Oleh :
Nabilah Nurdianah (10211600010024)
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam
pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri
dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung resiko bahaya
dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.
Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena
ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun waktu terutama
terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih-lebih perlu disadari bahwa
pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik dari pada menunggu sampai kecelakaan
terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian
kompensasinya.
Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan
teknologi maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terutama
masalah penyakit akibat kerja. Selain itu masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang mengarah kepencegahan penyakit akibat dari
kerja, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian, waktu dan memerlukan biaya
yang tinggi. Selain itu dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian
dan pengetahuan masih terbatas, ada sebagian dari mereka masih segan
menggunakan alat pelindung atau mematuhi aturan yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah
keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus
dilakukan secara terpadu yang melibatkan berbagai pihak baik pemerintah,
perusahaan, tenaga kerja serta organisasi lainnya (Perguruan Tinggi)
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bahaya kecelakaan kerja pada indudtri tekstil pemintalan benang.
2. Untuk mengetahui dampak penyakit yang timbul dari bahaya kecelakaan kerja pada
industri pemintalan benang.
3. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan dari bahaya dan dampak
penyakit terhadap tenaga kerja industri tekstil pemintalan benang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan/Kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setingi-tingginya, baik fisik, amental, maupun
sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Sumakmur,
1981).
Menurut Dainur, kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk
mempersiapkan, memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta
penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial yang maksimal,
sehingga dapat berproduksi secara maksimal pula (Dainur,1992).
Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa kesehatan kerja merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan
menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dengan masyarakat di sekitar
perusahaan tersebut. Apabila didalam kesehatan masyarakat
ciri pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan penyakit) dan promotif
(peningkatan kesehatan), maka dalam kesehatan kerja, kedua hal tersebut menjadi ciri pokok
(Notoatmojo, 1997)
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi
dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-
bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian
diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat.
Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian. Dari
definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing).
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk
dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam
pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun ada sedikit perbedaan
antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari
tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.
B. Proses Pembuatan
Sebelum kapas diproses pada mesin blowing, terlebih dahulu kapas
dikeluarkan dari gudang, kemudian kapas yang masih dalam keadaan terbungkus dan terikat,
di bawa ke Bill Store untuk dibuka dan dilepaskan ikatannya agar kapas kembali ke dalam
bentuk semula dan dibiarkan untuk diangin-anginkan selama ±24 jam. Kemudian kapas yang
dibuat lap lalu dikerjakan pada mesin carding, lap akan mengalami pembersihan, pemisahan,
penarikan dengan mesin pre drawing untuk dapat dibuat sliver, selanjutnya dikerjakan pada
mesin yang lebih rata seratnya, dengan jalan 8 sliver dijadikan sliver ditarik diantara rol-rol.
Selanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8 sliver
dimasukkan pada mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya searah panjang dan pendek terpisah
maka lap dikerjakan pada mesin lap pendek akan terkumpul menjadi kotoran, sedang serat
panjang dibuat silver yang terdiri serat panjang saja. Serat silver yang dapat diproses kembali
untuk dijadikan benang carded dengan nomor 15 dan 35 atau sebagai campuran untuk
membuat benang-benang carded dengan No.30 S dan 40 S.
Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan pada mesin drawing (I dan II) untuk
dibuat sliver yang baik karena sliver hasil combing merupakan bahan baku untuk pembuatan
benang halus dan ini diproses pada mesin speed frame. Dengan sedikit ditarik dan dipilin akan
menghasilkan sliver dengan ukuran lebih kecil yang disebut roving. Roving ini hasil dari
mesin speed frame dibuat benang tunggal selanjutnya dapat diperdagangkan baik dalam
bentuk cone (pada mesin cone winder) atau benang double mesin quick traverse, hant dan
lain-lain.
Faktor penyebab ;
Faktor Manusia
Permasalahan yang terjadi pada faktor manusia meliputi faktor manajerial, dan faktor
tenaga kerja. Permasalahannya dapat merupakan:
a. Manajemen:
Pemahaman yang kurang tentang hiperkes dan keselamaatan kerja
Tidak melaksanakan teknik-teknik hiperkes dan keselamatan kerja
Tidak menyediakan alat proteksi/pelindung diri
b. Tenaga kerja:
Tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan K3
Tidak mengenakan alat proteksi yang telah disediakan
Tidak memiliki naluri cara kerja sehat
Tingkat pengetahuan terhadap perkembangan teknologi industri.
D. Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada Industri Tekstil
Pemintalan Benang
Byssinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang penyebabnya terutama
debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil. Penyakit ini berkaitan erat dengan
pekerjaan blowing dan carding. Tetapi terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya.
bahkan dari permulaan proses (pembuangan biji
kapas) sampai kepada proses akhir (penenunan). Masa inkubasi rata-rata terpendek
adalah 5 tahun bagi para pekerja pada blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari
waktu 5 tahun (Suma’mur. 1993).
E. Pencegahan dari bahaya dan dampak terhadap tenaga kerja industri tekstil
pemintalan benang
Upaya-upaya pencegahan dalam keselamatan kerja dengan menggunakan APD.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,pesonal
protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan
oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,
biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki bahaya (hazard) control atau pengendalian bahaya, penggunaan
alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum
memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu,
dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak
dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah
sebagai berikut:
1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.
2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja.
4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan instruksi
kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan
menggunakan alat pelindung diri.
Penanggulangan lain :
1. Perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas kerja dalam mengupayakan kesehatan dan
keselamatan kerja yang sudah ada.
2. Penataan ruangan harus lebih diperhatikan menjadi lebih baik, supaya para karyawan
lebih leluasa dalam melakukan pekerjaannya. Bengkel kerja utama industri jika
memungkinkan dipindahkan ke tempat yang khusus disediakan untuk kegiatan industri,
setidaknya diusahakan pembagian tempat pengolahan khusus yang bersekat dan masing-
masing disendirikan sehingga ruang gerak menjadi luas.
3. Untuk menghindari sakit akibat kerja pekerja perlu melakukan olahraga yang teratur, dan
setidaknya banyak bergerak dari pekerjaan yang biasa dilakukan, contoh apabila biasanya
duduk sesekali berdiri dan berjalan agar gerakan dan posisi kerja para karyawan menjadi lebih
bervariasi dan tidak monotonis.
4. Sebaiknya untuk pembuangan atau penimbunan sementara limbah disediakan lahan
kosong tersendiri, atau setidaknya menempatkannya dalam karung, bak, atau lubang khusus
sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan dan dari segi tata ruang pun menjadi lebih luas
dan enak untuk dipandang.
5. Perusahaan (dalam hal ini industri kecil) yang belum mendapat tempat di
organisasi Pukesmas maka hendaknya dimasukkan secara struktural kedalam
organisasi tersebut. Sehingga industri ini akan lebih terayomi dalam hal pelayanan
kesehatannya yang paripurna (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), yang dalam hal
ini ditekankan pada ruang lingkup kedokteran industrinya. Misalnya petugas kesehatan
mengunjungi tempat-tempat industri secara rutin guna menilai kesehatan kerja di perusahaan-
perusahaan rumah tangga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada proses pemintalan. limbah debu kapas paling banyak didapat pada proses
blowing, carding dan. Limbah aktual pada pekerjaan blowing dan carding masing-masing
sebesar 3.5% dan 2.5% sedangkan tingkat kebisingan speed frame sebesar > 85 dB.
Penyakit yang akan timbul adalah Byssinosis (penyakit tergolongpneumoconi
osis) yang berasal dari limbah debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil.
Pencengahan dengan menggunakan APD (alat pelindung diri) seperti: memakai safety
glasses, ear plung, ear muff, respirator dan lain-lain.
Pencegahan yang lain dapat di lakukan dengan pemeliharaan rumah tangga yang baik
di perusahaan tekstil sehingga debu kapas sangat sedikit di
udara,pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara,
membersihkan lantai dengan sapu tidak baik, ventilasi umum dengan sistim hisap,
pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara
berkala, rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.
B. Saran
1. Memutuskan jenis alat pelindung diri yang harus kita gunakan, lakukan terlebih dahulu
hazard identification (identifikasi bahaya).
2. Tinjau ulang setiap aspek dari pekerjaan, agar potensi bahaya bisa kita identifikasi.
3. Perlu penegakan disiplin karyawan terhadap pemakaian alat pelindung diri terutama
masker dan sumbat telinga.
4. Perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang kesehatan dan
keselamatan kerja, dan keterampilan para pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://usfinitengky.blogspot.com/2010/kesehatan-kerja-higiene-