Anda di halaman 1dari 29

TUGAS EPIDEMIOLOGI

INTERMEDIET
PERKEMBANGAN METODOLOGI
OBSERVASI,ASOSIASI DAN
KAUSALITAS
DOSEN : PROF. Dr. dr.MASRUL,M.Sc,SpGK
NAMA : ENDA GUSNITA
NIM : 2120322013
PEMINATAN : KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT MAGISTER
UNAND
Overview
1. Kausalitas dalam Epidemiologi
2. Metode Pencegahan dan Pengendalian yang dirancang dari
Kausalitas
3. Faktor – faktor dalam Kausalitas Penyakit
4. Jaringan Penyebab Penyakit
5. Asosiasi Epidemiologi dalam Kausalitas Penyakit
6. Pembentukan Hipotesa dalam Epidemiologi
7. Risiko dalam Asosiasi dan Kausalitas
8. Skrining dan Deteksi Penyakit dalam Populasi
9. Sensitivitas dan Spesifisitas : Uji Validitas
1. Kausalitas dalam Epidemiologi
Adalah suatu proses mempelajari serangkaian peristiwa
yang menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) penyakit di
dalam komunitas melibatkan pengembangan hubungan
sebab akibat yang menghasilkan kesimpulan.

Contohnya:
-bagaimana satu tipe pajanan menyebabkan suatu
penyakit.
-bagaimana pajanan tertentu menyebabkan KLB penyakit
dalam sebuah populasi
Lanjutan.....
Hubungan antara dua atau lebih variabel, dimana salah satu
atau lebih variabel
tersebut merupakan variabel penyebab kausal (primer dan
sekunder) terhadap
terjadinya variabel lainnya sebagai hasil akhir dari suatu
proses terjadinya penyakit.
 Teori sebab akibat dalam epidemiologi
 Logika sebab-akibat
 Pengujian hipotesis sebab-akibat
 Attributable risk, contohnya : merokok “penyebab beban penyakit”
 Teori sebab-akibat dalam epidemiologi

Unsur dalam kausalitas necessary (keberadaan)


sufficient (kecukupan)

Kausalitas dalam penyebaran penyakit dapat bersifat langsung dan


tidak langsung
10 kriteria kausalitas
1. Konsistensi: jika variabel, faktor yang pernah muncul kemudian
muncul lagi di lain waktu maka akan menunjukkan memiliki
hubungan yang berulang
2. Kekuatan: jika KLB penyakit lebih mungkin terjadi akibat
keberadaan satu faktor dibandingkan keberadaan faktor atau
peristiwa lain.
3. Spesifikasi: jika hubungan sebab akibat dari suatu KLB
berhubungan secara khusus dengan satu,dua penyakit yang saling
berkaitan
4. Hubungan waktu: jika hubungan sebab akibat suatu penyakit terjadi
sebelum penyakit berkembang, maka faktor waktu perlu
diperhitungkan
5. Kongruensi: jika hubungan sebab akibat suatu penyakit
berhubungan dengan pengkajian yang ada dan apakan ada
observasi dan pengkajian yang logis, ilmiah dan masuk akal
6. Sensitivitas: jika terjadi KLb, apakah mengandung unsur kebenaran
dan mampu mengidentifikasi dengan benar bahwa penyakit
tersebut terjadi akibat penyebab yang dicurigai
Lanjutan...
7. Biologis/medis: jika hubungan didasarkan pada virilitas patogen atau
faktor resiko dan kemampuannya untuk menyebabkan penyakit atau
kondisi serta tingkat kerentanan pejamu.
8. Plausabilitas (kelogisan). Hubungan harus dibuktikan sebagai
hubungan kausal dan didasarkan pada ilmu pengetahuan biologis,
kedokteran, epidemiologi, dan pengetahuan ilmiah
9. Ekperimen dan penelitian. Pengetahuan dan kesimpulan tentang
hubungan sebab akibat yang didasarkan pada penelitian dan
eksperimen menambah bukti pendukung substansial dan bobot sifat
kausal dari hubungan tersebut
10. Faktor analogi jika hubungan yang sama ternyata bersifat kausal dan
memperlihatkan hubungan sebab akibat, transfer pengetahuan harus
berguna dan analogi hubungan tersebut dapat dievaluasi sebagai
hubungan kausal
Penyebab penyakit dan studi epidemiologi
 Hubungan kausal epidemiologi digunakan untuk mempelajari dan
menentukanb agaimana peristiwa, pajanan atau situasi penyebab penyakit
yang berbedaberhubungan satu sama lain.
 Investigasi awal dalam kausalitas yang dilakukan Louis Pasteur dan
Robert Koch mikroba sebagai penyebab tunggal penyakit.
 Dalam penyakit, kondisi, dan kelainan kronis, satu penyebab atau agens
tunggal jarang dapat menyebabkan penyakit.
 Penyebab ganda atau faktor risiko sering ditemukan pada penyakit kronis.
 Web of causation (jaringan penyebab) = kondisi kompleks mengenai
penyakit yang
 disebabkan oleh pekerjaan, lingkungan, perilaku, atau gaya hidup.
Kriteria penyebab
 Penyebab penyakit/kondisi harus terdistribusi di dalam populasi pada tingkat
yang sama dengan tingkat distribusi penyakit.
 Insidensi suatu penyakit dalam populasi yang terpajan penyakit harus lebih
tinggi daripada mereka yang tidak terpajan.
 Pajanan terhadap penyebab penyakitharus lebih sering di antara mereka yang
terkena daripada yang tidak.
 Suatu kasus penyakit harus terjadi setelah pajanan terhadap penyebab penyakit
 Semakin besar dosis terhadap pajanan, semakin besar kemungkinan terkena
penyakit
 Penjamu harus memberi respon setelah terpajan baik dari ringan sampai parah.
 Hubungan antara penyebab dan penyakit harus ditemukan dalam populasi
yang sama.
 Kemungkinan lain untuk sebab-akibat harus disingkirkan.
 Metode pengendalian vektor yang membawa penyakit harus dapat mengurangi
insidensi penyakit yang terjadi.
2. Metode Pencegahan dan Pengendalian
yang Dirancang dari Kausalitas
Salah satu aspek dalam mata rantai peristiwa penyebab
penyakit  tubuh harus pernah mengalami derajat kesakitan
tertentu & memiliki respon imun dg mekanisme perlindungan di
dalam tubuhnya.

Respon thd penyakit menyebabkan perubahan dalam


PENCEGAHAN & PERLINDUNGAN, spt pembentukan
imunitas thd bakteri tertentu.
Alasan pokok terwujudnya epidemiologi sbg bagian
dari kes.mas.  membantu tindakan
PENGENDALIAN, PERLINDUNGAN, &
PENCEGAHAN penyakit.

 Studi kausalitas  membantu mengungkap penyebab &


penyebaran penyakit pd individu.
Analisis biostatistik  membantu menetapkan hub. &
menunjukkan signifikansi & probabilitas penyebab.
3. Faktor dalam Kausalitas Penyakit
Faktor Predisposing : faktor atau kondisi yang memang
sudah ada yang menyebabkan pejamu merespons patogen atau
agens dengan cara tertentu

Faktor Enabling merupakan faktor atau kondisi yang


memungkinkan atau mendorong terjadinya penyakit, kondisi,
cedera ketidakmampuan atau kematian

Faktor Precipitating merupakan faktor esensial dalam


perkembangan penyakit kondisi, cedera , ketidak
mampuan dan kematian

Faktor Reinforcing memiliki kemampuan untuk


mendukung keberadaan dan penularan penyakit atau
kondisi atau untuk mendukung kondisi status
kesehatan masyarakat sekaligus mengendalikan
penyakit dan kondisi
4. Jaringan Penyebab Akibat

Kegunaan:
mengidentifikasi faktor risiko penyakit, rantai kejadian,
dan pajanan yang harus ada/diperlukan (necessary) dan
dan cukup (sufficient) untuk menyebabkan penyakit.
Konsep:
1. Pemahaman menyeluruh thd mekanisme dan faktor
penyebab yg tidak perlu/tidak harus ada dalam
pengembangan upaya pengendalian & pencegahan yang
efektif.

2. Menginterupsi perjalanan penyakit dengan memotong


rantai kejadian berbagai faktor pd titik2 yang strategis shg
dpt menghentikan rantai kejadian di dlm kausalitas
penyakit.
Pendekatan utk memperluas jaringan
penyebab

Diagram analisis sebab akibat pohon keputusan


(decision tree)

Diagram tulang ikan


(fish bone)
5. Asosiasi Epidemiologi dalam
Kausalitas Penyakit

Asosiasi dalam hubungannya dg kausalitas penyakit dikaitkan dg :

Bagaimana kumpulan kejadian yg secara ilmiah


dpt dipahami menyebabkan penyakit, kelainan,
kondisi cedera, ketidakmampuan, atau kematian.
Bagaimana asosiasi sebab akibat menyebabkan
penyakit tsb.
Bagaimana faktor kausatif berdampak pd populasi.
Lanjutan.....
5. Asosiasi epidemiologi dalam kausalitas
penyakit
• Kausalitas suatu penyakit dapat bergantung pada pemahaman asosiasi
variabel, pajanan terhadap awitan penyakit, keparahan dan perjalanan
penyakit
• Seseorang yang mengalami pajanan atau memperlihatkan karakteristik
tertentu biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk
terjangkit penyakit
• Contoh jika seseorang sudah merokok lebih dari 25 tahun dan menderita
kanker paru, dan hal ini terus berulang pada kasus-kasus lainnya maka
merokok dapat diidentifikasi sebagai pajanan yang berasosiasi terhadap
penyakit kanker paru.
• Asosiasi berkaitan dengan bagaimana kejadian atau lingkungan yang
berbeda berhubungan satu sama lain . Atau bagaimana suatu kondisi
sebab akibat memang ada untuk menyebabkan penyakit.
 Kekuatan asosiasi
 Semakin kuat asosiasi maka semakin besar kemungkinan bahwa
hubungan antar kejadian atau pajanan terbentuk akibat variabel
sebab akibat.
 Jika frekuensi atau intensitas pajanan meningkat, insiden dan
keparahan meningkat, maka kemungkinan hubungan kausal akan
meningkat dan asosiasi akan terbentuk.
 Kekuatan asosiasi juga bertambah akibat faktor waktu
 Faktor waktu dalam asosiasi
 Kemungkinan faktor penyebab meningkat seiring berjalannya
waktu.
 Jika peristiwa terjadi dalam urutan yang tepat, memiliki durasi yang
tepat, dan kemunculannya di saat yang tepat maka kekuatan
asosiasinya akan meningkat
 Kongruensi ilmiah dalam asosiasi
 Asosiasi dalam sebab akibat harus sesuai dengan pengetahuan dan
informasi ilmiah dan memiliki sumber.
 Penyebab harus didasarkan dan didukung oleh bukti epidemiologi
yang tersedia
 Dua tingkat asosiasi:
 Asosiasi langsung
Asosiasi langsung bergantung pada keterbatasan pengetahuan ilmiah
saat ini dan banyaknya informasi yang diketahui tentang hubungan
sebab akibat
 Asosiasi tidak langsung
Asosiasi tidak langsung disebut juga sebagai asosiasi kausal tidak
langsung yang dibantu oleh aspek penalaran deduktif tentang asosiasi
sewaktu mencari bukti yang solid tentang kausalitas

 Dua tipe asosiasi


1. asosiasi simetris
2. asosiasi asimetris
6. Pembentukan Hipotesa

Dasar : Teknik Penalaran Ilmiah


- Penalaran Induktif

Perumusan Hipotesa
1. Metode Perbedaan
2. Metode Persamaan
3. Variasi Pendamping
4. Metode Analogi
6. Pembentukan hipotesa dalam epidemiologi
Hipotesis merupakan
suatu dugaan atau pengandaian yang dibentuk melalui observasi ilmiah
yang cermat yang menjadi dasar disusunnya suatu teori atau prediksi.

Pembentukan Hipotesa :
 Dasar mengembangkan hipotesa adalah teknin penalaran ilmiah
 Penalaran induktif merupakan proses yang mengumpulkan fakta yang
spesifik menuju pernyataan umum yang menjelaskan fakta tersebut.
 Bergantung pada pengamatan yang benar dan tepat, interpretasi fakta secara
tepat dan akurat dan hubungannya satu sama lain serta hubungannya dengan
kausalitas.
 Penjelasan umum mengenai informasi, dari fakta secara tepat dan akurat
yang berkaitan dengan kausabilitas
 Dan pengembangan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan menggunakan
fakta dalam melakukan analisis.
Lanjutan...
 Pendekatan dalam menentukan hipotesa
 Metode perbedaan. Frekuensi kejadian penyakit akan berbeda pada
kondisi yang berbeda.
 Metode persamaan. Faktor penyebab penyakit dapat juga sama antara
satu dengan yang lainnya
 Metode pendamping. Frekuensi kejadian penyakit atau resiko
bervariasi menurut frekuensi penyakit dan kondisi.
 Metode analogi. Suatu penyakit dan patogenesisnya mungkin serupa
dengan penyakit lainnya.
7. Risiko dalam asosiasi dan kausalitas
Risiko adalah
peluang suatu kejadian atau pajanan untuk menyebabkan beberapa
penyakit, kondisi, ketidakmampuan, atau kematian.

Risiko berhubungan erat dengan insidensi.


Risiko menggambarkan probabilitas beberapa hasil yang tidak diinginkan
dari kejadian Yang berhubungan dengan medis.

Asosiasi dan risiko dapat diukur secara statistik.

Faktor risiko adalah perilaku, kejadian, pengalaman, atau pajanan yang


dikaitkan dengan munculnya kejadian penyakit, kondisi, cedera,
ketidakmampuan, atau kematian.
Pajanan terhadap faktor risiko juga membantu menentukan risiko.
8.Skrining dan deteksi penyakit dalam epidemiologi

Skrining merupakan pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk


mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampak sehat,tetapi
kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak
terkena penyakit yang mungkin tidak terkena penyakit.

Skrining multifase adalah penggunaan suatu kombinasi tes dan diagnostik


yang dilakukan secara berurutan oleh teknisi dibawah arahan medis terhadap
sekelompok besar orang yang sehat.

Skrining ini digunakan untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi apapun


pada populasi yang terlihat sehat.
Pertimbangan program skrining
 Penyakit/kondisi harus merupakan masalah medis utama
 Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu
berpenyakit yang terungkap setelah proses skrining dilakukan.
 Harus tersedia akses ke fasilitas dan pelayanan kesehatan untuk
didiagnosis dan pengobatan lanjutan
 Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali.
 Harus tersedia tes yang tepat dan efektif
 Tes dan proses uji harus dapat diterima masyarakat.
 Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami.
 Kebijakan, prosedur, dan tingkatan uji harus ditentukan untuk
menentukan siapa yang harus ditunjuk untuk pemeriksaan, diagnosis, dan
tindakan lebih lanjut.
 Proses harus cukup sederhana.
 Skrining dilakukan sebagai proses yang teratur dan berkelanjutan.
9. Sensitivitas dan Spesifisitas Uji validitas
Sensitivitas adalah kemampuan suatu uji untuk mengidentifikasi dengan benar, mereka
yang terkena penyakit yang memperlihatkan proporsi orang yang benar-benar sakit.

Sensitivitas =

Spesifisitas adalah kemampuan suatu uji untuk mengidentifikasi dengan benar persentase
mereka yang tidak terkena penyakit yang menunjukkan proporsi orang yang tidak terkena
penyakit dalam populasi yang menjalani skrining.

Spesifisitas =
Pemahaman hasil skrining, sensitivitas, dan spesifikasi

Program Skrining untuk Populasi Besar

Hasil Tes Skrining

Negatif (-) Positif (+)

NB NP PP PB
Tidak sakit Sakit Tidak sakit Sakit
REFERENSI
 www.coursehero.com. (2021, 28 September). Perkembangan Metodologi Observasi
Diakses pada 28 September 2021, dari http://
repository.uinsu.ac.id/5523/1/DIKTAT%20DASAR%20
 www.google.com. (2021, 28 September). Bahan Ajar Dasar Epidemiologi pada 28
September 2021, dari http://repository.uinsu.ac.id/5523/1/DIKTAT%20DASAR
%20EPID.pdfEPID.pdf
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai