Anda di halaman 1dari 4

Nama : Septian Harry Wibowo

NIM : 1620221148
Universitas : UPN Jakarta
Stase : IKM

Tugas ujian dr. Syaekhol Bakri, M.PH

1.) Untuk menentukan prioritas masalah menggunakan cara apa saja ?


2.) Untuk mencari penyebab masalah selain fishbone menggunakan apa saja ? dan kapan
dipakainya ?
3.) Jelaskan tentang teori Law-Green (Teori Perilaku) ?
4.) Penanggulangan penyakit KLB ?
5.) Apa yang dimaksud dengan kedokteran wisata dan komunitas ?

“Jawab”

1. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.


Kuantitatif terdiri dari Kriteria matrix, delbeque, Hanlon (kuantitatif), Hanlon (kualitatif),
metode CARL, metode REINKE, metode BRYANT.
Kualitatif terdiri dari metode Delphi, Brainstorming Technique, metode Brainwriting.
Dan juga dapat menggunakan metode MCUA dan USG.
2. Selain fishbone, dapat menggunakan:
a. Analisis Pohon masalah adalah merupakan analisa yang menunjukkan masalah serta
akar akibatnya, yang berarti menunjukkan keadaan sebenarnya atau situasi yang tidak
diharapkan. Analisis pohon masalah membantu untuk menemukan solusi dengan
memetakan sebab dan akibat disekitar masalah utama untuk membentuk pola pikir,
tetapi dengan lebih terstruktur.
Metode pohon masalah adalah metode perencanaan berdasarkan kebutuhan. Analisis
pohon masalah diikuti dengan perencanaan proyek yang aktual. Secara teknis,
pembuatan pohon masalah terbagi menjadi dua yakni 1) identifikasi dan formulasi
masalah; 2) Menyusun hubungan sebab akibat.
b. Pendekatan Sistem
Dengan menggunakan metode input, proses, output.
Dimana input terdiri dari man, money, methode, materials, machine. Sedangkan proses
terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan pelaksanaan) , P3 (Pengawasan,
pengendalian, dan penilaian). Dan output hasil dari kegiatannya.

3. Teori Lawrence-Green (1980) adalah teori yang menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku
itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :

o Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya.

o Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat seperti, puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos
obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung
atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.

o Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan
para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik
dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan
sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh
(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas terlebih lagi petugas
kesehatan. Di samping itu, undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku
masyarakat tersebut.

Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:


B=f (PF, EF, RF )
Keterangan :
B = Behavior
PF = Predisposing Factors
EF = Enabling Factors
RF = Reinforcing Factors
F = Fungsi

4. Penanggulangan penyakit KLB


Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,
mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu
kejadian luar biasa yang sedang terjadi. (PERMENKES RI, no.949, tahun 2004)
Upaya-upaya yang dilakukan haruslah mendapat pastisipasi penuh dari masyarakat
sekitar, agar segala kegiatan yang dilakukan dapat tercapai dengan sempurna. Adapun
upaya penanggulangan KLB meliputi :
1. Penyelidikan epidemiologis.
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina.
3. Pencegahan dan pengendalian.
4. Pemusnahan penyebab penyakit.
5. Penanganan jenazah akibat wabah.
6. Penyuluhan kepada masyarakat.
7. Upaya penanggulangan lainnya.
Selain itu untuk melihat serta mengukur hasil yang telah dicapai, dibutuhkannya
suatu indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan tersebut nantinya akan dijadikan suatu
pedoman tertentu. Adapun indikator keberhasilan penanggulangan KLB, meliputi :
1. Menurunnya frekuensi KLB.
2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
4. Memendeknya periode KLB.
5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.
5. Yang dimaksud kedokteran wisata dan komunitas:
a) Kedokteran wisata adalah Bidang ilmu kedokteran yang mempelajari persiapan
kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan pada orang yang bepergian atau
pada daerah pariwisata.
Dimana pada masalah kesehatan wisata didapatkan dengan cara pendekatan
kesehatan masyarakat (travel health) dengan memanajemen risiko kesehatan yang
ditimbulkan pada saat kegiatan berwisata.
b) Kedokteran komunitas adalah Suatu cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan
interaksi antara individu dengan lingkungannya yang berkaitan dengan sehat dan
sakit, dengan perhatian khusus pada kesehatan penduduk dalam lingkungan
komunitas dimana penduduk itu berada (Coe and Pepper, 1978).
Kedokteran komunitas adalah Suatu cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan
kebutuhan dan kondisi kesehatan dari kelompok-kelompok penduduk yang jelas
jumlah serta susunannya (Lathem, 1979).
Kegiatannya melayani kelompok penduduk dengan pelayanan kedokteran secara
paripurna. Sasarannya kelompok dalam masyarakat (komunitas).

Anda mungkin juga menyukai