Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia sebagai Negara berkembang telah memiliki perhatian
terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini dapat di
lihat sejak dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
dan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.1
Sayangnya, hingga saat ini implementasi terhadap program K3
masih belum terlaksana secara konsisten. Pandangan tersebut muncul
berdasarkan data dari PT Jamsostek (Persero) pada tahun 2009 yang
menunjukkan terjadi 96.697 kasus kecelakaan dan sedikitnya 35 orang per
100.000 pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat kerja.1
Dari data profil masalah kesehatan kerja tahun 2006, Direktorat Bina
Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI menyatakan 3 Penyakit Akibat
Kerja (PAK) terbesar menurut sektor formal dan informal, diantaranya
penyakit muskuloskeletal yang menempati persentase terbesar yaitu 13,8
(formal) dan 18,9 (informal), penyakit kardiovaskuler dengan persentase
sebesar 7,6 (formal) dan 8,2 (informal) dan gangguan syaraf dengan
persentase sebesar 6,2 (formal) dan 6,3 (informal).2 Dari data tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pada sektor formal persentase PAK lebih rendah
dibandingkan dengan sektor informal.1
Industri informal di bidang jasa yang akhir- akhir ini banyak
diminati oleh pengelola usaha salah satu diantaranya adalah usaha cuci
mobil. Usaha ini dipilih karena di Makassar semakin banyak jumlah
pengguna kendaraan bermotor, selain itu untuk membuat usaha cuci mobil
tidak memerlukan peralatan yang rumit dan pekerja dengan keahlian khusus.
Namun, meskipun demikian hazard dan risiko pasti akan ada pada usaha
cuci mobil, ditambah lagi dengan kondisi dan perilaku tidak aman dari
lingkungan kerja dan pekerja itu sendiri. Sehingga tidak dipungkiri masalah
K3 akan muncul pada usaha cuci mobil tersebut.1

i
1.2 TUJUAN PENELITIAN
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah survei ini dilakukan untuk
mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada
karyawan tempat pencucian dan perawatan mobil di Turbo Snow Car
Wash Daya Makassar.

1.2.2 Tujuan Khusus:


a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard pada karyawan tempat
pencucian dan perawatan mobil.
b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
mengganggu kesehatan karyawan pencucian dan perawatan mobil.
c. Untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan
karyawan pencucian dan perawatan mobil.
d. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus)
e. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang berhubungan
dengan pekerjaan
f. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan. Pengukuran / pemantauan lingkungan tentang
hazard yang pernah dilakukan.
g. Untuk mengetahui tentang faktor konstruksi bangunan yang
berhubungan dengan K3 karyawan pencucian dan perawatan mobil.
h. Untuk mengetahui tentang tindakan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang ditetapkan pada lingkungan karyawan pencucian dan
perawatan mobil.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang
mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit,
kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007
mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor
yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di
tempat kerja. Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta
definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah suatu program yang menjamin keselamatan dan kesehatan
pegawai di tempat kerja.2
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya
akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan
harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi
keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Prasetyo,2009). 2
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka
menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja
adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

3
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Sedangkan menurut Suma’mur (2006) tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu :
a. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baiksecara fisik, sosial dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknyadan seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi
pekerja.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.2 Identifikasi Hazard Umum


Dalam konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja ada satu
kata yang selalu harus diingat yaitu ”Pencegahan merupakan cara yang paling
efektif” artinya mencegah terjadinya kecelakaan berarti sudah tercapai tujuan
menghindari kecelakaan itu sendiri.3

4
Ada beberapa faktor hazard yang mungkin ditemukan di tempat pencucian
mobil.4
a. Hazard lingkungan kerja lantai licin, terdapat pada seluruh proses
pekerjaan dan dapat berpotensi pekerja terpeleset.
b. Hazard lingkungan kerja selang air yang berantakan dapat
menimbulkan kecelakaan ketika pekerja melewati selang air, kemungkinan
untuk terjadinya pekerja tersandung dan terjatuh.
c. Hazard lingkungan kerja turun tangga terdapat pada aktivitas
pembilasan di kolong mobil. Apabila pekerja turun dengan terburu-buru
berpotensi pekerja untuk terpeleset.
d. Hazard lingkungan kerja jari-jari mesin kompresor terdapat pada
aktivitas pembilasan ketika pekerja menyalakan kompresor. Intensitas
pekerja untuk dekatdengan jari-jari mesin kompresor yang berputar cukup
sering sehingga dimungkinkan kejadian kecelakaan dapat terjadi.
e. Hazard lingkungan kerja penggunaan bangku terdapat pada aktivitas
pembilasan terutama ketika pekerja ingin menjangkau bagian atas mobil.
Bangku yang digunakan terbuat dari plastik yang dapat berpotensi pekerja
terjatuh.
f. Hazard lingkungan kerja uap panas akan memajan ketika pekerja
berada di bawah kolong dan mesin mobil pada proses pembilasan.
g. Hazard lingkungan kerja pajanan sinar UV akan memajan pekerja
secara terusmenerus karena pekerjaan yang dilakukanberada di luar
ruangan dengan intensitasyang cukup sering di siang hari.
h. Hazard lingkungan kerja butiran pasir dan debu dapat memajan
pekerja ketikasedang mengambil karpet di dalam mobil, menyemprot
bagian kolong dan mesin mobil serta ketika sedang melakukan pengecekan
vacuum cleaner.
i. Hazard lingkungan kerja kontak dengan sabun krim dan shampoo
terdapat padaproses pencucian karpet dan pembilasan. Dampak dari
pajanan sabun krim dan shampoo sering dialami oleh pekerja, seperti
gatal-gatal dan merah pada kulit.

5
j. Hazard lingkungan kerja bakteri, jamur, cacing dan jentik nyamuk
dapatpekerja selama melakukan aktivitasnyaterutama dikolong mobil.
k. Hazard elektrik menyambung steker vacuum cleaner terdapat pada
prosesfinishing, pekerja biasanya menyambungkan steker dalam kondisi
tangan yang basahsehingga kesempatan untuk terjadi kecelakaan.
l. Hazard kesehatan percikan air memajan pekerja secara terus menerus
selama aktivitas pencucian dilakukan
m. Hazard ergonomik dapat memajan pekerja melakukan pencucian secara
manual dan terus menerus dalam posisi yang membungkuk, tidak nyaman,
statis dan berulang.
n. Hazard perilaku pola makan tidak teratur dan asupan makanan yang
banyak mengandung lemak jenuh didapatkan karena sistem kerja 24
jamadanya pengaturan waktu kerjamengakibatkan jadwal makan
pekerjateratur.
o. Hazard pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja didapatkan
karena fatigue sering sekali dialami oleh pekerja.

2.3 Alat Pelindung Diri5


Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk
melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh
tenaga kerja, antara lain.
a. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan
melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk
melindungi kepala daribahaya terbentur benda tajam atau keras,
bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang,
melindungi jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia korosif,
panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain:
- Topi pelindung (Safety Helmets)

6
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda
keras yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus
listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah
terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari
plastik (Bakelite), serat gelas (fiberglass) maupun metal.
- Tutup kepala
Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat daerah steril dan percikan bahan-bahan dari
pasien. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari kain katun.
- Topi/Tudung
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap
korosif, debu, dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya
terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan
air.
b. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari
percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang
melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata,
radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari,
pukulan atau benturan benda keras, dan lain-lain. Jenis alat pelindung
mata antara lain:
- Kaca mata biasa (spectacle goggles)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel
kecil, debu dan radiasi gelombang elegtromagnetik.
- Goggles
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan
percikan larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik
transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya
radiasi gelombang elegtromagnetik mengion.

7
c. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)
Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan
dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau
beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan
pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka
perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar
kontaminan yang ada di lingkungan kerja.
Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:
- Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume,
debu atau kombinasi dari berbagaibentuk kontaminan tersebut.
- Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.
- Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing
kontaminan.
- Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan
iritasi mata dan kulit.
- Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll.
Jenis alat pelindung pernafasan antara lain:
- Masker. Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu
atau partikelpartikel yang lebih besar masuk kedalam saluran
pernafasan.
- Respirator.Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan
dari paparan debu, kabut, uap logam, asap, dan gas-gas
berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara lain:
- Chemical Respirator. Merupakan catridge respirator
terkontaminasi gas dan uap dengan tiksisitas rendah. Catridge
ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan
silicagel.Sedangkan canister digunakan untuk mengabsorbsi
khlor dan gas atau uap zat organik.
- Mechanical Filter Respirator.Alat pelindung ini berguna untuk
menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap logam
dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang

8
berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan kadar
kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak
terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas
atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk
memberi muatan pada partikel.
d. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan
bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda
panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung
tangan antara lain:
1) Sarung tangan bersih
Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi
tingkat tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan
selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat
luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan
bedah bila tidak ada sarung tangan steril.
2) Sarung tangan steril
Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan
dan harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung
tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi
tingkat tinggi.
3) Sarung tangan rumah tangga (gloves)
Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang
digunakan:
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk
melindungi tangan dari api, panas, dan dingin.
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi
tangan dari listrik, panas, luka, dan lecet.
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb)
untuk melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan
radiasi pengion.

9
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik)
untuk melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC)
untuk melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat
sebagai oksidator.
e. Baju Pelindung (Body Potrection)
Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan
kimia, dll. Jenis baju pelindung antara lain:
1) Pakaian kerja
Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi
seperti bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas.
2) Celemek
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat
kedap terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik
atau karet.
3) Apron
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat
menyerap radiasi pengion.
f. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian
lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia,
benda panas, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara
lain:
1) Sepatu steril. Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang
bekerja di ruang bedah, laboratorium.
2) Sepatu kulit. Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada
pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras,
panas dan berat, serta kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit,
panas, dingin.

10
3) Sepatu boot. Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada
pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif,
bahan-bahan yang dapat menimbulkan dermatitis, dan listrik.
2.4 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) adalah merupakan
pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang
mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat
sebelum korban dibawa ke tempat rujukan.6
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja adalah
upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja/buruh dan/atau orang lain yang beradadi tempat kerja, yang
mengalami sakit atau cidera di tempatkerja.6
Pengawasan pelaksanaan P3K di tempat kerja perlu memperhatikan
faktor fasilitas dan faktor personil. Dari aspek fasilitas, terdapat kotak
P3K, isi Kotak P3K, buku Pedoman, ruang P3K, dan perlengkapan P3K
(alat perlindungan, alat darurat, alat angkut dan transportasi). Dari factor
personil, dapat diperhatikan penanggung jawabnya: dokter pimpinan PKK,
Ahli K3, dan petugasnya yang memiliki sertifikat pelatihan P3K di tempat
kerja.6
Pembinaan Pengawasan pelaksaan P3K di tempat kerja harus
didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor
internal perusahaan terdiri dari Pengurus Perusahaan, Dokter Perusahaan,
ahli K3/Ahli K3 Kimia, Auditor Internal dan eksternal perusahaan yaitu
pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dan auditor Eksternal.6

2.5. Konstruksi Bangunan


Desain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap
perencanaan) diantaranya:7
1) Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang
membahayakan seperti asbes dll.Seleksi dekorasi disesuaikan dengan

11
asas tujuannya misalnya penggunaan warna yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
2) Kualitas Udara, kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang
termometer ruangan, kontrol jumlah polusi, pemasangan “Exhaust Fan”
(perlindungan terhadap kelembaban udara), pemasangan stiker, poster
“dilarang merokok”, sistem ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam
ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan
pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol
mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit
“Legionairre Diseases “.
3) Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor). Misalnya
untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan
debu, bau dll. Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang
memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dll. Perencanaan jendela
sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati. Pemasangan fan di
dalam lift.
4) Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya),
mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat
dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter).
5) Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.
Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan
kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan
warna yang digunakan.
6) Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak
berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan
kelebihan beban. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik
termasuk kabel yang sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan

12
kerja. Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa
pelindung.
7) Kontrol terhadap kebisingan. Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan
dinding kedap suara. Di depan pintu ruang rapat diberi tanda ”harap
tenang, ada rapat“.
8) Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m). Ratio ruang
pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan. Perhatikan adanya
bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik. Ergonomik aspek
antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Tempat untuk istirahat dan
shalat. Pantry dilengkapi dengan lemari dapur. Ruang tempat
penampungan arsip sementara.
9) Hygiene dan Sanitasi Ruang kerja, memelihara kebersihan ruang dan
alat kerja serta alat penunjang kerja. Secara periodik
peralatan/penunjang kerja perlu di perbaharui.
10) Toilet/kamar mandi, Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk,
larangan berupa gambar dll. Penyediaan bak sampah yang tertutup.
Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.

2.6. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran8


Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah usaha menyadari
atau mewaspadai akan faktor yang menjadi sebab munculnya atau
terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.
Penganggulangan kebakaran membutuhkan suatu pemrogram
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan. Suatu rencana
pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya,
inspeksi atau pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari
peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi
pekaiannya maupiun dari segi mudah dicapainya.

13
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran,
pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 “dengan
perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran yang dikuatkan dengtan
keputusan Mentri Tenaga Kerja RI No. 186/MEN/1999 tentang unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja, disebutkan dalam Pasal Ayat 1
“Pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran,v menyelanggarakan latihan penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.
Peralatan pencegahan kebakaran:
1) Detektor Asap / Smoke Detector
Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan
memberitahukan kapan setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah ,
maka alat ini akan berbubnyi.
2) Fire Alarm
Peralatan yang digunakan untuk memberitahukan kepada setiap
orang akan adanya bahaya kebakaran.
3) Spinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan
memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu
suhu tertentu pada daerah dimana terdapat spinkler tersebut.
Peralatan pengelolaan kebakaran:
1) APAR (Alat Pemadam Api Ringan) / Fire Extinguishers / Racun Api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multiguna.
Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya sehingga dapat
ditempatkan sesuai besar kecilnya risiko kebakaran yang mungkin timbul
dari daerah tersebut. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut
ada yang bahan kimia kering atau busa dan CO2.

2) Hydrant

14
Peralatan ini adalah alat penyedia cadangan air. Terdapat 3 jenis
hydrant :
a. Hydran gedung
b. Hydran halaman
c. Hydran Kota

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Survei


3.1.1. Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang kami jalankan
adalah mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan pencucian dan perawatan mobil “Turbo Snow
Car Wash Daya Makassar”.
3.1.2. Waktu
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada
tanggal 25 November – 28 November 2019.

3.2. Bahan Dan Cara


3.2.1 Peralatan yang Diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survei
antara lain:
- Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan
selama survei jalan sepintas.
- Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan
dan lingkungan pencuci mobil
- Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer
mengenai survei jalan sepintas yang dilakukan.
3.2.2 Cara
Dengan metode walk through survei dengan menggunakan check list.
Walk through survei mengandalkan kemampuan indra penglihatan dan
indra pendengaran sekali-sekali dilakukan wawancara dengan pekerja. 5
Sebelum melakukan walk through survei perlu diperhatikan masalah
kerahasiaan perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja.
Sebelum melakukan pemotretan perlu dimintakan ijin terlebih dahulu
kepada pimpinan perusahaan. Laporan walk through survei tidak cukup

16
hanya dengan mengisi check list, melainkan juga harus menyusun essay.
Check list hanyalah merupakan panduan saja agar tidak ada yang terlupa
pada saat survei.

3.3 Alur Kerja

3.4 Jadwal Survei


Survei akan dilaksanakan selama 4 hari (25 November s.d 28
November 2019)
25 November 2019 : Membuat proposal Walktrhough survei K3 pada
tempat pencucian mobil dan melakukan survei di
lokasi penelitian
26 November 2019 :Membuat laporan hasil penelitian dan status
okupasi
27 November 2019 :Penyusunan jurnal artikel status okupasi
28 November 2019 :Presentasi laporan walkthrough survei dan
presentasi status okupasi

17
BAB IV

HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Survei


4.1.1 Pengarah mobil
1. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya ditempat kerja bersumber dari sinar
matahari langsung dan beberapa lampu yang cukup terang dan
warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja. Warna
dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
b. Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum,
suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang
melintas didepan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
raya.
c. Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
a. Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang
menjadi paparan terhadap karyawan. Zat kimia ini berasal dari
kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
b. Bahan kimia cair
Tidak terdapat hazard yang berasal dari bahan kimia cair.

18
c. Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan dari mobil.
d. Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
tanpa alat pelindung, dan dengan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Pekerjaan dimulai pukul 08.00 – 17.00 WITA, dengan waktu
istirahat berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00. Dalam
pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja
dengan pekerja lainnya.
2. Alat Yang Digunakan
Tidak ada alat yang digunakan oleh pekerja ini.
3. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sendal jepit.
4. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
5. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
a. Pelatihan: tidak dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan.
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP khusus untuk
K3.
c. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
6. Konstruksi Bangunan
a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang
licin karena tergenang air dan sabun

19
b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan
semen yang cukup kuat.
c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang
disangga oleh rangka baja yang cukup aman
d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap dengan lingkungan
tempat pekerja melakukan pekerjaannya
e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur
bangunan semi terbuka
f. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
g. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
h. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector, hydran,
rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
i. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

4.1.2 Pencuci Mobil Luar


1. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang
cukup terang dan warna cahaya lampu sesuaidengan lingkungan
kerja. Warna dinding yangcukup terang untuk menunjang pekerjaan.
b. Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
compressor, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-
suara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di
tepi jalan raya.
c. Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi

20
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
a. Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi
paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat kimia ini
berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
b. Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia berupa sabun cuci mobil yang terpapar pada
pekerja
c. Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
d. Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
 Faktor Ergonomi
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri dan jongkok,
dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, dan sikat),
dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Pekerjaan dimulai pukul 08.00 – 17.00 WITA, dengan waktu istirahat
berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00. Dalam pekerjaan ini,
terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja
lainnya.
 Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah penyemprot air,
selang, spons.
 Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
 Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan

21
b. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
 Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
a. Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan.
b. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP khusus
untuk K3.
c. Peraturan perundangan-undangan: tidak ada
 Konstruksi Bangunan
a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang
licin karena tergenang air dan sabun.
b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan
semen yang cukup kuat.
c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng
yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan
lingkungan tempat karyawan bekerja.
e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka.
f. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

4.1.3 Pencuci Mobil Dalam


1. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari sinar matahri
langsung dan beberapa lampuyang cukup terang dan warna

22
cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding
yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.

b. Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang
melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
raya.
c. Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
a. Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang
menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat
Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh
pekerja.
b. Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia berupa sabun cuci mobil yang
terpapar pada pekerja
c. Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
d. Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
 Faktor Ergonomi

23
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri dan
jongkok dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah,
selang air, dan sikat), dan gerakan yang berulang.

 Faktor psikososial
Pekerjaan dimulai pukul 08.00 – 17.00 WITA, dengan waktu
istirahat berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00. Dalam
pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu
pekerja dengan pekerja lainnya.
2. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah vakum, kain lap,
spons.
3. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sendal jepit.
4. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
5. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
a. Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan.
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP
khusus untuk K3.
c. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
6. Konstruksi Bangunan
a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang
licin karena tergenang air dan sabun.
b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan
semen yang cukup kuat.
c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng
yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman

24
d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan
lingkungan tempat karyawan bekerja.
e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka.
f. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
7.Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

4.1.4 Pencuci Mesin


1. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari sinar matahari
langsung dan beberapa lampuyang cukup terang dan warna
cahaya lampu sesuai denganlingkungan kerja. Warna dinding
yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
b. Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang
melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
raya.
c. Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber Radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
a. Bahan kimia padat

25
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang
menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat
Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
b. Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia berupa sabun cair untuk mencuci mesin
mobil yang terpapar padapekerja.
c. Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
d. Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri dan
membungkuk, dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah,
selang air, sikat, dan kuas), dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Pekerjaan dimulai pukul 08.00 – 17.00 WITA, dengan waktu
istirahat berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00. Dalam
pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu
pekerja dengan pekerja lainnya.
2. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah spons basah,
selang air, kuas, dan sikat.
3. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sendal jepit.
4. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
b. Pemeriksaankesehatan berkala : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
5. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3

26
a. Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
b. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP khusus
untuk K3
c. Peraturan perundangan-undangan: tidak ada
6. Konstruksi Bangunan
a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun.
b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng
yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan
lingkungan tempat karyawan bekerja.
e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka.
f. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
7.Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
4.1.5 Pengering
1. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, yang cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai
dengan lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang
untuk menunjang pekerjaan.
b. Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang

27
melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi
jalan raya.
c. Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
a. Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia padat pada pekerja ini
b. Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair pada pekerja ini
c. Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
d. Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dan
jongkok, dilakukan dengan menggunakan alat (kain lap), dengan
gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Pekerjaan dimulai pukul 08.00 – 17.00 WITA, dengan waktu
istirahat berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00. Dalam
pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu
pekerja dengan pekerja lainnya.
2. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah kain lap.
3. Alat Pelindung Diri

28
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
4. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
5. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
a. Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP
khusus untuk K3
c. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
6. Konstruksi Bangunan
a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang
licin karena tergenang air dan sabun
b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan
semen yang cukup kuat.
c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng
yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
d. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka
e. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
7. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

4.1.6 Kasir
1. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari sinar
matahari langsung beberapalampu yang cukup terang dan

29
warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja. Warna
dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
b. Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum,
suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara
yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada
ditepi jalan raya.
c. Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja
ini.
 Faktor Kimia
a. Bahan kimia padat
Tidak terdapat hazard yang berasal dari bahan kimia padat.
b. Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair yang terpapar pada pekerja
c. Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan yang terpapar pada
pekerja ini
d. Bahan fume
Tidak terdapat fume yang terpapar pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
 Faktor Ergonomi
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi duduk, dilakukan
dengan menggunakan alat tulis.

30
 Faktor psikososial
Pekerjaan dimulai pukul 08.00 – 17.00 WITA, dengan waktu
istirahat berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00. Dalam
pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu
pekerja dengan pekerja lainnya.
2. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah alat tulis dan
kertas.
3. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa.
4. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
5. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
a. Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP
khusus untuk K3
c. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
6. Konstruksi Bangunan
a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang
licin karena tergenang air dan sabun
b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan
semen yang cukup kuat.
c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng
yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan
lingkungan tempat karyawan bekerja.
e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan
struktur bangunan semi terbuka
f. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.

31
7. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

4.2 Pembahasan Survei


4.2.1 Survei tentang hazard umum pada pencuci mobil
Dari survei yang telah dilakukan, karyawan pencuci mobil
banyak terpapar pada hazard umum dari lingkungan kerja tersebut
seperti air serta sabun pencuci mobil yang membasahi lantai yang
menyebabkan lantai menjadi licin dan membahayakan karyawan
yang bekerja ataupun orang yang melintas disekitarnya. Hazard ini
membahayakan karena seharusnya lingkungan kerja dalam keadaan
aman, dan tidak membahayakan pekerjanya. Karyawan pencuci
mobil juga terpapar dengan faktor kimia seperti penggunaan sabun
secara terus menerus dan paparan asap mobil. Selain itu faktor
ergonomi juga ditemui pada karyawan pencuci mobil dimana posisi
bekerja yang membutuhkan posisi berdiri lama dan membungkuk
serta posisi jongkok untuk membersihkan bagian dalam mobil saat
bekerja, ditambah dengan posisi bekerja yang dilakukan secara
berulang.
Karyawan pencuci mobil juga mengalami hazard fisik yaitu
bising yang bersumber dari alat vacuum cleaner, kompresor,
tabung sabun dan selang air karena menggunakan tekanan angin.
4.2.2. Survei Untuk Mengetahui Tentang Alat Yang Digunakan
Pekerja
Dari hasil survei didapatkan pencuci mobil sebagian besar
menggunakan alat pencuci mobil yaitu selang, penyemprot, sabun,
kain lap. Alat-alat ini tidak berbahaya bagi pekerja.

32
4.2.3. Survei Untuk Mengetahui Tentang Alat Pelindung Diri Yang
Digunakan Pekerja
Dari hasil survei didapatkan karyawan pencuci mobil tidak
menggunakan alat pelindung diri. Alat pelindung diri yang dipakai
pencuci mobil harus dipakai secara lengkapuntuk menghindarkan
karyawan pencuci mobildari paparan air dan sabun terlalu lama
seperti iritasi kulit pada tangan dan kaki.
4.2.4 Survei Tentang Pemeriksaan Kesehatan Kerja
Dari hasil survei didapatkan, para karyawan tidak mendapatkan
pemeriksaan kesehatan sebelum perekrutan pekerja. Selain itu,
pekerja juga tidak mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin dan
berkala secara khusus. Hal ini menyebabkan kurang terdeteksinya
penyakit-penyakit akibat kerja maupun akibat hubungan kerja pada
lingkungan kerja ini.
4.2.5 Survei Tentang Upaya Lain Tentang K3
Dari hasil survei didapatkan bahwa karyawan pencuci mobil
diperbolehkan beristirahat saat lelah dan disediakan makan saat
istirahat. Namun karyawan pencuci mobil jarang bertemu dengan
atasan jika mereka mempunyai keluhan tentang kesehatannya.
Selain itu, tidak terdapat pelatihan khusus mengenai
keselamatan kerja, dan tidak terdapat standar operasional prosedur
(SOP) mengenai keselamatan kerja. Hal ini membuat lingkungan
kerja tidak dapat mengantisipasi ataupun melakukan pengendalian
dengan baik apabila terjadi kecelakaan kerja serta penyakit yang
dialami karyawan akibat pekerjaan.
4.2.6 Survei Tentang Konstruksi Bangunan
Dari hasil survei didapatkan konstruksi bangunan yang cukup baik
dan aman bagi pekerja, kecuali didapatkan lantai yang licin akibat
dibasahi oleh air dan sabun yang berpotensi menyebabkan kecelakaan
kerja.

33
4.2.7 SurveiPencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Dari hasil survei, tidak didapatkan adanya upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, yang dibuktikan dengan tidak
disediakannya APAR, alarm, detector, hidran, rambu-rambu evakuasi,
titik berkumpul dan simulasi bila terjadi kebakaran.

34
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Pencuci mobil secara keseluruhannya terpapar pada hazard umum
di tempat kerja seperti faktor fisik berupa bising, kimiawi berupa
sabun, ergonomi berupa pekerjaan dengan berdiri, membungkuk
serta jongkok dengan gerakan berulang.
2. Secara umum alat yang digunakan pekerja pencuci mobil adalah
selang, mesin penyemprot air, vakum, kain lap, dan spons
3. Karyawan pencuci mobil tidak menggunakan alat perlindungan diri
(APD).
4. Pemeriksaan kesehatan karyawan pencuci mobil tidak dilakukan,
pemeriksaan kesehatan rutin dan berkala juga tidak dilakukan.
5. Keluhan / penyakit yang dialami yang berhubungan dengan
pekerjaan pada karyawan pencuci mobil dipengaruhi oleh faktor
ergonomi seperti keluhan berupa nyeri punggung belakang, serta
faktor kimia berupa keluhan iritasi kulit akibat paparan air dan
sabun dalam waktu yang lama.
6. Pada lokasi pencucian mobil tidak didapatkan adanya upaya-upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari pihak manajemen seperti
standar prosedur keselamatan, atau pelatihan-pelatihan untuk
keselamatan.
7. Konstruksi bangunan secara umum aman, kecuali lantai yang
dibasahi oleh air dan sabun yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan pada karyawan.
8. Tidak ditemukan adanya upaya pencegahan dan penanggulangan
kebakaran pada lokasi kerja ini.

35
5.2. Saran
Masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada aspek
Kesehatan dan Keselamatan Kerjakaryawan pencuci mobil. Masih
perlunya penyediaanalat pelindung diri oleh manajemen perusahaan
untuk kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan yang bekerja
seperti masker, sarung tangan, yang disiapkan untuk masing-masing
karyawan pencuci mobil. Disarankan agar seluruh pekerja memakai
alat pelindung diri saat bekerja.
Selain itu perlunya dilakukan pemantauan atau survei ulangan
untuk mengetahui hazard terbaru yang ada di lingkungan pekerjaan
minimal 6 bulan sekali. Jika ada keluhan pada karyawan pencucian
mobil, dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis okupasi
atau dokter umum untuk mendapatkan penanganan secara tepat. Pihak
atasan juga harus melakukan pemeriksaan kesehatan untuk paea calon
karyawan sebelum rekrutmen dan pemeriksaan rutin dan berkala untuk
setiap karyawan yang telah bekerja.
Selain itu, perlunya upaya-upaya lain yang mempengaruhi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja seperti pelatihan simulasi bencana,
pelatihan simulasi kecelakaan kerja, standar operasional prosedur atau
perundang-undangan yang sifatnya melindungi kesehatan para pekerja.
Terakhir, perlunya penyediaanalat untuk pencegahan dan
penanggulangan kebakaran seperti smoke detector, alarm kebakaran,
APAR, tempat evakuasi.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:


UIPress
2. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan
Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat
3. Fatdriati JL. Meily K. Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Pada Proses Pencucian Mobil Di Fjm Jakarta Tahun 2012. Sarjana
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
4. Aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Available from ;
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-22832-
BAB%20II_fero.pdf
5. Fine, William T. 1971. “Matematical Evaluation For Controlling
Hazard”. Journal Safety Research (Central Quensland University) 3
December 1971: 157-166
6. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam
Program Pelatihan & Sertifikasi Higienis Industri Muda (HIMU). Jakarta.
2010.
7. Mangkunegara, DR. A.A. Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM.
Bandung: Penerbit Refika Aditama.
8. Keputusan Metri Tenaga Kerja RI No. Kep 180/Men 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

37

Anda mungkin juga menyukai