Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK 1

PERILAKU GIZI

DISUSUN OLEH.
DEBBY WULAN SARI
Melda Rosnita
Murdiningsih Arie
Rita Ulitiningsih
Yoeniske Angreine

PRODI GIZI
STIKES BINAWAN
TAHUN 2018
KONSEP PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN
A. Definisi Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas
dari pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikrjakan oleh organisme
tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung.

Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan
menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada
lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
2. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang
direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang
terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru,maka yang terjadi adalah
sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini
disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada
empat alasan pokok, yaitu :

1. Pemikiran dan perasaan

Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.

2. Orang penting sebagai referensi

Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan
cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru,
kepala suku dan lain-lain.

3. Sumber-sumber daya
Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan
dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun
negatif.

4. Kebudayaan

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang
normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

B. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.
Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :
1)      Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon
baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini
dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit
a)      Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya
makan makanan bergizi, dan olahraga.
b)      Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah
malaria, pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan
penyakit kepada orang lain.
c)      Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati
penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas
kesehatan tradisional.
d)     Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit
misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.
2)      Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap
fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obat.
3)      Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya.,
pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.
4)      Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan
sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup
kesehatan lingkungan.itu sendiri.
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:
1)      Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab
itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a)      Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b)      Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c)      Perilaku gizi (makanan dan minuman).
2)      Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
atau Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior).
Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau
kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self
treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3)      Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan ini.
a)      Perilaku hidup sehat
.Adalah perilaku –perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku
ini mencakup antar lain :
(1)   Menu seimbang
(2)   Olahraga teratur
(3)   Tidak merokok
(4)   Tidak minum-minuman keras dan narkoba
(5)   Istirahat yang cukup
(6)   Mengendalian stress
(7)   Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b)      Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c)      Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup:
(1)   Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
(2)   Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
(3)   Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan
pelayanan kesehatan).

2.2 faktor – faktor penentu perilaku


kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor
perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1)      Faktor pembawa ( predisposing factor ) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan lain sebagainya
2)      Faktor pendukung ( enabling factor ) yang terwujut dalam lingkungan fisik, sumber
daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
3)      Faktor pendorong ( reinforcing factor ) yang terwujut di dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan maupun petugas lain , teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari faktor – faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang
bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan
juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seseorang yang tidak mau
mengimunisasikan anaknya , dapat disebabkan karena dia memang belum tahu manfaat
imunisasi (predisposing factor ),.atau karena jarak posyandu dan puskesmas yang jauh dari
rumahnya (enabling factor ) sebab lain bisa jadi karena tokoh masyarakat di wilayahnya tidak
mau mengimunisasikan anaknya ( reinforcing factor ).
Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum
tergantung faktor intern ( dari dalam individu ) dan faktor ekstern (dari luar individu ) yang
saling memperkuat . Maka sudah selayaknya kalau kita ingin merubah perilaku kita harus
memperhatikan faktor – faktor tersebut di atas.

2.3 Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan


Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan
atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang
dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program –
program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma
kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk
memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1)      Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang
yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan
tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan
kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata
rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu
lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2)      Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan
bersifat lebih langgeng.
3)      Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi
kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa
masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam
diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama
dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar
perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih
mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika
ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan
tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan
yang langgeng.

C. Teori Perlaku

Skinner (1938) adalah seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku


merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh
karena itu, perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”
atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua respon yaitu :
1. Respondent Response (Reflexive Response)
Respondent respon yaitu respon tertentu yang ditimbulkan oleh stimulus
tertentu. Artinya, hubungan antara stimulus dan respons bersifat sangat terbatas dan
hampir sudah terpola. Oleh sebab itu, responden respons sangat kecil
kemungkinannya untuk dimodifikasi.
Contohnya :
a. Disaat cuaca dingin, maka akan banyak orang yang menggunakan jaket
b. Kondisi ruangan yang gelap dan sepi menimbulkan rasa takut pada manusia
c. Mendengar berita duka akan menimbulkan rasa sedih
d. Mendengar berita gembira akan menimbulkan rasa senang
2. Operant Response (Instrumental Response)
Operant response yaitu respon yang timbulnya diikuti oleh munculnya
perangsang - perangsang lain atau reinforcing stimuli atau reinforcer. Reinforcer ini
kemudian akan memperkuat response reflexive yang dilakukan oleh organisasi.
Dengan kata lain, reinforcer menyebabkan terjadinya multipler effect atau efek
rentetan dalam diri seseorang. Karena sifatnya yang demikian, maka mungkin saja
perilaku dapat dimodifikasi dengan menggunakan operant atau instrumental
response.

Contoh :
1. Setiap selesai mendengarkan penjelasan gurunya para murid mengajukan
beberapa pertanyaan kepada gurunya kemudian akan memperoleh tambahan nilai
dari gurunya, maka para murid yang bertanya akan semakin banyak.
2. Andi bangun pagi selalu kesiangan kemudian ibunya memberikan peraturan
kepada Andi setiap Andi bangun kesiangan maka uang jajanya akan dikurangi,
maka setelah itu Andi selalu berusaha untuk tidak bangun kesiangan dan pada
akhirnya Andi terbiasa untuk bangun pagi.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini dapat dibedakan menjadi dua perilaku,
yaitu :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup (covert behavior) adalah respons seseorang terhadap bentuk


terselubung atau tertutup (covert). Dimana perilaku terjadi jika respon terhadap
stimulus tersebut masih belum dapat diamati secara langsung dari luar. Respon
seseorang tersebut masih terbatas dalam bentuk perasaan, persepsi, pengetahuan,
dan sikap terhadap stimulus yang bersangkan. Bentuk covert behavior yang dapat
diukur adalah pengetahuan dan sikap

Contoh : Ibu hamil mengetahui bahwa periksa kehamilan sangat penting untuk
kesehatan bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya
kepada tetangganya dimana tempat periksa hamil yang dekat (sikap).

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka (overt behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus


dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Contoh Perilaku terbuka (overt behavior) :

 Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau bidan


praktik
 Seorang anak menggosok gigi setelah makan

TEORI S-O-R

RESPONS TERTUTUP
(PENGETAHUAN
STIMULUS ORGANISME /SIKAP

RESPONS TERBUKA
(TINDAKAN)
Teori – Teori Perilaku Kesehatan dan Perubahanya
Teori – Teori perilaku kesehatan
1. Perilaku manusia merupakan  resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal
2. Faktor determinan perilaku manusia luas, namun beberapa ahli mencoba
merumuskan teori terbentuknya perilaku manusia
3. Teori perilaku manusia yang akan kita bahas kali ini adalh : Teori ABC, Reason
Action, “PRECED-PROCEED”, Behavior intention, Thoughs and Feeling.

a)        Teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer : 1977 )


Menurut teori ini perilau manusia merupakan sutu proses sekaligus hasil interaksi
antara :
Antecedent Behavior Consequences
1.      Antecedent         : trigger, bisa alamiah ataupun man made
2. Behavior             : reaksi terhadap antecedent
3. Consequences : bisa positif( menerima), atau negatif ( menolak )

Contoh:  Penyuluhan di Posyandu tentang bagaimana agar anak mau makan banyak,
salah satunya dengan membuat tampilan makanan menarik (A), Ibu membuat
tampilan makanan semenarik mungkin ( B ), Anak mau makan banyak ( C )
b)        Teori “REATION ACTION” (FESBEIN &AJZEN :1980 )
Teori ini menekankan pentingnya “intention”/niat sebagai faktor penentu perilaku
Niat itu sendiri ditentukan oleh :
1.       sikap
2. norma subjektif
3. pengendalian perilaku

Contoh : Seorang ibu yang mau mengimunisasikan anaknya didasari niat, dimana
niat itu ditentukan oleh sikap ibu yang setuju dengan imunisasi, keyakinan ibu akan
perilaku yang diambil dan sudah siap bila anaknya panas setelah diimunisasi.
c)        Teori PRECED-PROCEED ( Lawrence Green : 1991 )
Perilaku kesehatan ditentukan oleh faktor :
Predisposing factors, terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai Enabling factors, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas Reinforcing
factors, terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau dari kelompok
referensi dari perilaku masyarakat
Contoh : 
Seorang bapak mau membangun WC yang sebelumnya masih BAB di sungai
karena :
1.      Ia tahu BAB di jamban lebih sehat( Pf)
2. Ia punya bahan bangunan untuk memebangun WC( Ef )
3. Ada surat edaran dari Pak Lurah agar setiap kelurga mempunyai WC ( Rf)

Secara matematis : B = f ( Pf, Ef, Rf )

d)       Teori BEHAVIOR INTENTION( Snehendu Kar : 1980 )


Menurut teori ini, perilaku kesehatan merupakan fungsi dari :
1.      Behavior intention
2. Social support
3. Accessibility to information
4. Personal autonomy
5. Action situation

B = f ( BI, SS, AI, PA, AS )


Contoh: 
Seorang ibu melahirkan di dukun yang belum mengikuti pelatihan asuhan persalinan
normal, bukan di tenaga medis terlatih, mungkin dikarenakan  :
1.      Tidak ada niat melahirkan di bidan(BI)
2. Tidak ada tetangganya yang melahirkan di bidan(SC)
3. Tidak mendapat informasi persalinan yang sehat(AI)
4. Tidak bebas menentukan, takut mertua(PA)
5. Kondisi jauh dari puskemas(AS)

e)        Teori  “THOUGHT AND FEELING” ( WHO:1984)


Menurut teori ini perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh :
1.      Thoughts and feeling
2. Personal reference
3. Resources
4. Culture
B = f ( TF, PR, R, C )

Contoh : 
Seorang ibu habis melahirkan tidak mau menyusui anaknya, karena dia punya
keyakinan kalau payudaranya akan hilang keindahannya bila menyusui (TF), atau
karena artis yang diidolakannya tidak menyusui sehingga dia mengikuti (PR), atau
karena harus bekerja, tidak ada waktu untuk menyusui (R), atau karena kebudayaan di
daerah ibu tersebut lebih keren kalau memberi susu formula daripada ASI, makin
mahal harga susu maka status sosial makin naik (C).

Teori – Teori Perubahan Perilaku Kesehatan 


Teori perubahan perilaku kesehatan ini penting dalam promosi kesehatan yang bertujuan
“behavior change”
Perubahan perilaku ini diarahkan untuk :
1.      mengubah perilaku negatif ( tidak sehat ) menjadi perilaku positif ( sesuai dengan nilai-
nilai kesehatan )
2. pembentukan atau pengembangan perilaku sehat
3. memelihara perilaku yang sudah positif

Teori-teori yang akan kita bahas adalah : Teori SOR, Festinger, Fungsi, Kurt Lewin.

Teori Perubahan Perilaku Kesehatan


Menurut teori ini, penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang( stimulus ) yang berkomunikasi dengan organisme. Perilaku dapat
berubah hanya apabila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus
semula (mampu meyakinkan). Karena itu kualitas dari sumber komunikasi sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku, misalnya gaya bicara, kredibilitas
pemimpin kelompok, dsb
a)        Dissonance Theory (Festinger : 1957)
Ada suatu keadaan cognitive dissonance yang merupakan ketidakseimbangan
psikologis, yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai
keseimbangan kembali.Dissonance tejadi karena dalam diri individu terdapat elemen
kognisi yang bertentangan, pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila terjadi 
penyesuaian secara kognitif, akan ada perubahan sikap yang berujung perubahan
perlaku.
Contoh : 
Orang yang merokok merasa resah, dia tahu bahaya merokok tapi merasa bukan laki-
laki kalau tidak merokok (dissonance). Akhirnya dia memutuskan kalau kejantanan
seseorang bukan hanya dari merokok, tapi dari banyak hal.Akhirnya dia memutuskan
berhenti merokok (consonance).
b)       Teori Fungsi (Katz : 1960)
Meurut teori ini perilaku mempunyai fungsi :
1.      instrumental
2. defence mechanism
3. penerima objek dan pemberi arti
4. nilai ekspresif

Perubahan perilaku individu tergantung kebutuhan Stimulus yang dapat memberi


perubahan perilaku individu adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks
kebutuhan orang tersebut.

c)        Teori Kurt Lewin (1970)


Menurut Kurt Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan seimbang antara
driving forces (kekuatan-kekuatan pendorong)   dan restrining forces (kekuatan-
kekuatan penahan). Perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara
kedua kekuatan tersebut. Ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku :
1.      Kekuatan pendorong, kekuatan penahan tetap perilaku baru 
Contoh : seseorang yang punya saudara dengan penyakit  kusta sebelumnya tidak mau
memeriksakan saudaranya karena malu dikira penyakit keturunan, dapat berubah
perilakunya untuk memeriksakan saudaranya ke puskesmas karena adanya penyuluhan
dari petugas kesehatan terdekat tentang pentingnya deteksi dini kusta. 
2.      Kekuatan penahan, pendorong tetap perilaku baru 
Misalnya pada contoh di atas , dengan memberi pengertian bahwa kusta bukan
penyakit keturunan, maka kekuatan penahan akan melemah dan terjad perubahan
perilaku.
3.      Kekuatan penahan, pendorong, perubahan perilaku.
Misalnya pada contoh di atas dua-duanya dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai