Anda di halaman 1dari 6

http://wisnuekos.blogspot.com/2010/10/kriteria-kausalitas-austin-bradford_18.html Berikut ini adalah Kriteria Kausalitas menurut Bradford Hill. 1.

Strength of Association (Kekuatan Asosiasi) Semakin Kuat hubungan paparan dan penyakit semakin kuat pula keyakinan bahwa hubungan tersebut bersifat sebab akibat ( Kausal ). Ukuran menilai hubungan paparan dengan penyakit adalah Resiko Relatif (RR) atau Rasio odds (OR). Misalnya resiko penderita kanker paru meningkat pada perokok dibanding yang tidak merokok. Sebuah penelitian membuktikan bahwa perokok mempunyai risiko 35 % menderita kanker paru-paru dibanding orang yang tidak merokok. 2. Consistency (Konsistensi) Temuan studi yang direplikasi pada berbagai populasi yaqang berbeda dan oleh berbagai peneliti yang berbeda memberikan bukti lebih kuat daripada studi tunggal. Makin konsisten dengan risetriset yang lain yang dilakukan pada populasi dan lingkungan yang berbeda, makin kuat pula keyakinan hubungan kausal. contohnya: penelitian dengan metode yang berbeda (prospective dan retrospective) membuktikan hal yang sama, hasilnya juga sama meskipun berbeda populasinya (perempuan dan laki-laki). 3. Specificity (Spesifitas) Faktor kausal menghasilkan hanya sebuah penyakit dan bahwa penyakit itu dihasilkan dari hanya sebuah kausa tunggal. Makin spesifik efek paparan,makin kuat hubungan kausal. Misal: pada kanker paru,merokok diprediksi sebagai penyebab kanker paru 4. Temporal Relationship (Hubungan Temporal / Kronologi Waktu) Untuk mengetahui sebuah faktor merupakan kausa penyakit , maka harus dipastikan bahwa paparan terhadap faktor itu berlangsung sebelum terjadinya penyakit. Misal: pada kasus kanker paru-paru sebagian besar didahului oleh merokok Kelemahan : a. Sekuens Temporal Sulit dipastikan untuk penyakit yang memiliki periode laten panjang atau onset klinis samar-samar. b. Masing-masing desain riset epidemiologi mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memastikan sekuans temporal kausalitas. 5. Biological Gradient / Dose Response Relationship (Efek Dosis Respons) Perubahan intensitas paparan yang selalu diikuti oleh perubahan frekuensi penyakit menguatkan kesimpulan hubungan kausal. Misal: data menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap penderita berbanding lurus dengan risiko terjadinya kanker paru. Semakin banyak rokok yang dihisap semakin besar risiko kanker paru. 6. Theoritical plausibility ( Kredibilitas Biologi Suatu Hipotesis ) Keyakinan hubungan kausal makin kuat apabila dapat dijelaskan dengan rasional dan berdasarkan teori / konseptual. contoh: teori biologi menyatakan bahwa merokok dapat membuat jaringan tubuh rusak yang jika terus menerus dapat menyebabkan terjadinya kanker.

7. Coherence (Koherensi) Berbagai bukti yang tersedia tentang riwayat alamiah, biologi, dan epidemiologi penyakit harus koheren satu sama lain sehingga membentuk pemahaman yang serupa. contoh: kesimpulan merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru berdasarkan teori biologi dan proses perjalanan penyakit. 8. Experimental Evidence (Bukti Eksperimen) Eksperimen terandomisasi dengan Double Blinding (Pembutaan pada subyek penelitian dan pemberi perlakuan agar tidak mengetahui status perlakuan) memberikan bukti kuat hubungan kausa. misal : pada percobaan lab, tar yang dioleskan pada telinga kelinci dari waktu ke waktu akan menyebabkan timbulnya kanker. Tar pada tembakau merupakan bahan karsinogen (penyebab kanker). 9. Analogy (Analogi) Tidak semua situasi dapat menggunakan kriteria analogi sebagai pendukung hubungan kausal. Kriteria analogi kurang tepat karena tidak spesifik mengingat mampu mencetuskan banyak gagasan analogis, sehingga menyebabkan analogi menjadi tidak spesifik lagi. misal : pemberian tar pada percobaan lab dengan menggunakan tikus menunjukkan adanya hubungan kausal (sebab akibat) namun demikian hal ini tidak dapat diujicobakan pada manusia secara langsung. http://siskanuraini08.students-blog.undip.ac.id/2010/10/28/kriteria-kausalitas-bradford-hill/ Penjelasan Kriteria Bradford Hill 1. Kekuatan asosiasi : semakin kuat asosiasi, maka emain sedikit hal tersebut dapat merefleksikan pengaruh dari faktor-faktor etiologis lainnya. Kriteria ini membutuhkan juga presisi statistik (pengaruh minimal dari kesempatan) dan kekakuan metodologis dari kajiankajian yang ada terhadap bias (seleksi, informasi, dan kekacauan) 2. Konsistensi : replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, saat yang berbeda, dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan kemampuan untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda. 3. Spesifisitas dari asosiasi : ada hubungan yang melekat antara spesifisitas dan kekuatan yang mana semakin akurat dalam mendefinisikan penyakit dan penularannya, semakin juat hubungan yang diamati tersebut. Tetapi, fakta bahwa satu agen berkontribusi terhadap penyakit-penyakit beragam bukan merupakan bukti yang melawan peran dari setiap penyakit. 4. Temporalitas : kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahka pada saat efek sementara diperkirakan

5. Tahapan biologis : perubahan yang meningkat dalam konjungsi dengan perubahan kecocokan dalam penularan verifikasi terhadap hubungan dosis-respon konsisten dengan model konseptual yang dihipotesakan. 6. Masuk akal : kami lebih siap untuk menerima kasus dengan hubungan yang konsisten dengan pengetahuan dan keyakinan kami secara umum. Telah jelas bahwa kecenderungan ini memiliki lubang-lugang kosong, tetapi akal sehat selalu saja membimbing kita 7. Koherensi : bagaimana semua observasi dapat cocok dengan model yang dihipotesakan untuk membentuk gambaran yang koheren? 8. Eksperimen : demonstrasi yang berada dalam kondisi yang terkontrol merubah kausa bukaan untuk hasil yang merupakan nilai yang besar, beberapa orang mungkin, mengatakannya sangat diperlukan, untuk menyimpulkan kausalitas. 9. Analogi : kami lebih siap lagi untuk menerima argumentasi-argumentasi yang menyerupai dengan yang kami dapatkan.

Kekuatan asosiasi

- Ekses-ekses yang telah diketahui sebelumnya dari penyakit dan diasosiasikan dengan bukaan - Besaran dari rasio kejadian bukaan terhadap kejadian tidak ada bukaan - Seberapa kuatkah kuat itu?

Konsistensi

Asosiasi telah diamati berulang kali oleh orang yang berbeda, tempat yang berbeda, keadaan dan waktu yang berbeda pulaKonsistensi membantu dalam perlindungan dari munculnya kesalahan atau artefak. Tetapi hasil yang diobservasi dengan konsisten tidak langsung bebas dari bias, terutama dalam sejumlah kecil kajian, dan hasil dalam populasi yang berbeda akan sama sekali berbeda jika hubungan kausal dipengaruhi olhe ada atau tidak adanya variabel-variabel pemodifikasi.

Spesifisitas

Hubungan antara bukaan dan penyakit adalah spesifik dalam beragam cara-penyakit spesifik terhubung dengan bukaan yang spesifik pula, tipe spesifik dari bukaan lebih efektif, dan seterusnya. Ada hubungan dekat antara spesifisitas dan kekuatan dimana didefinisikan lebih akurat untuk penyakit dan bukaan, akan semakin kuat resiko relatif yang diobservasi. Tetapi adanya fakta bahwa satu agen berkontribusi terhadap banyak penyakit bukan merupakan bukti yang menyanggah perannya dalam setiap penyakit. Sebagai contoh, rokok dapat menyebabkan banyak penyakit.

Temporalitas

Pertama adalah bukaan, kemudian penyakit. Terkadang sangat sulit untuk mendokumentasikan rangkaian, terutama jika ada tundaan yang panjang antara bukaan dan penyakit, penyakit subklinis, bukaan (misalnya perlakuan) yang membawa manifestasi awal dari penyakit.

Tahapan Biologis

Verifikasi terhadap hubungan respon-dosis konsisten dengan model konseptual hipotesis.

Masuk akal

Apakah asosiasi masuk akal secara biologis. Misalnya, estrogen dan kanker endometrial, estrogen dan kanker payudara, kontrasepsi oral dan kanker payudara.

Koherensi

Apakah interpretasi kausal cocok dengan fakta yang diketahui dalam sejarah alam dan biologi dari penyakit, termasuk juga pengetahuan tentang distribusi dari bukaan dan penyakit (orang, tempat, waktu) dan hasil dari eksperimen laboratorium. Apakah semua potongan telah cocok tempatnya

Bukti-bukti eksperimental

Beberapa tipe desain kajian dapat memberikan bukti yang lebih meyakinkan dibanding desain kajian jenis lainnya. Kajian-kajian intervensi dapat menyediakan dukungan yang terkuat, terutama ketika bukaan dapat dilakukan secara acak. Karena tidak etis dan/atau tidak praktis untuk menentukan banyak bukaan sebagai kajian epidemiologis. Satu alternatif yang mungkin adalah dengan menghilangkan bukaan dan melihat apakah penyakit menurun, kecuali jika proses kausal dianggap tidak dapat lagi dibalikkan. Misalnya, pellagra, kudis, HDFP, LRC-CPPT, MRFIT.

Analogi

Apakah pernah ada situasi yang serupa di masa lalu? (misalnya rubella, thalidomide selama kehamilan) Pengecualian bagi temporalitas, tidak ada kriteria yang absolut, karena asosiasi kausal dapat sangat lemah, relatif non-spesifik, diobservasi tidak konsisten, dan dalam konflik dengan pengungkapan penmahaman biologis. Tetapi, setiap kriteria yang memperkuat jaminan kami dalam mencapai penilaian kausalitas. Beberapa dari kriteria (misalnya, koherensi, tahapan biologis, spesifisitas, dan mungkin juga kekuatan) dapat dirumuskan dalam bentuk isu yang lebih umum dari konsistensi data yang diobservasi dengan model hipotesisasi etiologis (biasanya biologis). Sebagai contoh, tahapan biologis tidak harus monoton, seperti dalam kasus dosis radiasi tinggi yang mana akan mengarah kepada pembunuhan sel-sel dan karena itu menurunkan kemungkinan perkembangan tumor. Serupa dengan itu, spesifisitas dapat dipakai pada situasisituasi tertentu tetapi tidak untuk situasi lain, tergantung pada proses patofisiologis yang dihipotesiskan.

http://www.scribd.com/doc/90577871/36/Modul-10-Inferensi-Kausal-dan-Model-KausalitasKJA 1. KEKUATAN ASOSIASI. makin kuat hubungan paparan dan penyakit, makin kuat pulakeyakinan bahwa hubungan tersebut bersifat kausal. Sebab, makin kuat hubunganpaparan dan penyakit sebagaimana yang teramati, makin kecil kemungkinan bahwapenaksiran hubungan itu di pengaruhai oleh kesalahan acak maupun kesalahansistematik yang tidak terduga atau tak terkontrol. Sebaliknya, hubungan yang lemah kitadapat menduga bahwa peran peluang, bias dan kerancuan cukup besar untukmengakibatkan distorsi hasil. 2. KONSISTENSI. makin konsisten dengan riset-riset lainnya yang dilakukan pada populasidan lingkungan yang berbeda, makin kuat pula keyakinan hubungan kausal. kriteriakonsistensi juga sangat penting untuk meyakinkan masyarakat peneliti tentang hubungankausal. Contoh: merokok baru diyakini sebagai penyebab ca paru setelah dibuktikanmelalui ribuan riset yang dilakukan pada berbagai populasi, Negara dan waktu.Sebaliknya,inkonsistensi temuan tidak dapat dengan sendirinya dianggap sebagai non-kausal. sebab dalam banyak hal, agen penyebab baru dapat mewujudkan pengaruhnyaterhadap penyakit, jika terdapat aksi penyebab komplementer yang menciptakan kondisiyang mencukupi untuk terjadinya penyakit tersebut. padahal,kondisi yang mencukupi itutidak selalu dapat dipenuhi pada setiap situasi. selain itu, inkonsistensi bisa terjadi karena adanya artefak, baik yang berasal dari fluktuasi acak maupun bias dalam pelaksanaan riset. 3.SPESIFISITAS. makin spesifik efek paparan, makin kuat kesimpulan hubungan kausal.Begitu pula, makin spesifi k penyebab , makin kuat kesimpulan hubungan kausal. Celakanya, kriteria spesifitas acapkali diekspoitir para simpatisan perokok (dan pecandurokok) untuk menyanggah hubungan sebab akibat antara kebiasaan merokok dan caparu. argumentasi mereka, hubungan merokok dan ca paru tidak spesifik, sebab rokok juga mengakibatkan sejumlah penyakitlain seperti penyakit jantung koroner, ca mulut, canasofaring, ca esofagus, emfisema, bronchitis kronik, kematian prenatal dan sebagainya.argumentasi ini sesungguhnya tidak kuat, sebab asap dan partikulat rokok tembakauterdiri dari puluhan komponen , seperti nikotin, tar, benzipiren, karbon monoksida, danlain-lain. sehingga spesifisitas hubungan harus dianalisis perkomponen tersebut. dilainpihak, kriteria spesifisitas itu sendiri tampaknya tidak memiliki landasan yang kuat.pengalaman hidup kita berulang ulang mengajarkan, bahwa satu peristiwa dapatmengakibatkan berbagai peristiwa lainnya 4. KRONOLOGI WAKTU. hubungan kausal harus menunjukkan sekuen waktu yang jelas,yaitu paparan faktor penelitian (anteseden) mendahului kajadian penyakit (konsekuen). 5.EFEK DOSIS-RESPONS. Perubahan intensitas paparan yang selalu diikuti oleh perubahanfrekwensi penyakit menguatkan kesimpulan hubungan kausal. Contoh: Apabila risikoterkena ca paru meningkat dengan bertambahnya jumlah batang sigaret yang diisapperhari, maka keyakinanhubungan kausal antara merokok dan ca paru makin kuat pula.Sebaliknya, tidak terpenuhi kriteria dosis respons tidak menyingkirkan kemungkinanhubungan kausal(rothman, 1986) sebab, dikenal konsep nilai ambang dan tingkatsaturasi(lepowski, 1978). Selama nilai ambang atau tingkat saturasi belum dicapai olehdosis yang diberikan, maka perubahan dosis

tidak akan diikuti perubahan kejadianpenyakit. selain itu, teramatinya hubungan dosis respons tidak selalu dapat diartikanhubungan sebab akibat. perubahan frekuensi penyakit pada setiap perubahan intensitaspaparan dapat juga di sebabkan bias yang bersifat gradual (weiss, 1981). 6. KREDIBILITAS BIOLOGIK SUATU HIPOTESIS. Keyakinan hubungan kausal antara paparandan penyakit makin kuat jika ada dukungan pengetahuan biologik. namun demikian,ketiadaan dukungan pengetahuan biologik tidak dapat dengan sendirinya di katakanabukan hubungan non-kasual. Sebab acapkali pengetahuan biologi yang tersedia tertinggal, sehingga tidak dapat menjelaskan hasil pengamatan suatu riset. Secara umum dapat dikatakan, makin terbatas pengetahuan biologik tentang hubungan antarapapatran dan penyakit, makin kurang aman untuk memutuskan bahwa hubungan itunon-kasual. 7.KOHERENSI. Makin koheren dengan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit,makin kuat keyakinan hubungan kausal antara paparan dan penyakit. kriteria koherensimenegaskan pentingnya kriteria konsistensi dan kredibilitas biologik. 8. BUKTI EXPERIMEN. Dukungan temuan riset eksperimental memperkuat kasimpulanhubungan kausal. Blalock (1971) dan suser (1973) mengemukakan, bahwa hubungankausal dapat di yakinkan melalui bukti-bukti eksperimental, jika perubahan pvariabelindependen (faktor penelitian) selalu di ikuti oleh perubahan fariabel dependen(penyakit). Dalam peraktek, pembuktian eksperimental, seringkali tidak praktis, tdaklayak, atau bahkan tidak etis, terutama jika menyangkut faktor-faktor penelitian yangbersifat merugikan manusia (misalnya, merokok, paparan bahan-bahan kimia, obet-obetyang di hipotesiskan teratogenik). 9. ANALOGI. kriteria analogi kurang kuat untuk mendukung hubungan kasual. sebabimajinasi para ilmuan tentu akan banyak mencetuskan gagasan-gagasan analogik, denganakibat analogi menjadi tidak spesifik untuk di pakai sebagai dasar dukungan hubungankausal. pada beberapa situasi, kriteria analogi memang bisa dipakai, misalnya: jukasebuah obat menyebabkan cacat lahir, maka bukan tidak mungkin obat lain yangmempunyai sifat farma kologi yang serupa akan memberikan akibat yang sama.

Anda mungkin juga menyukai