Anda di halaman 1dari 11

MANIFESTASI KLINIS

- Kaki bengkak
- Nyeri punggung
- Keluar darah setelah berhubungan sex
- Keluar cairan dari vagina yang abnormal
- Perdarahan setelah menopause
- Tinja berdarah
- Mens tidak teratur
- Pusing dan kelelahan
- Muncul darah seperti mens
- Perdarahan pada vagina
- Berat badan turun
- Nyeri perut

KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1) klasifikasi berdasarkan
histopatologi, (2) klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks, dan (3)
klasifikasi berdasarkan stadium stadium klinis menurut FIGO.6

Klasifikasi berdasarkan histopatologi



CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal lebih
kurang setengahnya. berdasarkan pada kehadiran dari dysplasia yang dibatasi
pada dasar ketiga dari lapisan cervix, atau epithelium (dahulu disebut
dysplasia ringan). Ini dipertimbangkan sebagai low-grade lesion (luka derajat
rendah).6

CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya,
dipertimbangkan sebagai luka derajat tinggi (high-grade lesion). Ia merujuk
pada perubahan-perubahan sel dysplastic yang dibatasi pada dasar duapertiga
dari jaringan pelapis (dahulu disebut dysplasia sedang atau moderat). 6

CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel. adalah luka derajat
tinggi (high grade lesion). Ia merujuk pada perubahan-perubahan prakanker
pada sel-sel yang mencakup lebih besar dari duapertiga dari ketebalan pelapis
cervix, termasuk luka-luka ketebalan penuh yang dahulunya dirujuk sebagai
dysplasia dan carcinoma yang parah ditempat asal.6

Gambar 2. Klasifikasi Cervical Intraepithelial Neoplasia 6

Klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks



ASCUS (Atypical Squamous Cell Changes of Undetermined Significance)
Kata "squamous" menggambarkan sel-sel yang tipis dan rata yang terletak
pada permukaan dari cervix. Satu dari dua pilihan-pilihan ditambahkan pada
akhir dari ASC: ASC-US, yang berarti undetermined significance, atau ASC-
H, yang berarti tidak dapat meniadakan HSIL. 6

LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion) berarti perubahan-
perubahan karakteristik dari dysplasia ringan diamati pada sel-sel cervical.6

HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion) merujuk pada fakta
bahwa sel-sel dengan derajat yang parah dari dysplasia terlihat. 6

Klasifikasi berdasarkan stadium klinis


Federation Internationale de Gynecologie et d’Obstetrique (FIGO) dan
American Joint Committe on Cancer telah meyusun pembagian stage kanker
serviks, namun yang paling banyak digunakan adalah FIGO.5,6
Table 1. Definisi Stage FIGO5,6

Stage Description Illustration

I Proses terbatas pada serviks  


walaupun ada perluasan ke korpus
uteri

IA Kanker preklinik, hanya bisa di  


identifikasi dengan mikroskop.

IA1 Pengukuran stroma invasi ≤3 mm


dan kedalaman ≤7

IA2 Pengukuran stroma invasi >3 mm dan


< 5mm, kedalaman ≤ 7 mm

IB Lesi terbatas pada cervix, ukuran lesi  


lebih besar dari stage 1A
IB1 Lesi klinik <4 cm

IB2 Lesi klinik >4 cm

II Proses keganasan sudah keluar dari  


serviks dan menjalar ke2/3 bagian
atas vagina dan ke parametrium,
tetapi tidak sampai dinding panggul.

IIA Penyebaran hanya ke vagina,


parametrium masih bebas dari
infiltrat tumor.

IIA1 Lesi klinis ≤4.0 cm.

IIA2 Lesi klinis >4.0 cm.

IIB Penyebaran ke parametrium


uni/bilateral tetapi belum sampai ke
dinding panggul.

III Penyebaran telah sampai ke 1/3


bagian distal vagina / ke parametrium
sampai dinding panggul.

IIIA Penyebaran telah sampai ke 1/3


bagian distal vagina, sedangkan ke
parametrium tidak dipersoalkan asal
tidak sampai dinding panggul.

IIIB Penyebaran sudah sampai ke dinding


panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan
dinding panggul (frozen pelvic)/
proses pada tk klinik I/II, tetapi sudah
ada gangguan faal ginjal.

IV Proses keganasan telah keluar dari  


panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan atau kandung kemih.

IVA Proses sudah keluar dari panggul


kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektum dan atau kandung
kemih.
IVB Telah terjadi penyebaran organ jauh.

Tabel 2. Klasifikasi tingkat keganasan menurut sistem TNM 6


Tingkat Kriteria
T Tidak ditemukan tumor primer
T1S Karsinoma pra invasif (KIS)
T1 Karsinoma terbatas pada serviks
T1a Pra klinik: karsinoma yang invasif terlibat dalam histologik
T1b Secara klinik jelas karsinoma yang invasif
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai
dinding panggul, atau karsinoma telah menjalar ke vagina, tetapi
belum sampai 1/3 bagian distal
T2a Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium
T2b Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium
T3 Karsinoma telah melibatkan 1/3 distal vagina / telah mencapai
dinding panggul (tidak ada celah bebas)
T4 Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rektum, kandung kemih atau
meluas sampai diluar panggul
T4a Karsinoma melibatkan kandung kemih / rektum saja, dibuktikan
secara histologik
T4b Karsinoma telah meluas sampai di luar panggul
Nx Bila memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda -/+
ditambahkan untuk tambahan ada/tidaknya informasi mengenai
pemeriksaan histologik, jadi Nx+ / Nx-.
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk (dari CT Scan panggul,
limfografi)
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan
celah bebas infiltrat diantara massa ini dengan tumor
M0 Tidak ada metastasis berjarak jauh
M1 Terdapat metastasis jarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas
bifurkasio arrteri iliaka komunis.
PATOFISIOLOGI
Petanda tumor atau kanker adalah pembelahan sel yang tidak dapat dikontrol
sehingga membentuk jaringan tumor. Infeksi dimulai dari virus yang masuk kedalam
sel melalui mikro abrasi jaringan permukaan epitel, sehingga dimungkinkan virus
masuk ke dalam sel basal. Sel basal terutama sel stem terus membelah, bermigrasi
mengisi sel bagian atas, berdiferensiasi dan mensintesis keratin. Pada HPV yang
menyebabkan keganasan, protein yang berperan banyak adalah E6 dan E7.
mekanisme utama protein E6 dan E7 dari HPV dalam proses perkembangan kanker
serviks adalah melalui interaksi dengan protein p53 dan retinoblastoma (Rb). Protein
E6 mengikat p 53 yang merupakan suatu gen supresor tumor sehingga sel kehilangan
kemampuan untuk mengadakan apoptosis. Sementara itu, E7 berikatan dengan Rb
yang juga merupakan suatu gen supresor tumor sehingga sel kehilangan sistem
kontrol untuk proses proliferasi sel itu sendiri. Protein E6 dan E7 pada HPV jenis
yang resiko tinggi mempunyai daya ikat yang lebih besar terhadap p53 dan protein
Rb, jika dibandingkan dengan HPV yang tergolong resiko rendah. Protein virus pada
infeksi HPV mengambil alih perkembangan siklus sel dan mengikuti deferensiasi sel.7
Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung
dari kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang menjadi mikro
invasif dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman invasi <1mm dan sel
tumor masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah
terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam
pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin sudah
menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai
karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-occult).
Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfa
regional dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices vagina, korpus
uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat
menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih. Penyebaran limfogen ke
parametrium akan menuju kelenjar limfa regional melalui ligamentum latum,
kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya
secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia di
kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak. 7

DIAGNOSIS
Gejala dan Tanda
Gejala klinis dari kanker serviks sangat tidak khas pada stadium dini.
Biasanya sering ditandai sebagai fluor dengan sedikit darah, perdarahan post koitus
atau perdarahan pervaginam yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada
stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas untuk kanker serviks, baik
berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofilik), fluor albus yang
berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.8
Pada fase prakanker, sering tidak ditandai dengan gejala atau tanda-tanda
yang khas. Namun, kadang dapat ditemui gejala-gejala sebagai berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama makin berbau busuk karena adanya infeksi dan nekrosis
jaringan.
b. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
ke perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
d. Pada tahap invasif dapat muncul cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah
e. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari perdarahan yang abnormal
f. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvic) atau pada daerah perut bagian
bawah bila terjadi peradangan pada panggul. Bila nyeri yang terjadi dari
daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu
masih mungkin terjadi nyeri pada tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus karena kekurangan gizi,
edema pada kaki, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus besar
bagian bawah (rectum), terbentuknya viskelvaginal dan rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala lain yang disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker
serviks itu sendiri. 8

Penegakan Diagnosis
Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah
lanjut. Yang menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk
mencegah kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan
terhadap lesi prakanker serviks. Komponen utama yang saling mendukung
dalam menegakkan diagnosa kanker serviks adalah:
1. Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus
mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks. 8
2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan
kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan
meliputi vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk
membuat diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan
dimana biopsi harus dilakukan. 8
a. Kegunaan : pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosis
histologik tetapi menentukan kapan dan di mana biopsi harus dilakukan.
b. Indikasi : uji skrining positif. Misalnya sitologi HPV atau IVA positif
c. Penilaian : kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vaskular
serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan
metabolik yang terjadi di jaringan serviks
d. Karateristik temuannya adalah perubahan epitel acethowhite pada
serviks setelah pulasan asam asetat.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. 8
4. Tes DNA HPV
Tes HPV DNA genotyping bertujuan untuk mendeteksi DNA (gen) virus
HPV pada sel leher rahim dan menentukan genotipenya. Sediaan yang
diperlukan cukup dari sisa sampel dari pemeriksaan LBC. Tes ini dapat
mendeteksi 15 genotipe resiko tinggi yang merupakan penyebab utama
kanker cerviks yaitu genotype 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 53, 56, 58,
59, 66, 68 dan resiko rendah 6 genotype yaitu 6, 11, 42, 43, 44, dan 81
yang hanya menyebabkan radang dan kutil kulit dan kelamin. 8

REFERENSI

5. FIGO Committee on Gynecologic Oncology: FIGO staging for carcinoma of the


vulva, cervix, and corpus uteri. Int J Gynaecol Obstet 125 (2): 97-8,
2014. [PUBMED Abstract].
6. National Cancer Institute. 2015. Stage Information About Cervical Cancer.
Available at:
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/cervical/HealthProfessional/pa
ge3#figure_420_e
7. American Cancer Society. 2012. Cervical Cancer. Atlanta. American Cancer
Society.
8. Wikjosastro, H.,et all. (editor). Serviks Uterus. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono. 2009. p. 380-387.

Anda mungkin juga menyukai