hal yang serius kerana kerusakan dapat berat / parah dan berakibat pada gagal hati dan
kematian.
B. Statins.
Statins adalah obat obat yang paling luas digunakan untuk menurunkan kolesterol LDL
dalam rangka mencegah serangan serangan jantung dan stroke. Yang menjadi
pertimbangan adalah peninggian yang ringan pada tingkat tingkat darah dari enzim hati
( ALT dan AST ) tanpa gejala. Studi studi klinik telah menemukan peninggian sebanyak
0.5 % sampai 3 % dari pasien yang mengkonsumsi statins. Kelainan ini biasanya
membaik atau menghilang sepenuhnya atas penghentian statins atau pengurangan dosis.
Tidak ada kerusakan hati yang menetap.
C. Nicotinic acid ( Niacin ).
Niacin telah digunakan untuk merawat tingkat tingkat kolesterol darah yang tinggi serta
tingkat tingkat triglyceride yang tinggi. Niacin dapat menyebabkan peninggian
peninggian ringan yang sementara pada tingkat tingkat darah dari AST dan ALT,
jaundice dan pada kejadian kejadian yang jarang, gagal hati. Keracunan hati dengan
niacin adalah tergantung dosis; dosis dosis yang beracun biasanya melebihi 2 gram per
hari. Pasien dengan penyakit hati yang mempunyai kebiasaan meminum alcohol
sebelumnya berada pada resiko yang lebih tinggi menghasilkan keracunan niacin.
D. Amiodarone ( Cordaronez ).
Amiodarone ( Cordarone ) adalah obat yang penting digunakan untuk aritmia seperti
atrial fibrillation dan ventricular takikardia. Amiodarone dapat menyebabkan kerusakan
hati yang berkisar dari kelainan kelainan enzim hati yang ringan sampai ke gagal hati
akut lalu sampai ke tahap akhir yaitu sirosis. Kelainan kelainan tes darah yang ringan
adalah umum dan secara khas menghilang berminggu minggu sampai berbulan bulan
setelah penghentian obat. Kerusakan hati yang serius terjadi pada kurang 1% dari pasien.
Amiodarone berbeda dari kebanyakan obat obat lain karena jumlah yang substansial
dari amiodarone disimpan didalam hati. Obat yang disimpan mampu menyebabkan
perlemakan hati, hepatitis dan obat ini dapat merusak hati walaupun obat ini telah lama
dihentikan. Kerusakan hati yang serius dapat menjurus pada gagal hati akut, sirosis dan
keperluan untuk transplantasi.
Antibiotik antibiotic
A. Isoniazid ( Nydrazid, Laniazid )
Isoniazid telah digunakan berpuluh tahun untuk merawat pasien tuberculosis.
Kebanyakan pasien dengan penyakit hati yang diinduksi isoniazid hanya membuat
peninggian yang ringan dari enzim AST dan ALT dan tanpa gejala hanya 1-2 % pasien
yang terjadi hepatitis. Resiko terjadinya hepatitis lebih sering terjadi pada pasien yang
sudah tua dibandingkan dengan yang masih muda. Resiko terjadinya penyakit hati yang
serius terjadi sekitar 0,3 % pada pasien dewasa muda dan meningkat 2 % pada pasien
yang berumur lebih dari 50 tahun. 5-10 % pasien terjadi gagal hati dan memerlukan
transplantasi hati. Resiko semakin meningkat jika ditambah dengan mengkonsumsi
alcohol.
B. Rifampisin
Rifampisin adalah obat antituberkulosis. Rifampisin bisa merusak hati dengan 3 cara :
Mengganggu proses metabolisme bilirubin dan asam empedu. Efeknya reversible dan
mekanismenya tidak diketahui, walaupun ada yang mengatakan efeknya merusak
hepatosit.
Rifampisin menginduksi metabolisme obat di retukulum endoplasma yang
mengganggu biotransformasi dari zat zat yang hepatotoksik, apalagi jika digabung
dengan isoniazid.
Rifampisin sendiri bisa mengakibatkan efek seperti hepatitis akibat virus. Namun
karena rifampisin diberikan bersamaan obat antituberkulosis yang lain, maka hepatitis
akibat rifampisinnya sendiri masih belum dapat dipastikan.
C. Nitrofurantoin.
Nitrofurantoin adalah obat anti mikroba yang digunakan untuk infeksiinfeksi saluran
kencing yang disebabkan oleh banyak bakteribakteri gram negatif dan beberapa gram
positif. Nitrofurantoin disetujui oleh FDA pada tahun 1953. Ada tiga bentuk dari
nitrofurantoin
yaitu:
furadantin,
macrodantin
dan
bentuk
sustained
realease.
Diclofenac.
Dilaporkan lebih sering menyebabkan hepatitis pada kirakira 1-5 kasus per 100.000
orang pemakai diclofenac. Hepatitis menghilang dengan menghentikan obat ini.
dan bahkan fatal meskipun pemberian obatnya sudah dihentikan. Apabila gejala panasa, ruam
atau peruritis timbul karena obat apapun, maka penggunaanny harus dihentikan dengan segera.
Meskipun setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati, namun obat dapat mempengaruhi
funsi hati. Namun obat yang paling berkaitan dengan cedera hati tidak hanya terbatas pada obat
obat anastesi tetapi juga mencakup obat obat yang dipakai untuk mengobati penyakit rematik
serta muskuloskeletal, obat obat antidepresan, psikotropik, antikonvulsan, dan antituberkulosa.
Halothan ( fluothan ), suatu preparat ansietas inhalasi nenoeksplosif yang sering
digunakan, dapat menimbulkan kerusakan hati yang serius dan kadang kadang fatal. Karena
itu, penggunaan obat ansietas ini merupakan kontraindikasi pada :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium.
Pemeriksaan pigmen.
Urobilirubin direk.
Bilirubun serum total.
Bilirubin urine.
Urobilinogen urine.
Urobilinogen feses.
B. Pemeriksaan protein.
Protein totel serum.
Albumin serum.
Globulin serum.
HbsAG.
C. Waktu protombin.
Respon waktu protombin terhadap vitamin K.
1. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase.
AST atau SGOT.
ALT atau SGPT.
LDH.
Amonia serum.
2. Radiologi.
Foto rontgen abdomen.
Pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif.
Kolestogram dan kalangiogram.
Arteriografi pembuluh darah seliaka.
3. Pemeriksaan tambahan.
Laparoskopi.
Biopsi hati
DAFTAR PUSTAKA
http://tiya-darmawan.blogspot.com/2012/12/hepatitis-toksik.html