Anda di halaman 1dari 4

PENELITIAN TUSKEGEE TUGAS KESEHATAN MASYARAKAT

ISSUE 2
Penelitian Tuskegee di Negara Amerika Serikat di tahun 1940an dicap oleh dunia sebagai salah
satu penelitian yang tidak etis dan tidak berperikemanusiaan, sesudah perlakuan kejam sebagai
kelinci percobaan terhadap tawanan NAZI di Kamp konsentrasi
Analisis terhadap alasan apa yang membuat penelitian Tuskegee dianggap sebagai penelitian yang
tidak berperikemanusiaan.

1. Penelitian Tuskegee melanggar hak asasi manusia dalam bidang kesehatan karena peserta
penelitian tidak diobati penyakit sifilisnya bahkan sesudah Penisilin diketahui merupakan obat
terbaik. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (RI, 1992) Dengan demikian ketika
seseorang tidak sehat maka kehidupannya menjadi terganggu baik kehidupan sosialnya untuk
bergaul dan berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara serta temannya maupun kehidupan
ekonominya karena tidak dapat bekerja mencari nafkah maupun bersekolah untuk
penghidupannya. Dengan kata lain seseorang tidak bisa menikmati seutuhnya kehidupannya
sebagai manusia.
Hak untuk sehat ini telah diakui secara internasional maupun secara nasional oleh pemerintah RI
yang tertuang antara lain pada;

- Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights:


Setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan untuk dirinya
dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatannya serta
pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,
cacat, menjadi janda, mencapai usia lanjut atau mengalami kekurangan mata pencarian yang lain
karena keadaan yang berada di luar kekuasaannya. (WHO, 1948)
Artinya setiap orang dijamin haknya untuk sehat dan sejahtera serta dijamin haknya untuk
memperoleh perawatan kesehatan. Pada penelitian Tuskegee peserta dijamin untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan namun penyakit sifilisnya malahan tidak diobati, peserta penelitian
dibiarkan mengidap penyakit ini sampai berpuluh-puluh tahun. Hal ini sangat bertentangan dengan
haknya untuk memperoleh perawatan kesehatan dengan optimal.

- Konvensi Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang ditetapkan oleh Majelis
Umum PBB 2200 A (XXI) tanggal 16 Desember 1966. Negara dalam Kovenan mengakui hak
setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental.
(WHO, 1966)
Artinya bahwa hak seseorang untuk sehat tersebut diusahakan dengan standar tertinggi. Pada
penelitian Tuskegee sudah diketahui bahwa Penisilin merupakan pengobatan terbaik pada sifilis
namun peserta penelitian dihambat aksesnya untuk memperoleh pengobatan tersebut.

- Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. (RI, 1945)
.
- Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa: Setiap orang
berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya. Setiap orang
berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin. Setiap orang berhak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat. (RI, 1999)

- Pasal 4 UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Jaminan atas hak memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. (RI, 1992)

2. Penelitian Tuskegee melanggar hak asasi manusia karena melakukan diskriminasi terhadap ras
kulit hitam. Penelitian ini hanya dilakukan pada pria kulit hitam. Konstitusi Negara Indonesia telah
memuat dengan lengkap hak asasi manusia untuk tidak mengalami diskriminasi yang tertuang
pada:

- UU NOMOR 39 TAHUN 1999 (39/1999); Undang-undang tentang hak sasi manusia. Pasal 1
ayat 3. Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun
tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak
asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam
bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya. (RI, 1999)

- UU NOMOR 40 TAHUN 2008; Undang-undang tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis
Pasal 1 ayat 1 Diskriminasi ras dan etnis adalah segala bentuk pembedaan, pengecualian,
pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau
pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. (RI, 2008)

- UU NOMOR 29 TAHUN 1999; Tentang pengesahan international convention on the elimination


of all forms of racial discrimination 1965 (konvensi internasional tentang penghapusan segala
bentuk diskriminasi rasial 1965) Pasal 1 ayat 1 Dalam Konvensi ini istilah “diskriminasi rasial”
berarti pembedaan, pelarangan, pembatasan atau pengutamaan apa pun yang didasarkan pada ras,
arna kulit, asal-usul keturunan, bangsa atau etnis yang mempunyai tujuan atau akibat meniadakan
atau menghalangi pengakuan, perolehan atau pelaksanaan pada suatu tumpuan yang sama, akan
hak-hak asasi manusia dan kebebasankebebasan dasar di setiap bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya atau bidang kehidupan umum yang lain. (RI, 1999)

Rumah sakit sebagai ujung tombak kesehatan harus menjunjung tinggi hak asasi manusia
dalam segala segi pelayanannya. Rumah Sakit harus mengobati pasien dengan optimal dan
mengusahakan kesehatan pasien dengan standar terbaik. Hal inipun diatur pada pasal 32 Undang-
Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yakni pasien berhak mendapat informasi yang
meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan. (RI, 2009)
Di Rumah sakit dalam melayani pasien kita tidak boleh membedakan ras, suku, agama, kaya dan
miskin. Hendaknya pelayanan kepada pasien sama bagi semua orang. Hal inipun diatur pada pasal
32 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu: pasien berhak memperoleh
layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

DAFTAR PUSTAKA

References
RI, 1945. Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
RI, 1992. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan.
RI, 1999. Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
RI, 1999. UU NOMOR 29 TAHUN 1999; Tentang pengesahan international convention on the elimination of all
forms of racial discrimination 1965.
RI, 2008. UU NOMOR 40 TAHUN 2008; Undang-undang tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis.
RI, 2009. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
WHO, 1948. United Nation Universal Declaration of human right.
WHO, 1966. Konvensi Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang ditetapkan oleh Majelis Umum
PBB 2200 A (XXI).

Anda mungkin juga menyukai