Anda di halaman 1dari 83

HAIs

Healtcare
Associated
Infections

Dr. Megadianty, SpPK


RSUD PASAR MINGGU
HAIs
Healtcare Associated Infections

Pengganti infeksi nosokomial 2007


HAIs
Healtcare Associated Infections

Infeksi yang terjadi pada pasien selama


perawatan di rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya
dimana tidak ada infeksi atau tidak
Sedang dalam masa inkubasi pada saat masuk,
termasuk
infeksi didapat di rumah sakit tapi
muncul setelah pulang, juga infeksi karena
pekerjaan pada staf di fasilitas kesehatan
HAIs
Healtcare Associated Infections

 terjadi setelah >48 jam paska MRS,atau setelah keluar


RS (paska bedah 1 bulan, bila dengan implan paska
bedah sp 90 hari)
 terjadi pada pasien selama proses perawatan dan
tidak dalam masa inkubasi saat MRS
 infeksi yang didapat di RS tetapi muncul saat setelah
keluar dari RS,
 infeksi pada petugas RS/Faskes yang diperoleh
karena pekerjaannya (okupasi)
CONTOH HAIS
Jenis HAIS sangat banyak, tergantung dari jenis
perawatan dan tindakan yang kita lakukan
terhadap pasien (saluran pernafasan,
pencernaan, kemih, sistem pembuluh darah,
sistem saraf pusat dan kulit).

4 jenis yang paling sering terjadi:

1. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)

2. Ventilator associated
infection pneumonia (VAP)

3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)  kateter urin

4. Infeksi daerah operasi (IDO)  pembedahan


Infeksi Aliran Darah Primer
IADP
 masuknya mikroba melalui
peralatan yang kita masukkan
langsung ke sistem pembuluh darah
Akses langsung ke peredaran darah
 kateter vena maupun arteri 
katerer intravaskulker (Intravascular
Catheter) .
Contohnya adalah pemasangan
vena sentral (CVC : Central Venous
Catheter), vena perifer (infus),
 Intrinsik: terjadi pada cairan infus yang
terkontaminasi mikroorganisme dari pabrik
pembuatan. misalnya: bakteria gram negatif,
klebsiela spp, enterobacter.

 Extrinsik : kontaminasi terjadi saat insersi


catheter, persiapan cairan/obat, tangan
petugas.misalnya; coagulasi gram negative
staphylococci, staphylococcus aureus.
Pasien memiliki setidaknya satu dari tanda-tanda atau
gejala berikut: demam (> 38oC), menggigil, atau hipotensi
dan
Hasil laboratorium positif tidak berhubungan dengan infeksi
di tempat lain dan komensal umum (yaitu, diphtheroid
[Corynebacterium spp. C. diphtheriae tidak], Bacillus spp.
[bukan B. anthracis], Propionibacterium spp.,
staphylococcus koagulase-negatif [termasuk S.
epidermidis], viridans kelompok streptokokus, Aerococcus
spp., dan Micrococcus spp.) yang dikultur dari dua atau
lebih kultur darah diambil pada kesempatan terpisah
Dengan tidak ada penyebab lain
• Pasien ≤ usia 1 tahun memiliki setidaknya satu dari tanda-tanda atau
gejala berikut: demam (> 38oC) hipotermia(<36oC), apnea, atau
bradikardi dan
Hasil laboratorium positif tidak berhubungan dengan infeksi di tempat
lain dan
komensal umum (yaitu, diphtheroid [Corynebacterium spp. tidak C.
diphtheriae], Bacillus spp. [tidak B. anthracis], Propionibacterium
spp., staphylococcus koagulase-negatif [termasuk S. epidermidis],
viridans kelompok streptokokus, Aerococcus spp., Micrococcus spp.)
yang dikultur dari dua atau lebih kultur darah diambil pada
kesempatan terpisah
Pencegahan IADP
 Kebersihan tangan

 APD

 Antiseptik daerah insersi

 Pemilihan lokai insersi

 Kaji ulang dan surveilance


Kebersihan tangan
 Lakukan kebersihan tangan sebelum
dan sesudah palpasi, pemasangan alat
intravaskuler, penggantian alat
intravaskuler, atau memasang perban .
Operator dan asisten
Topi ( non steril ): menutupi seluruh rambut
Maker ( non steril) : menutupi seluruh mulut dan hidung
Gaun ( steril)
Sarung tangan ( steril )

Menutupi seluruh kepala dan badan


pasien dari atas sampai bawah dengan
steril drape
 Berdasarkan data klinik chlorhexidine antiseptik kulit
lebih efektif dibanding dengan antiseptik kulit yang lain
seperti povidone-iodine.
 CDC guidelines
 untuk mencegah intravascular catheter-related infections
chlorhexidine lebih disukai untuk cutaneous antisepsis,
 tincture of iodine, an iodophor, or 70% alcohol merupakan
alternatif

 Chlorhexidine 2% dalam 70% isopropyl alcohol.


 Aplikasikan antiseptik paling sedikit 30 detik
 Biarkan antiseptik mengering sebelum di insersi lebih
kurang 2 menit
 Area Femoral : risiko infeksi lebih tinggi
terutama pada pasien gemuk
 Area Subclavian : risiko lebih kecil
daripada lower internal jugular vein
 Pertimbangkan risiko infeksi
 Lebih tinggi risiko komplikasi mekanikal
 Dokter harus melihat risiko –
keuntungan pada setiap individu
 Sebelum tindakan, apakah nakes :
 Kebersihan tangan dilakukan?

 Prosedur steril?

 Pasien menggunakan drape steril ?

 Selama prosedur, apakah nakes During:


 Menggunakan sarung tangan steril, gaun steril

masker dan topi ?


 Mempertahankan kesterilan area?

 Verifikasi: apakah semua personil yang membantu


mengikuti prosedur kewapadaan diatas ?
Tujuan: menurunkan hari pemakaian kateter
sentral
 Setiap hari kaji ulang, keperluan kateter masih
indikasi apa tidak, adanya tanda-tanda infeksi
 Segera lepas jika tidak diperlukan
 Bila pemasangan kateter central dalam situasi
emergency dimana tidak terjamin kesterilannya ,
maka kateter harus diganti dalam 48 jam
 Semua kateter harus diganti jika diduga ada infeksi
 Gunakan masker, sarung tangan
ketika intubasi, pengisapan lendir
 Gunakan gaun jika ada prediksi
terkena cairan tubuh pasien
Surveilans Aktif IADP

 Laksanakan surveilans untuk mengetahui adanya


kejadian infeksi

 Raba dengan tangan ( palpasi ) setiap hari lokasi


pemasangan kateter melalui perban untuk
mengetahui adanya pembengkakan
Surveilans Aktif IADP

 Pengumpulan data setiap hari


 Perhitungan IADP setiap bulan
 Laporan setiap
bulan,triwulan,semester, tahunan
 Insiden rate IADP
Jumlah IADP
----------------------------------------------X 1000 =
Jlh hr pemakaian kateter vena sentral
Ventilator associated
infection pneumonia (VAP)

 Masalah infeksi terbesar di ruang DI ICU


 Terjadi 30-40 % pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik > 48 jam
 VAP terjadi 10 - 65% dari seluruh pasien yang
terpasang ventilator
 Mortalitas rate 24 -56 % ((Am J Respir Crit Care 2002)
 Kuman penyebab mortalitas : Pseudomonas dan
Acinetobacter (Crit Care Med 2004 )
 Meningkatkan biaya perawatan, LOS RS,dan LOS ICU
PENGERTIAN VAP
Di definisikan sebagai nosokomial pneumonia yang
terjadi setelah 48 jam pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanik baik melalui pipa endotrachea
/tracheostomi

GUIDE LINES FROM CDC 2008


 Early-onset :
Dalam 48-72 jam setelah intubasi
tracheal, komplikasi intubasi
Hemophilus influenza
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus (methicillin sensitive)
Escherichia coli
Klebsiella

Late-onset :
Setelah 72 jam
Pseudomonas aeruginosa
Acinetobacter
Staphylococcus aureus (methicillin resistant)
Bacteria masuk ke saluran pernapasan
bawah melalui tiga cara:

Aspirasi mikroorganisme dari oropharingeal


dan saluran GI ( penyebab terbanyak)
Inokulasi langsung/Direct inoculation
Inhalasi bakteri
NHSN 2008

Klinikal
 Demam
 Temperature > 38 0 C atau < 35 o C
 Sputum purulent
 Batuk , dyspnoe atau tachypnoe
 Suara nafas ; rochi

 X ray
 Infiltrat baru persisten atau progresif

Laboratorium
 Leukosit > 12000/mm3 atau < 4000/mm3
 Kulture aspirasi trakheal ≥ 10 5 ppm/ ml
 Perubahan hasil analisa gas darah (↓ O2sats, , ↑ O2
requirement.)
Pencegahan VAP

Kebersihan tangan, APD


Posisi pasien
Kebersihan mulut
Manajemen sekresi oropharingeal dan
trakheal
Pengkajian setiap hari “ sedasi dan
ekstubasi”
Pencegahan VAP
Pendidikan staf
Kebersihan lingkungan
Dekontaminasi peralatan
Jarak t.tidur/ single room (26 m)
Pengobatan
 Peptic Ulcer Prophylaxis
 DVT Prophylaxis

Surveilans
Peran Perawat
 Gunakan masker, sarung tangan
ketika intubasi, pengisapan lendir
 Gunakan gaun jika ada prediksi
terkena cairan tubuh pasien
 Posisi 30 – 45 º C
setiap saat,
kecuali ada
kontra indikasi
Menjaga kebersihan mulut pasien
secara rutin, dengan cara :
 Menyikat gigi setiap 12 jam untuk
mencegah terjadinya plaque
 Membersihkan mulut setiap 2- 4 jam
 Gunakan oral antiseptik yang bebas dari
alkohol (chlorhexidin 0.2 %)
 Pengisapan lendir jika
diperlukan
 Lakukan tindakan aseptik
 Gunakan cairan steril
untuk membersihkan jika
kateter dimasukkan
kembali ke ETT
 Sebaiknya dengan sistem
tertutup
 Gunakan APD
 Pengumpulan data setiap hari
 Perhitungan VAP setiap bulan
 Laporan setiap bulan,triwulan,semester, tahunan
 Insiden rate VAP:
Jumlah VAP
--------------------------------- X 1000 =

Hari pemakaian ETT


 Peralatan kritikal di sterilkan
 Peralatan semi kritikal disinfeksi tingkat tinggi
 Peralatan non kritikal dibersihkan, kecuali
terkontaminasi darah atau cairan tubuh lakukan
disinfeksi
 Semua peralatan pasien sebelum didisinfeksi
atau disterilkan harus dibersihkan terlebih
dahulu
Sirkuit ventilator

Ganti sirkuit setiap pasien


Ganti sirkuit pernapasan jika terlihat kotor atau
tidak berfungsi (tidak ada rekomendasi waktu
penggantian breathing circuit )
Segera ganti sirkuit bila kotor
Tidak membuka sirkuit ventilator secara rutin
Segera buang kodensasi air dalam sirkuit
ketempat penampungan (water trapp)
 Gunakan antimikroba rasional jika ada
indikasi
 Selective digestive decontamination
(SDD)
 DVT Profilaksis.
Oversedation

 Predisposes patients to:


 Thromboemboli
 Pressure ulcers
 Gastric regurgitation and aspiration
 VAP
 Sepsis

 Consequences include:
 Difficulty in monitoring neuro status
 Increased use of diagnostic procedures
 Increase ventilator days
 Prolonged ICU and hospital stay
 Ada protokol untuk sedasi ;
- Ada tujuan pemberian sedasi setiap pasien
- Pengurangan dosis sedasi setiap hari
- Ada penilaian secara rutin dan respon terapi
 Bangunkan pasien setiap hari (kecuali kontra
indikasi)
 H2 blockers and antacids menurunkan insiden
kejadian stress ulkus dengan cara meningkatkan
PH karena itu kuman dari GI naik ke trachea

 Sukralfat dapat melindungi lambung tanpa


meningkatkan PH

 CDC tidak merekomendasikan untuk pilihan H2


blockers untuk mencegah stress ulcers
CDC( 2003)
 Peran perawat sangat
penting dalam pencegahan
VAP
 Kaji proses weaning tiap hari.
 Sedation Vacation
ISK RS  CAUTI

Catheter-Associated
Urinary Tract Infection

manullangsh@yahoo.com
“CAUTI” :

Morbiditas meningkat
Mortalitas meningkat
Penyebab bakteremia tersering setelah CVC
Lama perawatan bertambah
Biaya bertambah
Penggunaan AB meningkat
manullangsh@yahoo.com
Penggunaan kateter urin
 15 - 25 % pasien rawat inap
 Indikasi harus ketat !
- Retensi urin
- Inkontinesia urin
- Perioperatif
- Monitor pada kondisi tertentu (luka bakar, kesadaran menurun)

- Diagnostik
 Monitor dan Evaluasi ketat manullangsh@yahoo.com
Definisi
 Infeksi saluran kemih (ISK)  Rx inflamasi urothelium akibat
invasi patogen
 bakteriuria dan lekosituria
 Bakteriuria : bakteri didalam urin
kolonisasi bakteri atau ISK,
Bakteriuria tanpa ISK : kontaminasi kulit, urethra,
preputium atau introitus.
 Lekosituria : leukosit dalam urin mengindikasikan adanya
infeksi atau reaksi inflamasi urotelium terhadap bakteri
normal sampai 5/LPB
PATOGENESIS “CAUTI”
Awal : saat pemasangan  inokulasi mekanik atau
tehnik pemasangan yang buruk
Lanjut : invasi patogen melalui ekstraluminal atau
intraluminal

manullangsh@yahoo.com
Faktor resiko :
 Wanita
 Usia lanjut
 Tanpa antibiotic sistemik
 Perawatan kateter yang tidak
baik
 Pemakaian jangka waktu lama
 Pasien dengan imunitas rendah

manullangsh@yahoo.com
GAMBARAN KLINIS “CAUTI”
Paling sering adalah asymptomatic.
CAUTI symptomatic
Rasa tak nyaman suprapubis, demam, menggigil
atau nyeri pinggang
- Terpasang kateter atau dilepas < 3 hari lalu
- first positive specimen urin >48 jam
bakteriuria
lekosituria manullangsh@yahoo.com
PENCEGAHAN
 Tehnik pemasangan kateter secara aseptik.
 Pertahankan sistem-tertutup rangkaian.
 “Catheter-meatal junction” harus dibersihkan tiap hari
dengan sabun dan air bersih(mandi dg shower). Jangan
dibalut !
 Jangan gunakan antibiotik/antiseptik topikal koloni
patogen resisten (pseudomonas spp)
 Lepas kateter sesegera mungkin bila tidak diperlukan.
manullangsh@yahoo.com
PENCEGAHAN
1.Kompetensi petugas kesehatan (“HCW”)

a. Pemasangan hanya oleh petugas terlatih (kompeten) dengan


tehnik
aseptik-antiseptik dan terlatih juga dalam pemeliharaannya.
b. Lakukan pelatihan HCW (Health Care Worker) secara periodik

manullangsh@yahoo.com
PENCEGAHAN
2. Indikasi
a. Kateterisasi harus atas indikasi dan kebutuhan TEPAT dan
AKURAT,
bukan untuk kenyamanan petugas.

b. Kalau memungkinkan, gunakan kondom-kateter; sistostomi atau


kateterisasi intermiten.

3. “Hand hygiene”
Lakukan “hand hygiene” sebelum dan sesudah memanipulasi
kateter
atau perangkatnya.
manullangsh@yahoo.com
PENCEGAHAN

4. TEHNIK PEMASANGAN
a. Dilakukan dengan tehnik aseptik-antiseptik menggunakan peralatan
steril.
b. Gunakan jeli pelicin anestetik steril “single use”.
c. Ukuran kateter sekecil mungkin dengan aliran adekuat untuk
mengurangi
trauma urethra.
d. Setelah terpasang harus difiksasi untuk mencegah pergerakan dan
traksi
urethra.
manullangsh@yahoo.com
PENCEGAHAN
5. Aliran Sistem-tertutup
a. Harus dijaga aliran urin lancar, steril dan sistem-tertutup.
b. Hubungan kateter dan pipa drainase tidak boleh terbuka kecuali atas
indikasi.

6. Irigasi bulibuli
a. Jangan lakukan! Kecuali bila tersumbat bekuan darah ( mis:
pasca”TUR”prostat)tehnik aseptik-antiseptik.
c. Gunakan spuit steril ukuran besar dan lar. Saline steril.
d. Bila penyebab sumbatan adalah kateter segera ganti.

manullangsh@yahoo.com
PENCEGAHAN
7. Pengambilan contoh urin kateter

a. Bila diperlukan hanya sedikit, ambil dari bagian distal


kateter
dengan tehnik aseptik-antiseptik menggunakan spuit steril.

b. Bila diperlukan lebih banyak untuk pemeriksaan khusus,


ambil
dari “drainage bag”dengan tehnik aseptik-antiseptik.

INGAT !! SELALU TAATI “5 MOMENT HAND


HYGIENE” manullangsh@yahoo.com
PENCEGAHAN
8. Aliran urin kateter
Pertahankan aliran urin lancar

1. Jangan ada bagian yang terlipat/”kinking”.


2. Kantong urin harus dikosongkan secara teratur dengan
penampung berbeda untuk setiap pasien
3. “Urine bag” harus selalu lebih rendah dari kandung kemih dan
tidak boleh menyentuh lantai atau roda tempat tidur

manullangsh@yahoo.com
PENCEGAHAN
9. Kebersihan umum
Daerah genital dan kateter dibersihkan menggunakan sabun
dan dibilas dengan air mengalir /shower. Jangan gunakan
antibiotik / antiseptik topikal dan tidak boleh dibalut
cegah kolonisasi dan resistensi antibiotik / antiseptik
10. Penggantian Kateter
 Diganti hanya bila terjadi infeksi
 Tidak ada jadwal rutin penggantian kateter urin

manullangsh@yahoo.com
PENCEGAHAN
11. Pemisahan tempat perawatan
Kamar perawatan pasien terpasang kateter urin yang mengalami
infeksi dipisah dari pasien tidak infeksi (sistem cohort).
 mencegah infeksi-silang

12. Pemeriksaan mikrobiologi


Jangan lakukan pemeriksaan rutin bakteriologis
 dilakukan hanya atas indikasi !

manullangsh@yahoo.com
Surgical Site Infection /SSI
atau
Infeksi Daerah Operasi/IDO

PENGERTIAN
Infeksi akibat tindakan Pembedahan,yang
dapat mengenai berbagai lapisan jaringan
tubuh,superfisial atau dalam
FAKTOR RISIKO
Intrinsik Ekstrinsik
• Usia  Petugas
• Status Gizi  Teknik pembedahan
• Diabeter  Lingkungan
• Perubahan respon imunitas  Alat
• Infeksi di tempat lain
• Lama rawat inap preoperatif
• Obesitas
• Merokok
• Kolonisasi mikroorganisme
KAPAN TERJADINYA IDO ?
Dalam 30 hari paska operasi tanpa implant

Dalam satu tahun paska operasi dengan


implant

Dalam 90 hari paska operasi ?, penelitian


tebaru
Dimana terjadinya  Di rumah , setelah pulang
rawat, sehingga ditemukan ketika kontrol
KLASIFKASI IDO
Diklasifikasikan menjadi:
• Infeksi insisional superfisial
• Infeksi insisional dalam
• Infeksi organ/ rongga
KLASIFKASI IDO

Figure. Cross-section of abdominal wall depicting CDC


classifications of surgical site infection.22

Guideline for Prevention of Surgical Site Infection, CDC


KRITERIA IDO

Insisional Superfisial
 Keluar cairan purulen dari luka insisi
 Kultur positif dari cairan yang keluar atau
jaringan yang diambil secara aseptik
 Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi :
nyeri,
bengkak lokal, kemerahan, kecuali bila hasil
kultur negatif
 Dokter yang menangani menyatakan infeksi
KRITERIA IDO
Insisional Dalam
 Keluar cairan purulen dari luka insisi, tapi
bukan berasal dari rongga / organ
 Secara spontan mengalami dehisens atau
dengan sengaja dibuka oleh ahli bedah dan
paling sedikit satu dari tanda berikut : demam
(>38 ˚C), nyeri lokal,kultur ( + )
 Dokter menyatakan luka infeksi
KRITERIA IDO

Organ/Rongga
Drainase purulen dari drain yang
dipasang
melalui luka insisi kedalam organ /
rongga
Ditemukan organisme melalui
aseptik kultur dari organ / rongga.
Dokter menyatakan infeksi pada
organ tsb
KATEGORI RISIKO IDO

1. Klasifikasi operasi/jenis operasi


2. Kondisi Pasien Berdasarkan American
Society of Anesthesiologis ( ASA
Score)
3. T. Time / T Point
KLASIFIKASI OPERASI/LUKA
 Operasi Bersih
 Operasi Bersih Tercemar
 Operasi Tercemar
 Operasi Kotor atau dengan
Infeksi
OPERASI BERSIH

 Operasi dilakukan pada daerah/ kulit yang pada


kondisi pra bedah tidak terdapat peradangan
dan tidak membuka traktus respiratorius,
traktus gastrointestinal, orofaring, traktus
urinarius atau traktus biller
 Operasi berencana dengan penutupan kulit
primer, dengan atau tanpa pemakaian drain
tertutup
 Kemungkinan infeksi tidak lebih dari 2 % (
infeksi saat operasi dari petugas/lingkungan )
OPERASI BERSIH TERCEMAR

Operasi membuka traktus digestivus,


traktus biller, traktus urinarius, traktus
respiratorius sampai dengan orofaring,
atau traktus reproduksi kecuali ovarium
Operasi tanpa pencemaran nyata (gross
spillage), contohnya operasi pada traktus
billier, apendiks, vagina a orofaring.
Kemungkinan untuk infeksi 4 – 10 %
OPERASI TERCEMAR

 Operasi yang dilakukan pada kulit yang


terbuka, tetapi masih dalam waktu emas
(Golden periode )
 Kemungkinan untuk infeksi 20 %
OPERASI KOTOR/INFEKSI
Perforasi traktus digestivus, traktus
urogenitalis atau traktus respiratorius yang
terinfeksi
Melewati daerah purulen (Inflamasi Bakterial)
Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah
kejadian , terdapat jaringan luas atau kotor
Dokter yang melakukan operasi menyatakan
sebagai luka operasi kotor/ terinfeksi
Kemungkinan untuk infeksi 40 %
Kondisi Pasien Berdasarkan American Society
of Anesthesiologists (ASA Score)
ASA 1 : Pasien sehat

ASA 2 : Pasien dg gangguan sistemik ringan-


sedang

ASA 3 : Pasien dg gangguan sistemik berat

ASA 4 : Pasien dg gangguan sistemik berat yg


mengancam kehidupan

ASA 5 : Pasien tdk diharapkan hidup walaupun


dioperasi atau tidak. 71
3.T .TIME ( T POINT )

Jenis operasi T Point ( Hours )


Coronary artery bypass graft 5
Bile duct, liver or pancreatic surgery 4
Craniotomy 4
Head and neck surgery 4
Colonic surgery 3
Joint prosthesis surgery 3
Vascular surgery 3
Abdominal or vaginal hysterectomy 2
Ventricular shunt 2 2
Herniorrhaphy 2
Appendectomy 1 1
Limb amputation 1
SC 1
Stratifikasi Berdasarkan Indeks Risiko Menurut
National Nosocomial Infection Surveilance ( NNIS )

Berdasarkan :
 Klasifikasi jenis operasi (kategori operasi)
 Bersih
0
 Bersih tercemar
 Tercemar 1
 Kotor}
 Klasifikasi kondisi pasien
 ASA : 1 0
 ASA : 2
 ASA : 3
 ASA : 4 1
 ASA : 5
 Durasi operasi
 Sesuai dgn waktu yg ditentukan nilai } 0
 Lebih dari waktu yg ditentukan nilai } 1
73
 Hindari pencukuran rambut,
pencukuran rambut dilakukan jika
mengganggu jalannya operasi, dan
jika harus melakukan pencukuran
hindari menggunakan razor, tapi
gunakan clipper electric

 Pastikan antibiotika propilaksis


diberikan sesuai pedoman antibiotika
lokal, sesuai kategori operasi spesifik.
 Pastikan pemberian antibiotika propilaksis
dalam 60 menit sebelum operasi
 Propilaksis dalam 24 jam setelah tindakan,
khusus jantung dalam 48 jam
 Pastikan temperatur tubuh pasien normal .
 Pastikan glukosa darah dalam batas
normal
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan
dengan
1. klasifkasi clean contaminated
2. kriteria clean dengan memasang bahan prostesis.
3. kriteria clean dengan dapat menimbulkan
dampak yang serius seperti operasi bedah syaraf,
bedah jantung, dan mata

Tidak diperikan pada


operasi contaminated atau dirty  terapi empirik
akan lebih tepat.
PENCEGAHAN SSI
1.Pre-operative Phase
Berikan penjelasan pentingnya pencegahan
infeksi
Kaji adanya tanda – tanda infeksi
Mandikan pasien dengan antiseptik sore hari
sebelum operasi
Lakukan pencukuran satu jam sebelum operasi (
bila di perlukan ) menggunakan elektik clipper
PENCEGAHAN SSI
2.Intra operasi

Petugas kamar bedah :


 Petugas yang sakit dilarang masuk kamar bedah
 Tidak memakai kutek,berkuku panjang,memakai perhiasan di
tangan ( cincin,gelang,jam tangan )
 Bekerja dengan tehnik aseptik
 Lakukan kebersihan tangan bedah sebelum menggunakan
sarung tangan
 Gunakan baju dan sandal khusus kamar bedah
 Gunakan APD sebelum masuk kamar bedah
PENCEGAHAN SSI
3.Post operasi
Ada 2 macam luka post operasi
Tertutup (the skin edges are held in approximation by staples
or sutures)
 Rawat luka dengan cara septik dan aseptik
 Gunakan APD
 Luka ditutup hanya 48 jam
 Rawat luka dengan cairan normal salin
Terbuka ( delayed primary clossured )
Rawat luka bila kotor atau sesuai indikasi
PENCEGAHAN SSI

Lingkungan kamar bedah


 Tekanan positive
 Kelembaban 40 -60 %
 Suhu 19 – 24 º C
 Pertukaran udara 15 x/jam
 personil yang bekerja di kamar bedah minimum dan tamu
hanya maximal 2 orang
 Kamar operasi /lingkungan dibersihkan menggunakan
disinfektan ( tidak ada fogging atau UV )
Pencegahan IDO
 Berhenti merokok 1 bulan sebelum operasi
 Mandi pasien dengan antiseptik malam dan
pagi hari sebelumoperasi
 Petugas tidak memakai jam tangan
,gelang,cincin
 Tidak berkuku panjang dan memakai kutek
Surveilans
Populasi berisiko SSI → semua pasien yang
dilakukan tindakan pembedahan

Numerator → jumlah kasus terjadi SSI

Denominator → jumlah pasien yang


dilakukan operasi (Stratifikasi berdasarkan
Indeks Risiko)
Kelompokkan infeksi luka operasi sesuai
dengan jenis operasi (appendiktomie, SC,
laparascopy, CABG)
83

Anda mungkin juga menyukai