hazard Pada Proses Sablon (cat sablon)


a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses sablon berjumlah 3 orang. Tata ruang pada
usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses penyablonan, disamping itu bahan baku
sablon terutama bahan-bahan kimia sangat dekat dengan pekerja ini disebabkan ruangan
penyablonan yang sangat sempit. Hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan dan keleluasaan
pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat megakibatkan pekerja sulit mengatur
gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang penyimpanan dan meja tempat
pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin mempersempit ruangan
tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.

b. Faktor kimia

14
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Bahan baku dalam
proses penyablonan menggunakan bahan kimia sebagai pewarna, disamping itu juga digunakan
bahan kimia pembersih cat warna yang hampir setiap waktu para pekerja akan terpajan dengan
zat-zat tersebut.. Akibat dari penggunaan bahan kimia tersebut dapat megakibatkan perih pada
mata, pajanan yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit, berpengaruh pada pernafasan karena zat
yang dihirup, serta berpengaruh pula pada sistem saraf. Oleh sebab itu, sebaiknya guna alat yang
dapat melindingi mata dari pengaruh bahan kimia tersebut.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan
terdapat banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini
dapat mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pekerja akang dominan
berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung membungkuk serta leher menekuk
dan melakukan penyablonan secara berulang sehingga dapat mengakibatkan penyakit dan
kecelakaan kerja.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan
antara sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar.
Semua hal yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan
emosional pekerja, sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam
bekerja. Dari hasil survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut
untuk bekerja selama 9 jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam
khusus untuk istirahat sehingga pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian
ini dijalankan setiap hari tanpa ada hari libur. Beberapa pekerja didapatkan
merokok selama bekerja ataupun saat istirahat. Hubungan sesama pekerja,
bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang didapatkan cukup untuk memenuhi
kebutuhan harian.

4.5. Hazard Pada Proses Quality Control ( Pakaian Jadi Yang Telah Selesai Di Jahit

15
Dan Telah Melalui Proses Buang Benang.
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses obras dan jahit berjumlah 1 orang. Tata
ruang pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi
kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat
megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.
Hazard kebisingan akibat mesin jahit dapat mempengaruhi kualitas kerja dari pekrja itu sendiri.
Kebisingan mungkin tidak menyebabkan penurunan kecepatan proses penjahitan karena ini
berkaitan dengan skill akan tetapi kebisingan dapat mempengaruhi kualitas jahitan.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti
masker. Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat
pelindung kerja yang telah disediakan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan
terdapat banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini
dapat mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
quality control pekerja dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung
dapat mengakibatkan sakit punggung.

16
e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan
antara sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar.
Semua hal yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan
emosional pekerja, sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam
bekerja. Dari hasil survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut
untuk bekerja selama 9 jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam
khusus untuk istirahat sehingga pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian
ini dijalankan setiap hari tanpa ada hari libur. Beberapa pekerja didapatkan
merokok selama bekerja ataupun saat istirahat. Hubungan sesama pekerja,
bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang didapatkan cukup untuk memenuhi
kebutuhan harian.

4.6. Hazard Pada Proses Packing (Pakaian jadi dan plastik kemasan)
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses packing berjumlah 2 orang. Tata ruang
pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi
kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat
megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat proses pembungkusan dapat
mengakibatkan penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang
besar yang berada disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat
pelindung seperti masker. Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak
menggunakan alat pelindung kerja yang telah disediakan.

c. Faktor biologis

17
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan
terdapat banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini
dapat mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
packing pekerja dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung
dapat mengakibatkan sakit punggung.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan
antara sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar.
Semua hal yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan
emosional pekerja, sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam
bekerja. Dari hasil survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut
untuk bekerja selama 9 jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam
khusus untuk istirahat sehingga pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian
ini dijalankan setiap hari tanpa ada hari libur. Beberapa pekerja didapatkan
merokok selama bekerja ataupun saat istirahat. Hubungan sesama pekerja,
bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang didapatkan cukup untuk memenuhi
kebutuhan harian.

4.7. Hazard Pada Proses Distribusi (pakaian yang telah dikemas dan alat transportasi)
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses distribusi berjumlah 2 orang. Tata ruang
pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi
kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat
megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.

18
Disamping itu juga pada proses distribusi ini pekerja dapat beresiko terjadinya kecelakaan lalu
lintas.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat proses pembungkusan dapat
mengakibatkan penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang
besar yang berada disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat
pelindung seperti masker. Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak
menggunakan alat pelindung kerja yang telah disediakan.
Hazard kimia lainnya berupa polusi atau gas buangan yang dikeluarkan oleh kendaran, hal ini
dapat mengakibatkan penyakit pada pekerja jika pekerja terpapar dalam waktu yang relative
lama atau terus menerus seperti gas CO yang adapat mempengaruhi kesehatan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan
terdapat banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini
dapat mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
distribusi pekerja dominan berada dalam kondisi jongkok, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung
dapat mengakibatkan sakit punggung.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan
antara sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar.
Semua hal yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan
emosional pekerja, sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam
bekerja. Dari hasil survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut
untuk bekerja selama 9 jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam

19
khusus untuk istirahat sehingga pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian
ini dijalankan setiap hari tanpa ada hari libur. Beberapa pekerja didapatkan
merokok selama bekerja ataupun saat istirahat. Hubungan sesama pekerja,
bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang didapatkan cukup untuk memenuhi
kebutuhan harian.

4.8. Alat yang Digunakan


Jenis alat yang digunakan pekerja selama proses konveksi adalah 3 mesin jahit ,
5 alat pencetak sablon , 1 alat komputer, 1 printer, serta beberapa pewarna kimia cat
sablon. Dari hasil survei, mesin yang digunakan masih bagus dan masih berfungsi
dengan baik.

4.9 Menggunakan alat pelindung diri selama bekerja


Dari hasil survey didapatkan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri
yang disediakan saat bekerja. Alat yang harus digunakan berupa masker, sarung
tangan karet, , sepatu boot, goggle, dan celemek. Namun belum beberapa alat tidak
disediakan. Hal ini menunjukkan bahwa pihak terkait masih perlu menyediakan alat
pelindung yang sesuai demi keselamatan pekerja dan mewajibkan pekerja memakai
alat pelindung diri.

4.10 Ketersediaan obat P3K di tempat kerja


Berdasarkan hasil survey, didapatkan tersedianya obat P3K di tempat kerja.
Kotak P3K berisi betadine, kassa, salep, dan minyak kayu putih.

4.11 Pemeriksaan kesehatan dan upaya pengobatan bila sakit


Berdasarkan survey yang dilakukan didapatkan pekerja masih kurang
kesadaran untuk memeriksakan kesehatan secara berkala dan khusus walaupun telah
diberikan kemudahan untuk selalu memeriksakan kesehatan. Para pekerja tidak selalu
memeriksakan kesehatan jika ada keluhan atau sakit. Hal ini menunjukkan bahwa
kesehatan pekerja masih perlu diperhatikan lagi karena ia bisa mempengaruhi kinerja
dan penghasilan mereka.

4.12 Upaya lain perusahaan tentang K3

20
Berdasarkan survey yang dilakukan didapatkan adanya penyediaan APAR
(pemadam api ringan). Namun hingga saat ini, belum pernah dilakukan penyuluhan,
pelatihan, pemantauan hazard/penyuluhan dan peringatan akan rambu-rambu bahaya

4.13 Keluhan pekerja selama melakukan pekerjaannya


Dari hasil survey didapatkan setiap pekerja yang mempunyai keluhan
kesehatan atau sakit pasti akan mengajukan izin baik secara tertulis seperti surat sakit
atau surat cuti maupaun secara lisan. Dari survey yang dilakukan didapatkan beberapa
keluhan pekerja seperti mata merah karena kelelahan, maupun akibat pewarnaan pada
proses sablon serta debu, keluhan nyeri ulu hati karena pola makan yang tidak teratur,
pusing dan sakit kepala, keluhan nyeri punggung bawah karena cara kerja yang sering
membungkuk dan mengangkat alat-alat berat, keluhan nyeri pada bahu yang menjalar
kepergelangan tangan, keluhan keram-keram pada pergelangan tangan, beberapa
pekerja juga sering mengeluhkan bersin-bersin, serta keluhan gatal pada sela-sela jari
tangan.

4.14 Pencegahan dan pengendalian kebakaran


Dari hasil survey untuk pencegahan dan pengendalian kebakaran di tempat
pencucian telah disediakan APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ). Tetapi belum
tersedianya hydrant, detector ( head detector, smoke detector, fire Detector ), alarm,
Springlers dan rambu-rambu evaluasi.

BAB V
PENUTUP

21
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Masih banyak ditemukan pada sistem kerja manual terutama pada jenis
pekerjaan pembuatan pola, pengguntingan kain, pencetakan, penjahitan,
pengobrasan dan numbering yang belum memperhatikan dan memenuhi
persyaratan ergonomi kerja, yang mana ergonomi merupakan suatu langkah
yang perlu dilakukan guna menghasilkan peralatan maupun metode yang
sesuai dengan tubuh manusia sebagai pemakai.
5.1.2. Sikap kerja pada pekerja di atas yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan dan kesehatan kerja, sebab pada sikap kerja yang diamati dapat
terjadi ketegangan otot, tulang, saraf, dan meningkatkan tingkat kelelahan
kerja.
5.1.3. Ditemukan adanya bahan yang berpotensi mengganggu kesehatan pekerja
seperti larutan M3, dan larutan lain yang digunakan dalam proses
penyablonan.
5.1.4. Pekerja konveksi sebagian besar tidak menggunakan alat pelindung diri berupa
masker.
5.1.5. Tersedianya kotak P3K ditempat perusahaan konveksi PT. AKSAR yang berisi
betadine, kassa, salep dan minyak kayu putih.
5.1.6. Tidak adanya peraturan yang mewajibkan pemeriksaan kesehatan sebelum
kerja, pemeriksaan kesehatan berkala maupun berkala khusus pada pekerja
konveksi PT. AKSAR.
5.1.7. Upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran di tempat pencucian belum
disediakan APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ), detector ( head detector,
smoke detector, fire Detector ), alarm, Springlers dan rambu-rambu evaluasi.
5.1.8. Pekerja konveksi memiliki beberapa keluhan pekerja seperti sakit punggung
karena sering membungkuk, tangan kram, nyeri ulu hati karena pola makan
yang tidak teratur, nyeri otot lengan atas, bahkan pusing akibat terpapar bahan
kimia.
5.1.9. Upaya yang dilakukan berupa cara penggunaan APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) namun belum dilaksanakannya upaya berupa penyuluhan, pelatihan,
pemantauan hazard/penyuluhan dan peringatan akan rambu-rambu bahaya.

5.2. Saran
Masih ada beberapa poin yang perlu diperbaiki pada aspek K3 perusahaan
konveksi. Masih perlunya penyuluhan tentang pemakaian alat pelindung diri untuk

22
kesehatan dan keselamatan kerja. Disarankan agar seluruh pekerja memakai alat
pelindung diri saat bekerja. Selain itu perlunya dilakukan follow-up atau survey
ulangan untuk mengetahui hazard terbaru yang ada di lingkungan pekerja minimal 6
bulan sekali. Jika ada keluhan pada petugas perusahaan konveksi, sebaiknya
memeriksakan diri ke dokter kedokteran kerja atau dokter umum untuk mendapatkan
penanganan secara tepat. Pihak atasan juga harus melakukan pengadaan kotak P3K
serta memberikan penerangan tentang penggunaan kotak P3K.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amarudin. Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja. 2006 [cited; Available

23
from: http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-kerja-1.ppt
2. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja . Jakarta: UIPress
3. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja

OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat 3.


4. Fatdriati JL. Meily K. Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada

Proses Pencucian Mobil Di Fjm Jakarta Tahun 2012.


5. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat 4. Aspek

kesehatan dan keselamatan kerja. Available from ;

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-22832-BAB%20II_fero.pdf
6. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam PROGRAM

PELATIHAN & SERTIFIKASI HIGIENIS INDUSTRI MUDA (HIMU). Jakarta.

2010

24

Anda mungkin juga menyukai