Kelompok X :
1. Ajeng Yantri Vacacea W
2. Dewi Retnosari
3. Dwi endah
4. Galih Prakoso
5. Gufron Thoyibi
6. Iryatika N
7. Lailyanasari O
8. Rama Nugraha
9. Ridha Noor Hanifa
10. Sekar S
11. Wardhani Herawati
12. Emy Ariviana
(R0215005)
(R0215027)
(R0215033)
(R0215041)
(R0215043)
(R0215053)
(R0215061)
(R0215085)
(R0215087)
(R0215091)
(R0215101)
(R0215036)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................
B. Tujuan............................................................................................
C. Manfaat..........................................................................................
A. Tinjauan Pustaka............................................................................
B. Perundang-undangan..................................................................... 23
BAB III HASIL......................................................................................... 26
A. Pelaksanaan.................................................................................... 26
B. Deskripsi Perusahaan..................................................................... 27
C. Observasi....................................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................... 36
A. Prioritas Masalah........................................................................... 36
B. Penentuan Jalan Keluar.................................................................. 36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 38
A. Simpulan........................................................................................ 38
B. Saran.............................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 40
ii
BAB I
PENDAHULAUAN
A. Latar Belakang
Di era modern sekarang ini untuk menunjang kemajuan sebuah negara
di bidang industri perlu diterapkan berbagai pilar khususnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Di berbagai Negara maju misalnya seperti Jepang, mereka
telah menetapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di bidang industri.
Di Indonesia tahun 2012 mulai menerapkan SMK3 untuk mencegah
kecelakaan kerja. Menurut PP No. 50 Tahun 2012 dijelaskan bahwa setiap
instansi yang memiliki karyawan lebih dari 100 orang, diwajibkan
menerapkan SMK3. Tetapi di Indonesia, SMK3 yang diterapkan tersebut
belum tercapai secara maksimal dan masih ada kecelakaan kerja yang terjadi.
Pada tahun 2007 menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang
mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697
orang cidera.
ILO memperkirakan bahwa tiap tahun sekitar 24 juta orang meninggal
karena kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja termasuk didalamnya
360.000 kecelakaan fatal dan diperkirakan 1,95 juta disebabkan oleh penyakit
fatal yang timbul di lingkungan kerja. Hal tersebut berarti bahwa pada akhir
tahun hampir 1 juta pekerja akan mengalami kecelakaan kerja dan sekitar
5.500 pekerja meninggal akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Dari akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat
ditimbulkan dari banyaknya industri yang berkembang, maka perlu adanya
penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap pekerja dan mengadakan upaya-upaya
pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk menunjang SMK3
tersebut perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak seperti pengelola
perusahaan dan karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.
Salah satunya di PT. Iskandar Indah Printing Textile yang merupakan
perusahaan yang bergerak di sektor industri cukup besar di daerah Surakarta.
Perusahaan ini mampu mengekspor hasil produk sampai ke Malaysia,
Singapura, dan Dubai. PT. Iskandar Indah Printing Textile mempunyai
beberapa proses produksi yaitu proses weafing dan printing. Setiap proses ini
mempunyai potensi dan faktor bahaya, salah satunya pada proses fiksasi yang
mempunyai faktor bahaya yang dapat mengakibatkan penyakit terhadap
tenaga kerja. Karena dampak yang buruk bagi kesehatan tenaga kerjanya,
maka PT.Iskandar Indah Printing Textile wajib menerapkan higine industri
diperusahaannya. Permasalahan dari proses fiksasi merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan turunnya proses produksi, tingginya biaya
penggantian tenaga kerja dan material, menurunnya kualitas kerja, dan
menyebabkan kemungkinan terjadinya penyakit dan error.
B. Tujuan
Adapun tujuan kunjungan ke PT Iskandar Indah Printing Textile antara lain :
1. Tujuan Umum
Memberi kemampuan dan pengetahuan kepada mahasiswa dalam mencegah
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta memberi solusi pada proses fiksasi
C. Manfaat
1. Bagi Perusahaan
a. Dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai potensi dan
faktor bahaya di PT. Iskandar Indah Printing Textile.
b. Dapat dijadikan sarana atau masukan dari penerapan K3 di perusahaan,
sehingga efisiensi dan efektifitas perusahaan dapat ditingkatkan.
4
2. Bagi penulis
a. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang K3 dan
Managemen K3.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi faktor dan potensi bahaya di PT.
Iskandar Indah Printing Textile.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Kecelakaan pada pekerja merupakan kejadian tragis yang bukan saja berakibat
buruk terhadap pekerja itu sendiri tapi juga dirasakan oleh anggota keluarga atau
teman kerjanya.Keselamatan merupakan hak asasi seseorang, yang patut
diperolehnya baik dilingkungan kerja, ditempat umum, maupun dirumah. Karena
itu untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi
bahaya di tempat kerja, pengenalan potensi bahaya di tempat kerja sejak awal
dapat diberitahukan agar pekerja dapat lebih waspada dan berperilaku selamat.
Berperilaku selamat, berarti tidak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk
kelompoknya atau masyarakat umum disekitarnya. Jangan sampai karena
perilaku yang mengabaikan keselamatan malah menimbulkan kecelakaan bagi
dirinya maupun orang lain.
1. Definisi Keselamatan
a. Keselamatan Kerja merupakan aspek penting yang harus diperhatikan
dalam setiap kegiatan perusahaan. Salah satu usaha untuk mencapai kondisi
yang aman adalah menghindari atau menekan terjadinya kecelakaan kerja.
Untuk
menghindari
atau
menekan
terjadinya
kecelakaan
serupa
sosial,
dengan
upaya
promotif,
preventif,
kurativ,
dan
berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses
produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; faktor
manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi
kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
Potensi bahaya di proses fiksasi yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
a. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &
dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
1) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek
yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak
perlu.Penerangan yang kurang di lingkungan kerja akan menambah
beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Penerangan
yang memadai memberikan kesan pemandangan yang baik dan
menyegarkan.Oleh karena itu, penerangan dalam lingkungan kerja harus
cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya
yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan
dengan
pencahayaan
dalam
hubungannya
dengan
11
bila dibandingkan dengan orang kecil badannya karena orang yang kecil
badannya mempunyai ratio luas permukaan badan yang lebih kecil dan
panas yang ditimbulkan lebih sedikit.
Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24-26 C.
Sedangkan temperatur yang terlampau panas, dapat mengakibatkan
timbulnya kelelahan tubuh yang lebih cepat dan dalam bekerja
cenderung membuat banyak kesalahan dan berakibat menurunkan
prestasi kerja berfikir.
Pengendalian iklim (cuaca) kerja sebagai upaya agar dapat
mendorong produktivitas kerja antara lain adalah penyelenggaraan air
conditioning (AC) di tempat kerja. Kesalahan sering terjadi dengan
memasang suhu terlalu rendah yang berakibat timbulnya aneka keluhan
oleh karena udara ruangan kerja yang sangat dingin dan suhu sangat
rendah acapkali diikuti meningkatnya penyakit tenggorok dan
pernafasan. Selain itu, suhu yang terlalu dingin menyebabkan tenaga
12
kerja jauh lebih sering pergi ke toilet dan hal ini cukup mengganggu
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, sebaiknya diperhatikan hal berikut:
(a) Suhu disetel pada 24-26C atau lebih rendah 1-2C
(b) Penggunaan AC di tempat kerja disertai juga upaya pemasangan AC
di rumah agar tenaga kerja berada pada kondisi suhu yang stabil di
rumah dan di tempat kerja.
(c) Bila perbedaan di dalam dan di luar ruangan 5C, perlu adanya suatu
kamar adaptasi atau meniupkan udara di pintu keluar/masuk sehingga
perbedaan suhu berkurang.
Di daerah tropis, pekerjaan di tempat yang suhunya luar biasa rendah
misalnya beberapa derajat celcius sangat terbatas jumlahnya. Pekerjaan
demikian misalnya terdapat di dalam kamar pendingin untuk proses
membekukan udang atau yang lainnya. Pengaturan waktu kerja dan
penggunaan pakaian pelindung yang cukup tebal sangat membantu
melakukan
13
penyesuaian. Lebih mengerucut lagi, saat-saat awal proses aklimatisasi
yang memerlukan perhatian khusus adalah minggu-minggu pertama
seseorang berada di tempat dengan iklim (cuaca) baru.
Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu
lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :
(a) Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak
cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan
tubuh < 1,5 % gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal
dan mulut mulai kering.
(b) Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat,
iritasi kulit akibat keringat berlebihan saat cuaca panas atau lembab.
Pada kondisi demikian pekerja perlu beristirahat pada tempat yang
lebih sejuk atau dingin dan dapat menggunakan bedak penghilang
keringat untuk menyamankan badan.
(c) Heat Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran
darah ke otak tidak cukup karena sebagian besaraliran darah dibawa
ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan
suhu tinggi, dehidrasi dan kekurangan aklimatisasi.
(d) Heat Cramps. Nyeri atau spasme otot yang diakibatkan oleh
pengeluaran keringat berlebih saat melakukan aktivitas berat.
Pengeluaran keringat tersebut menguras kadar ion garam tubuh dan
kelembabannya.
Penurunan
kadar
ion
garam
pada
otot
14
(e) Heat Exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu
banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering,
keringat berlebihan, mual, keram otot, sangat haus, lemah, napas
cepat dan dangkal. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh
pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
(f) Heat Stroke. Kondisi kegagalan thermoregulasi pada tubuh. Terjadi
jika tubuh tidak dapat lagi mengontrol temperature, temperature
tubuh meningkat dengan sangat cepat, kemampuan berkeringat rusak,
dan tubuh tidak dapat mendiginkan diri. Dapat menyebabkan
kecatatan atau bahkan kematian. Segera pindahkan pekerja ketempat
yang lebih dingin, guyur dengan air dingin dan cari pertolongan
medis.
Pencegahan terhadap efek yang timbul oleh tekanan panas dapat
dilakukan dengan cara dan teknik pengaturan pelaksanaan kerja
(administrative work practice). Cara cara dan teknik untuk
menurunkan panas atau iklim kerja dapat dilakukan :
keluar
setempat
(local
exhaust
ventilation)
untuk
15
7) Pencegahan melalui pengaturan pelaksanaan kerja antara lain :
aklimatisasi, penyediaan air minum dan garam, pengaturan waktu
atau lamanya kerja.
b. Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui :inhalation
(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan,
bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya racun bahan (toksisitas);
cara masuk ke dalam tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh
dapat melalui:
1) Pernapasan (inhalation)
2) Kulit (skin absorption)
3) Tertelan (ingestion)
4) Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau keduaduanya.
Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah
1) Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat
kontak.Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau
dermatitis.Iritasi
pada
alat-alat
pernapasan
yang
hebat
dapat
16
2) Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak baik oleh karena percikan,
maupun tertumpah ke kulit atau mata, atau terminum, tertelan serta
terhirup masuk ke paru-paru. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah
bagain tubuh yang paling umum terkena.Contoh zat yang dapat
menyebabkan korosif, yaitu : konsentrat asam dan basa , fosfor.
3) Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan
atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah
tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari
19,5% volume udara.Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan
oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada
kulit.Contoh zat yang dapat menyebabkan asfiksian yaitu :
a) Asfiksian sederhana :methane, ethane, hydrogen, helium.
b) Asfiksian kimia :carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide,
hydrogen sulphide.
4) Reaksi Alergi
18
Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit
berbagai faktor kekuatan, kelemahan peluang serta ancaman yang dimiliki dan
atau yang dihadapi oleh organisasi. Pengertian dari SWOT adalah :
a. Strength (kekuatan)
Strength adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan
berperan besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan
20
yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai
tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
b. Weakness (kelemahan)
Weakness adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimilik oleh organisasi.
c. Opportunity (peluang)
Opportunity adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi
oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar
peranannnya dalam mencapai tujuan organisasi.
d. Threats (ancaman)
Treats adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi oleh
suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya
dalam mencapai tujuan organisasi.
5. HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control)
Hazard identification risk assesment and determining control
(HIRADC) yang biasa dikenal dengan identifikasi
menimbang (assessment) resiko
faktor
bahaya,
bahaya
yang
sudah
diidentifikasi
dan
Tahapan
peralatan,
bahaya
dan
dengan
Pelatihan
Monitoring berkelanjutan terhadap area kerja
Biological monitoring kepada pekerja
Pembatasan dan rotasi jam kerja maupun lokasi kerja kepada
setiap individu
- Kebersihan lingkungan kerja
35
e. Personal Protective Equipment adalah pengendalian bahaya dengan
memberika alat pelindung diri kepada para pekerja. Alat Pelindung
Diri digunakan apabila didapatkan bahwa lokasi kerja tidap dapat
benar-benar aman, penggunaan alat pelindung diri berada pada hirarki
terakhir apabila engineering kontrol dan administrative kontrol sudah
dilakukan, namun belum menciptakan area kerja yang benar-benar
terbebas dari hazard.
Tujuan penggunaan
alat
pelindung
diri
bukan
untuk
21
B. Perundang-undangan
Perundang-undangan yang mengatur tentang higiene industri adalah :
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Pasal 3 ayat 1
menteri
Tenaga
Kerja
Republik
Indonesia
Nomor
22
kerja
mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan
tujuan pembangunan.
c. Bahwa sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan
pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja
dan peran sertanya dalam pembangunan serta pembangunan tenaga kerja
dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
d. Bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin
hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar aapun untuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.
e. Bahwa beberapa undang-undang dibidang ketenagakerjaan dipandang
sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan
ketenagakerjaan, oleh karena itu perlu dicabu dan atau diatarik kembali.
f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf
a,b,c,d, dan e perlu membentuk undang-undang tentang ketenagakerjaan.
BAB III
HASIL
Vennonschamp) dengan nama CV. Varia Tex, berdasar akta perusahaan No. 98
tanggal 23 Mei 1975. Nama CV. Varia Tex ini berasal dari nama salah satu
teman pemilik perusahaan ini. Karena yang mempunyai perusahaan adalah
warga negara asing, sedangkan dulu warga negara asing tidak boleh
mendirikan suatu perusahaan, maka nama perusahaan ini menggunakan nama
salah satu teman pemilik perusahaan yang sudah memiliki kewarganegaraan
Indonesia. CV. Varia Tex memulai produksinya satu tahun setelah berdiri yaitu
pada tahun 1976. Pada awal berdirinya perusahaan bermodalkan 25 unit mesin
tenun, dan kemudian mengalami perkembangan hingga pada tahun 1977
perusahaan memiliki 77 unit mesin tenun. Produksi perusahaan terus
meningkat, hal ini dibuktikan pada tahun 1980 perusahaan mendatangkan
mesin kanji dari Taiwan yang fungsinya mengeringkan kain secara otomatis.
Pada tahun yang sama perusahaan juga memperluas bangunan dan menambah
mesin 5 tenun hingga 300 unit. Karena permintaan yang semakin meningkat,
maka perusahaan merasa perlu menambah kapasitas produksi dengan
menambah mesin tenun, hingga pada akhir tahun 1993 jumlah mesin tenun
yang dimiliki perusahaan berjumlah 614 unit.
Melihat usaha yang terus berkembang,maka pimpinan perusahaan
mengambil kebijaksanaan untuk mengubah bentuk perusahaan dari bentuk CV
(Commanditer Vennonschamp) atau Persekutuan Komanditer menjadi bentuk
PT (Perseroan Terbatas). Perubahan bentuk ini didasarkan alasan bahwa
dengan
bentuk
PT,
perusahaan
lebih
mempunyai
peluang
dalam
24
sangat signifikan, yaitu dapat dilihat dari awal berdirinya yang hanya
memiliki 25 mesin tenun yang digunakan dalam proses pembuatan kain
sekarang menjadi 632 mesin tenun yang telah dimiliki oleh PT. Iskandar Indah
Printing Textile. Dari 632 mesin tenun tersebut merupakan buatan dari
23
berbagai macam negara. Negara-negara tersebut adalah Cina yang berjumlah
176 mesin, Belgia 108 mesin, dan terbanyak adalah buatan Jepang yang
berjumlah 348 mesin. PT. Iskandar Indah Printing Textile hanya memiliki 963
tenaga kerja, dengan waktu kerja mengacu Undang-undang No. 01 Tahun
1970 bahwa tenaga kerja bekerja maksimal 40 jam/minggu. Hal ini dilakukan
untuk mengefisienkan dan efektifkan dalam proses produksi.
2. Proses Produksi
Pada produksi secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Proses Spinning atau Pintal
Spinning atau biasa disebut juga dengan proses pemintalan adalah
proses awal yaitu proses dari bahan baku kapas hingga menjadi benang,
25
namun pada PT. Iskandar Indah Printing Textile tidak melakukan proses
ini. Sehingga bahan baku benang tersebut membeli dari perusahaan tekstil
lain yang ada di kota Solo.
b. Proses Weaving atau Tenun
Weaving atau biasa disebut juga proses penenunan adalah proses
mengolah benang menjadi kain. Sebelum masuk ke proses penenunan
atau Weaving, benang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Dalam proses
ini mempersiapkan benang hingga terbentuk anyaman benang yang siap
masuk ke dalam Loom. Proses Weaving ini adalah proses menyilangkan
antara dua benang. Kedua benang tersebut adalah benang lusi dan benang
pakan.
Proses
pada
benang
lusi
yaitu
dari
proses
Warping
23
26
lelah
dalam
bekerja,
sehingga
menimbulkan
sangat kurang,
kurangnya
27
sehingga dapat
29
BENANG
BENANG LUSI
BENANG PAKAN
MESIN WARPING
MESIN PALET
MESIN KANJI
PENCELUPAN
FLAT PRINT
FIXETATION
OPERATOR CUCUK
WASHING
MESIN TENUN
STENTER
KAIN GREY
CALENDER
INSPECTING
CONTROLLING
PEMUTIHAN
BAB IV
PEMBAHASAN
CUTTING
LABELLING
Potensi Bahaya
(kecelakaan)
Kurangnya
penerangan Pekerja
seperti
lampu
mengalami Observasi
menyebabkan kecelakaan
2.
Sumber Data
kurangnya penerangan
Kurangnya ventilasi yang Pekerja terkena gangguan Observasi
baik yang menyebabkan pernafasan dan iritasi kulit lapangan
sirkulasi udara tidak lancar karena
serta
ruangan
lamanya
terpapar
dehidrasi
Managemen
House
sehingga
kain karena
yang
menyebabkan
5.
terhadap
mengakibatkan pekerja
kecelakaan
Kurangnya
Keeping
panas Observasi
tersandung
Pekerja tidak
kurangnya
Managemen
masker
berserakan lapangan
B. Prioritas Masalah
Berdasarkan diskripsi permasalahan K3L yang ada di PT.Iskandar
Textile, maka dibuat matriks sebagai berikut :
Tabel 2. Teknik Kriteria Matriks pemilihan Prioritas Masalah
No
Daftar
.
1
Masalah
Kurangnya
pencahayaan
yang
dapat
P S RI
3 3 2
DU
3
SB
3
PCC
4
PCm
1
Jumlah
IxTxR
76
menyebabkan
kelelahan mata
dan kurangnya
daya
2
fokus
mata pekerja
Suhu
yang 3
84
34
11
tersandung
Pekerja terpapar 4
126
panas
karena
kurangnya
ventilasi
maupun
fasilitas seperti
3
kipas angin/AC
Kedisiplinan
pekerja
dalam
pemakaian
APD
belum
optimal
4
Kurangnya
penataan
dari
kain
printing
sehingga
mengakibatkan
pekerja
5
dapat
bahan
kimia
dalam
waktu
yang lama
Tuntutan
31
4
144
pekerjaan yang
mengharuskan
pekerja terpapar
limbah
bahan
kimia
selama
proses fiksasi
Keterangan :
I
RI
DU
SB
PCC
PCm
37
kimia sintetis yang
38
d) Ancaman (Threat)
40
(1) Pekerja yang ditempatkan pada malam hari akan lebih sering
melakukan kesalahan dalam bekerja dan terjadi kecelakaan
kerja
(2) Pekerja wanita yang ditempatkan pada malam hari dapat
memicu tindakan asusila, seperti : Pemerkosaan, pelecehan
seksual, pencurian dan lain lain
5) Alat Pelindung Diri (APD)
a) Kekuatan (Strength)
(1) Mengurangi faktor risiko dan potensi bahaya akibat terpapar
langsung limbah kimia hasil fiksasi.
b) Kelemahan (Weakness)
(1) Pekerja kurang nyaman dalam memakai APD seperti masker
dan sarung tangan
(2) Perusahaan menyediakan APD yang tidak sesuai dengan
ukuran tubuh pekerja
c) Peluang (Opportunity)
(1) Pekerja dapat terhindar dari paparan langsung limbah bahan
kimia sintetis yang berbahaya
(2) APD mudah digunakan dan mudah didapat karena banyak toko
yang menjual
d) Ancaman (Threat)
(1) Pengeluaran biaya untuk pembelian APD tidak sedikit
(2) Pekerja tidak mau memakai APD karena tidak sesuai dengan
ukuran tubuh mereka
6) Behavior Based Safety : Para pekerja diwajibkan mematuhi semua
peraturan yang telah dibuat oleh pabrik, seperti menggunakan alat
41
produksi sesuai ketentuan, berhati-hati dalam bekerja , teliti dalam bekerja
dan lain-lain.
a) Kekuatan (Strength)
(1) Mengurangi angka kecelakaan kerja dan PAK pada proses
fiksasi
b) Kelemahan (Weakness)
(1) Para pekerja kurang mematuhi peraturan safety yang sudah
dibuat oleh perusahaan
c) Peluang (Opportunity)
Kelemahan (Weakness)
resiko
penyakit
akibat
produksi
tidak
sesuai
mencemari
lingkungan sekitar
(5) Kerja pekerja
menjadi lebih aman,
efisien, dan efektif
(6) Mengurangi kelelahan terhadap pekerja
(7) Produktivitas kerja meningkat
(8) Mengurangi angka kecelakaan kerja dan
PAK pada proses fiksasi
Peluang (Opportunity)
Ancaman (Threat)
(1) Pekerja dapat terhindar dari penyakit
(1) Tidak tahu pasti seberapa besar pengaruh
akibat terpapar oleh limbah bahan kimia
penggaantian bahan kimia sintetis dengan
berbahaya
bahan kimia alami
(2) Hasil produksi meningkat
(3) Kerja menjadi sehat, aman, nyaman, dan (2) Tidak adanya sumber daya manusia yang
efisien
(4) Kota Surakarta dekat dengan Gunung
Lawu, dimana mencari bahan baku alami
untuk
proses
fiksasi
mudah
untuk
didapatkan
(5) Mempunyai ahli teknisi sehingga dapat
menghemat biaya
(6) Sisa biaya perbaikan dapat digunakan
dalam pemenuhan fasilitas yang lain
menerapkan
didalamnya
sistem
K3
kecelakaan kerja
(7) Pekerja wanita yang ditempatkan pada
malam hari dapat memicu tindakan
asusila, seperti : pemerkosaan, pelecehan
seksual, pencurian, dan lain-lain
(8) Pengeluaran biaya untuk pembelian APD
tidak sedikit
(9) Pekerja tidak mau memakai APD karena
tidak sesuai dengan ukuran tubuh mereka
(10) Kurangnya monitoring atau
pengawasan berkala terhadap para
pekerja
43
44
Kelemahan (W)
eksternal
Kekuatan : Peluang memilih Kelemahan
keuntungan
memanfaatkan peluang
Peluang (O)
Peluang
Ancaman
(T)
Mengendalikan ancaman
Mengarah kekuatan
Kekuatan atau ancaman
45
Kelemahan (W)
Eksternal
Peluang (O)
Strategi SO
Strategi WO
fiksasi
untuk
Mengadakan
pergantian
direncanakan
untuk
mengetahui
2. Perusahaan menerapkan
Dengan
adanya
reward target
untuk
keperluan
mengurangi
yang
produktifitas
dapat perusahaan
menyebabkan penyakit
yang
diharapkan
pekerja
terbebani
dengan
tambahan
kerja
merupakan
perusahaan.
4.
Penerapan
penjemputan
sebagai
shift
tenaga
upaya
dan
kerja
mengurangi
Ancaman (T)
1.
tentang
Strategi ST
Pemberian sosialisasi
bahayanya
limbah
Strategi WT
1. Melakukan pemeriksaan
berkala kepada tenaga kerja
digunakan
di
fiksasi
dan
dampak
secara
terus-
kimia
yang
3. Memberikan pengetahuan
optimal
bahan
kimia dan
pengawasan
pekerja
1.
terhadap
melanggar
47
peraturan tentang penggunaan
APD
yang
seperti
masker
dan
sarung tangan
3. Menentukan Prioritas Jalan Keluar
1. Menyusun Alternatif Jalan Keluar
Menyusun alternatif jalan keluar adalah untuk mengatasi prioritas
masalah yang sudah ditetapkan. Berikut ini alternatif jalan keluar :
Tabel 5. Alternatif Jalan Keluar
Masalah
Penyebab
Alternatif Penyelesaian
Pemaparan limbah
dengan menggunakan
1. Kurangnya
secara terus-menerus
bahan-bahan kimia
kesehatan pekerja
sintetis
tentang
penggunaan
sosialisasi
Melakukan
pergantian
3. Menggunakan teknologi
pengolahan limbah Reverse
3.
Kurangnya
fasilitas Osmosis
4. Kurangnya peringatan
(caution) tentang bahaya
pemakaian bahan kimia
dan
penyakit
diakibatkan
yang
dari
kimia tersebut
proses fiksasi
2.
D.
seleksi masalah
3) Makin selesainya masalahnya, makin penting jalan keluar tersebut
Sensitivitas jalan keluar
1) Hitung sensitivitas jalan keluar (Vunerability) dalam mengatasi masalah
yang dihadapi, untuk setiap alternatif.
50
2) Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah.
3) Makin cepat masalah teratasi, semakin alternatif jalan keluar tersebut.
E. Efisiensi Jalan Keluar
1) Tetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar,
yaitu dengan memberi angka 1 (paling tidak efisiensi) sampai dengan
angka 5 (paling efisiensi).
2) Nilai efisiensi dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar.
3) Makin besar biaya yang diperlukan, makin tinggi efisiensi jalan keluar
tersebut.
F.
G.
Jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.
Efektivitas
M
sosialisasi 3
I
2
V
2
Efisiensi
Jumlah
MxIxV
C
6
dan
pelatihan
tentang
mencemari lingkungan
Melakukan
pengawasan 3
8
51
kerja
tentang
Melakukan
sosialisasi 4
12
18
Mengadakan
pengecekan 3
gangguan
Melakukan
pergantian
limbah
dengan
kimia
yang
sintetis
menjadi
limbah
dengan
21,3
bahan
pengolahan
Reverse Osmosis
teknologi
limbah
imbang
13,5
10,6
Penempelan
poster
peringatan
dan
tentang
pemakaian
bahan
52
kimia
3
2
4,5
Keterangan :
a. Nilai 1
b. Nilai 2
c.Nilai 3
d. Nilai 4
e.Nilai 5
1.
B. Plan of Action
Nama Kegiatan
bahan-bahan
kimia
alami
serta
melakukan
pengawasan
dan
pengontrolan
53
dalam
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Di PT. Iskandar Indah Printing Textile terdapat proses fiksasi. Proses ini
berguna untuk menguatkan warna agar warna pada kain tidak mudah
luntur.
2. Masalah di proses fiksasi adalah :
a. Pekerja terlalu lama berdiri
b. Pekerja terpapar bahan kimia dalam waktu yang lama
c. Ventilasi yang kurang baik dan kurangnya fasilitas
seperti
B. Saran
55
1. Sebaiknya HSE di PT. Iskandar Indah Printing Textile harus lebih teliti
dalam mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja terutama
pada proses fiksasi
2. Sebaiknya Perlu adanya ahli K3 yang mampu mengubah sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Iskandar Indah
Printing Textile menjadi lebih baik lagi.
3. Sebaiknya para pekerja di PT. Iskandar Indah Printing Textile lebih
54
meningkatkan penggunaan APD
DAFTAR PUSTAKA