Anda di halaman 1dari 8

TUGAS OKUPASI INDUSTRI

PERTAMBANGAN

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Aswan Faqih

NIM : 2010016038

Dosen Pengampun:

Dr. Krispinus Duma, SKM,. M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2022
1. Rangkum dan Jelaskan apa yang anda ketahui tentang K3 Pertambangan minyak
bumi!

Jawab :

Definisi K3 (Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

K3 (keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Adalah sebuah prosedur yang wajib
diterapkan pada sebuah perusahaan.

Tujuan K3 (Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja agar pekerjaan juga tidak
akan mengalami kecelakaan dalam mengerjakan proyek yang akan dikerjakan Minyak bumi
atau petroleum - bahan bakar fosil yang merupakan bahan baku untuk bahan bakar minyak,
bensin dan banyak produk-produk kimia - merupakan sumber energi yang penting karena
minyak memiliki persentase yang signifikan dalam memenuhi konsumsi energi dunia
Disamping manfaat positif tersebut, kegiatan pertambangan Minyak juga mengandung
potensi bahaya dan risiko yang tinggi bagi pekerja dan lingkungan seperti kebakaran,
peledakan,pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja. Untuk itu, pengelolaan industri
Migas harus dilakukan dengan memperioritaskan aspek keselamatannya.

Keselamatan pekerja pertambangan minyak bumi menjadi perhatian utama dalam mengelola
industri tersebut dengan sasaran agar pekerja bebas dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja
sehingga dapat menjalankan tugasnya secara produktif. Industri ini baik di hulu atau hilir
mengandung berbagai potensi bahaya seperti bahaya kimia, fisik, mekanik, listrik dan
biologis yang dapat mengancam keselamatan pekerja. Keselamatan yang dimaksud adalah
ketentuan tentang standardisasi peralatan, sumber daya manusia, pedoman umum instalasi
migas dan prosedur kerja agar instalasi migas dapat beroperasi dengan andal, aman dan akrab
lingkungan agar dapat menciptakan kondisi aman dan sehat bagi pekerja (Keselamatan dan
Kesehatan erja), aman bagi masyarakat umum (Keselamatan Umum), aman bagi lingkungan
(Keselamatan Lingkungan) serta aman dan andal bagi instalasi migas sendiri (Keselamatan
Instalasi).

Keselamatan pekerja adalah suatu perlindungan bagi keamanan dan kesehatan pekerja agar
terhindar dari kecelakaan kerja. Agar keselamatan pekerja dapat tercapai, persyaratan yang
harus dipenuhi, antara lain terdapatnya standardisasi kompetensi, tempat kerja dan
lingkungan kerja yang baik, prosedur kerja dan menggunakan alat pelindung diri (APD) bagi
yang bekerja di tempat berbahaya.

Ada beberapa pilar dalam keselamatan yang diperhatikan diantaranya :

a) Keselamatan Instalasi

Keselamatan instalasi/peralatan merupakan suatu perlindungan bagi instalasi dan


peralatan yang digunakan sehingga dapat terhindar dari kerusakan yang dapat
membahayakan bagi para pekerja, lingkungan, masyarakat umum serta kerugian
investasi. Untuk dapat menghindari hal tersebut, terdapat beberapa peralatan, antara
lain prosedur operasi dan perawatan, sertifikat kelaikan instalasi dan peralatan melalui
skema SKPP dan SKPI, penggunaan standar/SNI, tanda kesesuaian SNI, sertifikat
kompetensi bagi operator, kesiapan alat pemadam, prosedur dan latihan tanggap
darurat dan tanda keselamatan produk.

b) Keselamatan Lingkungan

Industri ini juga rentan terhadap dampak lingkungan karena minyak mentah dan hasil
olehannya merupakan bahan yang berbahaya dan beracun, yang berpotensi
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Keselamatan lingkungan berfungsi untuk
melindungi lingkungan sekitar terhadap pencemaran yang disebabkan dari proses
pada industri,Untuk mencegah hal tersebut, terdapat beberapa persyaratan antara lain
studi lingkungan, bahan-bahan kimia yang digunakan dalam operasi telah memenuhi
persyaratan, teknologi yang tepat, terdapat peralatan pemantauan, pencegahan dan
pencemaran lingkungan, baku mutu lingkungan, sistem tanggap darurat dan sistem
manajemen lingkungan.

c) Keselamtan Umum

Aspek Keselamatan yang juga menjadi kepedulian industri adalah keselamatan umum
atau publik baik yang berada di sekitar kegiatan pertambangan, maupun masyarakat
yang menggunakan produk produk minyak bumi. Keselamatan umum merupakan
perlindungan bagi keamanan masyarakat umum sehingga dapat terhindar dari
kecelakaan yang disebabkan oleh kegiatan.Untuk itu, setiap perusahaan wajib
memperhatikan keselamatan umum, seperti penyediaan rambu-rambu atau label
keselamatan, informasi dan petunjuk keselamatan (MSDS) bagi pengguna produk dan
masyarakat luas lainnya. Produk-produk yang berbahaya seperti LPG dan BBG

Faktor-faktor dan bahaya pada industri Minyak Bumi

a) Proses produksi

Bahaya proses produksi dari pekerjaan pabrik minyak adalah potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh beberapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat
bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang
dilakukan. Potensi bahaya keselamatan terdapat pada alat/mesin, serta bahan yang digunakan
dalam proses produksi, seperti forklift (tertabrak), gancu (tertusuk), pallet (tertimpa), dan
bahan baku (tertimpa, terjatuh dari tumpukan bahan baku), feed additive (kerusakan mata
akibat terkena debu feed additive), cutter, mesin bubut/las (kerusakan mata akibat terpercik
geram, lecet akibat terkena part panas, dan kerusakan paru-paru akibat terhirup debu las),
luka bakar akibat kebocoran gas, terjepit part, semburan panas dari blow down otomatis.

Kecelakaan kerja pada pabrik minyak biasanya pada pengeboran yang berhubungan dengan
semburan gas yang tak terduga dari sumur akibat tekanan yang tinggi. Secara garis besar ada
dua kategori utama kecelakaan pengeboran, pertama adalah memancarnya hidrokarbon yang
intens dan berkepanjangan, kedua adalah tumpahan hidrokarbon dan semburan gas selama
operasi pengeboran.

b) Bahaya kimia

Dalam proses produksi kilang minyak menggunakan bahan-bahan kimia yang terkadang
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan manusia serta lingkungan hidup. Potensi bahaya
ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis
bahan kimia atau kontaminan

Penyebab utama kecelakaan adalah :

1. Kondisi tidak aman (unsafe condition)

Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang rusak ataupun tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Selain itu kondisi tidak aman juga dapat berupa kondisi lingkungan
kerja yang kurang mendukung, seperti penerangan yang kurang, keadaan bising, kebersihan
maupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman juga dapat diakibatkan oleh
metode/proses produksi yang kurang baik, Pengaman yang tidak sempurna, Peralatan kerja
yang rusak, Tata kelola (housekeeping) yang jelek, Penerangan yang kurang, Lingkungan
kerja dengan paparan B3 atau radiasi, Lingkungan kerja dengan kebisingan tinggi, Tempat
kerja yang kotor dan licin.

2. Tindakan tidak aman (unsafe act)

Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal pekerja, antara lain:

menggunakan peralatan yang kurang baik, sembrono dalam bekerja, tidak menggunakan alat
pelindung diri maupun menjalan sesuatu tanpa wewenang, mengoperasikan mesin/peralatan
yang bukan menjadi tanggung jawabnya, menggunakan peralatan yang tidak sesuai, bekerja
sambil bergurau, bersikap acuh/masa bodoh, bekerja dalam kondisi mabuk, tidak mentaati
prosedur/peraturan, melepaskan alat pengaman, menjalankan mesin melebihi kecepatan yang
ditetapkan, mengangkat/mengangkut berlebihan, tidak memakai alat pelindung diri

3. Kelemahan sistem manajemen

Kelemahan sistem manajemen ini seringkali terkait dengan sistem prosedur kerja yang tidak
jelas ataupun tidak adanya standar yang dapat menjadi acuan bagi pekerja dalam melakukan
kegiatan pekerjaan

2. Rangkum dan jelaskan apa yang anda ketahui tentang K3 pertambangan gas bumi!

Jawab :
Sama halnya dengan K3 pertambangan minyak bumi, pada k3 pertambangan gas bumi
dimana yang menjadi fokus utama adalah keselamatan pekerja sebagai suatu perlindungan
bagi keamanan dan kesehatan pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja. Agar keselamatan
pekerja dapat tercapai, persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain terdapatnya standardisasi
kompetensi, tempat kerja dan lingkungan kerja yang baik, prosedur kerja dan menggunakan
alat pelindung diri (APD) bagi yang bekerja di tempat berbahaya.

Saat ini, kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi diatur dalam payung legislasi Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, termasuk pengaturan
dibidang keselamatan. Undang-Undang ini menggantikan Undang-Undang Nomor 44 Prp.
Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1962 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1962 tentang Kewajiban Perusahaan Minyak Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri, dan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Negara.

Berdasarkan Pasal 66 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 2001, bahwa segala peraturan
pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 44 Prp. Tahun 1960 dan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1971 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti
dengan peraturan baru berdasarkan Undang-undang ini. Salah satu perangkat regulasi
keselamatan migas yang masih digunakan hingga saat ini adalah Mijn Politie Reglement
Staatsblad 1930 Nomor 341 tentang Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, yang merupakan
aturan keselamatan kerja sejak jaman penjajahan Belanda.

Prinsip dasar pengaturan keselamatan pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi adalah Pasal
40 ayat (2) UU 22 Tahun 2001 bahwa Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup dan menaati ketentuan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku dalam kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi.
Sesuai Pasal 40 ayat (6), UU 22 Tahun 2001 juga mengamanatkan untuk mengatur lebih
lanjut ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan
hidup dalam suatu Peraturan Pemerintah. Saat ini Direktorat Jenderal Migas sedang
menyusun regulasi berupa Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai keselamatan pada
kegiatan usaha minyak dan gas bumi. Seiring dengan perkembangan waktu dan teknologi,
kebijakan-kebijakan baru keselamatan migas yang terkait dengan peralatan dan instalasi juga
telah diterapkan, antara lain inspeksi berdasarkan resiko (Risk Based Inspection/RBI) dan
penilaian sisa umur layan untuk peralatan yang sudah melewati umur desain (Residual Life
Assesment/RLA). Kebijakan keselamatan operasi migas yang sedang disusun yaitu mengenai
Sistem Manajemen Keselamatan Migas (SMKM), yang kedepan akan menjadi tolok ukur
dalam pembinaan dan pengawasan keselamatan pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi.

3. Rangkum dan jelaskan apa yang anda ketahui tentang K3 Pertambangan Batubara!

Jawab :
Kegiatan pertambangan mineral dan batubara (minerba) memiliki risiko yang lebih besar atas
terjadinya kecelakaan kerja, dan timbulnya penyakit akibat pekerjaan pertambangan.
Sehingga perlu dilakukan pemenuhan tanggung jawab dan kepatuhan terhadap Permen
ESDM No 38 Tahun 2014. Permen ESDM No 38 Tahun 2014 memuat tentang Sistem
Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) Minerba, sehingga perlu implementasi dan
evaluasi terukur terhadap program kerja K3 pertambangan yang bersifat mandatory/wajib
tersebut.

Dasar pemenuhan SMKP adalah sebagai suatu jaminan perusahaan pertambangan terhadap
keselamatan dan kesehatan pekerja pada setiap kegiatan operasional pertambangan, yang
semestinya aman, efisien dan produktif. Pada peraturan SMKP menyatakan perusahaan wajib
menetapkan prosedur K3 Pertambangan dan Bagian KO Pertambangan, berdasarkan
pertimbangan jumlah pekerja serta sifat dan area lokasi pekerjaan. Dalam struktur organisasi
perusahaan, Bagian K3 Pertambangan dan bagian KO Pertambangan harus berada langsung
di bawah KTT atau di bawah PJO untuk perusahaan jasa pertambangan.

Penerapan SMK3P pada perusahaan pertambangan dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
membekali karyawannya dengan cara sebagai berikut:

a. Sosialisasi Kepada Staf

Tidak semua staf paham dengan aturan dan hak yang mereka dapatkan. Salah satunya adalah
kebijakan K3 yang bermanfaat untuk keselamatan masing-masing pekerja. Hal ini bisa diatasi
dengan diadakannya sosialisasi dari perusahaan mengenai pentingnya K3. Sosialisasi ini
bertujuan agar setiap staf mampu menjalankan peraturan keselamatan kerja yang berlaku dan
mendapatkan hak sesuai dengan porsinya, sehingga kecelakaan kerja juga bisa diminimalisir.
Ada beberapa instansi yang menyediakan pelatihan penerapan K3 di perusahaan
pertambangan agar pekerja tahu harus melakukan apa ketika terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan.

b. Standarisasi Perlengkapan dan Alat-alat Kerja

Selain memberikan sosialisasi kepada para karyawan, pihak manajemen juga bertanggung
jawab untuk memastikan seluruh peralatan dan semua piranti yang digunakan sudah sesuai
dengan stkamur keamanan. Hal ini penting untuk meminimalisir adanya kecelakaan kerja
karena alat yang digunakan tidak sesuai dengan stkamur yang sudah ditetapkan kementrian.
Saat ini Stkamur Nasional Indonesia (SNI) bisa dijadikan patokan minimum sebagai
parameter apakah perusahaan sudah memiliki perlengkapan yang stkamur.

c. Pengadaan Prasarana yang Bersifat Darurat

Tidak hanya pengadaan alat yang digunakan secara umum, namun pihak perusahaan juga
mempunyai tugas dalam menyediakan peralatan yang diperlukan saat terjadi kejadian tidak
terduga. Dengan begitu, kecelakaan kerja yang dikarenakan kesalahan teknis bisa lebih
diminimalisir atau ditangani lebih dini.
d. Pemantauan Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang aman dan kondusif tentu menjadi idaman setiap pekerja. Agar
produktivitas para karyawan di area tersebut bisa terjaga dengan baik, maka perusahaan harus
memperhatikan hal ini. Jika bagian teratasi, bukan tidak mungkin perusahaan juga memiliki
produktivitas yang tinggi. Bagian-bagian yang tidak boleh luput dari pemantauan biasanya
dicek pada intensitas cahaya, kebersihan dan sanitasi area, polusi, dan lain-lain.

e. Program Sertifikasi Karyawan

Kegiatan ini perlu dibekalkan untuk para personel teknis yang mempunyai risiko kecelakaan
kerja tinggi ketika mengoperasikan alat-alat berat. Singkatnya, tenaga ahli ini sudah dibekali
dengan keahlian yang sah sebelum diperbolehkan menjalankan mekanisme alat berat
tersebut. Selain personel teknis, personel non teknis juga perlu disertifikasi untuk mengetahui
kompetensi dibidangnya, salah satunya dengan mengikutsertakan personel tersebut untuk
mengikuti program pelatihan dan sertifikasi Pengawas Operasional Pertama (POP)
Pertambangan sertifikasi BNSP.

f. Menjamin Keselamatan Tamu

Sеlаіn memberikan jaminan keselamatan untuk pekerja internal, keselamatan tamu yang
berkunjung ke area pertambangan juga menjadi tanggung jawab perusahaan. Komite K3 ini
harus memberikan panduan selama perjalanan bagi para tamu hingga mereka selesai
melakukan kunjungan ke area pertambangan.

4. Jelaskan faktor-faktor risiko K3 bagi nelayan yang anda amati dari foto-video
nelayan di Delta Mahakam!

Jawab :

Dari foto-video yang saya amati terhadap nelayan di Delta Mahakam, ada beberapa faktor
risiko K3 yang dapat dilihat, seperti mulai dari alat hingga cara menangkap ikan pun
masih terbilang menggunakan peralatan sederhana/seadanya dan tradisional. Tentu saja
hal ini memiliki pengaruh bagi K3 nelayan tersebut dalam pekerjaannya. Misalnya saja
kondisi arus sungai yang tidak terduga misalnya tiba-tiba deras alirannya. Tidak menutup
kemungkinan perahu kayu yang digunakan bisa terbalik. Apalagi di atas perahu tidak
tersedia alat pelindung diri contohnya saja seperti baju pelampung dimana sewaktu-waktu
nelayan tersebut bisa saja tenggelam terlebih jika kemampuan dasar dalam berenang tidak
dipahami. Kemudian, jika berbicara pasal pertambangan, tentunya tidak lepas dari kata
pencemaran. Bukan hanya perairan terkait, tapi mencakup segala ekosistem yang ada di
bawahnya seperti ikan dan lain sebagainya. Sehingga hal ini akan menyebabkan segala
ekosistem yang berada di sekitar area pertambangan tersebut juga akan terkontaminasi
zat-zat berbahaya yang apabila dikonsumsi maka akan membahakan kesehatan. Selain itu,
kecelakaan teknis tak terduga bisa jadi datang dari sekitar pertambangan itu sendiri
sehingga perlu berhati-hati apabila berada di sekitar area pertambangan.

5. Jelaskan faktor-faktor risiko K3 bagi petugas kesehatan/kader dan bagi masyarakat


pada aktivitas di posyandu Delta Mahakam!

Jawab :

Jika kita amati video yang telah ditampilkan saat kuliah kemarin, kita dapat
menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor-faktor dan risiko K3 bagi petugas kesehatan
dan masyarakat pada aktivitas posyandu Delta Mahakam, seperti fasilitas kesehatan yang
kurang memadai yang nantinya dapat berpengaruh terhadap petugas kesehatan dalam
menjalankan tugasnya dan tentunya juga akan menyulitkan masyarakat yang berobat.
Selain itu, air sungai tersebut dapat mengakibatkan posyandu terendam air sehingga akan
sulit bagi petugas kesehatan/kader untuk mensterilisasikan lagi tempat dan alat-alat yang
ada di dalam posyandu tersebut. Terakhir, akses tempatnya pun sulit sehingga ketika ada
pasien gawat darurat yang tidak bisa ditangani di posyandu tersebut, akan sulit untuk ke
RS/fasilitas kesehatan yang lebih memadai.

Anda mungkin juga menyukai