1|Page
KATA PENGANTAR
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
i|Page
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................... 3
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1|Page
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep dasar sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ( SMK 3 )
Tujuan Khusus
1. Untuk memenuhi tugas makalah Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK 3 )
2. Untuk mengetahui dasar hukum pelaksanaan SMK 3 di
Indonesia
3. Untuk mengetahui definisi SMK 3.
4. Untuk mengetahui tujuan dari SMK 3.
5. Untuk mengetahui konsep SMK 3.
6. Untuk mengetahui prinsip dasar penerapan SMK 3.
7. Untuk mengetahui kategori penerapan SMK 3 dalam
organisasi/perusahaan
2|Page
8. Untuk mengetahui kunci keberhasilan penerapan SMK 3
D. Manfaat
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Pasal 2 ayat 1
Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja
dalam segala tempat kerja, baik di darat, tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Pasal 2 ayat 2 p
Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan
atau riset ( penelitian ) yang menggunakan alat teknis.
Pasal 3 ayat 1
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
4|Page
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,
gas, hembusan angina, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik fisik maupun psikis, perancunan, infeksi, dan
penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelengarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar
muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakannya menjadi
bertambah tinggi
5|Page
Pasal 9
1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat
timbul dalam tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja
yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja
tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan
bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
Pasal 14
Pengurus diwajibkan:
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat
kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja;
6|Page
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua
bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawasan atau ahli keselamatan kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja di
bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai
dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegawai pengawasan atau ahli keselamatan kerja.
Pasal 15
1. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di
atas diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan.
2. Peratiran perundangan tersebut pada ayat ( 1 ) dapat
memberikan ancaman pidana atas pelanggaran
peraturannya dengan hukuman kurungan selama-
lamanya 3 ( tiga ) bulan atau denda setinggi-tingginya
Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah ).
3. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran
7|Page
menerapkan, pencemaran dan penyakit akibat kerja
wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.
2. Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) wajib dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha
dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Pasal 4
1. Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 sebagai
dimana dimaksud dalam pasal 3, perusahaan wajib
melaksanakan ketentuan - ketentuan sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dan menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem
Manajemen K3;
b. Merencakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan keselamatan dan kesehatan keria;
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai
kebijakan, tuiuan dan sasaran keselamatan dan
kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau dan mengevalluasi kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan
tindakan perbaikan dan pencegahan;
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan
Sistem Manajemen K3 secara berkesinambungan
dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.
8|Page
tercantum dalam lampiran I Peraturan Menterl ini.(FKM,
2009)
B. Definisi SMK 3
9|Page
aktivitas dan pembelian barang dan jasa. Tujuan dan saran SMK3
adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan.(Redjeki, 2016)
C. Tujuan SMK 3
D. ProsesSMK 3
10 | P a g e
mutu, manajemen lingkungan dan manajemen produksi, maka
manajemen K3 juga dikembangkan dengan siklus manajemen
mulai dari perencanaan, penerapan atau implementasi, pengukuran
dan pemantauan dan koreksi untuk peningkatan berkelanjutan.
11 | P a g e
E. Prinsip Dasar Penerapan SMK 3
Penetapan Kebijakan K3
Pasal 7
1. Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh pengusaha.
2. Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pengusaha paling sedikit harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
i. Identihkasi potensi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko;
ii. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan
dan sektor lain yang lebih baik;
iii. Peninjauan sebab akibat kejadian yang
membahayakan;
iv. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian
sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan;
dan
v. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang
disediakan.
b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3
secara terus-menerus; dan
c. Memperhatikan masukan dari pekerja buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh.
12 | P a g e
d. Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan
perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum
dan/atau operasional.
Pasal 8
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah
ditetapkan kepada selunrh pekerja/buruh, orang lain selain
pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain
yang terkait.
Perencanaan K3
Pasal 9
1. Perencanaan sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf b dilakukan untuk menshasilkan rencana K3.
2. Rencana K3 disusun dan ditetapkan oleh pengusaha
dengan mengacu pada kebijakan K3 yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).
3. Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan:
a. Hasil penelaahan awal;
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian
risiko;
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya; dan
d. Sumber daya yang dimiliki
4. Pengusaha dalam menyusun rencana K3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus melibatkan Ahli K3. Panitia
Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak lain yang terkait
di perusahaan.
5. Rencana K3 paling sedikit memuat:
a. Tujuan dan sasaran;
13 | P a g e
b. Skala prioritas;
c. Upaya pengendalian bahaya;
d. Penetapan sumber daya;
e. Jangka waktu pelaksanaan;
f. Indikator pencapaian; dan
g. Sistem pertanggung jawaban
Pelaksanaan Rencana K3
Pasal 10
1. Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha
berdasarkan rencana K3 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (l) huruf c dan Pasal 9.
2. Pengusaha dalarn melaksanakan rencana K3 didukung oleh
sumber daya manusia di bidang K3, prasarana, dan sarana.
3. Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud padaayat (2)
harus memiliki:
a. Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
b. kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat
izin kerja/operasi dan surat penunjukkan dari instansi
yang berwenang.
4. Prasarana dan sarana sebagaimana dirnaksud pada ayat (2)
paling sedikit terdiri dari:
a. Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
b. Anggaran yang memaddi;
c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian; dan
d. Instruksi kerja.
Pasal 11
1. Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus
melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3.
14 | P a g e
2. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
meliputi:
a. Tindakan pengendalian;
b. Perancangan (design) dan rekayasa;
c. Prosedur dan instruksi kerja;
d. Penyerahan sebagianpelaksanaan pekerjaan;
e. Pembeliarupengadaan barang dan jasa;
f. Produk akhir;
g. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan
bencana industri; dan
h. Rencana dan pemulihan keadaan darurat.
3. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
sampai dengan huruf f, dilaksanakan berdasarkan
identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.
4. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g dan
huruf h dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya,
investigasi, dan analisa kecelakaan.
Pasal 12
1. Pengusaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 harus;
a. Menunjuk surnber daya manusia yang mempunyai
kompetensi kerja dan kewenangan di bidang K3;
b. Melibatkan seluruh pekerja/buruh;
c. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh
pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang
berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait;
d. Membuat prosedur informasi;
e. Membuat prosedur pelaporan; dan
f. Mendokumentasikan seluruh kegiatan.
15 | P a g e
2. Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
harus diintegrasikan dengan kegiatan manajemen
perusahaan.
Pasal 13
1. Prosedur informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) huruf d hanrs memberikan jaminan bahwa informasi
K3 dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan
dan pihak terkait di luar perusahaan.
2. Prosedur pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) huruf e terdiri atas pelaporan:
a. Terjadinya kecelakaan di tempat kerja;
b. Ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang-
undangan dan/atau standar;
c. Kinerja K3;
d. Identifikasi sumber bahaya; dan
e. Yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan
peruNdang-undangan.
3. Pendokumentasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (l) huruf f paling sedikit dilakukan terhadap: .
a. Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan
standar di bidang K3;
b. Indikator kinerja K3;
c. Izin kerja;
d. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko;
e. Kegiatan pelatihan K3;
f. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
g. Catatan pemantauan data;
h. Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak
lanjut;
i. Identifikasi produk termasuk komposisinya;
16 | P a g e
j. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan
k. Audit dan peninjauan ulang SMK3.
17 | P a g e
2. Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi.
3. Hasil peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan
kinerja
4. Perbaikan dan peningkatan kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat dilaksanakan dalam hal:
a. Terjadi pembahan peraturan perundang-undangan;
b. Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
c. Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
d. Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
e. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
termasuk epidemiologi;
f. Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
g. Adanya pelaporan; dan/atau
h. Adanya masukan dari pekerja/buruh.(Pemerintah, 2012)
Penetapan kebijakan K3
Pengusaha dalam menyusun kebijakan K3 paling sedikit
harus:
a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3, meliputi:
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko;
Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan
dan sektor lain yang lebih baik;
Peninjauan sebab akibat kejadian yang
membahayakan;
18 | P a g e
Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian
sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan;
dan
Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang
disediakan.
b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3
secara terus-menerus; dan
c. Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh.
Muatan Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi; tujuan
perusahaan; komitmen dan tekad melaksanakan
kebijakan; dan kerangka dan program kerja yang
mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
bersifat umum dan/atau operasional.
Perencanaan K3
Yang harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana K3:
a. Hasil penelaahan awal;
b. Identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya; dan
d. Sumber daya yang dimiliki.
19 | P a g e
Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan
surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan
dari instansi yang berwenang.
b. Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari:
Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang
K3;
Anggaran yang memadai; sedur operasi/kerja,
informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian;
dan
Instruksi kerja.
c. Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan
kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3.Kegiatan
tersebut adalah
Tindakan pengendalian
Perancangan (design) dan rekayasa;
Prosedur dan instruksi kerja;
Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
Pembelian/pengadaan barang dan jasa;
Produk akhir;
Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan
bencana industri; dan
Rencana dan pemulihan keadaan darurat
d. Kegiatan 1 – 6 dilaksanakan berdasarkan identifikasi
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
e. Kegiatan 7 dan 8 dilaksanakan berdasarkan potensi
bahaya, investigasi dan analisa kecelakaan
f. Agar seluruh kegiatan tersebut bisa berjalan, maka
harus:
Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang
dibidang K3
Melibatkan seluruh pekerka/buruh
20 | P a g e
Membuat petunjuk K3
Membuat prosedur informasi
Membuat prosedur pelaporan
Mendokumentasikan seluruh kegiatan
g. Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan
manajemen perusahaan
21 | P a g e
Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk epidemiologi;
Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja; A
danya pelaporan; dan/atau A
Adanya masukan dari pekerja/buruh.(Pemerintah,
2012)
22 | P a g e
5. Semua unsur atau individu yang terlibat dalam operasi harus
memahami konsep dan implementasi SMK3.
6. Adanya dukungan dan komitmen manajemen puncak dan
seluruh elemen dalam organisasi untuk mencapai kinerja K3
terbaik.
7. SMK3 harus terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya
yang ada dalam organisasi. (Ramli, 2013)
23 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24 | P a g e
B. Saran
25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
26 | P a g e