DISUSUN OLEH :
1. DINI SAFITRI A.
2. DIAH AYU P.
3. NUR LAILA S.
XI IPS 4
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini tantangan dalam dunia industry maupun perdagangan sedemikian
pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga
dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju, terutama dalam hal industry
tekstilnya..Seiring dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) mutlak dilakukan.Sustainable Development merupakan strategi
pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan
kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan
lingkungan alam.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair
berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang
luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di
masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem
perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli
terhadappermasalahan tersebut.
Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila
jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalamjumlah yang cukup besar akan
menimbulkandampak negatif terhadap alam karena dapatmengakibatkan terjadinya
perubahankeseimbangan lingkungan sehingga limbahtersebut dikatakan telah
mencemarilingkungan. Hal ini dapat dicegah denganmengolah limbah yang dihasilkan
industry sebelum dibuang ke badan air. Limbah yangdibuang ke sungai harus memenuhi
bakumutu yang telah ditetapkan, karena sungaimerupakan salah satu sumber air bersih
bagimasyarakat, sehingga diharapkan tidaktercemar dan bisa digunakan untukkeperluan
lainnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bertambahnya jumlah penduduk
akan meningkatkan kebutuhan manusia sehingga memunculkan tempat yang
menghasilkan limbah berbahaya bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup di
sekitarnya. Kegiatan industry disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan,
ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan. Limbah merupakan
hasil buangan yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga maupun dari rumah sakit
dapat berupa padat, cair maupun gas yang akan menimbulkan gangguan baik terhadap
lingkungan, kesehatan, kehidupan biotik, keindahan serta kerusakan pada benda, karena
masih banyak industri yang membuang limbahnya ke lingkungan tanpa pengolahan yang
1
benar.
Indonesia merupakan negara agraris, kehidupan sebagian besar masyarakatnya
ditopang oleh hasil-hasil pertanian dan pembangunan disegala bidang industri jasa
maupun industri pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi. Proses pembangunan di
Indonesia mendorong tumbuhnya industri-industri yang berbahan baku hasil pertanian
(Agroindustri). Perkembangan industri pangan ini banyak mendatangkan keuntungan
bagi masyarakat maupun pemerintah, namun juga diiringi dengan timbulnya beberapa
permasalahan baru diberbagai sektor.Salah satu dampak negatif dari adanya industri
adalah timbulnya pencemaran terhadap lingkungan yang berasal dari limbah industri,
karena dapat merusak keseimbangan sumber daya alam, kelestarian dan daya dukung
lingkungan.Awalnya strategi pengelolaan lingkungan mengacu pada pendekatan
kapasitas daya dukung (carrying capacity approach).Konsep daya dukung ini
kenyataannya sukar untuk diterapkan karena kendala permasalahan lingkungan yang
timbul dan seringkali harus dilakukan upaya perbaikan kondisi lingkungan yang tercemar
dan rusak. Konsep strategi pengelolaan lingkungan akhirnya berubah menjadi upaya
pemecahan masalah pencemaran dengan cara mengolah limbah yang terbentuk (end of
pipe treatment) dengan harapan kualitas lingkungan hidup bisa lebih ditingkatkan.
Pembangunan industri khususnya industri tesktil diharapkan dapatmeningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat. Namun bila dalam perumusan kebijakan pembangunan
industri tidak memasukkan unsur-unsur pertimbangan yang berorientasi pada
lingkungan, maka tiga unsur pokok dalam ekosistem yaitu air, udara dan tanah akan
mengalami penurunan kualitas yang substansial sebagai akibat dari pencemaran limbah
industri.
Industry menghasilkan limbah sisa proses industry. Limbah tersebut bervariasi
tergantung dari jenis dan besar kecilnya industry, pengawasan pada proses industry,
derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah yang ada. Limbah dan emisi
merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang
di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing-Pewarnaan (dyeing) mempunyai
potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amoniak yang tinggi. Pihak
industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan
melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah
limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga harus
mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku mutu. Untuk saat
ini pengolahan limbah pada beberapa industri tekstil belum menyelesaikan penanganan
limbah industry buangan dapat memenuhi baku mutu. Untuk saat ini pengolahan limbah
pada beberapa industri tekstil belum menyelesaikan penanganan limbah industri.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana langkah-langkah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
Industri tekstil? 1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui langkah-langkah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL) Industri tekstil.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui langkah – langkah analisis dampak kesehatan lingkungan (adkl)
industri tekstil hubungannya dengan simpul 1 (Sumber).
2) Untuk mengetahui langkah – langkah analisis dampak kesehatan lingkungan (adkl)
industri tekstil hubungannya dengan simpul 2 (Media Lingkungan).
3) Untuk mengetahui langkah – langkah analisis dampak kesehatan lingkungan (adkl)
industri tekstil hubungannya dengan simpul 3 (Kontak Pemajanan).
4) Untuk mengetahui langkah – langkah analisis dampak kesehatan lingkungan (adkl)
industri tekstil hubungannya dengan simpul 4 (Dampak).
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini, baik bagi penyusun maupun pembaca dapat menjadi sarana
penambah wawasan serta pengetahuan tentang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL) Industri tekstil beserta hal – hal yang terkait dengan Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL) lainnya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7. Pengelolaan Risiko
Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan untuk
mengendalikan risiko. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pengelolaan resiko
lingkungan adalah pengelolaan situasi dan atau kondisi lingkungan yang mengandung
risiko yang diketahui dari hasil analisis sebelumnya. Banyak hal perlu memperoleh
pertimbangan secara proporsional mengingat kompleksitasnya.
C. Metode ADKL
Metode pengumpulan data dan informasi dalam ADKL dibedakan menjadi 2 cara pokok
yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder (Ditjend PL.2002:2-15) :
a. Data primer
Metode pengumpulan data primer yang umum digunakan antara lain :
1. Wawancara
2. Kuesioner (subyek mengisi sendiri)
3. Pengamatan terhadap subyek
4. Pengukuran fisik atau kimiawi tentang subyek
5. Pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan atau dengan kunjungan lapangan.
b. Data sekunder
Metode pengumpulan data sekunder yang dapat digunakan untuk pengukuran
pemajanan dalam kaitannya dengan analisis epidemiologis antara lain :
1. Catatan harian ; untuk mengumulkan data perilaku atau pengalaman sekarang.
2. Catatan lain : catatan yang belum dikumpulkan secara khusus untuk tujuan
pengukuran pemajanan, misalnya catatan medis, pekerjaan, dan sensus.
1
BAB III
PEMBAHASAN
Namun disamping dampak positif tersebut industri tekstil juga memberikan dampak
yang negatif pula.Terutama dalam masalah lingkungan yaitu limbah yang dihasilkannya.
Limbah yang dihasilkan dalam proses produksinya terdiri dari beragam jenis. Limbah dalam
bentuk yang padat disebut sebagai limbah sampah, limbah dalam bentuk cair seperti air kotor
sebagai hasil buangan kegiatan cuci kakus atau disebut sebagai black water, dan air sisa atau
buangan dari aktifitas produksi atau yang disebut juga dengan grey water.
Pencemaran air atau penurunan mutu air diakibatkan oleh zat kimia.
Air limbah secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kualitas air tanah.
Limbah industri tekstil mengandung logam berat dalam buangan limbah cairnya.
Logam berat diperkirakan bersal dari cat yang digunakan untuk pewarnaan dalam
proses inilah akan dihasilkan amoniak dalam kadar yang cukup tinggi yang dapat
mencemari lingkungan terutama perairan jika proses pembuangannya tidak
ditangani secara baik. Dalam pembuangannya biasanya industri tekstil melakukan
pembuangan limbahnya ke sungai di daerah sekitar pabrik. Apabila aliran air
sungai tersemar maka jika digunakan dapat menimbulkan gatal pada kulit.
Industri tekstil memproduksi berbagai macam hasil produksi kainnya, yang
melalui proses kering yang meliputi pengikatan dan pelapisan dan pembuatan
kain jadi, proses basah meliputi finishing saja. Berbagai proses tersebut
menghasilkan limbah dan COD dan bahan-bahan dari zat warna yang dipakai,
seperti pewarna azo.
5. Dampak Pewarna Azo dari Limbah Industri Tekstil
Pewarna azo yang memiliki sifat mudah terlarut dalam air, ketika dibuang ke dalam
ekosistem perairan akan tercampur dalam perairan, terakumulasi dan mampu memasuki
tubuh biota air sehingga terjadi bioakumulasi. Secara fisik, pewarna azo yang masuk ke
dalam sungai membuat air sungai menjadi berwarna dan menghalangi cahaya yang masuk
ke dalam badan air, sehingga berpegaruh terhadap proses fotosintesis fitoplankton atau
tumbuhan air yang kemudian akan mempengaruhi pula zooplankton dan organisme air
lainnya. Secara kimia, mampu mengurangi kadar oksigen yang ada dalam perairan yang
tercemar dan dapat mengakibatkan kematian terahadap biota air. Selain itu, pada dasar
perairan, zat warna azo yang dirombak oleh mikroorganisme secara anaerobik dapat
menghasilkan senyawa amina aromatik yang tingkat toksisitasnya kemungkinan menjadi
lebih berbahaya dibandingkan dengan zat warna azo itu sendiri. Salah satu contoh senyawa1
yang terbentuk dalam proses anaerobik yaitu kloroanilin, yang dapat mengganggu
kesehatan manusia karena diduga dapat berpengaruh terhadap organ pernapasan,
urogenital, dan gangguan saraf.
Pewarna azo kebanyakan tidak mudah terdegradasi atau bahkan tidak terdegradasi
dengan menggunakan treatmen konvensional. Ada pun efek mutagenik, karsinogenik dan
toksik pewarna azo bisa terjadi karena efek langsung dari senyawa penyusun azo, atau
karena proses biotransformasi reduktif ikatan azo yang membentuk adanya radikal bebas
dan derivat aryl amine. Efek mutagenik pewarna azo dapat menyebabkan aberasi terhadap
kromosom, aberasi kromosom merupakan indikator penting terhadap kerusakan DNA dan
ketidakstabilan genom, dan secara umum aberasi kromosom adalah gabungan perubahan
yang terjadi pada kriotipe normal secara keseluruhan.
6. Reaksi Pewarna Azo Dalam Tubuh Organisme
Pewarna Azo bekerja atau bereaksi layaknya Xenobiotik dan bersifat toksik, dan
dapat terakumulasi melalui rantai makanan. Ketika, pewarna azo masuk ke dalam tubuh
organisme melalui absorpsi, ia dapat bereaksi terhadap metabolisme tubuh suatu
organisme atau bahkan zat tersebut bisa bereaksi sendiri tanpa ikut berekasi dalam
metabolisme, karena adanya interaksi dengan fungsi umum sel. Interaksi zat kimia
terhadap fungsi umum sel diantaranya dapat menyebabkan suatu efek narkose, dan
gangguan terhadap penghataran impuls neurohumoral.
Masuknya suatu zat ke dalam tubuh suatu organisme dapat menyebabkan sebuah
proses biotransformasi, atau perubahan zat kimia dalam sistem biologis pada fungsi
fisiologi tubuh organisme. Proses biotransformasi organisme ketika pewarna azo masuk ke
dalam tubuhnya bisa jadi mengurangi tingkat berbahaya zat kimia tersebut, atau bahkan
mungkin juga membuat xenobiotik bioaktif, dan menjadikannya lebih berbahaya dalam
tubuh suatu organisme. Proses utama biotransformasi yang terjadi ketika pewarna azo
masuk, diantaranya oksidasi, reduksi, hidrolisis dan konjugasi.
1
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya kandungan zat warna
sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan membahayakan ekosistem
perairan. Analisis dampak kesehatan lingkungan terhadap pelepasan limbah dari sisa
kegiatan industri tekstil yang tidak melalui pengolahan, dapat memberikan dampak negatif
terhadap kesehatan baik manusia maupun lingkungan. Dampak dari cemaran disebabkan
oleh jenis dari limbah yang dihasilkan, dosis, lamanya keterpaparan pencemar, instensitas
atau keseringan, maupun tergantung dari daya tahan tubuh manusia terhadap kontaminasi
pencemar.
B. Saran
Perlunya kesadaran oleh pengelola industri khususnya industri tekstil, pentingnya
penanganan limbah sehingga tidak dibuang langsung ke badan air dan permukaan tanah.
Sehingga dapat meminimalisir dampak kesehatan lingkungan akibat limbah yang
dihasilkan.
1
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, Yuli. 2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan
Nutrition Value Coefficient Bioinikator. Jurnal Teknologi, Vol 3 No 2. (Diakses 18 Mei
2017).
Nemerow, N,L. 1978. Industri Water Pollution Origins Characteristics and Treatment Addison.
Wesley Publ. Comp. Philippines.
Sumarwoto, O. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta CV. Rajawali.
Winarni Chartib dan Oriyati Sunaryo. 1980. Teori Penyempurnaan Tekstil 2. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Bandung: Rosda Offset.