Anda di halaman 1dari 12

KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN EVIDENCE-BASED

ISI

1.1 Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence Based

Kesehatan masyarakat berdasarkan evidence-based adalah upaya kesehatan masyarakat yang


menggunakan bukti-bukti yang jelas, eksplisit dan dapat dipertimbangkan oleh hukum, yang
diperoleh melalui berbagai metode penelitian dan evaluasi ilmu sains dan sosial. Jadi dapat
disimpulkan kesehatan masyarakat berdasarkan evidence-based yaitu proses dalam kegiatan
kesehatan masyarakat untuk menentukan suatu tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat berdasarkan data-data yang ada.

1.2 Perbedaan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence-based dengan Kedokteran


Berdasarkan Evidence-based

Kesehatan masyarakat berdasarkan evidence-based tentunya memiliki beberapa perbedaan


denggan kedokteran berdasarkan evidence-based, perbedaan itu terdapat pada orientasi, profesi,
paradigma, dan fokus utama. Berikut dijelaskan perbedaan dari keduanya

No Pembeda Kedokteran Kesehatan Masyarakat


1. Orientasi Satu orang pasien Masyarakat luas (populasi)
2. Etika Personal care dan Public service dengan pandangan
menentukan kesadaran untuk individu perorangan.
tanggung jawab sosial.
3. Profesi Dalam masyarakat Bermaca-macam profesi yang
didefinisikan sebagai satu perannya kurang diketahui oleh
profesi. masyarakat.
4. Paradigma Menempatkan tekanan Melibatkan serangkaian tindakan
secara khusus dalam yang berfokus pada lingkungan,
healthcare. perilaku manusia, gaya hidup, dan
healthcare.
5. Fokus Memberikan diagnosis, Pemeliharaan kesehatan dan
Utama pengobatan, dan perawatan. pencegahan penyakit serta promosi
yang melibatkan pasien dengan
lingkungannya.

1.3 Pendekatan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence-based (PERI Approach)

PERI approach ialah pendekatan yang digunakan untuk kesehatan masyarakat. Menurut
Riegelman (2009) PERI terdiri atas (Problem, Etiology, Recommendations,dan Implementation).

a. Problem; Apa masalah kesehatannya?


b. Etiology; Apa penyebab penyakitnya?
c. Recommendations; Apa tindakan yang dapat mengurangi dampak kesehatan tersebut?
d. Implementation; Bagaimana kita menyelesaikan masalah kesehatan tersebut?

 Problem
Sebelum menyelesaikan suatu masalah kesehatan di masyarakat tersebut tentunya harus
mengetahui terlebih dahulu apa masalah dari kesehatan yang sedang dihadapi suatu
masyarakat.
 Etiology
Setelah mengetahui masalah atau penyakit yang sedang dihadapi masayarakat maka
setelah itu harus mengetahui apa penyebab dari penyakit tersebut.
 Recommendations
Ketika telah mengetahui masalah dan penyebab masalah kesehatan yang diderita suatu
masayarakat maka setelah itu harus mengetahui apa tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi dampak dari penyakit atau masalah kesehatan masyarakat itu sendiri
 Implementation
Setelah mengetahui masalah kesehatan masayarakat tersebut, mengetahui penyebabnya,
telah menentukan tindakan apa yang harus dilakukan, maka setelah itu mengetahui dan
menentukan bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah kesehatan tersebut.

1.4 Langkah-langkah yang Digunakan untuk Mendeskripsikan Masalah Kesehatan


Ada beberapa langkah yang digunakan untuk mendiskripsikan masalah kesehatan yaitu
langkah pertama dalam mengatasi masalah kesehatan adalah menggambarkan atau
mendeskripsikan dampaknya. Dimana perlu dimulai dengan memahami terjadinya kecacatan dan
kematian akibat penyakit itu, yang disebut dengan beban penyakit. Dalam kesehatan masyarakat,
cacat sering disebut Morbiditas dan kematian disebut Mortalitas. Perlu juga menentukan apakah
telah terjadi perubahan terbaru pada dampak penyakit.
Pertanyaan kedua yang perlu ditanyakan yaitu apakah ada perbedaan dalam distribusi
penyakit dan dapatkah perbedaan ini menghasilkan ide-ide dan hipotesis tentang etiologi
penyakit (penyebab). Ini dapat diketahui denggan cara meneliti bagaimana penyakit ini
menyebar atau didistribusikan dalam populasi atau suatu masyarakat. Hal ini disebut distribusi
penyakit. Seorang ahli epidemiologi adalah orang yang bertugas untuk meneliti faktor penyebab
penyakit pada orang atau tempat, atau biasa disebut grup asosiasi. Grup asosiasi ini harus
menyampaikan hipotesis dari penyakit yang dialami.
Sekelompok orang ini dapat dideskripsikan dengan melihat kondisi dan karakteristik
demografinya seperti umur, ras, jenis kelamin, dan faktor sosial ekonomi. Kemudian tidak hanya
itu, kebiasaan atau perilaku orang itu juga harus diperhatikan seperti, merokok, berolahraga,
penggunaan obat-obatan, dan paparan radiasi.
Yang terakhir, ahli epidemiologi akan melakukan pendekatan ilmiah untuk mengetahui
masalah kesehatan yang terjadi. Dalam proses ini, para ahli epidemiologi terkadang masih
mencari adakah penjelasan lain mengenai perubahan distribusi penyakit yang terjadi dan juga
mencari tahu bahwa perubahan tersebut memang nyata atau bersifat artifactual dari proses
pengumpulan data yang telah dilakukan. Ahli epidemiologi kemudian akan mencoba
menentukan apakah asosiasi itu bersifat nyata atau hanya bersifat artifactual. Cara menentukan
hal tersebut dengan melakukan perbandingan. Contohnya adalah dengan membandingkan umur,
umur merupakan suatu yang penting dalam ilmu epidemiolologi karena memiliki keterkaitan
yang kuat dengan terjadinya peyakit.
Dalam melakukan pendekatan ilmiah ahli epidemiologi haruslah memahami lebih dalam
lagi mengenai pengukuran epidemiologi dalam mendeskripsikan masalah kesehatan. Lalu
seorang ahli epidemiologi juga harus dapat mengukur perubahan pada suatu penyakit, kecacatan,
dan kematian, dan dapat menarik angka dari pengukuran tersebut.

1.5 Ukuran-ukuran Epidemiologi yang Digunakan untuk Mengukur Masalah Kesehatan


Masyarakat

Ukuran epidemiologi biasa digunakan untuk mengukur frekuensi masalah kesehatan yang
terjadi di masyarakat. Dan ukuran epidemiologi yang digunakan disini akan sangat beraneka
ragam tergantung dari masalah kesehatan yang ingin diukur ataupun diteliti. Terdapat tiga
ukuran yang digunakan untuk mengukur masalah penyakit (angka kesakitan / morbiditas).

1. RATE

Rate merupakan suatu pernyataan numeris dari frekuensi kejadian yang terjadi dalam suatu
kelompok orang tertentu (didefinisikan) di dalam satu periode waktu tertentu.

Rate = numerator x F
denominator

Keterangan:

 Numerator adalah jumlah orang atau individu yang mengalami peristiwa.


 Denominator adalah jumlah populasi berisiko (jumlah total orang atau keseluruhan
individu yang mungkin mengalami peristiwa).
 F adalah faktor pengali, biasanya kelipatan 10 (10n), mengkonversi rate dari suatu fraksi
ke suatu jumlah keseluruhan.

2. INSIDENS RATE
Insidens rate merupakan cara pengukuran suatu penyakit menggambarkan banyaknya kasus
baru yang terjadi pada suatu populasi yang beresiko terhadap penyakit tersebut selama periode
waktu tertentu.

Incidence Rate = # of new cases of a disease in a year


# of people in the at-risk population

3. PREVALANS RATE

Prevalens merupakan cara merefleksikan jumlah kasus yang ada (lama dan baru) dalam populasi
pada suatu waktu tertentu. Sementara prevalens rate digunakan untuk mengukur banyaknya
orang pada suatu populasi yang telah mendapat penyakit tertentu pada waktu tertentu.

Prevalence Rate = # living with a particular disease


# in the at-risk population
1.6 Cara untuk Menetapkan Penyakit Masalah Kesehatan
Hal pertama yang dilakukan untuk menetapkan penyebab masalah kesehatan ialah
mengidentifikasi pengaruh dari masalah kesehatan tersebut. Hal ini biasa disebut “Burden of
Diseases” atau pokok penyakit. Dalam hal ini harus dapat menentukan perubahan apa saja yang
terjadi akibat adanya masalah kesehatan itu.
Kedua yaitu apakah ada perbedaan dalam penyebaran penyakit itu dan bisakah perbedaan itu
menjadi gagasan penyebab penyakit tersebut. Dalam hal ini ahli epidemiologi membagi faktor
penyebabnya dengan “person” dan “place” untuk melihat pola penyebaran dari masalah
kesehatan ini. Kemudian harus mengetahui bagaimana penyebaran penyakit ini di masyarakat
agar semakin jelas faktor penyebabnya, hal ini disebut distribution of disease. “Person”
berhubungan dengan karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, ras, dan sosio ekonomi.
Juga tidak lupa memasukkan faktor lain yang mungkin berhubungan seperti riwayat merokok,
obat-obatan, olahraga dan sebagainya. ”place” menunjukkan letak geografisnya, seperti pedesaan
atau perkotaan, juga bagaimana hubungan seseorang dengan komunitas di sekitarnya. Jika faktor
dari tipe ini terjadi lebih sering di kelompok yang terjangkit penyakit dinamakan risk indicators
atau risk markers. Pada akhirnya epidemiologi ialah melakukan pendekatan secara ilmiah untuk
mendeteksi masalah kesehatan Para ahli epidemiologi seringkali melakukan perbandingan
kelompok berdasarkan perbedaan rata-rata umur.
Contoh kasusnya ialah pada awal abad ke 20, ada seorang anak di kota Colorado Springs,
Colorado ditemukan mengalami masalah serius dalam hal pengrusakan warna gigi menjadi
coklat. Kondisi ini terjadi pada mereka yang menggunakan air dari sumber yang sama. Ironisnya,
mereka yang mengalami hal itu terlindungi dari gigi berlubang. Penemuan dari factor ”place” ini
menyebabkan dilakukannya penelitian selama dua dekade yang menghasilkan penemuan bahwa
kandungan fluoride di air dapat menurunkan risiko gigi berlubang namun jika digunankan secara
berlebihan dapat menyebabkan gigi menjadi coklat (Riegelman 2009).

1.7 Cara Membuat Rekomendasi untuk Menyelesaikan Masalah Kesehatan Masyarakat


Rekomendasi merupakan kumpulan intervensi yang diambil dari sebuah kasus yang
sudah dipelajari. Rekomendasi ini juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengurangi dampak
kesehatan dan mengindikasikan tindakan apa yang harus diambil dalam mengahadapi sebuah
kasus kesehatan. Ilmu kesehatan masyarakat yang digunakan yaitu, mengombinasikan nilai
kualitas dari suatu kasus dan nilai kualitas dari suatu intervensi. Maka dari itu, evidence-based
recommendations didasarkan pada dua kriteria:

1. Kualitas dari bukti-bukti dan data yang ada


2. Besaran dari dampak.

Kualitas berdasarkan bukti ialah mengembangkan sebuah strategi guna menyelesaikan suatu
masalah. Kualitas bukti ini dinilai berdasarkan tipe penelitian dan seberapa baik penelitian itu
dilakukan serta menuntut adanya penelitian yang mendukung adanya bukti tersebut baik itu
dilihat dari segi keuntungan atau bahayanya.

Besaran dampak, berhubungan dengan seberapa besar disabilitas atau kematian akibat
penyakit yang dapat dihilangkan dengan intervensi. Jangkauan untuk intervensi tersebut meliputi
antar individu, kelompok maupun social. Besarnya dampak ini juga dinilai berdasarkan sejumlah
kategori potensial. Dalam satu sistem yang biasa digunakan, besarnya dampak dinilai sebagai
substansial, sedang, kecil, dan nol / negatif.

Berikut contoh bagiamana cara membuat evidence-based recommendations:

Quality of Magnitude of the impact


the evidence
Net benefit: Net benefit: Net bnefit: Net benefit:
substansial moderate Small Zero Benefit
Good A B C D

Fair B B C D

Poor I I I I

Keterangan nilai A B C D I :

A = Must – Strong recommendation

B = Should – In General, the intervention should be used unless there are good reasons or
contradictions for not doing so
C = May – The use of judgement is often needed on an individual basis. Individual
recommendation depend on the specifics of an individual’s situation, risk-taking
attitudes, and values

D = Don’t – There is enough evidence to recommend against using the intervention

I = Indeterminant, insufficient or I don’t know – The evidence is inadequate to make a


recommendation for or against the use of the intervention at the present time

Adapun contoh dari pembuatan rekomendasi dalam menyelesaikan masalah kesehatan salah
satunya adalah tentang rekomendasi mengenai berhenti merokok. Seorang ahli kesehatan
masyarakat harus mengkaji masalah-masalah tentang bahaya merokok dengan melakukan
penelitian. Penelitian tersebut mencakup tentang apa saja kerugian merokok, bahan kimia yang
terkandung dalam rokok serta penyakit penyakit yang dapat ditimbulkan karena merokok. Hasil
dari penelitian tersebut dikaji dan disusunlah sebuah rekomendasi mengenai langkah yang harus
dilakukan kepada perokok agar berhenti merokok.

1.8 Kerangka untuk Menentukan Implementasi Aksi

Metode atau kerangka untuk menentukan pilihan implementasi aksi yaitu dengan
pendekatan pada “Kapan – Siapa – Bagaimana”.

KAPAN, yaitu menanyakan perihal waktu kejadian penyakit saat intervensi tersebut
terjadi. Waktu intervensi ini terbagi lagi menjadi primary (primer), secondary (sekunder), dan
tertiary (tersier). Intervensi Primer atau primer yaitu sebelum terjadinya penyakit. Maksud
tujuannya untuk mecegah penyakit tersebut terjadi. Selanjutnya Intervensi secondary atau
sekunder yaitu, intervensi ketika masalah penyakit tersebut mulai mucul dan berkembang tetapi
belum adanya gejala penyakit tersebut. Intervensi ini bertujuan untuk mendeteksi sejak dini
penyakit tersebut dan untuk mengurangi kemunculan faktor resiko itu meskipun pasien belum
mengalami gejalas. Kemudian yang terakhir intervensi tertiary atau tersier yaitu, intervensi yang
dilakukan ketika terlah terjadi gejala namun pasien belum mengalami cacat permanen. Tujuan
dilakukannya untuk mencegah resiko-resiko buruk kedepannya yang akan terjadi pada penyakit
tersebut.
SIAPA, yaitu pertanyaan yang merujuk pada siapa akan dilakukan intervensi kesehatan
tersebut. Apakah akan dilakukan kepada individual atau perorangan, pada pelayanan kesehatan,
atau bahkan pada sekelompok orang atau masyarakat. Intervensi ini dilakukan kepada individu
atau orang-orang yang beresiko.

BAGAIMANA, yaitu pertanyaan tentang bagaimana mengimplementasikan intervensi.


Terdapat beberapa klasifikasi dalam intervensi yaitu, informasi (edukasi), motivasi

(dorongan), dan obligasi (kewajiban). Berikut tabel kerangka pilihan implementasi aksi:

WHEN WHO HOWHow


Levels 1. Primary – Prior to 4. Individual 7. Information(education)
disease or condition 5. At-risk group 8. Motivation (incentives)
2. Secondary – Prior to 6. General population/ 9. Obligation (requirement)
symptoms community
3. Tertiary – Prior to
irreversible
complications
Meanin 1. Primary – Remove 4. Individual often equals patient 7. Information – Efforts to
g of underlying cause, increase care communicate information
levels resistance, or reduce 5. At-risk implies groups with and change behavior on
exposure common risk factors basis of information
2. Secondary – Post- 6. General population includes 8. Motivation –
exposure intervention, defined populations with and Rewards to encourage or
identify and treat risk without the risk factor discourage without legal
factors or screen for requirement
asymptomatic disease 9. Obligation – Required by
3. Tertiary – Reverse the law or institutional
course of disease (cure), sanction
prevent complications,
restore function
Adapun contohnya yaitu misalnya pada intervensi tentang bahaya merokok. Kerangka
yang pertama itu adalah menetukan Kapan akan dilakukannya intervensi tentang bahasa
merokok tersebut? Kemudian menanyakan Siapa misalnya adakah orang yang telah mengalami
gejala atau dampak dari bahaya merokok tersebut? Jika telah ada yang terkena dampaknya maka
hal tersebut termasuk dalam intervensi tersier. Lalu menanyakan pada siapa akan dilakukan
intervensi itu? Apakah kepada individu yang telah beresika atau kepada masyarakat luas yang
kemungkinan beresika atau bahkan telah terkena resiko tersebut. Selanjutnya Bagaimana, yaitu
bagaimana kita mengimplementasikan informasi tentang bahaya merokok tersebut? Bagiamana
melakukan motivasi agar masyarakat tidak lagi tertarik pada rokok?.

1.9 Yang Harus Dilakukan Setelah Implementasi

Masalah kesehatan di masyarakat jarang sekali diakhiri dengan satu intervensi. Oleh karena
itu, penting untuk mengevaluasi apakah ada intervensi atau kombinasi dari intoleransi yang dapat
membantu mengurangi masalah. Evaluasi tersebut membahas apakah intervensi ataupun
kombinasi intervensi sudah berhasil dalam mengurangi masalah. Dari evaluasi tersebut kita dapat
memutuskan kombinasi terbaik dari pendekatan untuk menangani masalah tersebut. Hal-hal yang
penting dalam melakukan evaluasi antara lain :

1. Permasalahan kesehatan masyarakat tidak dapat diselesaikan dengan hanya satu jenis
intervensi saja
2. Penting untuk mengevaluasi sebuah intervensi atau kombinasi intervensi berhasil dalam
mengatasi permasalahan kesehatan yang ada
3. Penting pula mengukur seberapa besar permasalahan tersebut dapat teratasi dengan
intervensi

Pendekatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan memahami sifat masalah, etiologi
atau hubungan sebab-akibat, rekomendasi berbasis bukti, dan adanya pendekatan Memahami
akar dari sebuah permasalahan, etiologi, atau hubungan sebab-akibat, rekomendasi berbasis
bukti, dan pendekatan untuk mengimplementasi dan mengevaluasi pilihan intervensi, masih
menjadi kunci dari pendekatan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan untuk
menerapkan dan mengevaluasi pilihan dalam intrvensi. Pendekatan siklus P.E.R.I.
mengingatkan kita bahwa tantangan untuk meningkatkan kesehatan sering kali membutuhkan
banyak upaya untuk memahami dan mengatasi masalah.
PENUTUPAN

Kesehatan masyarakat berdasarkan evidence-based yaitu proses dalam kegiatan


kesehatan masyarakat untuk menentukan suatu tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat berdasarkan data-data yang ada.

Perbedaan kesehatan masyarakat evidence based dengan kedokteran evidence based yaitu
pada kesehatan masayarakat orientasinya adalah masyarakat luas, etik mengacu pada public
service, profesi bermacam-macam dan belum dikenali masayrakat, tindakan berfokus pada
lingkungan, perilaku manusia, gaya hidup dan health care, fokus utamanya kepada pencegahan
penyakit dan promosi kesehatan. Sedangkan kedokteran evidance based orientasinya satu orang,
etika personal care, profesi didefinisikan sebagai satu profesi, tindakan ditekankan secara khusu
dalam healthcare, fokus utamanya memberikan diagnosis, pengobatan, dan perawatan.

Pendekatan kesehatan kepada masyarakat dapat dilakukan dengan metode PERI, yaitu
problem (Apa masalah yang dihadapi?), Etiology (Apa penyebabnya?), Recommendations (Apa
tindakan yang dapat mengurangi masalah tersebut?), Implementation (Bagaimana menyelesaikan
masalah tersebut?).

Ukuran-ukuran epidemiologi yang digunakan untuk mengukur masalah kesehatan


masyarakat yaitu Rate merupakan suatu pernyataan numeris dari frekuensi kejadian yang terjadi
dalam suatu kelompok orang tertentu (didefinisikan) di dalam satu periode waktu tertentu.
Insidens rate merupakan cara pengukuran suatu penyakit menggambarkan banyaknya kasus baru
yang terjadi pada suatu populasi yang beresiko terhadap penyakit tersebut selama periode waktu
tertentu. Prevalens merupakan cara merefleksikan jumlah kasus yang ada (lama dan baru) dalam
populasi pada suatu waktu tertentu.

Membuat rekomendasi berdasarkan evidence based didasarkan pada dua kriteria yaitu yang
pertama kualitas dari bukti-bukti dan data yang ada. Yang kedua besaran dari dampak.

Metode atau kerangka untuk menentukan pilihan implementasi aksi yaitu dengan
pendekatan pada Kapan, yaitu kapan intervensi akan dilakukan, kemudian kepada Siapa
intervensi akan dilakukan, dan Bagaimana intervensi itu akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA:

Riegelman R. 2009. Public Health 101: Healthy People-Healthy Populations. Jones and Bartlett
Publisher : US

Brownson, Ross. C,et.all. 2003. Evidence-Base Public Health. Oxford University Press: New
York

Anda mungkin juga menyukai