Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i
1.5.3 Pelaksanaan....................................................................................................... 4
iii
BAB III HASIL PENGAMATAN .................................................................................... 13
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 22
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
membayangkan begitu saja bahaya dan resiko yang terjadi pada
berbagai proses di tempat laundry.
Beberapa bahaya dan resiko kerja yang mungkin terjadi di tempat
laundy, mulai dari bahaya yang timbul karena alat alat yang adahingga
karena paparan bahan kimia yang terdapat pada pewangi, deterjen atau
pemutih pakaianyang biasanya di pakai.
Praktik Belajar Lapangan pada Kedokteran Okupasi atau Plant
Survey adalah suatu kunjungan ke perusahaan atau komunitas pekerja
baik formal atau informal dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai cara kerja pekerja, bahaya potensial yang dihadapi. Apabila
dilakukan hanya pada satu kali kunjungan dan tidak melakukan
pengukuran, juga sering disebut sebagai walk through survei. Dengan
melakukan Walk Through Survey ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi pekerja laundry tersebut dalam menungkatkan kualitas
kesehatan dan keselamatan diri saat bekerja.
1.2 Tujuan Praktik Belajar Lapangan
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa secara langsung melihat lingkungan kerja
dan proses kerja pekerja laundry yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan dan kecelakaan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi bahaya potensial atau faktor
risiko terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja di
tempat laundry
2. Mampu mengidentifikasi gangguan kesehatan yang
mungkin timbul dengan adanya bahaya potensial tertentu di
tempat laundry
3. Mampu menjelaskan upaya perlindungan dan pencegahan
yangdapat dilakukan pekerja laundry
2
4. Mampu memberikan rekomendasi untuk perbaikan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di tempat
laundry.
1.3 Manfaat Praktik Belajar Lapangan
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan dan menambah pengetahuan mahasiswa
terhadap kondisi nyata di perusahaan, tentang Kedokteran Okupasi
khususnya Kesehatan Keselamatan Kerja dan Sistem Manajemen
Kesehatan Keselamatan Kerja di tempat laundry.
b. Bagi Tempat kerja
Memberikan saran dan masukan sesuai observasi yang
dilakukan terhadap pelaksanaan sistem keselamatan kerja di tempat
laundry dan memotivasi agar lebih meningkatkan kualitas serta
pengawasan kesehatan keselamatan kerja tersebut.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1. Ruang Lingkup Keilmuan
Kegitan ini adalah kegiatan dibidang Ilmu Kedokteran
Okupasi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
1.4.2. Ruang Lingkup Tempat
Kegiatan ini berlokasi di tempat laundry Kelurahan
Ketileng.
1.4.3. Ruang Lingkup Waktu
Waktu pada kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 13
Agustus 2019
1.5 Metode Pengumpulan Data
1.5.1. Sumber Data
Dalam penulisan laporan ini penulis memperoleh data dengan
cara:
3
1. Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung di
lapangan.
2. Wawancara
Untuk melengkapi data, maka penulis mengadakan
wawancara dengan tenaga kerja yang bersangkutan.
1.5.2. Lokasi
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini :
Nama : Laundry Jasmine
Alamat : Jalan Ketileng Timur XI no. 10, Sendangmulyo,
Semarang
1.5.3. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi :
1. Tahap Persiapan
Membaca dan mempelajari kepustakaan yang
berhubungan dengan bahaya potensial (fisik, kimia,
ergonomic, biologi dan psikososial) perusahaan yang
meliputi limbah dan sanitasi lingkungan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kunjungan dilakukan pada hari Selasa
tanggal 13 Agustus 2019, dimulai pada pukul 13.00 WIB-
14.30 WIB. Kegiatan meliputi inform consent dari pihak
tempat kerja kemudian dilanjutkan dengan wawancara dan
observasi tempat kerja.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
ingestion (melalui mulut kesaluran percernaan), atau skin contac
(melaui kulit). Terjadinya pengaruh potensi bahan kimia ini terhadap
tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari : jenis bahan kimia atau
kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap), daya racun
bahan (toksisitas), cara masuk kedalam tubuh.
3. Potensi bahaya biologis
Yaitu potensi bahaya yang bersal atau ditimbulkan oleh kuman-
kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu.
4. Potensi bahaya ergonomi
Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan
ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma norma
ergonomi yang berlaku, didalam melakukan pekerjaan serta peralatan
kerja, termasuk sikap kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang
tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja
ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
5. Potensi bahaya psiko-sosial
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-
aspek psikologi ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti penempatan tenaga kerja yang tidak
sesuai dengan bakat, minat , kepribadian, motivasi, temperamen atau
pendidikannya, system seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh,
serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut menyebabkan terjadinya
stress akibat kerja.
6
6. Potensi bahaya dari proses produksi
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai
kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat
tergantung dari bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis
kegiatan yang dilakukan.
2.2 Monitoring Potensial Hazard
Monitoring potensial hazard adalah suatu proses interaksi yang digunakan
oleh organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
menanggulangi bahaya di tempatnya guna mengurangi risiko akibat bahaya
tersebut.6 Monitoring potensial hazard dilakukan maksimal 1 (satu) bulan
sekali. Tahapan monitoring potensi bahaya antara lain :.7
a. Identifikasi bahaya kerja
Identifikasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan
untuk mendeteksi adanya ancaman bahaya ditempat kerja. Langkah ini
merupakan hal yang pertama dilakukan dalam monitoring bahaya kerja
sebelum evaluasi yang mendetail dilaksanakan. Identifikasi bahaya kerja
meliputi pengukuran kasar bahaya di lingkungan kerja.8 Langkah pertama
untuk menghilangkan atau mengendalikan hazard adalah dengan
mengidentifikasi atau mengenali kehadiran hazard di tempat kerja. Pada
saat mengidentifikasi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan yang
berhubungan dengan proses kegiatan akan mempertimbangkan
Hazard/bahaya yang meliputi 9
1) Fall Hazard, misalnya : terjatuh dari ketinggian, tertimpa
benda/material (Hazard Code : FH).
2) Machinery Entrapment, misalnya terjepit v-belt, terpotong, luka
akibat mesin (Hazard Code : ME).
3) Noise Hazard, bahaya kebisingan (Hazard Code : NH).
4) LEV Hazard, bahaya debu, uap beracun yang memerlukan Local
Exhaust ventilation (Hazard Code : LH).
7
5) Manual Handling Hazard, bahaya akibat melakukan aktivitas
handling manual seperti terkilir, penyakit yang timbul akibat aspek
ergonomi, dsb (Hazard Code : MHH).
6) Fire Hazard, bahaya kebakaran (Hazard Code : FRH).
7) Material handling Equipment/Pedestrian Collision, bahaya yang
timbul dari peralatan untuk handling dan bahaya tertabrak (Hazard
Code : PC).
8) Confined Space Hazard, bahaya berada dalam ruang terbatas
(Hazard Code : CSH).
9) Chemical Exposure, bahaya terpapar bahan kimia (Hazard Code
:CE).
10) Electrical Hazard, bahaya listrik misalnya kesetrum, dsb (Hazard
Code : EH).
11) Energy Hazard, bahaya dari energi, misalnya steam, panas, dsb
(Hazard Code : HEH).
10
yang bersifat irreversible,
tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Ektrem Kematian
Likelihold/ 1 2 3 4 5
(Kemungkinan)
5 5 10 15 20 25
à 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5
11
2. Substitusi
Mengganti bahan, material atau proses yang berisiko tinggi
terhadap bahan, material atau proses kerja yang berpotensi risiko
rendah.
3. Pengendalian rekayasa
Mengubah struktural terhadap lingkungan kerja atau proses kerja
untuk menghambat atau menutup jalannya transisi antara pekerja dan
bahaya.
4. Pengendalian administrasi
Mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan
memenuhi prosedur atau instruksi.Pengendalian tersebut tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5. Alat pelindung diri
Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai upaya pengendalian
terakhir yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari
bahaya yang ditimbulkan(9).
12
BAB III
HASIL PENGAMATAN
No Sumber Hasil
Hazard
1. Fisik Setrika
2 Kimia Deterjen
3 Biologi -
13
laundry ramai
L S Hasil Ket
1 Tersentuh Fisik 3 2 6 Risiko sedang
setrika yang
panas yang
menyebabkan
luka bakar
14
4. Stress terjadi Psikologi 3 1 3 Resiko ringan
apabila orderan
laundry ramai
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil Ket
1 Tersentuh setrika yang panas Fisik 8 Risiko Penggunaan Alat
yang menyebabkan luka sedang Pelindung Diri.
bakar Dapat
menggunakan
sarung tangan
Ruang kerja digunakan untuk tempat laundry dan kamar kost putri.
Tempat laundry Jasmine terdapat bagian untuk mencuci, menjemur,
menyetrika, serta packing atau pengemasan ke dalam plastik. Pada lantai 1
didapatkan bahaya potensial (hazard) berupa hazard fisik, ergonomi dan
psikologi.Hazard fisik didapatkan adanya kipas angin beresiko tinggi untuk
jatuh karena faktor lamanya penggunaan kipas angin itu sendiri dan penutup
kipas anginnya sudah tidak ada.
Hazard fisik pada pekerja adalah terdapatnya kabel strika yang
menggantung di atas kepala pekerja yang dapat menyebabkan terjatuhnya
stop kontak lepas dan dapat menimpa kepala. Sebaiknya stop kontak
16
diletakan di atas meja yang di gunakan untuk menyetrika pakaian dan di
susun dengan rapi.
Hazard kimia pada pekerja adalah terdapatnya kontak langsung
dengan detergen yang dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan. Sebaiknya
pekerja menggunakan alat pelindung diri agar terhindar dari kontak langsung
dengan detergen, karena kontak langsung dengan detergen secara terus
menerus merupakan faktor resiko dari dermatitis kontak iritan.
Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap
atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara
lain:
1. Inhalasi (menghirup) : Dengan bernapas melalui mulut atau hidung,
zat beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat
istirahat menghirup sekitar lima liter udara per menit yang
mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti
fiber/serat, dapat langsung melukai paru-paru. Lainnya diserap ke
dalam aliran darah dan mengalir ke bagian lain dari tubuh.
2. Pencernaan (menelan):Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika
makanmakanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang
terkontaminasi atau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di
udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir
dari mulut, hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang
sama sebagai makanan bergerak melalui usus menuju perut.
3. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif:Beberapa di
antaranyaadalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah,
biasanya melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga
masuk melalui luka dan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan
medis).
Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja akibat bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan
pengendalian lingkungan kerja secara teknis sehingga kadar bahan-bahan
17
kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui nilai ambang batas
(NAB).
Beberapa hal yang dapat mencegah atau mengurangi bahaya dari
hazard kimia, yaitu:
1. Kemampuan bahan kimia untuk menghasilkan dampak kesehatan
negatif (sifat beracun). Semua bahan kimia harus dianggap sebagai
sumber potensi bahaya sampai dampak bahan kimia tersebut
sepenuhnya diketahui
2. Wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat membantu
untuk menentukan bagaimana mereka bisa kontak atau masuk ke
dalam tubuh dan bagaimana paparan dapat dikendalikan
Bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan risiko kimia
misalnya dengan memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber
polutan, menggunakan rotasi pekerjaan untuk mempersingkat pajanan
pekerja terhadap bahaya;
18
mengganti kursi yang tidak ada sandaran dengan kursi yang ada sandaran
agar duduk pekerja menjadi tegak lurus, akibat dari posisi tegak lurus itu
dapat menyebabkan LBP ( Low Back Pain).
Hazard pskologi pada pekerja adalah terdapat stressor karena semakin
banyak pekerjaan yang dilakukan maka semakin banyak pula jam kerja
yang di gunakan, perubahan jam kerja ini cukup memberatkan karena pada
jam tersebut dapat di gunakan untuk mempersiapkan kebutuhan keluarga
dan istrahat pekerja.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bahaya potensial yang ada di tempat laundry jika di biarkan lama
kelamaan akan menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja.
5.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
22
23