Di Susun Oleh :
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Atas dorongan serta bimbingan yang penulis terima sehingga makalah ini dapat tersusun
dengan baik tanpa ada kesulitan yang berarti.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
segala saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus dijual untuk
mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, serta dampak
kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer untuk
melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau
biaya terhadap laba.
Sementara tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal
agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan sepanjang waktu, maka perlu dilakukan
analisis terhadap biaya volume laba perusahaan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas bagaimana analisis cost volume profit (CVP) agar manajer dapat dengan bijak
mengambil keputusan yang pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat merugikan
perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi analisis biaya volume laba?
1
7. Bagaimana Pemilihan Struktur Biaya?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya adalah :
3. Mengganti peralatan.
3
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan
atau dibeli dari luar perusahaan.
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.”
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan
akan dijual di dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung
pada setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu.
Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi yang
harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan
diperoleh, yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini berarti harga jual
setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan.
2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat
ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan
jumlah biaya tetap total juga harus konstan.
4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah
persediaan tidak berubah.
4
Analisis biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi. Asumsi-
asumsi tersebut diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya tetap. Dianggap
bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat dipilah-pilah menjadi unsur-unsur
biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan
biaya variabel per unit itidak berganti ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan produktivitas
proses produktif serta tenaga kerja dianggap konstan pula.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih dalam kisaran
relavan kegiatan usaha normal.
3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran relavan. Harga jual per
unit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan pasar yang murni
kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah sebanding dengan
perubaha volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata perrunit produk adalah konstan.
5. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah penjualan
6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode adalah sama.
Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama periode berjalan sama
dengan unit yang dijual.
Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah maka
hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan kesimpulan yang berbada dan dapat
menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah
untuk melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang
lainnya.
Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap, Manajemen
harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan yaitu tidak hanya biaya
5
produksi saja tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk
mengukur biaya variabel per unit. Selain itu, (pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang
relevan dapat diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan
peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan menjadi biaya
total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total biaya
adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak
relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat mendekati
tingkat yang linear.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat diterapkan dalam banyak
hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa, memperkenalkan produk atau jasa baru,
mengganti peralatan, memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di
dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan
dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.
Model CVP mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang
aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang
output yang terbatas, total biaya yang diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
Pada analisis jangka pendek, biaya tetap yang relevan adalah biaya tetap yang diperkirakan
berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru untuk mengukur biaya variabel perunit,
akuntan manajemen harus teliti memasukkan semua biaya variable yang relevan, tidak hanya
biaya produksi tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi.
6
Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume dan laba adalah
pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan pendekatan variable
costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba rugi dimana biaya
diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka sebaiknya laporan laba
rugi diuraikan dalam bentuk laporan penjualan secara total, penjualan per unit, dan analisis
vertikal yang menunjukan persentase biaya variabel dan marjin kontribusi dan nilai
penjualan.
Misalnya pada bulan Juni 2013 PT Jakasain menjual 150 unit produknya dengan harga Rp.
3.500 per unit. Biaya variabel per unit Rp. 2.625. biaya tetap Rp. 75.000. Berdasarkan data
ini maka terlebih dahulu dapat dibuat laporan laba rugi berdasarkan pendekatan kontribusi,
seperti pada ikhtisar berikut ini.
PT JAKSAIN
Biaya-biaya tetap Rp75.000
Marjin kontribusi Rp 875 dibagi dengan penjualan Rp 3.500 dari laporan laba rugi diatas
dapat dihitung rasio marjin kontribusi per unit sebesar 25 % (Rp 875/Rp 3.500) % atau sama
dengan total rasio marjin kontribusi (Rp 131.250/Rp 525.000) %Marjin kontribusi memegang
peranan penting pada banyak keputusan dalam sebuah perusahaan, seperti produk apa yang
akan diproduksi atau dijual, kebijakan harga mana yang akan diikuti, strategi pemasaran apa
yang akan digunakan, dan jenis fasilitas produktif apa yang akan dibeli. Hubungan konsep
biaya-volume dan laba dalam perencanaan laba dapat digunakan untuk menghitung titik
7
impas, target laba, marjin keamanan, komposisi biaya untuk memaksimumkan marjin
kontribusi, dan atau titik penutupan usaha.
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode
marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan
dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
1. Metode Persamaan
Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Dari kasus diatas misalkan:
8
Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam persamaan tersebut
dapat diabaikan. Dengan demikian titik impas dalam unit dapat dihitung sebagai berikut:
3.500x = 2625x + 75.000 + 0
Dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung dengan
mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit) dengan Rp. 3.500 (harga jual per unit produk) =
Rp. 300.000. Namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan cara tersebut maka
dengan menggunakan data dari kasus di atas titik impas dalam rupiah dapat dihitung dengan
prosedur sebagai berikut:
Metode ini merupakan penyingkatan dari formula metode persamaan dalam menghitung titik
impas. Langkah awal dalam melihat hubungan antara biaya volume dan laba suatu
perusahaan adalah dengan mengerti dan melihat besarnya marjin kontribusi yang diperoleh
suatu perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan. Pada setiap kegiatan perusahaan akan
memiliki kemampuan menghasilkan marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin
kontribusi per unit yang dapat diperoleh suatu perusahaan akan menentukan kecepatan
perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan kemampuannya menghasilkan laba. Margin
kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika
margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi
9
kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah
sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk
memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer
cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per
unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan. Hal itu terlihat pada
formula dibawah ini yang angkanya sama dengan baris kedua dari terakhir pada
penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.
Sehingga impas dalam unit = 75.000/875
Dalam perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio marjin kontribusi per unit
produk akan selalu sama dengan rasio marjin kontribusi dari total unit penjualan. Kesamaan
tersebut disebabkan perhitungan marjin kontribusi dan rasionya hanya mempertimbangkan
biaya-biaya variabel. Dengan demikian perubahan unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan
total pejualan, biaya variabel, dan marjin kontribusi secara proposional. Karena kenaikan
penjualan tidak akan diikuti oleh kenaikan atau perubahan rasio marjin kontribusi.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp 3.500 dan biaya
variabel per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per unit. Dari marjin kontribusi
tersebut rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin kontribusi yang sama
akan diperoleh pada saat volume penjualan berubah menjadi 150 unit dimana total penjualan
menjadi Rp 525.000. kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam
presentasi yang sama menjadi Rp 393.750 sehingga marjin kontribusi untuk 150 unit
penjualan akan menjadi (131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin
kontribusi untuk penjualan 1 unit.
Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai level perubahan unit
penjualan sepanjang pada kedua alternatif jumlah unit penjualan tidak diikuti oleh peruahan
struktur biaya dan harga jual dalam satuan uang yang digunakan
10
3. Metode grafik
Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga dapat dibuat dengan
menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit produk dan sebuah garis
vertikal (y) untuk menunjukan nilai penjualan dan biaya.
b. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 yang ditarik dari titik 0
perpotongan garis x dan garis y sebagai garis penjualan.
c. Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap pada berbagai level unit
penjualan.
d. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level unit penjualan yang
ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap. Daerah yang berada di antara garis
ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya menunjukan kisaran biaya variabel.
e. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya. Tarik garis ke
kiri untuk menunjukan jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik garis vertikal ke bawah
untuk menunjukan titik impas dalam unit penjualan.
f. Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan sebaliknya arsir daerah
segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran ini menunjukan
bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan menimbulkan rugi dan sebaliknya
penjualan yang lebih besar akan memberikan laba.
Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada dasarnya sama
dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah laba yang
diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik impas target laba sama dengan
nol, sementara dalam analisis target laba seperti yang dimaksudkan di atas jumlah laba yang
diperhitungkan dalam formulanya disesuaikan dengan jumlah laba yang diinginkan, biasanya
lebih besar dari pada nol.
Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di atas, perusahaan
menginginkan laba Rp. 100.000 maka dengan menggunakan formula metode persamaan
11
selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan laba dimaksud dapat dihitung sebagai
berikut:
Misalkan:
x = jumlah unit terjual
12
Penujualan dalam unit = (biaya tetap + target laba)/CM per unit
Penjualan dalam Rp = (biaya tetap + target laba)/rasio marjin kontribusi
Impas dalam satuan waktu. Bagi sebuah perusahaan yang baru beroperasi titik impas ini
tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, misalnya setahun. Industri-industri
berat biasanya mencapai titik impas setelah beberapa tahun beroperasi. Proyeksi pencapaian
titik impas dalam satuan waktu ini dapat dihitung dengan formula-formula di atas. Hasil
perhitungannya dapat dihubungkan dengan biaya, volume dan laba tahunan. Misalnya
sebuah perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas setelah menjual 300 unit produksi
traktor mini. Bila dalam setahun diproduksi rata-rata 100 unit traktor maka titik impas akan
dicapai setelah genap beroperasi selama tiga tahun atau 300 traktor impas dalam unit/100
traktor produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.
13
Berdasar titik impas sebesar 82 paket ini, maka titik impas akan terjadi pada penjualan
produk A sebanyak 246 paket (3 x 82) dan produk B sebanyak 164 paket (2 x 82).
3. Analisis Sensivitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam
menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang
mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi
sebelumnya.
2. Penurunan produktivitas .
14
tingkat penjualan yang sudah di capai, agar perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan
sampai pada suatu tingkat yang merugikan.
Pada kasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500 dengan titik impasnya
85,71 unit. Dengan menggunakan formula:
Dimana:
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode
tertentu
Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini
perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.
Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya variabel per unit Rp
2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi maksimal 150 unit dan kenaikan laba
yang direncanakan sebesar 20% maka margin pengamanan penjualannya sebesar:
= Rp 225.000
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat merumuskan
berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar penjualan
tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan. Dalam rangka penerapan
fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis hubungan biaya, volume dan laba termasuk
perhitungan seperti ini akan memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang
sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.
15
yang dicapai dan semakin besar pula sensivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan.
Jika sebuah perusahaan mempunyai operating of leverage tinggi, maka sedikit saja
peningkatan dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan persentase yang besar dalam
laba. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai operating leverage rendah, maka pengaruh
peningkatan dalam penjualan terhadap peningkatan laba bersih adalah rendah.
Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya manajemen dapat membuat
proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan formula:
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba(cost-volume-
profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan
antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas
(break-even analysis) karena signifikansisme mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas,
seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan
pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang
kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan laba dan
juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama
dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan
metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit
penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam
transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat dimanfaatkan dengan
menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat merumuskan
berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar penjualan
tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan.
B. Saran
Setelah membahas dan mempelajari analisis biaya volume laba ini, diharapkan kita dapat
menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan tertentu sebagai skill penunjang bagi
seorang manajer.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young : Akuntansi
Manajemen, Edisi ke 5 jilid 1.
18