Untuk memastikan bahwa Indonesia aman dari pandemic global berarti Indonesia
harus menyatakan kepada dunia bahwa Indonesia telah mampu untuk menerapkan
Overview International Health Regulations (IHR 2005).[ CITATION Bud18 \l
1033 ] IHR adalah suatu instrumen Internasional yang secara resmi mengikat untuk
diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO, maupun bukan negara anggota
WHO tetapi setuju untuk dipersamakan dengan negara anggota WHO. IHR adalah
suatu langkah penting bagi negara-negara dalam bekerja sama guna memperkuat
pertahanan dunia terhadap Public Health Emergency of International Concern
(PHEIC)/ Kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan Dunia umumnya dan
pengendalian risiko penyakit menular khususnya. Tujuan dan ruang lingkup IHR
adalah untuk mencegah, melindungi, dan mengendalikan terjadinya penyebaran
penyakit secara Internasional, serta melaksanakan public health response sesuai
dengan risiko kesehatan masyarakat, dan menghindarkan hambatan yang
ada[ CITATION Dep05 \l 1033 ]. Kapasitas inti IHR ada 8 yakni: (1) Perundang-
undangan dan Kebijakan, (2) Koordinasi, (3) Pengawasan, (4) Respon, (5)
Kesiapsiagaan, (6) Komunikasi Risiko, (7) Sumber Daya Manusia, dan (8)
Laboratorium. Kapasitas-kapasitas ini perlu disiapkan, untuk memastikan bahwa
Indonesia siap untuk mendeteksi, mencegah, dan menanggapi: (1) penyakit menular
yang muncul (EID) dan penyakit zoonosis, (2) penyakit terkait radiologi, (3) penyakit
yang berhubungan dengan kimia , dan (4) penyakit terkait makanan. Sehingga dengan
penerapan IHR 2005 tersebut, negara memperoleh keuntungan dari segi; peningkatan
surveilance nasional dan internasional, peningkatan sistem deteksi dan respon cepat
terhadapat keadaan darurat kesehatan, peraturan yang terstandar untuk evaluasi,
kontrol dan penyelesain kejadian darurat, serta mekanisme untuk meningkatkan
keamanan kesehatan lokal maupun nasional. Pada Permenkes no.75/2014 mengenai
Pusat Kesehatan Masyarakat surveillance penyakit tidak disinggung sama sekali.
[ CITATION Bud18 \l 1033 ] Padahal Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans
kesehatan masyarakat dapat digunakan : a) sebagai pedoman dalam melakukan
tindakan segera untuk kasus-kasus penting kesehatan masyarakat b) mengukur beban
suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasuk identifikasi populasi
resiko tinggi c) memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan
kesehatan lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic d) sebagai
pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program e) mengevaluasi
kebijakan-kebijakan publik f) memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan dan g)
menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.[ CITATION
Ano13 \l 1033 ]
Dalam kasus darurat kesehatan masyarakat EID, teknologi untuk mengendalikan
patogen yang menyebar antara hewan dan manusia ada di Kementerian Pertanian
(Departemen Pertanian) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Sedangkan pemegang regulasi keamanan pangan dan Anti-Microbial Resistance ada
pada di Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nasional atau Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) yang melapor langsung kepada Presiden (berdasarkan
Keputusan Presiden No.103 / 2001. Kementerian Kesehatan memiliki kapasitas yang
sangat terbatas untuk koordinasi dan kolaborasi lintas sektor, yang keduanya sangat
penting untuk pengawasan penyakit yang efektif dan tanggapan darurat kesehatan
masyarakat. Promosi dan pencegahan kesehatan keduanya lemah dan jarang
menghasilkan keluaran dan hasil yang memuaskan.[ CITATION Bud18 \l 1033 ] Sebagai
hasilnya, terjadi peningkatan TB (tuberculosis), HIV, AMR dan resistensi obat,
anemia, diabetes, hipertensi, kecelakaan jalan dan dampak perubahan iklim. Seperti
yang disyaratkan oleh IHR, Indonesia seharusnya tidak terus mempraktekkan
pendekatan nasional yang terfragmentasi terhadap pengendalian penyakit. Ini berarti
harus ada rencana terpadu untuk menyelaraskan langkah-langkah pengawasan
penyakit, diagnosis dan pengendalian EID. Untuk itu deteksi infeksi yang disebabkan
oleh patogen resistensi antimikroba, respons terhadap penyakit zoonosis yang menular
dan potensial, pengamatan dan analisis data secara real-time, dan kesiapan, yaitu
pemetaan prioritas risiko dan sumber daya kesehatan publik menjadi tanggung jawab
bidang kesehatan. Menetapkan garis wewenang yang jelas tentang siapa yang harus
menangani keadaan darurat kesehatan masyarakat berdasarkan EID adalah penting
serta menetapkan EID sebagai salah satu ujung tombak untuk mengatasi EID.
Bibliography
Doorn, R. v. (2014). Emerging infectious diseases . Med , 42 (1).
Morens, D. M., & Fauci, A. S. (2013). Emerging Infectious Diseases: Threats to
Human Health and Global Stability. Plos Pathog , 9 (7).
Budiharsana, M. (2018). Health Security Issues: Can Our Public Health Programs
Handle It? .
Depkes RI. (2005). Buku saku: Panduan petugas kesehatan tentan International
Health Regulation 2005. Jakarta: Dirjen Pengendalian penyakit dan Penyehatan
lingkungan.
Anonim. (2013). Definisi dan Pengertian Surveilans Kesehatan Masyarakat.
Retrieved November 27, 2018, from http://www.indonesian-
publichealth.com/teori-surveilans-kesmas/
Daftar Pustaka
Doorn, R. V., 2014. Emerging infectious diseases . Med , 42 (1).
Morens, D. M., & Fauci, A. S., 2013. Emerging Infectious Diseases: Threats to
Human Health and Global Stability. Plos Pathog , 9 (7).
Budiharsana MP., 2018 Health Security Issues: Can Our Public Health Programs
Handle It? Jakarta, Indonesia: Unpublished
Depkes RI., 2005. Buku saku: Panduan petugas kesehatan tentan International
Health Regulation 2005. Jakarta: Dirjen Pengendalian penyakit dan Penyehatan
lingkungan.