Anda di halaman 1dari 9

TRAVEL MEDICINE

Era globalisasi sekarang ini memungkinkan setiap orang dapat bepergian dari satu
tempat ke tempat lain dengan sangat mudah. Dengan berpindahnya orang dari satu
tempat ke tempat lain, memungkinkan juga perpindahan penyakit dari satu tempat
ke tempat lain. Hal ini menimbulkan tantangan terhadap pengendalian penularan
penyakit infeksi, seperti penyakit emerging dan re emerging. Oleh karena itu
dibuat suatu peraturan kesehatan internasional yang baru (International Health
Regulation/ IHR) tahun 2005.
STEP 1
Travel Medicine : suatu cabang ilmu kedokteran mengenai pencegahan dan
manajemen masalah kesehatan wisatawan internasional
mencakup ilmu epidemiologi, penyakit menular, kesehatan
masyarakat, kedokteran tropis, fisiologi, mikrobiologi,
psikiatri, kedokteran kerja, dsb.
Penyakit emerging : wabah penyakit menular yang tidak diketahui
sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya
meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir.
Penyakit re-emerging : wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah
penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa lampau.
IHR : IHR adalah suatu instrumen internasional yang secara
resmi mengikat untuk diberlakukan oleh seluruh negara
anggota WHO, maupun bukan negara anggota WHO
tetapi setuju untuk dipersamakan dengan negara anggota
WHO yang bertujuan mencegah, melindungi, dan
mengendalikanterjadinya penyebaran penyakit
secarainternasional, serta melaksanakan public health
response sesuai dengan risiko kesehatan masyarakat, dan
menghindarkan hambatan yang tidak perlu terhadap
perjalanan dan perdagangan internasional


STEP 2
1. Tujuan IHR
2. Pelaksanaan IHR di Indonesia
3. Macam-macam penyakit emerging dan re-emerging
4. Factor yang mempengaruhi penyakit emerging dan re-emerging
5. Cara menyelesaikan masalah penyakit emerging dan re-emerging

STEP 3
1. IHR adalah suatu instrumen internasional yang secara resmi mengikat
untuk diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO, maupun bukan
negara anggota WHO tetapi setuju untuk dipersamakan dengan negara
anggota WHO yang bertujuan mencegah, melindungi, dan
mengendalikanterjadinya penyebaran penyakit secarainternasional, serta
melaksanakan public health response sesuai dengan risiko kesehatan
masyarakat, dan menghindarkan hambatan yang tidak perlu terhadap
perjalanan dan perdagangan internasional
2. Pelaksanaan IHR di Indonesia
Penanggung Jawab Pelaksanaan IHR(2005) Di Indonesia
Tanggung jawab dalam pelaksanaan IHR(2005)berada pada WHO dan
negara yang terikat pada peraturan ini. Di Indonesia, Depkes
bertanggung jawab pada pelaksanaan IHR(2005) dan WHO akan
mendukung pelaksanaannya. Ditjen PP & PL beserta Unit Pelaksana
Teknis Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), pengelola transportasi, dan
stakeholder lain juga ikut serta dalam mengimplementasikan
pemeriksaan yang direkomendasikan.
Notifikasi (Pemberitahuan)
Setiap negara anggota diwajibkan untuk menginformasikan kepada
WHO tentang seluruh kejadian yang berpotensi menimbulkan PHEIC
dan memberikan verifikasi dari informasi tersebut. Hal ini dimaksudkan
agar WHO menjamin kerjasama yang baik untuk perlindungan yang
efektif serta menginformasikan risiko kesehatan masyarakat dan
tindakan cepat dan tepat yang dapat dilaksanakan.

Tugas dokter travel medicine
Dokter harus membekali travelers dengan pengetahuan tentang
travel medicine untuk melindungi dirinya dari potential health
risks, tidak hanya tentang vaksinasi dan pemberian obat, tetapi juga
travels medical history, assessment of the epidemiology of
endemic diseases, health risks at the destination, dan behavioral
risks (pre-travel consultation). Dokter juga dapat memberikan
pelayanan post-travel medical care .
Dokter harus mempertimbangkan secara menyeluruh perjalanan
tersebut; negara, kota, atau daerah tujuan, jenis perjalanan, lama
tinggal, musim/cuaca, potential exposures dan current outbreaks.

Tugas KKP
a. Melaksanakan pemantauan alat angkut, kontainer, dan isinya yang datang
dan pergi dari daerah terjangkit, serta menjamin bahwa barang-barang
diperlakukan dengan baik dan tidak terkontaminasi dari sumber infeksi,
vektor, dan reservoar.
b. Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vektor dan reservoar
terhadap alat angkut yang digunakan oleh orang yang bepergian.
c. Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinseksi dan
dekontaminasi.
d. Menyampaikan saran/rekomendasi kepada operator alat angkut guna
melakukan pemeriksaan lengkap terhadap alat angkut atau kendaraannya.
e. Melakukan pengawasan pembuangan sisasisa bahan yang terkontaminasi
(seperti air, makanan, dan sisa pembuangan manusia)
f. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap pembuangan sisa-sisa
bahan alat angkut yang dapat menimbulkan pencemaran dan penyakit.
g. Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan dan angkutan
di wilayah kedatangan.
h. Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila terjadi hal-hal yang
tidak diharapkan, sesuai dengan kebutuhan (emergency case).
i. Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.
j. Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO untuk
setiap kedatangan dari daerah tertular apabila terindikasi bahwa
pemeriksaan keberangkatan dari daerah terinfeksi dianggap tidak
benar/tidak sah.
k. Melaksanakan prosedur disinseksi, deratisasi, desinfeksi, dekontaminasi,
serta pemeriksaan sanitasi lainnya dengan tidak menyebabkan atau
seminimalnya kecelakaan, ketidak nyamanan dan kerusakan

3. Macam penyakit emerging dan re-emerging
Emerging diseases
Acanthamebiasis
Australian bat lyssavirus
avian flu
Babesia, atypical
Bartonella henselae
Ebola,
Ehrlichiosis
Encephalitozoon cuniculi
Encephalitozoon hellem
Enterocytozoon bieneusi
Hendra or equine morbilli virus
Human herpesvirus 8
Human herpesvirus 6
Lyme borreliosis
Parvovirus B19
MERS
SARS,
swine flu.
Re-emerging diseases
Cholera
Dengue
Diphtheria
Malaria
Tuberculosis

4. Factor yang menyebabkan terjadinya emerging dan re-emerging diseases
Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi,
mutasi dan adaptasi
Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic
encounter)
Perubahan iklim dan lingkungan
Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan
obat antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan
penggunaan vaksin.
Pekembangan industri dan ekonomi
Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit
tertentu (travel diseases)
Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.

5. Menyelesaikan masalah emerging dan re-emerging diseases
Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat
(public health surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan
penatalaksaanemerging dan re-emerging disease ini. Pemantauan secara
berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi laboratorium klinis dan
pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan masyarakat
juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emerging dan re-emerging
disease ini.
WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah
sistem peringatan dini (early warning system) untuk wabah penyakit
menular dan sistemsurveillance untuk emerging dan re-emerging
disease khususnya untuk wabah penyakit pandemik.
Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan
intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai
rencana penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam
praktek kesehatan masyakarat dalam rangka menurunkan angka
morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for Disease
Control and Prevention/CDC). Contoh sistem surveillance ini seperti
dalam kasus severe acute respiratory syndrome (SARS), di mana salah
satu aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus dilaksanakan
yaitu:
a) Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk
setiap individual dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk
dalam rumah sakit.
b) Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan
karena acute respiratory ilness di dalam komunitas.
c) Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena
acute respiratory ilness di lingkup rumah sakit.
d) Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untuk influenza A ,
obat antrimicrobial dan obat lain yang biasa digunakan untuk
menangani kasus acute respiratory ilness
Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah :

a) Menyediakan informasi seperti pemantauan secara efektif terhadap
distribusi dan angka prevalensi, deteksi kejadian luar biasa, pemantauan
terhadap intervensi, dan memprediksi bahaya baru.
b) Melakukan tindakan dan intervensi.
Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang
bersifat endemik,epidemik dan pandemik dapat dihindari dan mengurangi
dampak merugikan akibat wabah penyakit tersebut.

Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan atau
yang lebih dikenal dengan pandemic preparedness. WHO merekomendasikan
prinsip-prinsip penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera di
bawah ini:
a. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan,
dan komunitas
b. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara
berkelanjutan
c. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu,
komunitas dan internasional
d. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan
yang dirancang khusus untuk kejadian pandemik.
e. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai
relevan.


STEP 4




















International health
regulation 2005
Emerging dan re-emerging disease
Perpindahan penyakit lebih mudah
Orang lebih mudah berpergian
Era globalisasi
DAFTAR PUSTAKA
Buku saku panduan petugas kesehatan tentang International Health Regulation
(IHR) 2005. Direktorat Jenderal Pengendalian penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Departemen Kesehatan RI, 2008
Anonym. Emerging and Re-emerging Disease: Menghadapi Masalah Pandemik.
http://healthstalker.blogspot.com/2010/11/emerging-and-re-emerging.html diakses
tanggal 20 Februari 2014
NIAID, List of NIAID Emerging and Re-emerging Diseases.
http://www.niaid.nih.gov/topics/emerging/pages/list.aspx diakses tanggal 20
Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai