Anda di halaman 1dari 65

Edukasi, KONSELING dan

Family Conference

Dea Amarilisa Adespin


Topik 1. Edukasi Kesehatan
Definisi
 Edukasi adalah upaya sadar dan sistematis untuk
mencapai taraf hidup ataupun kemajuan yang
lebih baik

 Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan


kemampuan seseorang melalui teknik praktik
belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk
mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara
memberi dorongan terhadap pengarahan diri
(self direction) dan aktif memberikan informasi-
informasi atau ide baru
Definisi

Edukasi Kesehatan adalah kegiatan


meningkatkan pengetahuan kesehatan
perorangan mengenai pengelolaan faktor risiko
penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam upaya meningkatkan status kesehatan,
mencegah timbulnya kembali penyakit dan
memulihkan penyakit
Tujuan Edukasi Kesehatan
 Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di
masyarakat.

 Menolong individu agar mampu secara


mandiri/berkelompok mengadakan kegiatan untuk
mencapai tujuan hidup sehat.

 Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat


sarana pelayanan kesehatan yang ada.

 Mengubah pemahaman individu, kelompok, dan


masyarakat di bidang kesehatan agar mencapai tujuan
hidup sehat
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN :

Ada 3 macam metode pendidikan


kesehatan:
1. Metode Pendidikan Kesehatan
Individual

2. Metode Pendidikan Kesehatan


Kelompok

3. Metode Pendidikan Kesehatan


Massal/Publik
Metode Pendidikan Individu
 Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling) 
kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek, dan dibantu
penyelesaiannya.

 Interview (Wawancara)  untuk menggali informasi


mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.
Metode pendidikan kesehatan kelompok

Kelompok kecil Adl. apabila


Kelompok besar peserta penyuluhan kurang
Adl. apabila peserta dari 15 org.
penyuluhan lebih
dari 15 org. Metode yg baik antara lain :
-Diskusi Kelompok
Metode yg baik -Brain Storming
antara lain : -Buzz group
- Ceramah -Snow Balling
- Seminar -Role Play
-Simulation Game
dll
Metode pendidikan kesehatan
Ceramah
 Metode ini baik utk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah

Seminar
 Suatu penyajian (presentasi) dari beberapa ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat

 Metode ini sesuai untuk sasaran kelompok besar


dengan pendidikan menengah keatas.
Diskusi Kelompok
 Pimpinan diskusi/ penyuluh juga duduk diantara peserta shg tidak
menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi

 Setiap anggota harus merasa dlm taraf yg sama shg masing-


masing punya keterbukaan dlm mengeluarkan pendapat atau
informasi

 Utk memulai, pimpinan harus mengeluarkan pancingan-


pancingan s/d topik yg dibahas.

 Pemimpin harus mengarahkan dan mengatur kelompok


sedemikian rupa shg semua org dapat kesempatan berbicara,
dan tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta
Brain Storming
 Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok
 Prinsipnya sama dengan diskusi kelompok. Bedanya
pada permulaannya dimana pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap
peserta memberikan jawaban-jawaban atau
tanggapan.
 Tanggapan/ jawaban tsb ditampung dan ditulis dalam
daftar flipchart atau papan tulis
 Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh diberi komentar oleh siapapun
 Setelah semua peserta mengeluarkan pendapatnya,
maka tiap anggota boleh mengomentari, shg akhirnya
terjadi diskusi
Snow Balling
 Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah
 Setelah kurang lebih 5 menit, tiap 2 pasang bergabung
menjadi satu, mereka tetap mendiskusikan masalah tsb dan
mencari kesimpulannya
 Kemudian tiap 2 pasang yang sdh beranggotakan 4 org tsb,
bergabung lagi dengan pasangan lainnya.
 Proses ini berlanjut terus hingga akhirnya akan terjadi diskusi
seluruh anggota kelompok
Buzz Group
 Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil (buzz group)
 Kemudian masing-masing kelompok kecil diberi
suatu permasalahan (bisa sama/ berbeda)
 Kelompok kecil tsb mendiskusikan masalah yang
didapat shg di hasilkan suatu kesimpulan
 Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok kecil
didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya
Role Play
 Beberapa anggota kelp. ditunjuk sbg pemegang peran
tertentu utk memainkan peranan, misalnya sbg dokter
puskesmas, sbg perawat atau bidan dan sebagainya,
sedangkan anggota yg lain sbg pasien atau anggota
masyarakat.

 Mereka memperagakan misalnya bagaimana interaksi/


komunikasi sehari-hari dlm melaksanakan tugas
Simulation Game
 Merupakan gabungan antara role play dgn diskusi
kelompok
 Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa
bentuk permainan.

 Cara memainkannya seperti bermain monopoli, dgn


menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah) atau yang
lain. Beberapa org mjd pemain, sebagian yg lain
berperan sbg nara sumber
Metode Pendidikan Massa
 Mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang sifatnya
massa atau public
 Menggunakan pendekatan massa. (Tanpa membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social, tingkat
pendidikandll).
 Biasanya menggunakan atau melalui media massa.
 Contoh : ceramah umum (public speaking), pidato-pidato
diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik tv
maupun radio, tulisan-tulisan di majalah/koran/billboard,
spanduk poster dan sebagainya
Alat bantu pendidikan kesehatan
Ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga),
antara lain:
 Alat bantu melihat (visual aids) Alat ini ada 2
bentuk. (1) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide,
film, film strip dan sebagainya. (2) Alat-alat yang
tidak diproyeksikan: bagan, gambar, peta, dll

 Alat-alat bantu dengar (audio aids), Misalnya :


kaset, CD, radio, dll.

 Alat bantu lihat-dengar, seperti televisi dan video


cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih
dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA)
Topik 2. Konseling
Asumsi yang salah

 Konselor mendengarkan lalu memberi saran

 Makin banyak bertanya, makin banyak


informasi

 Persetujuan dan simpati = empati


Konseling BUKAN…..

 Mengarahkan pada sudut pandang konselor


 Memberikan nasihat
 Mengobrol
 Interograsi dan menghakimi
 Mengharapkan klien berperilaku spt konselor
 Terlibat secara emosional dengan klien
 Memberi solusi
Definisi Konseling
 Sebuah proses dalam membantu klien oleh orang yang
terlatih untuk menyelesaikan masalah individual, sosial
dan psikologis

 Membantu fokus pada perasaan, pengalaman atau


perilaku dengan target menfasilitasi perubahan yang
positif

 Rasa percaya (trust) dan kerahasiaan (confidentiality)


Konseling
 Fokus pada klien
 Proses timbal balik, kerjasama dan menghargai
 Menuju tujuan
 Membangun tanggung jawab diri terhadap klien
 Memperhatikan latar belakang sosial budaya
 Mengajukan pertanyaan, menyediakan informasi,
mengulas informasi dan mengembangkan rencana
aksi
Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling adalah :

 Membantu setiap individu untuk berperan sendiri dalam


hidupnya

 Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan


bijak dan realistik

 Menuntun perilaku

 Memberikan informasi
Teknik dasar konseling
 Attending behavior
a. Active Listening
b. Empathy

 Reflecting Skills:
a. Reflecting Feelings
b. Restating/Reframing
c. Affirmation
d. Summarising

 Probing/Action Skills:
a. Asking Questions (Clarifying)
b. Interpretation or Making Statements
c. Confrontation or Challenging
d. Information Sharing and Education
Attending Behaviour
 = orientasi pada klien baik secara fisik maupun
psikologis
 Untuk menjalin rapport
 Dilihat dari sikap tubuh konsellor 
keterlibatan, keterbukaan,
 tidak defensif
 Sikap tubuh condong pada klien dan fleksibel
 Kontak mata
Sikap Tubuh

S : Sit, Face your client squarely, smile and nod at client


O : Open and non judgemental facial expression
L : Lean towards client
E : Eye-contact in a culturally-acceptable manner
R : Relaxed and friendly manner
Mendengarkan
 Mendengarkan adalah keterampilan konseling yang cukup
rumit.

 Menurut Lunsteen mendengarkan adalah “the process by


which spoken language is converted to meaning in the mind”.

 Definisi yang lain diajukan oleh Steil “Listening is a complex,


learned human process of sensing, interpreting, evaluating,
storing and responding to oral messages”.

 Mendengarkan tidak hanya sekedar memberikan perhatian


penuh kepada seseorang yang berbicara, tetapi juga harus
menyadari bahwa orang yang berbicara tersebut melihat
apakah kita mendengarkan pembicaraannya.
Menurut Egan perilaku berikut merupakan perwujudan
effective listening:

1. duduk berhadapan dengan lawan bicara (sit squarely)

2. posisi tubuh yang menunjukkan keterbukaan, jangan


bersilang lengan atau kaki (maintain an open position)

3. condongkan tubuh sedikit ke arah lawan bicara (lean


forward)

4. lakukan kontak mata dengan lawan bicara


secukupnya (maintain reasonable eye contact)

5. santai waktu mendengarkan (relax).


Respon Minimal
 Biarkan klien tahu kalau kita memperhatikan
 Membantu menciptakan kondisi yang empatis
 Memberi respon singkat :
 Verbal : …”ya.”, …”baik”…, “ehm…”, lalu? Dsb
Nonverbal : SOLER
 Gerakan yang cepat dapat mengganggu klien
 Situasi “diam” dapat memberi kesempatan bagi klien
utk berpikir
 Mata klien akan “berbicara” (apakah ia sudah berhenti
berpikir dll)
Empati
 Mengkomunikasikan kembali hal yang ditangkap
konselor terkait dengan pangalaman, perilaku,
perasaan, sudut pandang, keputusan maupun rencana
klien
 Mengerti/ memahami apa yang dirasakan oleh klien

 Respon EMPATI
a. Respon non verbal : mengangguk, menggelengkan
kepala, ekspresi wajah, kontak mata dll
b. Respon verbal minimal : “saya mengerti”, ohh.., ya...,
bisa ceritakan lebih banyak?
Refleksi (Reflecting Skills)
 mengungkapkan kembali apa yang sudah diceritakan
 Dapat digunakan untuk memeriksa pemahaman kita

Restating/reframing
 Nyatakan bahwa konselor memahami.
 Ulangi isi dan perasaan dalam pesan yang disampaikan klien
dengan menggunakan bahasa sendiri

Mhsw X : “saya sudah berusaha sangat keras untuk belajar


materi itu lagi, tapi waktu ujian selalu hasilnya tidak sesuai
yang saya harapkan..”
Konselor (pengajar) : Jadi anda kecewa dengan kemampuan
anda…
Afirmasi

 Acknowledge, menegaskan atau mendukung (pilihan,


pengetahuan atau perilaku) klien
 ~ reward/compliments
 Mulai dengan afirmasi kehadiran
 Target : klien mampu melakukan afirmasi utk dirinya
 “You should be very proud of yourself for …
 Anda perlu memberi penghargaan untuk diri sendiri
karena…
• Penting untuk “empowering
Summarising
 Menyampaikan kembali hal penting, perasaan atau
topiktertentu yang diceritakan klien
 Untuk me-review sesi tersebut lalu membuat prioritas
dan fokus pada konseling selanjutnya
 Berguna pada awal dan akhir sesi
 Berguna untuk transisi

Probing
 Kemampuan konselor mendorong klien untuk terbuka
lebih lanjut serta membantu klien untuk lebih fokus
pada situasi yang dialaminya
Pertanyaan terbuka
 Jawabannya tidak dibatasi
 Memberikan kesempatan kepada klien untuk
menjelaskan apa yang ingin disampaikan
 Memberikan informasi yang luas, 4W 1H

Pertanyaan tertutup
 Jawabannya terbatas dan biasanya pendek
 Pertanyaan tertutup berguna mendapatkan detil
khusus
Pertanyaan Terbuka

PERTANYAA MEMBANTU
N TERBUKA PROSES

Pertanyaan terbuka dimulai dengan: 4 W


 what, who, where, when

Membantu kita memahami dan menggali


Why not Why

Menuntut alasan dan


KENAPA penjelasan (dari
tindakan/perasaan kita)

Menuntut pertanggungjawaban
(penjelasan logis)

Membuat seseorang cemas


Defensive dan merasa
disalahkan
Bedakan...

 Pertanyaan 1 Kenapa kamu tidak bilang


terkesan kalau kamu kesulitan dalam
menyalahkan mata kuliah itu??

 Pertanyaan 2 lebih
Kira-kira apa yang
mudah dijawab,
menyebabkan nilaimu
mengajak klien
kurang baik ??
berpikir.
Sikap Konselor yang baik:

1. Konfidensial dapat 8. Tidak menghakimi


dipercaya/menyimpan 9. Selalu mengendalikan diri
rahasia) 10. Mengenal keterbatasan
2. Percaya diri diri dan merujuk
3. Jujur 11. Tidak menghentikan
4. Mendengar aktif kebebasan perasaan
5. Merespon positif 12. Empati
sepenuhnya 13. Berpengetahuan/kompet
6. Mempercayai klien en
7. Peka pada budaya 14. Bertanggung jawab
 Dalam setiap kegiatan konseling harus ada komunikasi
interpersonal yang baik.

Secara umum keterampilan komunikasi dapat dibagi


menjadi tiga yakni:
1. keterampilan melakukan komunikasi verbal
2. keterampilan melakukan komunikasi non-verbal dan
3. keterampilan mengamati komunikasi verbal dan non-
verbal pasien.
Keterampilan Konseling

Keterampilan konseling dapat dibagi menjadi tiga


kelompok yakni:
a. introduksi (introduction),
b. mendengarkan (listening) dan
c. intervensi (intervention)
Menurut Szas dan Hollender terdapat tiga model dasar
hubungan antara petugas kesehatan-pasien,yakni :

a) activity-passivity : pada model ini petugas secara aktif


menangani pasien yang bersikap pasif sebagai
penerima pelayanan,

b) guidance-cooperation : dalam hubungan ini pasien


dengan patuh mengikuti perintah petugas kesehatan

c) mutual participation : petugas kesehatan membantu


pasien menolong dirinya sendiri
 Model mutual participation membantu terciptanya
interaksi yaitu petugas dan pasien mempunyai kekuatan
yang sama, tidak bergantung satu sama lain, dan
mencapai kepuasan.

 Model mutual participation akan menjadi lebih penting


dan sesuai, sejalan dengan meningkatnya tingkat
pendidikan dan intelektualitas pasien.
Hambatan Konseling Medik

 Petugas kesehatan sering merasa enggan untuk


melakukan konseling medik karena keterbatasan waktu.

 Konseling medik  memerlukan waktu yang cukup lama.


 Petugas kesehatan perlu menerapkan prinsip pemilihan prioritas
pada pengelolaan pasien  Tidak semua pasien perlu menjalani
konseling medik pada hari yang sama.
 Konseling medik yang murni biasanya tidak perlu dilaksanakan
segera  Dapat diatur waktunya sesuai dengan waktu yang
tersedia baik dari pihak petugas maupun pasien.
Hambatan Konseling Medik

 Keterbatasan keterampilan petugas kesehatan dalam


melakukan konseling medik/komunikasi interpersonal.

 Berbagai penelitian di menunjukkan kesamaan


pendapat bahwa kualitas informasi yang dipertukarkan
antara pasien dengan petugas belum baik  karena
kemampuan keterampilan komunikasi petugas yang
sangat terbatas.
 Petugas kesehatan perlu berlatih meningkatkan
kemampuan komunikasi
Hindari!!!
 Mendesak/mengancam

 Memberikan opini/penilaian

 Mengesampingkan problem klien

 Menginterupsi

 Mengambil alih tanggung jawab

 Memperkeruh suasana

 Menggunakan kata “harus/semestinya”


Topik 3. Family Conference
Pendahuluan
 Family conference adalah salah satu rencana
pengelolaan kesehatan pasien dengan cara :
1. berkomunikasi dengan pasien maupun keluarga
2. membahas informasi penting mengenai pengelolaan
penyakit pasien atau disfungsi keluarga yang
berhubungan dengan penyakit pasien.
Pendahuluan
 Family conference merupakan sarana untuk
membahas rencana perawatan pasien

 pada saat yang sama membantu keluarga untuk


mengoptimalkan manfaat bagi pasien, keluarga dan
dokter.
Pendahuluan
Pengelolaan yang optimal membutuhkan :
1. dukungan dan pengawasan dari keluarga
2. penghargaan terhadap individu dan autonomi
sesuai peran pasien tersebut dalam keluarga

Perlu mengupayakan partisipasi keluarga dalam terapi


penyakit.
Tujuan Family Conference
 Mengetahui keterlibatan keluarga dalam masalah medis pasien
 Berkomunikasi dengan anggota keluarga lain mengenai
manajemen penyakit pasien
 Mengenali adanya masalah perilaku
 Menilai perilaku dan respon emosional keluarga terhadap
masalah pasien untuk memberikan dukungan emosional
 Menyediakan penyuluhan/bimbingan untuk meningkatkan
adaptasi emosi fungsional keluarga terhadap masalah medis
pasien
 Melakukan penilaian awal dalam hubungan dokter-pasien-
keluarga.
Manfaat Family Conference

Family conference bermanfaat untuk :


 memberikan keyakinan keluarga dengan memberikan
pemahaman tentang penyakit dan pengobatan yang
dibutuhkan pasien,
 meyakinkan kesembuhan pasien akan sesuai dengan
harapan keluarga pasien,
 menghubungkan dukungan antara keluarga dengan pasien
dengan berbagi harapan dan empati
 mempertahankan self-efficacy untuk mengelola kebutuhan
pasien.
Mengapa perlu family conference

 Keluarga adalah kawan pasien


 Keluarga adalah sumber informasi yang
luas
 Keluarga memberikan dukungan, arahan,
tindakan, dan pengaruh pada pasien
 Keluarga adalah realitas tentang
bagaimana rencana kemungkinan akan
dilaksanakan di “dunia nyata "
Mengapa keluarga penting pada
pengambilan keputusan akhir?
 Keluarga tahu apa yang terbaik yang pasien
pasti inginkan
 Keluarga lebih peduli kesejahteraan pasien
daripada orang lain
 Pasien ingin keluarga untuk membuat
keputusan dan percaya penilaian mereka
 Keluarga akan hidup dengan konsekuensi
dari keputusan yang lebih jelas daripada
orang lain
 Melakukan family conference sangat membantu proses
penyembuhan pasien, memfasilitasi perubahan gaya hidup,
membantu komunikasi antar dokter dan keluhan keluarga dan
mengikutsertakan keluarga dalam manajemen pasien.

 Family conference dapat memfasilitasi ‘life style modification’,


Pertolongan masa sulit, mis.kematian Perbaikan/compliance,
Persiapan rujukan, dan Penunjang konseling
Peran dokter adalah sebagai
‘moderator’
 Tujuan moderator: Kenal dengan keluarga
 Dapat menyesuaikan diri dengan gaya keluarga
 Dapat mewujudkan komunikasi yang lancar
 Dapat merumuskan tujuan pertemuan
 Dapat memfasilitasi diskusi agar berjalan lancar
 Tersampaikannya informasi kesehatan yang diperlukan
keluarga sekaligus dapat mengidentifikasi sumber dan
dukungan yang ada dalam keluarga
 Dapat menyusun rencana penatalaksanaan yang dimufakati
keluarga
Kapan family conference dilakukan
 Selama dirawat di rumah sakit atau untuk perencanaan
keluar rumah sakit
 Perawatan obstetrik rutin atau anak sehat
 Saat memberitahukan penyakit serius
 Saat penyakit terminal
 Saat membuat keputusan pengobatan yang sulit
Kapan family conference dilakukan

 Penggunaan yang tinggi pelayanan medis


 Kesehatan mental atau masalah penyalahgunaan zat
 Somatisisasi
 Penempatan di panti jompo/perawatan di rumah ,
fasilitas perawatan lanjut, atau rumah sakit
 Kesulitan perkawinan atau seksual
Proses Family Conference
 Mengapa : Memperjelas tujuan konferensi di pikiran
pasien sendiri

 Dimana : Ruangan yang nyaman, privasi dan tempat duduk


melingkar

 Siapa: Pasien ( jika mampu berpartisipasi ); pembuat


keputusan legal; / perawatan kesehatan dari pengacara ;
anggota keluarga; dukungan sosial ; perawatan kesehatan
profesional utama

 Bagaimana/Tahapan :
Bagaimana melakukan family
conference?
 Menjalin kontak perorangan dan peserta
 Membangun pemikiran rasional
 Membuat Hipotesis dan tujuan untuk konferensi
 Menyusun strategi
 Pertimbangkan/mempersiapkan sebuah genogram
 Libatkan anggota keluarga sesegera mungkin dalam
perawatan pasien
 Beritahu setiap anggota keluarga yang ada saat dokter ingin
mengadakan konferensi dan memberitahu mereka alasannya
 Memberikan instruksi spesifik , menekankan pentingnya
konferensi , mengetahui masalah
Tahapan Konferensi Keluarga
Konferensi keluarga dibagi menjadi 3 fase besar yaitu pre-
konferensi, konferensi dan post-konferensi.
A. Tahap pre-konferensi :
1. Set the stage/Persiapan
2. Review genogram/Meninjau genogram keluarga
3. Develop hypothesis/Menyusun hipotesis
Tahapan Konferensi Keluarga
B. Tahap konferensi :
1. Socialize, tahap awal, basa-basi,perkenalandan orientasi
terhadap keluarga.
2. Develop goal, menciptakan sebuah tujuan akhir yang jelas,
singkat dan realistis.
3. Discuss problems/issue. Tahap terpenting. Menentukan
masalah yang dihadapi keluarga dan mendorong keluarga
untuk menentukan masalah.
4. Identify resource. Menentukan daya dari keluarg
dankomunitas sekitarnya.
5. Establish a plan
Tahapan Konferensi Keluarga

C. Tahap post-konferensi
 Berkutat pada pembuatan minutes of meeting.
 Di sini cantumkan siapa saja yang hadir dalam
konferensi,daftar permasalahan, penilaian
fungsionalitas keluarga, kelemahan dan kekuatan dari
keluargaserta rencana pengobatan.
 Jika diperlukan, bisa merevisi genogram dan hipotesis
yang sudah dibuat.
Level keterlibatan dokter terhadap
keluarga
Level keterlibatan dokter terhadap
keluarga
 Level 1 : Minimal Emphasis on The Family : dokter terlibat dengan
keluarga hanya untuk keperluan praktek dan medicolegal saja.
 Level 2 : Providing ongoing medical information and advice : dokter
menyadai hubungan dokter-pasien-keluarga dan berkomunikasi
dengan keluarga terutama mengenai masalah kesehatan.
 Level 3 : Eliciting feeling and providing emotional support : dokter
bertemu dengan keluarga menyediakan informasi dan saran medis,
tetapi juga merespon dan mensupport kebutuhan emosional
anggota keluarga
 Level 4 : Systematic family assesment and planned intervention :
dokter mampu menilai fungsi keluarga dan memberikan intervensi
jangka pendek kepada keluarga
 Level 5 : family Therapy : merencanakan penatalaksanaan yang
terstruktur untuk membuat perubahan mayor dalam sistem
keluarga. Terapi diberikan melalui pelatihan dan supervisi rutin dlm
keluarga
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai