Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM INSPEKSI APAR DAN 5R

DI PERUSAHAAN ROKOK GAMA

Kelompok IV
(Kelas A)

1. Ade Wahyu Ristiyono (R0017003)


2. Amalia Ayu Ramadhani (R0017011)
3. Dita Ayu Rahmadani (R0017035)
4. Farah Nur Perdani (R0017045)
5. Fitri Mela Cahyaningsih (R0017047)
6. Hana Septianasari (R0017049)
7. Heddy Zilla Sekar Tanjung (R0017053)
8. Jenita Berlian Nindyasari (R0017063)
9. Maharani Sylvia Devi (R0017071)
10. Noviana Ristika Sari (R0017083)
11. Rizka Kurnia Putri (R0017095)

PROGRAM STUDI D3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
PENGESAHAN

Laporan Inspeksi dan Investigasi Kecelakaan Kerja

Laporan Praktikum Inspeksi APAR dan 5R di Perusahaan Rokok GAMA

Kelompok IV
(Kelas A)

telah disahkan pada:

Hari................ Tanggal..................................2019

Dosen Pengampu,

Yeremia Rante Ada', S.Sos, M.Kes


NIP. 197901152010122002

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan ......................................................... Error! Bookmark not defined.
C. Manfaat ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II LANDASAN TEORI ................................ Error! Bookmark not defined.
A. Tinjauan Pustaka ......................................... Error! Bookmark not defined.
B. Perundang – undangan ............................................................................... 10
BAB III HASIL ..................................................................................................... 12
A. Profil Perusahaan ........................................................................................11
B. Pelaksanaan .................................................................................................11
C. Deskripsi Perusahaan ..................................................................................11
D. Tahapan Inspeksi .........................................................................................12
E. Checklist Inspeksi........................................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................23

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 30


A. Simpulan .................................................................................................... 30
B. Saran ........................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas.
Kejadian kecelakaan kerja 80-85% dipengaruhi oleh faktor manusia.
Pengaruh faktor manusia disebabkan karena tindakan berbahaya yang
dilakukan tenaga kerja dari kurangnya pengetahuan, keterampilan,
ketidakmampuan bekerja secara normal, kelelahan kerja, kurangnya motivasi
dan kepuasan kerja, konsentrasi menurun, stres kerja, sikap cenderung
mencelakai diri serta sikap masa bodoh akan kepatuhan peraturan K3.
Salah satu langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
melaksanakan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja. Inspeksi
keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mendeteksi secara dini dan mengoreksi adanya potensi bahaya di tempat kerja
yang dapat menimbulkan kecelakaan. Potensi bahaya di sini adalah tindakan
dan kondisi tidak aman. Inspeksi dilakukan untuk mencari temuan-temuan
kondisi dan tindakan tidak aman di lapangan yang seterusnya akan dilakukan
tindak lanjut sebagai tindakan perbaikan guna mencegah terjadinya

1
2

kecelakaan serta diharapkan mampu meminimalkan frekuensi kecelakaan


kerja.

B. Tujuan
1. Mengetahui program inspeksi di Perusahaan Rokok Gama.
2. Mengetahui kesesuaian APAR dan 5R Perusahaan Rokok Gama dengan
regulasi.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengetahui program inspeksi di Perusahaan Rokok Gama.
b. Mengetahui kesesuaian APAR dan 5R Perusahaan Rokok Gama dengan
regulasi.
c. Dapat memberi masukan saran terhadap program inspeksi di Perusahaan
Rokok Gama.
2. Bagi program studi D3 Hiperkes & Keselamatan Kerja
a. Menambah kepustakaan Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan
Kerja.
b. Sebagai referensi mata kuliah Inspeksi dan Investigasi Kecelakaan
Kerja.
3. Bagi Perusahaan
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai evaluasi dan saran untuk
Perusahaan Rokok Gama.
b. Sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan potensi bahaya
yang menyebabkan Kecelakaan Kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 05/MEN/1996
tentang Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
pasal I disebutkan bahwa tempat kerja ialah setiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, di udara
yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia, yang
ruang lingkupnya ditentukan oleh 3 (tiga) unsur, yaitu :
a. Tempat di mana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja disana
c. Adanya bahaya kerja di tempat itu
Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman, dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan
dengan tempat kerja tersebut. Pengawasan terhadap penerapan
peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja
dilakukan oleh :
a. Pengawas ketenaga kerjaan ( pemerintah)
b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja (perusahaan)
2. Tenaga Kerja dan Lingkungan Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang.
Menurut Alkon, 1998 terdapat 3 unsur dalam setiap tenaga kerja, yaitu :
a. Adanya suatu usaha yang bersifat ekonomi maupun sosial.

3
4

b. Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya baik secara terus


menerus maupun sewaktu-waktu.
c. Adanya sumber bahaya.
Lingkungan kerja merupakan faktor pendorong bagi semangat dan
efisiensi kerja. Lingkungan kerja yang buruk (melampaui NAB yang
ditetapkan) yang melebihi toleransi manusia yang menghadapinya akan
menyebabkan kecelakaan kerja sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan
pekerjaanya tidak mendapat rasa aman, nyaman dan selamat ( Budiono,
Sugeng AM, Jusuf RMS, Pus parini adriana, 2003).
3. Sumber Bahaya
Ada 5 jenis sumber-sumber bahaya di tempat kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (Syukri Sahab, 1997), yaitu:
a. Bangunan, peralatan dan instalasi
b. Bahan
c. Proses
d. Cara kerja
e. Lingkungan kerja, yang terdiri dari :
1) Faktor lingkungan fisik
2) Faktor lingkungan kimia
3) Faktor lingkungan biologi
4) Faktor fisik kerja atau ergonomi
5) Faktor psikologi
4. Potensi Bahaya
Potensi bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau
berpotensi terjadinya kejadian kecelakaan berupa cidera, penyakit,
kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional
yang telah ditetapkan. Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang
beresiko menyebabkan terjadinya kecelakaan antara lain disebabkan oleh
beberapa faktor (Tarwaka, 2008) yaitu :
a. Kegagalan komponen, antara lain berasal dari :
1) Kegagalan yang bersifat mekanis
5

2) Kegagalan sistem pengaman yang disediakan


3) Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan
b. Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan, yang bisa terjadi
akibat :
1) Kegagalan pengawasan atau monitoring
2) Kegagalan pemakaian dari bahan baku
3) Terjadinya pembentukan bahan antara, bahan sisa dan
sampah berbahaya
c. Kesalahan manusia dan organisasi
1) Kesalahan operator atau manusia
2) Kesalahan sistem pengaman
3) Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya
4) Kesalahan komunikasi
5) Melakukan pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai
prosedur kerja
aman
d. Pengaruh kecelakaan dari luar, yaitu terjadinya kecelakaan dalam
suatu industri akibat kecelakaan lain yang terjadi di luar pabrik,
seperti :
1) Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk
2) Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan
3) Kecelakaan pada pabrik disekitarnya, dll.
e. Kecelakaan akibat adanya sabotase
Yang bisa dilakukan oleh orang luar ataupun dari dalam pabrik,
biasanya hal ini akan sulit untuk diatasi atau dicegah, namun faktor
ini frekuensinya sangat kecil dengan faktor penyebab lainnya.

5. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan,
tidak terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak ada unsur-unsur
kesengajaan lebih-lebih adanya unsur perencanaan, tidak diharapkan
6

karena peristiwa kecelakaan menimbulkan adanya kerugian baik itu


materiil maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang
paling berat (Suma’mur, 1996). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang
dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti
maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau
yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).
Ada 2 faktor penyebab terjadinya kecelakaan yaitu :
a. Unsafe Action (tindakan tidak aman)
Yaitu suatu tindakan atau tingkah laku yang tidak aman sehingga
dapat menyebabkan kecelakaan kerja, misalnya :
1) Cara kerja yang tidak benar
2) Sikap kerja yang tergesa-gesa
3) Kekurang pengetahuan dan ketrampilan
4) Kelelahan dan kejenuhan, dll.
b. Unsafe Condition ( kondisi tidak aman)
Yaitu kondisi lingkungan kerja yang mengandung potensi atau faktor
bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, antara lain :
1) Keadaan mesin, peralatan kerja.
2) Lingkungan kerja ; licin, panas, terlalu dingin, terlalu panas,
berdebu, dan terdapat bahan beracun dan berbahaya.
6. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
alat kerja, peralatan, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur,
1996). Adapun tujuan dari keselamatan kerja itu sendiri menurut
Suma’mur, 1996 adalah sebagai berikut :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta
produktivitas nasional
7

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.


c. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efisien.
7. Inspeksi Keselamatan Kerja
Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi
adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman dan segera memperbaikinya
sebelum kondisi dan tindakan sempat menyebabkan suatu kecelakaan
(Sucofindo, 1998). Maksud dan tujuan inspeksi keselamatan kerja untuk
meniadakan kecelakaan dengan jalan mengamati penyebab kecelakaan
sedini mungkin dan segera melakukan pembetulan sebelum kecelakaan
terjadi. Setiap inspeksi keselamatan kerja harus mampu mengamati baik
kondisi yang berbahaya maupun tindakan yang tidak aman (PT. Freeport
Indonesia, 1995). Melalui inspeksi keselamatan kerja tidak hanya unsafe
condition dan unsafe action saja yang diamati, tetapi justru bahaya-bahaya
yang terselebung dibalik kedua kondisi tersebut perlu ditelusuri dan
diungkapkan (Alkon, 1998). Selain itu maksud dan tujuan dari inspeksi
keselamatan kerja yaitu :
a. Menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang aman serta yang bebas
dari
bahaya.
b. Menemukan perilaku kerja orang supaya mempunyai sikap kerja
selamat.
c. Memelihara kualitas produksi dan operasional yang menguntungkan.
d. Mengamati penerapan atau pelaksanaan norma-norma keselamatan
kerja.
e. Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada.

8. Macam Inspeksi Keselamatan Kerja


Ada macam – macam inspeksi keselamatan kerja yang diadakan di suatu
perusahaan. Inspeksi pada umumnya meliputi :
a. Inspeksi Tidak Terencana
8

Inspeksi yang dilakukan hanya sambil lalu, sehingga umumnya


bersifat dangkal dan tidak sistematis, diantaranya sebagai
berikut :
1) Umumnya hanya memeriksa kondisi yang tidak aman.
2) Kondisi tidak aman yang memerlukan perhatian besar
sering terlewati.
3) Perhatian cenderung lebih besar pada kepentingan produksi.
4) Tidak tercatat.
5) Tindakan pembetulan dan pencegahan tidak sampai
mendasar.
b. Inspeksi yang Terencana
Inspeksi yang terencana terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Inspeksi rutin atau umum
Inspeksi rutin terhadap sumber-sumber bahaya ditempat
kerja atau kegiatan identifikasi terhadap tugas-tugas, proses
operasional, perlatan dan mesin-mesin yang mempunyai
resiko tinggi.
2) Inspeksi khusus
Inspeksi khusus merupakan kegiatan inspeksi yang
dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi
hazard terhadap obyek-obyek kerja tertentu yang
mempunyai resiko tinggi yang hasilnya sebagai dasar untuk
pencegahan dan pengendalian resiko di tempat kerja.
Perbadaan antara inspeksi umum dan khusus adalah bahwa
inspeksi umum direncanakan dengan cara walk-through
survey keseluruh area kerja dan bersifat komprehensif,
sedangkan inspeksi khusus direncanakan untuk diarahkan
kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti mesin-mesin, alat
kerja, dan tempattempat khusus yang telah diketahui
mempunyai resiko tinggi (tarwaka, 2008). Inspeksi
keselamatan kerja dilakukan melalui :
9

a. Tahap Persiapan Inspeksi


1) Periksa jadwal dan tim kerja
2) Analisa kecelakaan yang ada
3) Analisa laporan inspeksi yang lalu
4) Buat checklist (daftar periksa)
5) Buat peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi
6) Periksa prosedur kerja atau kartu analisa kerja
7) Rencanakan jalur-jalur inspeksi
8) Anggaran waktu yang cukup
9) Siapkan alat pelindung diri
b. Pelaksanaan inspeksi
1) Pendahuluan Yaitu menghubungi penanggung
jawab bagian yang akan dikunjungi untuk
menjelaskan bahwa akan diadakan inspeksi
diarea kerja.
2) Peta Inspeksi Usahakan mengikuti peta inspeksi
seperti yang telah direncanakan.
3) Pengamatan Mengamati semua kegiatan proses
produksi untuk memastikan ada atau tidaknya
pelanggaran terhadap peraturan keselamatan
kerja.
4) Observasi Observasi tindakan-tindakan
perorangan untuk mencocokan dengan syarat-
syarat keselamatan kerja.
5) Penelitian Penelitian dilakukan untuk
mengumpulkan atau juga cross-check data.
Koreksi Koreksi sementara dengan segera
apabila dalam melaksanakan inspeksi atau
tindakan berbahaya atau
membahayakan.
10

6) Catat Buat catatan ringkas tentang ketidak


sesuaian dan kesesuaian peralatan, tindakan dan
kondisi terhadap standart kemudian periksa
pedoman identifikasi bahaya.

B. Perundang – Undangan
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional. Setiap orang
lainnya yang berada di tempat kerja terjamin pula keselamatannya dan
setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien. Sehubungan dengan itu perlu diadakan segala daya upaya
untuk membina norma-norma perlindungan kerja;
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 tahun 1980 tentang Syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
Untuk mensiapsiagakan pemberantasan pada awal terjadinya
kebakaran, maka setiap alat pemadam api ringan harus memenuhi
syarat-syarat keselamatan kerja;
3. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 07 Tahun 1964 tentang Syarat
Kesahatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
BAB III
HASIL

A. Profil Perusahaan
PR. Gama merupakan salah satu perusahaan yang ada di Karanganyar
yang begerak dalam bidang usaha pembuatan rokok. Perusahaan secara
hukum berdiri dengan Akte Notaris tertangg 1 mei 1997 oleh bapak Saptono
Adi, dengan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) No. 04/11.34/PB/I/1997,
dengan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dari Departemen Perindustrian dan
Perdagangan No.11335303903 pada tanggal 9 Januari 1997 dan nomor pokok
pengusaha Barang Kena Cukai No. 0606.1.3.0393 tanggal 2 April 1997.

B. Pelaksanaan
Hari : Kamis
Tanggal : 24 Oktober 2019
Waktu : 09.00 – 11.00 WIB
Lokasi : PR.Gama (Perusahaan Rokok Gama)
Alamat : Jl. Adi Sumarmo No. 290, Surakarta

C. Deskripsi Perusahaan
Adapun rencana pertama pendirian perusahaan adalah untuk bergerak pada
bidang usaha pembuatan Sigaret Kretek Tangan (SKT). Perusahaan ini oleh
bapak Saptono Adi diberi nama “PR.Gama (Perusahaan Rokok Gama)”.
Gama dalam bahasa Indonesia berarti Tiga Lima, sehingga mudah dikenal
dan gampang dipungut oleh para konsumen.
Karena kemajuan kemajuan yang dicapainya semakin baikdan jumlah
karyawan semakin meningkat maka untuk meningkatkan produksinya, maka
perusahaan memproduksi Sigaret Kretek Mesin (SKM) pada bulan Agustus
1997.

11
12

Perusahaan rokok GAMA yang didirikan oleh bapak Saptono Adi ini
mempunyai beberapa tujuan yang menjadi pegangan baik dalam formula
perencanaan kerja maupun dalam pelaksanaan hingga pengawasan.
Tujuan didirikanya perusahaan ini adalah :

1. Mendapatkan keuntungan sebagai sumber penghasilan khususnya dan


untuk kepentingan kepentingan perusahaan dalam mengembangkan dan
meningkatkan Pabrik Rokok GAMA.

2. Memberikan kepuasan kepada konsumen melalui produk yang


dihasilkannya.

3. Dengan adanya efektivitas produksi akan menambah kemakmuran


masyarakat sekitarnya dengan menciptakan lapangan kerja. Sehingga
berarti pula membantu program pemerintah dalam usaha mengurangi
tingkat pengangguran, di samping itu bisa menambah pendapatan
pemerintah melalui sektor pajak

D. Tahapan Inspeksi
Pelaksanaan inspeksi yang dilakukan di PR. Gama dilakukan dalam 4 tahap
yaitu:

1. Tahapan persiapan

Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain :

a. Melakukan observasi sebelum inspeksi pada hari Rabu tanggal 23


Oktober 2019, dengan tujuan mengetahui area mana saja yang harus
di inspeksi

b. Menyiapkan tim inspeksi yang terdiri dari 11 orang, kemudian dibagi


disetiap area tempat kerja

c. Menentukan area yang akan di inspeksi, di PR. Gama sendiri memiliki


area produksi 1, produksi 2, gudang dan kantor

d. Menyiapkan form checklist dan alat tulis


13

e. Menentukan waktu dilaksanakan inspeksi, kelompok kami melakukan


inspeksi pada hari Kamis 24 Oktober 2019 pada jam 09.00-11.00

f. Melakukan briefing kepada tim inspeksi maupun pihak perusahaan

2. Tahap pelaksanaan

a. Anggota kelompok yang sudah dibagi area inspeksinya langsung


menuju area tersebut

b. Setiap anggota melihat keadaan di lapangan secara seksama dan teliti


sesuai standar

c. Mencatat adanya temuan di lapangan serta menanyakan kepada


pekerja untuk klarifikasi kemudian memberikan saran dan tindak
lanjut

3. Tahap pelaporan

a. Kelompok membuat laporan hasil inspeksi yang sudah dilakukan di


lapangan serta temuan yang dapat menimbulkan potensi bahaya

b. Laporan diserahkan kepada pihak perusahaan

4. Tahap tindak lanjut inspeksi


Dari laporan hasil inspeksi kelompok kami memberikan tindak lanjut
berupa saran kepada pihak perusahaan sesuai dengan temuan yang
berpotensi bahaya yang bertujuan agara pelaksanaan k3 di perusahaan
dapat menjadi lebih baik.

E. Checklist Inspeksi
Inspeksi yang dilakukan di PR. Gama adalah inspeksi 5R dan inspeksi
APAR. Adapun checklist yang digunakan untuk penilaian inspeksi adalah
sebagai berikut :
14

1. Checklist 5R

CHECKLIST PENILAIAN
INSPEKSI 5R

Penilaian inspeksi dibagi dengan kategori :

KATEGORI SINGKATAN

Sangat Baik SB

Baik BA

Sedang S

Buruk BU

Sangat Buruk SBr

Sektor / Area Tanggal

Auditor

No Item Kriteria Evaluasi SB BA S BU SBr

1 Lantai dalam keadaan bersih


LANTAI Lantai sudah aman untuk dilalui
2
orang/barang

Tembok bersih dari kotoran /


3
bercak-bercak

4 RUANGAN Langit-langit bersih dari kotoran

5 Tidak ada kabel berserakan

6 Barang yang tidak berguna


15

disingkirkan

Jaringan kabel sudah tertata


7
ringkas dan aman

Adanya garis khusus untuk area


8
berjalan

9 Pencahayaan yang cukup

10 Ventilasi yang memadai

11 Terdapat label pada material

Penempatan material tersusun


12
rapi
MATERIAL DAN
Tata letak alat produksi yang
13 ALAT
tertata rapi
PRODUKSI
14 Alat produksi tidak kotor

Alat produksi terawat dengan


15
baik

Sudah ditempatkan di tempat


16
yang jelas
ALAT
Posisi dan letaknya mudah
KESELAMATAN
17 dijangkau jika memerlukan
DAN
dengan cepat
KEBERSIHAN
Alat keselamatan dan kebersihan
18
terawat dengan baik

Datang ke tempat kerja tepat


19
waktu

Menerapkan jadwal kegiatan


20 PEKERJA
bersih-bersih

Taat pada peraturan dan tata


21
tertib
16

Auditor Perusahaan Gama

2. Checklist 5R Area Kantor

CHECKLIST PENILAIAN
INSPEKSI 5R

Penilaian inspeksi dibagi dengan kategori :

KATEGORI SINGKATAN

Sangat Baik SB

Baik BA

Sedang S

Buruk BU

Sangat Buruk SBr

Sektor / Area Kantor Tanggal

Auditor

No Item Kriteria Evaluasi SB BA S BU SBr


17

1 Lantai dalam keadaan bersih


LANTAI Lantai sudah aman untuk dilalui
2
orang/barang

Tembok bersih dari kotoran /


3
bercak-bercak

4 Langit-langit bersih dari kotoran

5 Tidak ada kabel berserakan


RUANGAN
Barang yang tidak berguna
6
disingkirkan

Jaringan kabel sudah tertata


7
ringkas dan aman

Alat tulis sudah diletakan pada


8
tempatnya
ALAT TULIS
Peletakannya sudah aman dari
9
area sekitar

Dokumen sudah diletakan sesuai


10
tempatnya dan ringkas

Lingkungan sekitar dokumen


DOKUMEN DAN
11 tersebut sudah cukup aman
ALMARI
untuk meletakan barang

Almari sudah mempunyai label


12
identitas yang jelas

Sudah ditempatkan di tempat


13
yang jelas
ALAT
Posisi dan letaknya mudah
KESELAMATAN
14 dijangkau jika memerlukan
DAN
dengan cepat
KEBERSIHAN
Alat keselamatan dan kebersihan
15
terawat dengan baik
18

Auditor Perusahaan Gama

3. Checklist APAR

CHECKLIST PENILAIAN
INSPEKSI APAR

Sektor / Area No. APAR

Tanggal Kapasitas

Tahun
Auditor
Pembelian

No Bagian Ya Tidak Keterangan

I. Tabung APAR

1 Nomor Sesuai

1 Penempatan Benar

2 Peralatan Layak dan Mudah Dicapai

3 Peralatan Bersih

II. Identifikasi APAR


19

1 Data Kelas Kebakaran

2 Data Media Pemadam

3 Petunjuk Instruksi Penggunaan

4 Data Nomor Peralatan

5 Tanggal Label Pemeriksaan

III. Berat Isi

1 Cukup (tidak <10% dari berat normal)

IV. Indikator Tekanan

1 Tali Seal Pengaman

2 Pin Pengaman

3 Jarum Penunjuk Tekanan Normal

4 Kondisi Fisik Indikator

V. Corong Penyemprot

1 Bersih (tidak ada gangguan)

VI. Penempatan APAR

APAR dapat dijangkau dengan mudah dan tidak


1
terhalang

2 APAR diletakan pada area yang telah ditetapkan

APAR disimpan dengan cara digantung atau di


3
kotak di penyimpanan khusus

APAR digantung pada ketinggian tidak lebih dari


4
120 cm

VII. Kelengkapan APAR

1 Terdapat Kartu Pemeriksaan APAR

2 Tanda Petunjuk Terbaca Jelas


20

APAR yang diperiksa sudah termasuk dalam


3
Daftar APAR

Auditor Perusahaan Gama

4. Hasil Inspeksi 5R
a. Area Produksi 1 / Sigaret Kretek Tangan (SKT)
Item lantai : Sedang, baik
Item Ruangan : Sangat baik, baik, sedang, buruk
Item material dan alat produksi : Sangat baik, sedang, buruk,
sangat buruk
Item alat keselamatan dan kebersihan: Buruk
Pekerja : Baik, sangat buruk
b. Area Produksi 2 / Sigaret Kretek Mesin (SKM)
Item lantai : Sedang
Item Ruangan : Baik, sedang, buruk
Item material dan alat produksi : Baik, sedang, buruk
Item alat keselamatan dan kebersihan: Sedang, buruk
Pekerja : Sangat baik, baik, sedang
c. Area Gudang
Item lantai : Buruk
Item Ruangan : Buruk, sangat buruk
Item material dan alat produksi : Sangat buruk
21

Item alat keselamatan dan kebersihan: Buruk, sangat buruk


Pekerja : Buruk, sangat buruk
d. Area Kantor
Item lantai : Baik
Item ruangan : Baik, sedang, buruk
Item alat tulis : Sedang
Item dokumen dan almari : Sedang, sangat buruk
Item alat keselamatan dan kebersihan: Sedang, buruk

5. Hasil Inspeksi APAR


a. Area Produksi 1 / Sigaret Kretek Tangan (SKT)
Tabung APAR : Tidak sesuai
Identifikasi APAR : Data media pemadam dan nomor peralatan
tidak sesuai
Berat isi : Sesuai
Indikator tekanan : Tali seal pengaman dan kondisi fisik
indikator tidak sesuai
Corong penyemprot : Tidak sesuai
Penempatan APAR : Tidak sesuai
Kelengkapan APAR : Tanda petunjuk terbaca jelas sesuai
b. Area Produksi 2 / Sigaret Kretek Mesin (SKM)
Tabung APAR : Nomor tidak sesuai
Identifikasi APAR : Data nomor peralatan tidak sesuai
Berat isi : Sesuai
Indikator tekanan : Sesuai
Corong penyemprot : Sesuai
Penempatan APAR : Ssesuai
Kelengkapan APAR : Tanda petunjuk terbaca jelas sesuai
c. Area Gudang
Tabung APAR : Nomor dan peralatan bersih tidak sesuai
Identifikasi APAR : Data nomor peralatan tidak sesuai
22

Berat isi : Sesuai


Indikator tekanan : Sesuai
Corong penyemprot : Tidak sesuai
Penempatan APAR : Sesuai
Kelengkapan APAR : Tanda petunjuk terbaca jelas sesuai
d. Area Pos Satpam
Tabung APAR : Tidak sesuai
Identifikasi APAR : Data nomor peralatan tidak sesuai
Berat isi : Sesuai
Indikator tekanan : Pin pengaman sesuai
Corong penyemprot : Tidak sesuai
Penempatan APAR : Tidak sesuai
Kelengkapan APAR : Tanda petunjuk terbaca jelas sesuai

*Hasil checklist inspeksi terlampir


BAB IV
PEMBAHASAN

A. Inspeksi 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)


1. LANTAI
a. Pada item 1.1 lantai dalam keadaan bersih pada area produksi 1
dan produksi 2 termasuk dalam kategori sedang karena masih
terdapat debu-debu pada lantai dan tidak dibersihkan secara
berkala,pada area gudang justru buruk karena debu dibawah sangat
tebal. Pada area kantor masih dalam keadaan baik.
b. Item 1.2 lantai sudah aman dilalui barang pada area produksi 1
masuk kategori baik sedangankan dan produksi 2 sedang karena
penataannya masih kurang sesuai dan terlalu sempit untuk lalu
lalang terutama forklift. Pada area gudang masuk kategori buruk
karean penataanya juga tidak sesuai bahkan terlihat seperti
terbengkalai.

Hal diatas masih kurang sesuai dengan Peraturan Menteri


Perburuhan No.7 tahun 1964 Pasal 4 ayat yang berbunyu “lantai
harus dibersihkan pada waktu-waktu tertentu sehingga selalu dalam
keadaan bersih ”
2. RUANGAN
a. Pada item 2.3 tembok bersih dari kotoran/bercak-bercak pada
produksi 1 termasuk pada kategori sedang pada produksi 2 dan
gudang masuk dalam kategori buruk karena masih terdapat
beberapa kotoran di tembok,pada area kantor masuk dalam
kategori baik.
b. Item 2.4 langit-langit bersih dari kotoran area produksi 1 dan
produksi 2 masuk pada kategori baik sedangkan pada area gudang
masih dalam kategori buruk karena jarang dibersihkan,pada area
kantor masuk kategori baik.

23
24

c. Item 2.5 tidak ada kabel berserakan pada area produksi 1 termasuk
kategori sangat baik,pada area produksi 2 dan kantor termasuk
kategori sedang karena memang terdapat beberapa kabel yang
berserakan. Pada area gudang termasuk kategori buruk karena
terdapat banyak kabel yang berserakan .
d. Item 2.6 barang yang tidak berguna disingkirkan area produksi 1
masuk kategori sedang karena masih terdapat beberapa barang
yang disigkirkan pada produksi 2,gudang,dan kantor masih buruk
karena banyak barang yang tidak berguna disingkirkan.
e. Item 2.7 jaringan kabel sudah tertata ringkas dan aman pada area
produksi 1 termasuk kategori sangat baik,pada produksi 2 dan
kantor termasuk kategori sedang karena masih terdapat beberapa
jaringan kabel yang belum tertata ringkas,area gudang masih
dalam kategori buruk karena banyak jaringan kabel yang tidak
tertata.
f. Item 2.8 adanya garis khusus untuk area berjalan pada area
produksi 1 dan produksi 2 masuk kategori buruk karena tidak ada
garis khusus untuk berjalan namun diberikan area untuk berjalan.
Sedangankan pada area gudang masuk dalam kategori buruk
karena tidak ada garis khusus untuk berjalan serta penataan barang
juga tidak jelas.
g. Item 2.8 alat tulis sudah diletakkan pada tempatnya pada area
kantor termasuk kategori sedang karena masih ada beberapa alat
tulis yang diletakkan tidak pada tempatnya.
h. Item 2.9 pencahayaan yang cukup pada area produksi 1 masuk
kategori baik karena ruangannya sudah cukup terang untuk
bekerja,untuk produksi 2 masuk kategori sedang karena tidak
seterang area produksi 1 serta pada area produksi 2 terdapat mesin-
mesin pembuat rokok filter. Pada area gudang pencahayaannya
masih buruk.
25

i. Item 2.9 alat tulis peletakannya sudah aman dari area sekitar pada
area kantor masuk kategori sedang karena masih terdapat bebrapa
alat tulis yang peletakannya tidak aman dari area sekitar.
j. Item 2.10 ventilasi yang memadai pada area produksi 1 dan
produksi 2 masuk kategori baik terdapat ventilasi yang cukup pada
area tersebut. Pada area gudang masuk kategori buruk karena
ventilasi sedikit dan kotor.

Hal ini harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri Perburuhan


No.7 tahun 1964 Pasal 10 ayat 2 yang berbunyi “setiap tempat
kerja harus mendapat penerangan yang cukup untuk melakukan
pekerjaan” serta pasal 11 ayat 1 “jendela-jendela,lobang-lobang
atau dinding gelas yang dimaksudkan untuk memasukkan cahaya
harus selalu bersih danluas seluruhnya harus 1/6 daripada luas
lantai tempat kerja”

k. Item 2.10 dokumen sudah diletakkan sesuai tempatnya dan ringkas


pada area kantor masuk kategori sedang karena masih terdapat
dokumen-dokumen yang ditaruh dan ditumpuk dimeja.
3. MATERIAL DAN PRODUKSI
a. Item 3.11 terdapat label pada material,pada area produksi 1 dan
gudang masuk kategori sangat buruk karena tidak adanya label
pada material-material yang berada di area produksi 1. Pada
produksi 2 sudah kategori baik.
b. Item 3.11 lingkungan sekitar dokumen sudah cukup aman untuk
meletakkan barang, pada area kantor masuk kategori sedang karena
meja menjadi lebih sempit sehingga tidak terlalu aman untuk
meletakkan barang.
c. Item 3.12 penempatan material tersusun rapi,pada area produksi 1
dan produksi 2 termasuk kategori sedang karena memang tidak
terlalu rapi tempat penyusunan material kemasan rokoknya. Pada
26

area gudang justru sangat buruk karena box-box rokok tidak ditata
dengan rapi bahkan seperti terbengkalai.
d. Item 3.12 almari sudah mempunyai label identitas yang jelas,pada
area kantor termasuk kategori sangat buruk karena tidak terdapat
label identitas pada almari.
e. Item 3.13 tata letak alat produksi yang tertata rapi ,pada area
produksi 1 sudah masuk kategori sangat baik,pada area produksi 2
masih kategori sedang karena tata letaknya masih membingungkan.
Pada area gudang masih sangat buruk karena tidak ditata dengan
rapi serta seperti terbengkalai.
f. Item 3.14 alat produksi tidak kotor,pada area produksi 1 dan
produksi 2 termasuk kategori sedang karena masih terdapat
beberapa alat produksi yang berdebu . pada area gudang masih
sangat buruk..
g. Item 3.15 alat produksi terawat dengan baik,pada area produksi 1
dan produksi 2 termasuk kategori sedang karena tidak semua alat
produksi terawat dengan baik. Pada area gudang masih sangat
buruk karena alat produksi sangat berdebu dan tidak terawat.
4. ALAT KESELAMATAN DAN KEBERSIHAN
a. Item 4.13 sudah ditempatkan ditempat yang jelas,pada area kantor
masuk pada kategori sedang karena tidak terdapat apar serta sapu
hanya ditaruh tidak digantung.
b. Item 4.14 posisi dan letaknya mudah dijangkau jika memerlukan
dengan cepat,pada area kantor masih kategori buruk,karena tedapat
alat kebersihan yang sulit dijangkau.
c. Item 4.15 terawat dengan baik,pada area kantor masih buruk
karena tidak terwatnya alat kebersihan
d. Item 4.16 sudah ditempatkan ditempat yang jelas,pada area
produksi 1 masih buruk karena apar tidak terawat dan diletakkan
dibawah serta berdebu. Pada area produksi 2 masuk kategori
27

sedang disini apar digantung tidak lebih dari 125m. pada area
gudang masih sangat buruk karena tidak adanya alat kebersihan.
e. Item 4.17 posisi dan letaknya mudah dijangkau jika memerlukan
dengan cepat,pada area produksi 1 masih buruk karena apar tidak
terawat dan diletakkan dibawah serta berdebu. Pada area produksi
2 masih buruk karena letak apar terlalu jauh dari tmpat
produksinya. Pada area gudang juga buruk karena apar terletak
didekat pintu keluar.
f. Item 4.18 terawat dengan baik,pada area produksi 1 masih buruk
karena seperti tidak terawat serta diletakkan dibawah untuk tanggal
diperiksa kembali juga sudah lama yaitu tahun 2017. Pada area
produksi 2 dan gudang juga buruk karena berdebu.
5. PEKERJA
a. Item 5.19 datang ditempat kerja tepat waktu,pada area produksi 1
kategori baik dan produksi 2 sangat baik,namun pada area gudang
masih buruk.
b. Item 5.20 menerapkan jadwal bersih-bersih,pada area produksi 1
dan produksi 2 masuk kategori baik, pada area gudang masih buruk
sehingga gudang sangat kotor dan tidak terawat.
c. Item 5.21 tata pada peraturan dan tata tertib,pada area produksi
1dan produksi 2 masuk kategori sedang karena pekerja tidak
memakai apd masker yang dihimbau oleh perusahaan,sedangkan
diarea gudang masih sangat buruk.

B. Inspeksi APAR
1. TABUNG APAR
a. Untuk penomoran pada tabung apar di area produksi 1, area
produksi 2, gudang dan di pos satpam Pabrik Rokok Gama
ditemukan tidak terdapat nomor apar yang sesuai.
b. Sesuai dengan Permenakertrans No. 4 Tahun 1980 tentang Alat
Pemadam Api Ringan, pada area produksi 1 dan pos satpam
28

penempatan apar tidak benar karena diletakkan dibawah dan


terhalang oleh berbagai alat. Pada area produksi 2 dan gudang
sudah sesuai dengan apar digantung dan mudah dicapai.
c. Apar harus dalam keadaan bersih, namun pada area produksi 1,
gudang dan di pos satpam apar dalam keadaan berdebu dan tidak
bersih. Hanya apar pada area produksi 2 yang masih dalam keadaan
bersih.
2. IDENTIFIKASI APAR
a. Pada setiap apar yang berada di Pabrik Rokok Gama telah terdapat
data kelas kebakaran, petunjuk instruksi penggunaan dan tanggal
label pemeriksaan. Namun belum terdapat data nomor peralatan di
setiap apar yang berada di pabrik tersebut.
b. Data media pemadam hanya terdapat pada area produksi 2, gudang
dan pos satpam. Sedangkan pada area produksi 1 belum terdapat.
3. BERAT ISI
Berat isi seluruh apar di pabrik Gama masih dikategorikan cukup
atau tidak kurang dari 10% dari berat normal.
4. INDIKATOR TEKANAN
a. Untuk pin pengaman seluruh apar masih terdapat pin pengaman.
Namun untuk tali seal pengaman pada area produksi 1 dan pos
satpam tidak ada. Sedangkan pada area produksi 2 dan gudang
masih terdapat seal pengaman pada apar.
b. Lalu jarum penunjuk tekanan normal terdapat pada apar area
produksi 1, produksi 2 dan gudang. Hanya pada apar pada pos
satpam yang tidak memiliki jarum penunjuk tekanan normal.
c. Kodisi fisik indikator apar pada area produksi 1 dan pos satpam
tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan kondisi
fisik indikator pada apar area produksi 2 dan gudang sudah sesuai.
5. CORONG PENYEMPROT
Pada apar yang terdapat di area produksi 1, gudang dan pos satpam
corong penyemprot ditemukan dalam keadaan tidak bersih dan
29

terdapat sarang laba laba dan debu. Hanya pada apar area produksi 2
saja yang corongnya masih dalam keadaan bersih.
6. PENEMPATAN APAR
a. Pada area produksi 1 dan pos satpam, apar tidak dapat dijangkau
dan terhalang. Selain itu apar tidak diletakkan secara digantung
pada ketinggian tidak lebih dari 120cm atau di kotak penyimpanan
khusus serta tidak diletakkan pada area yang telah di tetapkan.
b. Kemudian pada area produksi 2 dan gudang, apar diletakkan pada
area yang telah ditetapkan, mudah untuk dijangkau dan tidak
terhalang benda disekelilingnya. Apar diletakkan secara digantung
dengan ketinggian tidak lebih dari 120cm.
7. KELENGKAPAN APAR
Pada seluruh apar yang terdapat pada pabrik rokok gama tersebut,
tidak terdapat kartu pemeriksaan apar dan apar yang telah diperiksa
tidak termasuk dalam daftar apar. Namun, tanda petunjuk pemakaian
terbaca jelas di setiap aparnya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi
adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman dan segera memperbaikinya
sebelum kondisi dan tindakan sempat menyebabkan suatu kecelakaan
(Sucofindo, 1998).

Kelompok kami melakukan inspeksi terkait 5R dan APAR di


Perusahaan Rokok Gama. Saat inspeksi, kami menemukan
ketidaksesuaian antara regulasi dengan keadaan di perusahaan, salah
satunya pada inspeksi 5R, keadaan lantai di Perusahaan Rokok Gama
masih kurang sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun
1964 Pasal 4 karena masih terdapat debu-debu pada lantai dan tidak
dibersihkan secara berkala. Tetapi kami juga menemukan kesuaian dengan
regulasi, seperti ventilasi ruangan pada area produksi sudah cukup baik
sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 Pasal 10
ayat 2.

Pada inspeksi APAR, area produksi 1 dan pos satpam penempatan


APAR tidak benar karena diletakkan dibawah dan terhalang oleh berbagai
alat, hal tersebut belum sesuai dengan Permenakertrans No. 4 Tahun 1980.
Sedangkan pada area produksi 2 dan gudang sudah sesuai dengan
Permenakertrans No. 4 Tahun 1980, yaitu APAR yang telah digantung dan
mudah dicapai.

B. Saran
1. Pekerja diharapkan melakukan kebersihan secara menyeluruh baik
sebelum pekerjaan dimulai dan setelah pekerjaan selesai.
2. Ruangan yang masih terdapat kabel berserakan dan barang yang tidak
terpakai harap diringkas.

30
31

3. Perusahaan harap memberi pelabelan pada material yang ada di area


produksi 1.
4. Perusahaan harap merapikan box-box rokok yang terdapat di gudang
agar lebih memudahkan dalam pengambilan barang.
5. Perusahaan harap memberi pelabelan identitas yang jelas pada almari
yang berada di area kantor.
6. Perusahaan harap mempelajari kembali cara perawatan dan peletakan
alat keselamatan dan kebersihan yang baik dan benar.
7. Perusahaan lebih mengetatkan tata tertib untuk pekerja menggunakan
APD berupa masker.
8. Perusahaan lebih memperhatikan penomoran pada tabung APAR di
setiap gedung.
9. Perusahaan lebih memperhatikan kebersihan corong penyemprot juga
peletakan APAR yang harus digantung, mudah dijangkau, dan tidak
terhalang apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Winarsi. 2015. Laporan Magang BAB 1 Pendahuluan.


http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/158/jtptunimus-gdl-dwiwinarsi-7867-
2-babi.pdf (Diakses pada 29 Oktober 2019 Pukul 15.37 WIB)

Kartika Candra. 2009. Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


sebagai Tindakan Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja di PT. Coca-Cola
Bottling Indonesia Central.
https://core.ac.uk/download/pdf/12349846.pdf. (Diakses 29 Oktober 2019)

32
LAMPIRAN

33
35

Anda mungkin juga menyukai