Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG

PEMBUKAAN PABRIK TEKSTIL

DISUSUN OLEH :

1. DINI SAFITRI A.

2. DIAH AYU P.

3. NUR LAILA S.

XI IPS 4

SMA PGRI 2 KAYEN


TAHUN PELAJARAN 1

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini tantangan dalam dunia industry maupun perdagangan sedemikian
pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga
dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju, terutama dalam hal industry
tekstilnya..Seiring dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) mutlak dilakukan.Sustainable Development merupakan strategi
pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan
kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan
lingkungan alam.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair
berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang
luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di
masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem
perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli
terhadappermasalahan tersebut.
Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila
jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalamjumlah yang cukup besar akan
menimbulkandampak negatif terhadap alam karena dapatmengakibatkan terjadinya
perubahankeseimbangan lingkungan sehingga limbahtersebut dikatakan telah
mencemarilingkungan. Hal ini dapat dicegah denganmengolah limbah yang dihasilkan
industry sebelum dibuang ke badan air. Limbah yangdibuang ke sungai harus memenuhi
bakumutu yang telah ditetapkan, karena sungaimerupakan salah satu sumber air bersih
bagimasyarakat, sehingga diharapkan tidaktercemar dan bisa digunakan untukkeperluan
lainnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bertambahnya jumlah penduduk
akan meningkatkan kebutuhan manusia sehingga memunculkan tempat yang
menghasilkan limbah berbahaya bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup di
sekitarnya. Kegiatan industry disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan,
ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan. Limbah merupakan
hasil buangan yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga maupun dari rumah sakit
dapat berupa padat, cair maupun gas yang akan menimbulkan gangguan baik terhadap
lingkungan, kesehatan, kehidupan biotik, keindahan serta kerusakan pada benda, karena
masih banyak industri yang membuang limbahnya ke lingkungan tanpa pengolahan yang
1
benar.
Indonesia merupakan negara agraris, kehidupan sebagian besar masyarakatnya
ditopang oleh hasil-hasil pertanian dan pembangunan disegala bidang industri jasa
maupun industri pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi. Proses pembangunan di
Indonesia mendorong tumbuhnya industri-industri yang berbahan baku hasil pertanian
(Agroindustri). Perkembangan industri pangan ini banyak mendatangkan keuntungan
bagi masyarakat maupun pemerintah, namun juga diiringi dengan timbulnya beberapa
permasalahan baru diberbagai sektor.Salah satu dampak negatif dari adanya industri
adalah timbulnya pencemaran terhadap lingkungan yang berasal dari limbah industri,
karena dapat merusak keseimbangan sumber daya alam, kelestarian dan daya dukung
lingkungan.Awalnya strategi pengelolaan lingkungan mengacu pada pendekatan
kapasitas daya dukung (carrying capacity approach).Konsep daya dukung ini
kenyataannya sukar untuk diterapkan karena kendala permasalahan lingkungan yang
timbul dan seringkali harus dilakukan upaya perbaikan kondisi lingkungan yang tercemar
dan rusak. Konsep strategi pengelolaan lingkungan akhirnya berubah menjadi upaya
pemecahan masalah pencemaran dengan cara mengolah limbah yang terbentuk (end of
pipe treatment) dengan harapan kualitas lingkungan hidup bisa lebih ditingkatkan.
Pembangunan industri khususnya industri tesktil diharapkan dapatmeningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat. Namun bila dalam perumusan kebijakan pembangunan
industri tidak memasukkan unsur-unsur pertimbangan yang berorientasi pada
lingkungan, maka tiga unsur pokok dalam ekosistem yaitu air, udara dan tanah akan
mengalami penurunan kualitas yang substansial sebagai akibat dari pencemaran limbah
industri.
Industry menghasilkan limbah sisa proses industry. Limbah tersebut bervariasi
tergantung dari jenis dan besar kecilnya industry, pengawasan pada proses industry,
derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah yang ada. Limbah dan emisi
merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang
di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing-Pewarnaan (dyeing) mempunyai
potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amoniak yang tinggi. Pihak
industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan
melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah
limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga harus
mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku mutu. Untuk saat
ini pengolahan limbah pada beberapa industri tekstil belum menyelesaikan penanganan
limbah industry buangan dapat memenuhi baku mutu. Untuk saat ini pengolahan limbah
pada beberapa industri tekstil belum menyelesaikan penanganan limbah industri.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana langkah-langkah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
Industri tekstil? 1

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui langkah-langkah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL) Industri tekstil.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui langkah – langkah analisis dampak kesehatan lingkungan (adkl)
industri tekstil hubungannya dengan simpul 1 (Sumber).
2) Untuk mengetahui langkah – langkah analisis dampak kesehatan lingkungan (adkl)
industri tekstil hubungannya dengan simpul 2 (Media Lingkungan).
3) Untuk mengetahui langkah – langkah analisis dampak kesehatan lingkungan (adkl)
industri tekstil hubungannya dengan simpul 3 (Kontak Pemajanan).
4) Untuk mengetahui langkah – langkah analisis dampak kesehatan lingkungan (adkl)
industri tekstil hubungannya dengan simpul 4 (Dampak).
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini, baik bagi penyusun maupun pembaca dapat menjadi sarana
penambah wawasan serta pengetahuan tentang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL) Industri tekstil beserta hal – hal yang terkait dengan Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL) lainnya.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Industri Tekstil


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Sedangkan tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang
diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai
produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda
yang terbuat dari serat. Jadi industri tekstil adalah industri yang mengolah serat menjadi
benang kemudian menjadi busana, baik itu busana muslim atau lainya.
Industri tekstil merupakan salah satu industri manufaktur terbesar baik di Indonesia
maupun di dunia. China, hingga saat kini masih menguasi sektor industri tekstil di
dunia dengan penjualan hingga ke seluruh penjuru dunia. Bicara dengan negara
ASEAN, Indonesia juga masih kalah di sektor industri tekstil ini dengan negara
tetangganya, Vietnam. (Dikutip dari situs Medan Bisnis), hasil impor negara
Vietnam ke mancanegara khusunya Amerika mencapai 17 milliar dollar us pada tahun
2012. Sedangkan Indonesia masih tertinggal dibelakangnya yaitu berkutat di 12-13
milliar dollar US. Pada tahun 2000, hasil ekspor negara Vietnam ke Amerika berada
di urutan ke 82 tetapi pada tahun 2012 nilai ekspor negara Vietnam ke negara
Amerika sebesar 17 milliar dollar US menjadikan Vietnam sebagai negara ekspor
terbesar ke 2 di Amerika.
Sedangkan kondisi perekonomian industri tekstil di Indonesia bisa dibiilang
cukup baik mengingat adanya kerjasama dengan negara China, yang dengan serius
memantau kondisi tekstil di Indonesia dan terus menanamkan investasinya di negara
Indonesia khususnya di bidang tekstil. Pemerintah China juga tertarik untuk merelokasi
industrinya ke Bandung mengingat biaya tenaga kerja di Indonesia jauh lebih murah
dibanding di negara China. Seperti dilansir investor daily nilai investasi negara China
untuk Indonesia mencapai angka 128 juta dollar US pada tahun 2011 dan pada tahun 2012
mencapai angka 148 juta dollar US. Sedangkan realisasinya pada tahun 2013 sudah
mencapai 60 juta dollar US dengan 99 proyek yang tersebar di Indonesia. Dampak
positif dari kerjasama antara Indonesia dengan China adalah berdampak pada
penjualan tekstil ke luar negeri. Dicatat oleh kementrian Republik Indonesia, hasil
ekspor Indonesia untuk negara Amerika mencapai 1,01 milliar dollar US di periode
1
kuartal 1 tahun 2013 yaitu di bulan januari hingga bulan maret.
Peningkatan penjualan tekstil di Indonesia merupakan salah satu
keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Karena dengan adanya peningkatan penjualan dari
tahun ke tahun, maka industri tekstil dapat dikatakan sebagai salah satu dari banyak
industri di Indonesia sebagai industri termaju yang ada di Indonesia.
Belakangan ini industri tekstil menjadi industri yang berkembang pesat di Indonesia .
INDUSTRI TESKTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA secara teknis dan
struktur terbagi dalam tiga sektor industri yang lengkap, vertikal dan terintegrasi dari hulu
sampai hilir, yaitu:
a. Sektor Industri Hulu (upstream), adalah industri yang memproduksi serat/fiber (natural
fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan proses pemintalan (spinning) menjadi
produk benang (unblended dan blended yarn). Industrinya bersifat padat modal, full
automatic, berskala besar, jumlah tenaga kerja realtif kecil dan out put
pertenagakerjanya besar.
b. Sektor Industri Menengah (midstream), meliputi proses penganyaman (interlacing)
benang enjadi kain mentah lembaran (grey fabric) melalui proses pertenunan (weaving)
dan rajut (knitting) yang kemudian diolah lebih lanjut melalui proses pengolahan
pencelupan (dyeing), penyempurnaan (finishing) dan pencapan (printing) menjadi kain-
jadi. Sifat dari industrinya semi padat modal, teknologi madya dan modern –
berkembang terus, dan jumlah tenaga kerjanya lebih besar dari sektor industri hulu.
c. Sektor Industri Hilir (downstream), adalah industri manufaktur pakaian jadi (garment)
termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishing yang menghasilkan ready-made
garment. Pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga sifat
industrinya adalah padat karya.
B. Langkah-langkah ADKL
ADKL dapat dimulai berdasarkan keluhan masyaran atau kecurigaan yang terbaca dari
hasil pemantauan lingkungan dan sirveilans penyakit, dilanjutkan dengan langkah-langkah
ADKL. Dengan demikian, ADKL tidak berhenti sekali sejalan, melainkan merupakan
kegian berulang yang dinamis sesuai dengan tipe data yang tersedia dari berbagai
perspektif. Kadang-kadang perlu dilakukan studi kasus lanjutan untuk mengalisis dampak
kesehatan secara lebih dalam. Langkah-langkah ADKL umumnya dibedakan dalam 7
langkah yaitu :
1. Evaluasi Data Dan Informasi Yang Berkaiatan Dengan Lokasi Kegiatan
Evaluasi informasi kajian pencemaran dilakukan untuk mengenal lebih baik hal –
hal yang berkaitan dengan kejadian yang dimaksud. Merujuk pada paradigma kesehatan
lingkungan, evaluasi diarahkan pada 4 simpul .
2. Mempelajari Kepedulian Terhadap Pencemaran
Perlu juga ditangkap suasana dan respons yang berkembang dilapangan untuk
melengkapi 4 simpul informasi pada langkah 1. Mempelajari kepedulian dan respons1
tentang kejadian pencemaran dari masyarakat, LSM, media maupun kepedulian dari
sector lain baik yang bersifat negatif (keluhan) atau positif (upaya tindakan
penganggulangan).
3. Menetapkan Bahan Pencemar Sasaran Kajian
Menetapkan pencemara sasaran adalah menetapkan bahan pemcemar yang akan
dijadikan sasaran kajian lebih jauh tentang dampaknya pada kesehatan. Penetapan ini
mungkin tidak cukup dilakukan sekali tetapi perlu berulang sehingga diperoleh
keyakinan bahwa bahan tersebut benar sebagai bahan pencemar penting.
4. Identifikasi Dan Evaluasi Jalur Pemajanan
Identifakasi dan evaluasi jalur pemajanan adalah suatu proses dimana seseorang
mingkin terpajan oleh bahan pencemar. Jalur pemajanan mencakup semua elemen yang
menghubungkan sumber pencemar kependuduk terpajan. Jalur pemajanan itu sendiri
terdiri dari 5 elemen yaitu:
a. Sumber pencemar adalah asal pencemar (misal: pabrik yang membuang limbah ke
lingkungan) atau media lingkungan (timbunan sampah)
b. Media lingkungan dan mekanisme penyebaran adalah lingkungan dimana pencemar
dilepaskan: air, tanah, udara dan biota yang kemudian disebarkan dengan mekanisme
penyebaran tertentu ketitik – titik pemajanan
c. Titik pemajanan adalah suatu area potensial atau riel dimana terjadi kontak antara
manusia dengan media lingkungan tercemar, misal sumur atau lapangan bermain.
d. Cara pemajanan adalah cara dengan mana pencemar masuk atau kontak tubuh
manusia: tertelan, pernapasan atau kontak kulit.
e. Penduduk berisiko adalah orang – orang yang terpajan atau berpotensi terpajan oleh
pencemar pada titik – titik pemajanan
5. Memperkirakan Dampak Kesehatan Masyarakat
Memperkirakan dampak kesehatan adalah memebuat perkiraan apakah pencemar
yang lepas dan/ tau berada dimedia lingkungan berpotensi atau telah menimbulkan
dampak kesehatan. Karena demikian banyak pencemar yang ada di media lingkungan,
maka kemungkinan dampak kesehatan juga banyak. Karena itu perlu dicari untuk
mempersempit analisis. Ada 3 cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Evaluasi toksikologi
b. Evaluasi jenis dampak
c. Evaluasi kepedulian masyarakat
6. Kesimpulan Dan Rekomendasi
Kesimpulan dan rekomendasi adalah menyusun kesimpulan tentang dampak
kesehatan yang berkaitan dengan kejadian pencemaran dan menyiapkan rekomendasi
dengan merinci tindakan yang telah di ambil dan yang masih perlu diambil. 1

7. Pengelolaan Risiko
Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan untuk
mengendalikan risiko. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pengelolaan resiko
lingkungan adalah pengelolaan situasi dan atau kondisi lingkungan yang mengandung
risiko yang diketahui dari hasil analisis sebelumnya. Banyak hal perlu memperoleh
pertimbangan secara proporsional mengingat kompleksitasnya.
C. Metode ADKL
Metode pengumpulan data dan informasi dalam ADKL dibedakan menjadi 2 cara pokok
yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder (Ditjend PL.2002:2-15) :
a. Data primer
Metode pengumpulan data primer yang umum digunakan antara lain :
1. Wawancara
2. Kuesioner (subyek mengisi sendiri)
3. Pengamatan terhadap subyek
4. Pengukuran fisik atau kimiawi tentang subyek
5. Pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan atau dengan kunjungan lapangan.
b. Data sekunder
Metode pengumpulan data sekunder yang dapat digunakan untuk pengukuran
pemajanan dalam kaitannya dengan analisis epidemiologis antara lain :
1. Catatan harian ; untuk mengumulkan data perilaku atau pengalaman sekarang.
2. Catatan lain : catatan yang belum dikumpulkan secara khusus untuk tujuan
pengukuran pemajanan, misalnya catatan medis, pekerjaan, dan sensus.

1
BAB III
PEMBAHASAN

 Langkah – Langkah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) Industri Tekstil


Hubungannya dengan 4 Simpul
1. Identifikasi dan Evaluasi Jalur Pemajanan (Sumber) dari Industri Tekstil
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya kandungan zat warna
sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan membahayakan ekosistem
perairan. Zat warna ini memiliki struktur kimia yang berupa gugus kromofor dan terbuat
dari beraneka bahan sintetis, yang membuatnya resisten terhadap degradasi saat nantinya
sudah memasuki perairan. Meningkatnya kekeruhan air karena adanya polusi zat warna,
nantinya akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke dasar perairan dan mengganggu
keseimbangan proses fotosintesis, ditambah lagi adanya efek mutagenik dan karsinogen dari
zat warna tersebut, membuatnya menjadi masalah yang serius.
Proses industri tekstil menghasilkan limbah padat, cair dan gas. Limbah padat berasal
dari pembuatan kain, benang, serat-serat kain, dan sampah dari kegiatan lain yang
menunjang produksi, pencemaran akibat debu yang dihasilkan dari penggunaan mesin
berkecepatan tinggi, sedangkan limbah cair berasal dari proses pangkanjian benang proses
penghilangan zat pelumas dari serat sintesis sebelum proses penenunan dan dari proses
pencelupan.
2. Media Lingkungan dan Transport Pencemaran Akibat Limbah Industri Tekstil
Beragam polutan yang ditemukan dalam air sungai, sedimen, lahan persawahan dan
sumur warga seperti pembahasan dibawah ini juga ditemukan dalam lumpur limbah industri
tekstil yang membuang limbahnya ke dalam sumber air/badan air. Konsentrasi logam berat
dalam badan air dan sedimen seperti sungai mengalami peningkatan yang signifikan setelah
menerima buangan limbah industri tekstil.
a. Kontaminasi di Air Sungai
Jenis bahan beracun yang teridentifikasi mengontaminasi badan air yaitu beragam
logam berat beracun seperti timbal (Pb) dan merkuri (Hg) pada badan air (sungai).
Sementara penelitian lainnya menunjukkan tingginya konsentrasi logam berat lainnya
berupa kromium (Cr), tembaga (Cu) dan seng (Zn).
b. Kontaminasi di Sedimen
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kontaminasi beragam logam berat beracun
seperti Hg, cadmium, dan timbal dalam sedimen sungai. Sedangkan penelitian lain
menemukan kontaminasi logam berat lainnya seperti tembaga, dan seng dengan
kecenderungan yang lebih besar daripada dalam air sungai.
c. Kontaminasi di Lahan Persawahan
Sebuah penelitian mengatakan bahwa total area persawahan yang tercemar limbah
pabrik industri tekstil secara langsung mencapai ± 1,250 Ha. Laporan yang sama
1
mengidentifikasi konsentrasi logam berat yang tinggi seperti tembaga dan seng selain
logam berat lain speerti Pb dan Cd pada tanah lapisan olah (0-20 cm). Diungkapkan
bahwa pada jerami dan beras ditemukan kontaminasi logam berat seperti Pb dan Cd
yang setidaknya pada jerami sudah melewati batas maksimum residu dalam pangan
menurut WHO, dan juga Cr yang melewati batas bawah kritis dalam tanaman. Sejalan
dengan laporan tersebut, penelitian lain mengungkapkan bahwa beras yang dihasilkan
dari lahan tercemar tersebut mengandung Cd dalam level yang lebih tinggi daripada
ambang batas yang dibolehkan untuk makanan.
d. Kontaminasi di Sumur Warga
Sebuah penelitian melaporkan kenaikan kadar kromium yang signifikan pada sebuah
sungai / badan air, yang juga terkonfirmasi oleh temuan kontaminasi kromium pada
level yang cukup tinggi di sampel air dari sumur-sumur warga hingga mencapai 8
mg/l. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa sumur di beberapa daerah sekitar pabrik
industri tekstil terlihat tercemar berat karena kontaminasi bahan pencemar yang sama,
seperti Sodium (Na) dan Sulfat (SO4) yang terkandung dalam air limbah industri
tekstil.
3. Kontak/Pemajanan Pencemaran Akibat Limbah Industri Tekstil
Air sebagai sumber daya alam yang mempunyai arti dan fungsi sangat vital bagi
manusia. Air merupakan sumber daya alam untuk memenuhi hajat hidup orang banyak,
sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Akan tetapi berbagai industri seperti industri tekstil
yang limbahnya dibuang pada tempat-tempat yang masih digunakan oleh masyarakat seperti
permukaan tanah dan aliran sungai.
Semua limbah tersebut masuk ke sungai atau danau dan air tanah. Akibatnya, air
mengalami perubahan dari keadaan normalnya atau mengalami pencemaran. Sungai
merupakan satu kesatuan antara wadah air dan air yang mengalir, karena itu kesatuan sungai
dan lingkungan merupakan suatu persekutuan mendasar yang tidak terpisahkan. Sungai
sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Air
merupakan segalanya dalam kehidupan yang fungsinya tidak dapat digantikan dengan zat
atau benda lainnya, namun dapat pula menjadi malapetaka apabila air yang sebagai sumber
pemenuhan kebutuhan tersebut tercemar.
Cemaran yang disebabkan oleh sisa dari kegiatan industri tekstil dapat menimbulkan
kerugian pada manusia, yang sebelumnya cara pemajanannya menggunakan media
lingkungan untuk mengontaminasi. Terkontaminasinya manusia dapat melalui oral yaitu
terkontaminasinya sumber air minum dengan zat-zat kimia dari limbah tekstil yang
kemudian air tersebut dikonsumsi oleh masyarakat, selain itu dapat melalui inhalasi dari
pencemaran dalam saluran buangan limbah di kawasan pemukiman yang tercampur dengan
limbah industri tekstil atau dari air tanah mapun air permukaan melalui uap dan aerosol.
Kontak pemajanan juga dapat melalui kulit, akibat sumber air yang menjadi pemenuhan
kebutuhan dalam beraktivitas ikut tercemar oleh limbah dari industri tekstil.
4. Dampak dari Pencemaran Akibat Limbah Industri Tekstil 1
Berkembangnya industri tekstil ini memberikan beberapa dampak positif seperti :

1. Memajukan perekonomian negara dan meningkatkan pendapatan pajak negara


2. Membuka banyak lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.

3. Dengan berkembangnya industri akan menghasilkan persaingan dalam kualitas pakaian


yang dihasilkan.

Namun disamping dampak positif tersebut industri tekstil juga memberikan dampak
yang negatif pula.Terutama dalam masalah lingkungan yaitu limbah yang dihasilkannya.
Limbah yang dihasilkan dalam proses produksinya terdiri dari beragam jenis. Limbah dalam
bentuk yang padat disebut sebagai limbah sampah, limbah dalam bentuk cair seperti air kotor
sebagai hasil buangan kegiatan cuci kakus atau disebut sebagai black water, dan air sisa atau
buangan dari aktifitas produksi atau yang disebut juga dengan grey water.

 Pencemaran air atau penurunan mutu air diakibatkan oleh zat kimia.
 Air limbah secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kualitas air tanah.
 Limbah industri tekstil mengandung logam berat dalam buangan limbah cairnya.
Logam berat diperkirakan bersal dari cat yang digunakan untuk pewarnaan dalam
proses inilah akan dihasilkan amoniak dalam kadar yang cukup tinggi yang dapat
mencemari lingkungan terutama perairan jika proses pembuangannya tidak
ditangani secara baik. Dalam pembuangannya biasanya industri tekstil melakukan
pembuangan limbahnya ke sungai di daerah sekitar pabrik. Apabila aliran air
sungai tersemar maka jika digunakan dapat menimbulkan gatal pada kulit.
 Industri tekstil memproduksi berbagai macam hasil produksi kainnya, yang
melalui proses kering yang meliputi pengikatan dan pelapisan dan pembuatan
kain jadi, proses basah meliputi finishing saja. Berbagai proses tersebut
menghasilkan limbah dan COD dan bahan-bahan dari zat warna yang dipakai,
seperti pewarna azo.
5. Dampak Pewarna Azo dari Limbah Industri Tekstil
Pewarna azo yang memiliki sifat mudah terlarut dalam air, ketika dibuang ke dalam
ekosistem perairan akan tercampur dalam perairan, terakumulasi dan mampu memasuki
tubuh biota air sehingga terjadi bioakumulasi. Secara fisik, pewarna azo yang masuk ke
dalam sungai membuat air sungai menjadi berwarna dan menghalangi cahaya yang masuk
ke dalam badan air, sehingga berpegaruh terhadap proses fotosintesis fitoplankton atau
tumbuhan air yang kemudian akan mempengaruhi pula zooplankton dan organisme air
lainnya. Secara kimia, mampu mengurangi kadar oksigen yang ada dalam perairan yang
tercemar dan dapat mengakibatkan kematian terahadap biota air. Selain itu, pada dasar
perairan, zat warna azo yang dirombak oleh mikroorganisme secara anaerobik dapat
menghasilkan senyawa amina aromatik yang tingkat toksisitasnya kemungkinan menjadi
lebih berbahaya dibandingkan dengan zat warna azo itu sendiri. Salah satu contoh senyawa1
yang terbentuk dalam proses anaerobik yaitu kloroanilin, yang dapat mengganggu
kesehatan manusia karena diduga dapat berpengaruh terhadap organ pernapasan,
urogenital, dan gangguan saraf.
Pewarna azo kebanyakan tidak mudah terdegradasi atau bahkan tidak terdegradasi
dengan menggunakan treatmen konvensional. Ada pun efek mutagenik, karsinogenik dan
toksik pewarna azo bisa terjadi karena efek langsung dari senyawa penyusun azo, atau
karena proses biotransformasi reduktif ikatan azo yang membentuk adanya radikal bebas
dan derivat aryl amine. Efek mutagenik pewarna azo dapat menyebabkan aberasi terhadap
kromosom, aberasi kromosom merupakan indikator penting terhadap kerusakan DNA dan
ketidakstabilan genom, dan secara umum aberasi kromosom adalah gabungan perubahan
yang terjadi pada kriotipe normal secara keseluruhan.
6. Reaksi Pewarna Azo Dalam Tubuh Organisme
Pewarna Azo bekerja atau bereaksi layaknya Xenobiotik dan bersifat toksik, dan
dapat terakumulasi melalui rantai makanan. Ketika, pewarna azo masuk ke dalam tubuh
organisme melalui absorpsi, ia dapat bereaksi terhadap metabolisme tubuh suatu
organisme atau bahkan zat tersebut bisa bereaksi sendiri tanpa ikut berekasi dalam
metabolisme, karena adanya interaksi dengan fungsi umum sel. Interaksi zat kimia
terhadap fungsi umum sel diantaranya dapat menyebabkan suatu efek narkose, dan
gangguan terhadap penghataran impuls neurohumoral.
Masuknya suatu zat ke dalam tubuh suatu organisme dapat menyebabkan sebuah
proses biotransformasi, atau perubahan zat kimia dalam sistem biologis pada fungsi
fisiologi tubuh organisme. Proses biotransformasi organisme ketika pewarna azo masuk ke
dalam tubuhnya bisa jadi mengurangi tingkat berbahaya zat kimia tersebut, atau bahkan
mungkin juga membuat xenobiotik bioaktif, dan menjadikannya lebih berbahaya dalam
tubuh suatu organisme. Proses utama biotransformasi yang terjadi ketika pewarna azo
masuk, diantaranya oksidasi, reduksi, hidrolisis dan konjugasi.

1
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya kandungan zat warna
sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan membahayakan ekosistem
perairan. Analisis dampak kesehatan lingkungan terhadap pelepasan limbah dari sisa
kegiatan industri tekstil yang tidak melalui pengolahan, dapat memberikan dampak negatif
terhadap kesehatan baik manusia maupun lingkungan. Dampak dari cemaran disebabkan
oleh jenis dari limbah yang dihasilkan, dosis, lamanya keterpaparan pencemar, instensitas
atau keseringan, maupun tergantung dari daya tahan tubuh manusia terhadap kontaminasi
pencemar.
B. Saran
Perlunya kesadaran oleh pengelola industri khususnya industri tekstil, pentingnya
penanganan limbah sehingga tidak dibuang langsung ke badan air dan permukaan tanah.
Sehingga dapat meminimalisir dampak kesehatan lingkungan akibat limbah yang
dihasilkan.

1
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, Yuli. 2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan
Nutrition Value Coefficient Bioinikator. Jurnal Teknologi, Vol 3 No 2. (Diakses 18 Mei
2017).
Nemerow, N,L. 1978. Industri Water Pollution Origins Characteristics and Treatment Addison.
Wesley Publ. Comp. Philippines.
Sumarwoto, O. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta CV. Rajawali.
Winarni Chartib dan Oriyati Sunaryo. 1980. Teori Penyempurnaan Tekstil 2. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Bandung: Rosda Offset.

Anda mungkin juga menyukai