Anda di halaman 1dari 54

PENERAPAN HAZARD IDENTIFICATION RISK

ASSESMENT DAN DETERMINING CONTROL


(HIRADC) PADA UNIT FIKSASI DI PT. ISKANDAR
INDAH PRINTING TEXTILE

Kelompok X :
1. Ajeng Yantri Vacacea W
2. Dewi Retnosari
3. Dwi endah
4. Galih Prakoso
5. Gufron Thoyibi
6. Iryatika N
7. Lailyanasari O
8. Rama Nugraha
9. Ridha Noor Hanifa
10. Sekar S
11. Wardhani Herawati
12. Emy Ariviana

(R0215005)
(R0215027)
(R0215033)
(R0215041)
(R0215043)
(R0215053)
(R0215061)
(R0215085)
(R0215087)
(R0215091)
(R0215101)
(R0215036)

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2015

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................

ii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................

A. Latar Belakang Masalah................................................................

B. Tujuan............................................................................................

C. Manfaat..........................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................

A. Tinjauan Pustaka............................................................................

B. Perundang-undangan..................................................................... 23
BAB III HASIL......................................................................................... 26
A. Pelaksanaan.................................................................................... 26
B. Deskripsi Perusahaan..................................................................... 27
C. Observasi....................................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................... 36
A. Prioritas Masalah........................................................................... 36
B. Penentuan Jalan Keluar.................................................................. 36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 38
A. Simpulan........................................................................................ 38
B. Saran.............................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 40

ii

BAB I
PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang
Di era modern sekarang ini untuk menunjang kemajuan sebuah negara
di bidang industri perlu diterapkan berbagai pilar khususnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Di berbagai Negara maju misalnya seperti Jepang, mereka
telah menetapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di bidang industri.
Di Indonesia tahun 2012 mulai menerapkan SMK3 untuk mencegah
kecelakaan kerja. Menurut PP No. 50 Tahun 2012 dijelaskan bahwa setiap
instansi yang memiliki karyawan lebih dari 100 orang, diwajibkan
menerapkan SMK3. Tetapi di Indonesia, SMK3 yang diterapkan tersebut
belum tercapai secara maksimal dan masih ada kecelakaan kerja yang terjadi.
Pada tahun 2007 menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang
mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697
orang cidera.
ILO memperkirakan bahwa tiap tahun sekitar 24 juta orang meninggal
karena kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja termasuk didalamnya
360.000 kecelakaan fatal dan diperkirakan 1,95 juta disebabkan oleh penyakit
fatal yang timbul di lingkungan kerja. Hal tersebut berarti bahwa pada akhir
tahun hampir 1 juta pekerja akan mengalami kecelakaan kerja dan sekitar
5.500 pekerja meninggal akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Dari akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat
ditimbulkan dari banyaknya industri yang berkembang, maka perlu adanya
penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap pekerja dan mengadakan upaya-upaya
pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk menunjang SMK3

tersebut perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak seperti pengelola
perusahaan dan karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.
Salah satunya di PT. Iskandar Indah Printing Textile yang merupakan
perusahaan yang bergerak di sektor industri cukup besar di daerah Surakarta.
Perusahaan ini mampu mengekspor hasil produk sampai ke Malaysia,
Singapura, dan Dubai. PT. Iskandar Indah Printing Textile mempunyai
beberapa proses produksi yaitu proses weafing dan printing. Setiap proses ini
mempunyai potensi dan faktor bahaya, salah satunya pada proses fiksasi yang
mempunyai faktor bahaya yang dapat mengakibatkan penyakit terhadap
tenaga kerja. Karena dampak yang buruk bagi kesehatan tenaga kerjanya,
maka PT.Iskandar Indah Printing Textile wajib menerapkan higine industri
diperusahaannya. Permasalahan dari proses fiksasi merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan turunnya proses produksi, tingginya biaya
penggantian tenaga kerja dan material, menurunnya kualitas kerja, dan
menyebabkan kemungkinan terjadinya penyakit dan error.

B. Tujuan
Adapun tujuan kunjungan ke PT Iskandar Indah Printing Textile antara lain :
1. Tujuan Umum
Memberi kemampuan dan pengetahuan kepada mahasiswa dalam mencegah
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta memberi solusi pada proses fiksasi

dengan menggunakan analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threats


(SWOT) dan Hierarki of Control.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada proses produksi di PT.
Iskandar Indah Printing Textile.
b. Mengidentifikasi masalah pada proses fiksasi di PT. Iskandar Indah
Printing Textile.
c. Memprioritaskan masalah pada proses fiksasi di PT. Iskandar Indah
Printing Textile.
d. Mencari alternatif jalan keluar dengan menggunakan analisis Strength,
Weakness, Opportunity, Threats (SWOT) dari potensi bahaya di unit fiksasi
PT Iskandar Indah Printing Textile.

C. Manfaat
1. Bagi Perusahaan
a. Dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai potensi dan
faktor bahaya di PT. Iskandar Indah Printing Textile.
b. Dapat dijadikan sarana atau masukan dari penerapan K3 di perusahaan,
sehingga efisiensi dan efektifitas perusahaan dapat ditingkatkan.
4

2. Bagi penulis
a. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang K3 dan
Managemen K3.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi faktor dan potensi bahaya di PT.
Iskandar Indah Printing Textile.

c. Dapat menganalisis masalah dengan menggunakan analisis Strength,


Weakness, Opportunity, Threats (SWOT) dari potensi bahaya di unit fiksasi
PT. Iskandar Indah Printing Textile.
d. Sebagai latihan dan pengalaman mahasiswa dalam mempraktekkan teori
yang sudah didapat dibangku kuliah.
e. Menjadi dasar untuk melakukan praktek/kegiatan selanjutnya.
3. Bagi Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Dapat menambah pengabdian masyarakat
b. Dapat menambah kepustakaan penerapan ilmu K3 bagi mahasiswa
Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran UNS.
c. Dapat menambah hubungan baik antara PT. Iskandar Indah Printing Textile
dengan Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran UNS.
d. Menambah wawasan dan informasi tentang perkembangan implementasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Kesehatan Lingkungan Kerja
dengan mengimplimentasikan ilmu teori yang diperoleh saat di bangku
kuliah

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Kecelakaan pada pekerja merupakan kejadian tragis yang bukan saja berakibat
buruk terhadap pekerja itu sendiri tapi juga dirasakan oleh anggota keluarga atau
teman kerjanya.Keselamatan merupakan hak asasi seseorang, yang patut
diperolehnya baik dilingkungan kerja, ditempat umum, maupun dirumah. Karena
itu untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi
bahaya di tempat kerja, pengenalan potensi bahaya di tempat kerja sejak awal
dapat diberitahukan agar pekerja dapat lebih waspada dan berperilaku selamat.
Berperilaku selamat, berarti tidak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk
kelompoknya atau masyarakat umum disekitarnya. Jangan sampai karena
perilaku yang mengabaikan keselamatan malah menimbulkan kecelakaan bagi
dirinya maupun orang lain.
1. Definisi Keselamatan
a. Keselamatan Kerja merupakan aspek penting yang harus diperhatikan
dalam setiap kegiatan perusahaan. Salah satu usaha untuk mencapai kondisi
yang aman adalah menghindari atau menekan terjadinya kecelakaan kerja.
Untuk

menghindari

atau

menekan

terjadinya

kecelakaan

serupa

dikemudian hari perlu suatu penyelidikan secara professional, efisien,


efektif dan cepat. Setiap kecelakaan yang terjadi harus dicari akar
penyebabnya.
2. Definisi Kesehatan
a. Kesehatan adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya (dalam hal dimungkinkan;
bila tidak, cukup derajat kesehatan yang optimal), fisik, mental, emosional,
maupun

sosial,

dengan

upaya

promotif,

preventif,

kurativ,

dan

rehabilitative terhadap lingkungan kerja, serta terhadap penyakit pada


5
umumnya.
b. Kesehatan Kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang
bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada
dalam keseimbangan yang mantap antara kepastian kerja, beban kerja dan

keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang disebabkan


oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. (sumamur,2013)
Kesehatan kerja harus mengarahkan pada promosi dan pemeliharaan
derajat kesehatan yang paling tinggi secara fisik, mental, dan sosial yang
baik dari para tenaga kerja dalam semua jenis pekerjaan dan jabatan,
pencegahan diantara para tenaga kerja, perlindungan para tenaga kerja dari
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja, perlindungan para
pekerja dalam pekerjaannya dari resiko sebagai akibat faktor-faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja dalam
lingkungan kerja yang diadaptasikan pada kemampuan fisiologis dan
psikologis, dan penyesuaian pekerjaan pada manusia dan setiap orang pada
pekerjaannya. Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan beserta
praktiknya dalam pemeliharaan kesehatan secara kuratif, preventif,
promosional, dan rehabilitative agar masyarakat tenaga kerja dan
masyarakat umum terhindar dari bahaya akibat kerja, serta dapat
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya untuk dapat bekerja
produktif. (Soedirman Sumamur PK, 2014)
Fokus utama dari kesehatan kerja adalah pada tiga tujuan yaitu :
1) Pemeliharaan dan promosi kesehatan dan kapasitas para tenaga kerja.
2) Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan agar menjadi kondusif7
terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang
mendukung kesehatan dan keselamatan ditempat kerja dan untuk
menjalankannya, Sserta mempromosikan suasana sosial yang positif
dan operasi produksi yang lancar sehingga dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan.
3. Potensi Bahaya Lingkungan Kerja
Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau
bersumber dari berbagai faktor, antara lain : faktor teknis, yaitu potensi
bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau
dari pekerjaan itu sendiri; faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang

berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses
produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; faktor
manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi
kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
Potensi bahaya di proses fiksasi yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
a. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &
dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
1) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek
yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak
perlu.Penerangan yang kurang di lingkungan kerja akan menambah
beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Penerangan
yang memadai memberikan kesan pemandangan yang baik dan
menyegarkan.Oleh karena itu, penerangan dalam lingkungan kerja harus
cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya
yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan

dengan

pencahayaan

dalam

hubungannya

dengan

penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar


kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi.Akibat dari
kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan
fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan
fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing),
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan
melambatnya kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan

memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna


meperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan
mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur yang disertai pula
oleh perasaan sakit kepala didaerah atas mata.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak
cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan halhal sebagai berikut :
a) Perbaikan kontras. Cara ini termudah dan tersederhana, dengan
melakukan pemilihan latar belakang pengihatan yang tepat. Misalnya
cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan
warna objek yang dikerjakan. Sayangnya bahwa kontras selalu
ditentukan oleh sifat bahan yang tidak dapat dirubah atas permintaan
dari tenaga kerja.
b) Meningkatkan penerangan. Intensitas penerangan harus sekurangkurangnya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.Disamping itu
juga perlu dipasang lampu-lampu disekitar tempat kerja.
c) Penempatan tenaga kerja dengan visus yang setinggi-tingginya.
9
Memberlakukan shift dengan menempatkan pekerja-pekerjanya
sesuai dengan umur. Pada shift malam oleh pekerja yang masih
muda.
Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan
diatas, penerangan/pencahayaan baik kurang maupun cukup kadangkadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik
yakni silau.Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus
dilakukan pengaturan atau dicegah. Pencegahan silau dapat dilakukan
antara lain :
a) Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b) Menempatkan sumber-sumber cahaya/penerangan sedemikian rupa
sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.

c) Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka


jendela yang langsung memasukkan sinar matahari.
d) Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e) Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh
bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi
bayangan-bayangan.
Penerangan yang silau buruk di lingkungan kerja akan menyebabkan
hal-hal sebagai berikut :
(1) Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi
kerja.
(2) Kelemahan mental atau psikis.
(3) Kerusakan alat penglihatan (mata).
(4) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
2) Iklim Kerja
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu
system pengatur suhu.Bila seseorang sedang bekerja, tubuh pekerja
10
tersebut akan mengadakan interaksi dengan keadaan lingkungan yang
terdiri dari suhu udara, kelembaban dan gerakan atau aliran udara.
Interaksi tersebut dilakukan dengan cara :
Konduksi adalah pertukaran panas diantara tubuh dan benda-benda
sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak.
a) Konveksi adalah proses pemindahan panas dari suatu tempat ke
tempat lain melalui perantara gas atau cair.
b) Evaporasi atau penguapan adalah proses pelepasan panas dan lembab
yang berada di permukaan kulit diganti dengan suhu yang lebih
dingin.
c) Radiasi adalah proses yang dengan gelombang elektromagnetik yang
dipindahkan melalui ruangan tanpa pemindahan materi dalam
ruangan atau pencaran panas yang dikeluarkan dari tubuh manusia,

ke alam sekitarnya, dapat berbentuk sebagai suatu gelombang


elektromagnetik.
Dapat disadari bahwa cuaca/iklim kerjasangat penting artinya bagi
kesejahteraan dan produktivitas tenaga kerja.Iklim (cuaca) kerja adalah
kombinasi dari :
(1) Suhu udara.
(2) Kelembaban udara.
(3) Kecepatan gerakan udara.
(4) Panas radiasi.
Kombinasi keempat faktor tersebut yang dipadankan dengan
produksi panas oleh tubuh sendiri disebut tekanan panas (heat stress).
Suhu nyaman merupakan suatu daerah di mana tenaga kerja berada pada
kondisi Termonetral, yaitu tidak ada rasa panas atau rasa dingin.
Pengalaman yang disepakati oleh para ahli di Indonesia menyatakan
bahwa daerah cuaca nyaman seperti itu adalah 24 26 0C suhu kering.
Juga perbedaan di antara suhu di dalam dan di luar ruangan sebaiknya
tidak melebihi 5 0C ( Sumamur,2005).
Suhu udara dapat diukur dengan thermometer biasa (thermometer
suhu kering) disebut suhu kering.Suhu dan kelembaban udara diukur
dengan menggunakan hygrometer.Adapun suhu dan kelembaban dapat
diukur bersama-sama dengan misalnya menggunakan alat pengukur
sling psychrometer dan Arsmann psychrometer yang menunjukkan suhu
basah sekaligus. Kecepatan aliran udara yang besar dapat diukur dengan
suatu anemometer sedang yang kecil dengan thermometer kata.Suhu
basah adalah suhu yang ditunjukkan suatu termometer yang dibasahi
dan ditiupkan udara kepadanya, dengan demikian suhu tersebut
menujukkan kelembaban relatif udara.
Perbedaan ukuran badan akan mempengaruhi reaksi fisiologis badan
terhadap panas. Orang gemuk mudah meninggal karena tekanan panas

11

bila dibandingkan dengan orang kecil badannya karena orang yang kecil
badannya mempunyai ratio luas permukaan badan yang lebih kecil dan
panas yang ditimbulkan lebih sedikit.
Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24-26 C.
Sedangkan temperatur yang terlampau panas, dapat mengakibatkan
timbulnya kelelahan tubuh yang lebih cepat dan dalam bekerja
cenderung membuat banyak kesalahan dan berakibat menurunkan
prestasi kerja berfikir.
Pengendalian iklim (cuaca) kerja sebagai upaya agar dapat
mendorong produktivitas kerja antara lain adalah penyelenggaraan air
conditioning (AC) di tempat kerja. Kesalahan sering terjadi dengan
memasang suhu terlalu rendah yang berakibat timbulnya aneka keluhan
oleh karena udara ruangan kerja yang sangat dingin dan suhu sangat
rendah acapkali diikuti meningkatnya penyakit tenggorok dan
pernafasan. Selain itu, suhu yang terlalu dingin menyebabkan tenaga
12
kerja jauh lebih sering pergi ke toilet dan hal ini cukup mengganggu
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, sebaiknya diperhatikan hal berikut:
(a) Suhu disetel pada 24-26C atau lebih rendah 1-2C
(b) Penggunaan AC di tempat kerja disertai juga upaya pemasangan AC
di rumah agar tenaga kerja berada pada kondisi suhu yang stabil di
rumah dan di tempat kerja.
(c) Bila perbedaan di dalam dan di luar ruangan 5C, perlu adanya suatu
kamar adaptasi atau meniupkan udara di pintu keluar/masuk sehingga
perbedaan suhu berkurang.
Di daerah tropis, pekerjaan di tempat yang suhunya luar biasa rendah
misalnya beberapa derajat celcius sangat terbatas jumlahnya. Pekerjaan
demikian misalnya terdapat di dalam kamar pendingin untuk proses
membekukan udang atau yang lainnya. Pengaturan waktu kerja dan
penggunaan pakaian pelindung yang cukup tebal sangat membantu

mengatasi kemungkinan buruk akibat dari iklim kerja dingin keada


kesehatan tenaga kerja.
Orang Indonesia umumnya beraklimatisasi pada iklim tropis, yang
suhunya sekitar 28-32C dengan kelembaban sekitar 85-95% bahkan
mungkin lebih.Aklimatisasi terhadap suatu iklim (cuaca) berarti
penyesuaian yang terjadi pada seseorang terhadap suatu iklim (cuaca)
tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap iklim (cuaca) tersebut, dan
kondisi fisik, faal, dan psikis tidak mengalami efek buruk dari iklim
(cuaca) dimaksud.
Aklimatisasi merupakan suatu proses yang pada akhirnya tercapai
kesesuaian antara manusia dan faktor iklim (cuaca). Proses penyesuaian
demikian terutama penting pada saat-saat awal seseorang berada pada
iklim (cuaca) yang terhadapnya seseorang harus

melakukan
13
penyesuaian. Lebih mengerucut lagi, saat-saat awal proses aklimatisasi
yang memerlukan perhatian khusus adalah minggu-minggu pertama
seseorang berada di tempat dengan iklim (cuaca) baru.
Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu
lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :
(a) Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak
cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan
tubuh < 1,5 % gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal
dan mulut mulai kering.
(b) Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat,
iritasi kulit akibat keringat berlebihan saat cuaca panas atau lembab.
Pada kondisi demikian pekerja perlu beristirahat pada tempat yang
lebih sejuk atau dingin dan dapat menggunakan bedak penghilang
keringat untuk menyamankan badan.

(c) Heat Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran
darah ke otak tidak cukup karena sebagian besaraliran darah dibawa
ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan
suhu tinggi, dehidrasi dan kekurangan aklimatisasi.
(d) Heat Cramps. Nyeri atau spasme otot yang diakibatkan oleh
pengeluaran keringat berlebih saat melakukan aktivitas berat.
Pengeluaran keringat tersebut menguras kadar ion garam tubuh dan
kelembabannya.

Penurunan

kadar

ion

garam

pada

otot

mengakibatkan keram yang nyeri. Biasa terjadi pada perut, lengan


atau kaki. Pada kondisi demikian pekerja harus beristirahat dan
duduk ditempat teduh atau dingin. Minum air dingin atau minuman
isotonic. Jangan melanjutkan pekerjaan sampai heat cramps reda
karena dapat menyebabkan heat exhaustion atau heat stroke.

14
(e) Heat Exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu
banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering,
keringat berlebihan, mual, keram otot, sangat haus, lemah, napas
cepat dan dangkal. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh
pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
(f) Heat Stroke. Kondisi kegagalan thermoregulasi pada tubuh. Terjadi
jika tubuh tidak dapat lagi mengontrol temperature, temperature
tubuh meningkat dengan sangat cepat, kemampuan berkeringat rusak,
dan tubuh tidak dapat mendiginkan diri. Dapat menyebabkan
kecatatan atau bahkan kematian. Segera pindahkan pekerja ketempat
yang lebih dingin, guyur dengan air dingin dan cari pertolongan
medis.
Pencegahan terhadap efek yang timbul oleh tekanan panas dapat
dilakukan dengan cara dan teknik pengaturan pelaksanaan kerja
(administrative work practice). Cara cara dan teknik untuk
menurunkan panas atau iklim kerja dapat dilakukan :

1) Memperbesar ventilasi umum.


2) Ventilasi

keluar

setempat

(local

exhaust

ventilation)

untuk

mengeluarkan sejumlah panas dari lingkungan kerja.


3) Pelepasan udara dingin dengan menggunakan alat pendingin untuk
menurunkan suhu penyediaan udara.
4) Penggunaan kipas angin (fan) untuk memperbesar kecepatan udara di
sekitar tempat kerja sehingga dapat memperbesar pelepasan panas
melalui penguapan.
5) Penggunaan penyekat (shielding) terutama untuk mengurangi panas
radiasi.
6) Isolasi perubahan tempat perubahan desain atau substitusi peralatan
atau proses untuk menurunkan panas.

15
7) Pencegahan melalui pengaturan pelaksanaan kerja antara lain :
aklimatisasi, penyediaan air minum dan garam, pengaturan waktu
atau lamanya kerja.
b. Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui :inhalation
(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan,
bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya racun bahan (toksisitas);
cara masuk ke dalam tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh
dapat melalui:
1) Pernapasan (inhalation)
2) Kulit (skin absorption)
3) Tertelan (ingestion)
4) Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau keduaduanya.
Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah

1) Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat
kontak.Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau
dermatitis.Iritasi

pada

alat-alat

pernapasan

yang

hebat

dapat

menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (bengkak). Gejala


iritasi saluran pernapasan mulai dari batuk-batuk yang merupakan reaksi
terhadap debu atau polutan udara lain. Contohnya zat yang dapat
menyebabkan iritasi, yaitu :
a) Kulit : asam, basa, pelarut, minyak
b) Pernapasan :aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide,
phosgene, chlorine ,bromine, ozone.

16

2) Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak baik oleh karena percikan,
maupun tertumpah ke kulit atau mata, atau terminum, tertelan serta
terhirup masuk ke paru-paru. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah
bagain tubuh yang paling umum terkena.Contoh zat yang dapat
menyebabkan korosif, yaitu : konsentrat asam dan basa , fosfor.
3) Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan
atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah
tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari
19,5% volume udara.Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan
oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada
kulit.Contoh zat yang dapat menyebabkan asfiksian yaitu :
a) Asfiksian sederhana :methane, ethane, hydrogen, helium.
b) Asfiksian kimia :carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide,
hydrogen sulphide.
4) Reaksi Alergi

Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi


alergi pada kulit atau organ pernapasan. Contoh zat yang dapat
menyebabkan reaksi alergi, yaitu :
1) Kulit :colophony (rosin), formaldehyde, logam seperti chromium
atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.
2) Pernapasan :isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
c. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang
berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakitpenyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, AIDS,dll maupun yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Dimana
17
pun Anda bekerja dan apa pun bidang pekerjaan Anda, faktor biologi
merupakan salah satu bahaya yang kemungkinan ditemukan ditempat kerja.
Maksudnya faktor biologi eksternal yang mengancam kesehatan diri kita
saat bekerja. Namun demikian seringkali luput dari perhatian, sehingga
bahaya dari faktor ini tidak dikenal, dikontrol, diantisipasi dan cenderung
diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan yang sulit diperbaiki.
Faktor biologi ditempat kerja umumnya dalam bentuk mikroorganisme
sebagai berikut :
1) Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung
dan batang (basil).Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat
kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan
dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang
terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc,
lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
2) Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano
meter.Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi

sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh


virus :influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
3) Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih
komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari
jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
4) Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja
Di lingkungan berdebu seperti ini, mikroorganisme yang mungkin
ditemukan adalah bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti :
TBC, Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti
Pneumonia.

18
Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit

hanya setelah masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya


kedalam tubuh, yaitu:
a) Melalui saluran pernapasan.
b) Melalui mulut (makanan dan minuman).
c) Melalui kulit apabila terluka.
Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat
dihindari dengan pencegahan antara lain dengan :
1) Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat
debu yang mengandung organism patogen
2) Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja
3) Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak
datu kali setiap bulan
4) Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin.
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol
dan mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat
dihindari.
d. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai

dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan


serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidak serasian antara manusia dan mesin.
Contohnya adalah pembebanan kerja fisik.Beban kerja fisik bagi pekerja
kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajat
kesehatan. Pembebanan tidak melebihi 30 40% dari kemampuan kerja
maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.Berdasarkan
19
hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila
mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban
maksimum tersebut harus disesuaikan.
Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit,
parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang
diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum
bekerja.
e. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan
tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja
yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta
hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam
organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress
akibat kerja.Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap
tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan stress.
4. Analisis Strengh, Weaknes, Oportunity, Threats (SWOT)
Analisis SWOT adalah suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu
organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentang

berbagai faktor kekuatan, kelemahan peluang serta ancaman yang dimiliki dan
atau yang dihadapi oleh organisasi. Pengertian dari SWOT adalah :
a. Strength (kekuatan)
Strength adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan
berperan besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan
20
yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai
tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
b. Weakness (kelemahan)
Weakness adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang
dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila diatasi akan berperan
besar, tidak hanya memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang
dimilik oleh organisasi.
c. Opportunity (peluang)
Opportunity adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi
oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar
peranannnya dalam mencapai tujuan organisasi.
d. Threats (ancaman)
Treats adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi oleh
suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya
dalam mencapai tujuan organisasi.
5. HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control)
Hazard identification risk assesment and determining control
(HIRADC) yang biasa dikenal dengan identifikasi
menimbang (assessment) resiko

faktor

bahaya,

dan pengendalian risiko pada proses

produksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk


memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Sumber bahaya yang
teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan
tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Proses-proses pengendalian resiko pada hirarki HIRADC, berujung pada

rekomendasi pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya, tanda-tanda anjuran,


ataupun tanda-tanda larangan. Kontrol terhadap resiko harus dilakukan
diantaranya melalui hirarki proses Eliminasi, Substitusi, Engineering Control,
Administrasi Control, APD.
6. Hierarchy of Control
Resiko atau

bahaya

yang

sudah

diidentifikasi

dan

dilakukan penilaian memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan


tingkat resiko atau bahayanya menuju ke titik yang aman. Pengendalian
34
resiko atau bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya.

Tahapan

kontrol (Hierarchy of Control) tersebut adalah :


a. Eliminasi, adalah proses menghilangkan bahaya dari area kerja, atau
menciptakan kondisi dimana pekerja tidak akan berinteraksi dengan
bahaya, sama sekali tidak ada aktifitas pekerjaan yang melibatkan
bahaya.
b. Subtitusi adalah proses penggantian dari sesuatu yang berbahaya
menjadi yang kurang berbahaya. Subtitusi bisa dilakukan pada
material yang digunakan, proses yang dilakukan, dan peralatan yang
digunakan.
c. Enginering Control adalah pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja. Sumber
bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada
di lingkungan kerja. karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan
melalui perbaikan pada desain, penambahan
pemasangan peralatan pengaman.
d. Administrative Control adalah pengendalian

peralatan,
bahaya

dan

dengan

melakukan modifikasi pada faktor interaksi antara lingkungan kerja


dengan pekerja. Administratif kontrol dilakukan, apabila pajanan
tidak bisa dikurangi hingga ke level yang diizinkan (aman) melalui
engineering kontrol. Beberapa contoh program administratif kontrol
antara lain :

Pelatihan
Monitoring berkelanjutan terhadap area kerja
Biological monitoring kepada pekerja
Pembatasan dan rotasi jam kerja maupun lokasi kerja kepada

setiap individu
- Kebersihan lingkungan kerja
35
e. Personal Protective Equipment adalah pengendalian bahaya dengan
memberika alat pelindung diri kepada para pekerja. Alat Pelindung
Diri digunakan apabila didapatkan bahwa lokasi kerja tidap dapat
benar-benar aman, penggunaan alat pelindung diri berada pada hirarki
terakhir apabila engineering kontrol dan administrative kontrol sudah
dilakukan, namun belum menciptakan area kerja yang benar-benar
terbebas dari hazard.
Tujuan penggunaan

alat

pelindung

diri

bukan

untuk

menghilangkan atau mengurangi bahaya (hazard), APD hanya


berfungsi sebagai pembatas antara pekerja dengan bahaya yang ada di
lingkungan.

21

B. Perundang-undangan
Perundang-undangan yang mengatur tentang higiene industri adalah :
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Pasal 3 ayat 1

a. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,


kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara, daan getaran.
b. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physic maupun psychist, peracunan, infeksi & penularan
c. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
d. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
Pasal 8
Pengurus perusahaan wajib untuk memeriksakan kesehatan tenaga kerja sejak
akan masuk kerja, selama bekerja dan akan dipindahkan ke tempat atau
pekerjaan lain.
2. Keputusan

menteri

Tenaga

Kerja

Republik

Indonesia

Nomor

KEP.187/MEN/1999 Tentang : Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di


Tempat Kerja.
Pasal 1 Point B
Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standard
kuantitas bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan
kimia di tempat kerja
Pasal 14
Nilai ambang kuntitas (NAK) Bahan Kimia.......

22

A. Bahan Kimia kriteria beracun : 10 Ton


B. Bahan Kimia kriteria sangat beracun : 5 Ton
3. UUD pasal 27 ayat 2
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan TransmigrasiNomor Per.13/Men/X/2011
Tahun 2011TentangNilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di
Tempat Kerja
a. Bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia

seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur,


yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga

kerja

mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan
tujuan pembangunan.
c. Bahwa sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan
pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja
dan peran sertanya dalam pembangunan serta pembangunan tenaga kerja
dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
d. Bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin
hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar aapun untuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.
e. Bahwa beberapa undang-undang dibidang ketenagakerjaan dipandang
sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan
ketenagakerjaan, oleh karena itu perlu dicabu dan atau diatarik kembali.
f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf
a,b,c,d, dan e perlu membentuk undang-undang tentang ketenagakerjaan.

BAB III
HASIL

A. Gambaran Umum Perusahaan


a. Deskripsi Perusahaan
1. Sejarah PT.Iskandar Inda Printing Textile
PT. Iskandar Indah Printing Textile adalah sebuah perusahaan yang
bergerak dibidang pembuatan bahan tekstil atau kain. PT Iskandar Textile
didirikan pada tangal 23 Mei 1975, berbentuk badan usaha CV (Commanditer

Vennonschamp) dengan nama CV. Varia Tex, berdasar akta perusahaan No. 98
tanggal 23 Mei 1975. Nama CV. Varia Tex ini berasal dari nama salah satu
teman pemilik perusahaan ini. Karena yang mempunyai perusahaan adalah
warga negara asing, sedangkan dulu warga negara asing tidak boleh
mendirikan suatu perusahaan, maka nama perusahaan ini menggunakan nama
salah satu teman pemilik perusahaan yang sudah memiliki kewarganegaraan
Indonesia. CV. Varia Tex memulai produksinya satu tahun setelah berdiri yaitu
pada tahun 1976. Pada awal berdirinya perusahaan bermodalkan 25 unit mesin
tenun, dan kemudian mengalami perkembangan hingga pada tahun 1977
perusahaan memiliki 77 unit mesin tenun. Produksi perusahaan terus
meningkat, hal ini dibuktikan pada tahun 1980 perusahaan mendatangkan
mesin kanji dari Taiwan yang fungsinya mengeringkan kain secara otomatis.
Pada tahun yang sama perusahaan juga memperluas bangunan dan menambah
mesin 5 tenun hingga 300 unit. Karena permintaan yang semakin meningkat,
maka perusahaan merasa perlu menambah kapasitas produksi dengan
menambah mesin tenun, hingga pada akhir tahun 1993 jumlah mesin tenun
yang dimiliki perusahaan berjumlah 614 unit.
Melihat usaha yang terus berkembang,maka pimpinan perusahaan
mengambil kebijaksanaan untuk mengubah bentuk perusahaan dari bentuk CV
(Commanditer Vennonschamp) atau Persekutuan Komanditer menjadi bentuk
PT (Perseroan Terbatas). Perubahan bentuk ini didasarkan alasan bahwa
dengan

bentuk

PT,

perusahaan

lebih

mempunyai

peluang

dalam

mengembangkan usahanya.Perusahaan ini resmi menjadi PT. Iskandartex pada


tanggal 2 Januari 1991 dengan nomor ijin usaha 199/II.16/PB/VIII/1991/PT.
Namun, pada tahun 1997 diubah namanya menjadi PT. Iskandar Indah
Printing Textile. Sekarang, PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan
perusahaan tekstil yang besar di daerah Solo, karena perusahaan ini telah
mampu mengekspor produknya ke luar negeri yaitu di negara Malaysia,
Singapura dan Qatar. Perusahaan ini juga telah menunjukan peningkatan yang

24

sangat signifikan, yaitu dapat dilihat dari awal berdirinya yang hanya
memiliki 25 mesin tenun yang digunakan dalam proses pembuatan kain
sekarang menjadi 632 mesin tenun yang telah dimiliki oleh PT. Iskandar Indah
Printing Textile. Dari 632 mesin tenun tersebut merupakan buatan dari
23
berbagai macam negara. Negara-negara tersebut adalah Cina yang berjumlah
176 mesin, Belgia 108 mesin, dan terbanyak adalah buatan Jepang yang
berjumlah 348 mesin. PT. Iskandar Indah Printing Textile hanya memiliki 963
tenaga kerja, dengan waktu kerja mengacu Undang-undang No. 01 Tahun
1970 bahwa tenaga kerja bekerja maksimal 40 jam/minggu. Hal ini dilakukan
untuk mengefisienkan dan efektifkan dalam proses produksi.
2. Proses Produksi
Pada produksi secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Proses Spinning atau Pintal
Spinning atau biasa disebut juga dengan proses pemintalan adalah
proses awal yaitu proses dari bahan baku kapas hingga menjadi benang,
25
namun pada PT. Iskandar Indah Printing Textile tidak melakukan proses
ini. Sehingga bahan baku benang tersebut membeli dari perusahaan tekstil
lain yang ada di kota Solo.
b. Proses Weaving atau Tenun
Weaving atau biasa disebut juga proses penenunan adalah proses
mengolah benang menjadi kain. Sebelum masuk ke proses penenunan
atau Weaving, benang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Dalam proses
ini mempersiapkan benang hingga terbentuk anyaman benang yang siap
masuk ke dalam Loom. Proses Weaving ini adalah proses menyilangkan
antara dua benang. Kedua benang tersebut adalah benang lusi dan benang
pakan.

Proses

pada

benang

lusi

yaitu

dari

proses

Warping

(penggulungan), selanjutnya Sizing (penganjian) dengan menggunaan


bahan penolong. Ada 4 unsur bahan penolong yaitu tepung jagung , PVA,
akrelik, WAX (lilin). Selanjutnya Recing (benang dicucuk) yaitu benang

23

dimasukkan ke aksesorisnya. Setelah itu baru masuk ke dalam Loom


(mesin tenun) untuk disilangkan dengan benang pakan. Dalam proses
Weaving terdapat banyak mesin untuk proses penenunan, di atas mesinmesin itu terdapat saluran yang berguna untuk penyemprotan air sebagai
pendingin ruangan yang berfungsi agar benang-benang yang sedang
ditenun tidak mudah putus.
Setelah proses penenunan selesai maka menghasilkan lembaran kain.
Kain-kain dari hasil mesin tenun ini kemudian masuk ke proses
pemeriksaan atau disebut Shiage. Dalam proses ini kain akan dicek dan
ditentukan gradenya. Bila dari pemeriksaan ditemukan kecacatan maka
kain akan dikirim ke bagian perbaikan. Dalam proses ini juga dilakukan
pengklasifikasian kain sesuai dengan jenisnya. Kemudian kain dilipat dan
dikolding (dirapikan).Pada pengkoldingan kain telah menjadi kain grey.
Pada proses pengkoldingan, dilakukan pula proses mende. Proses Mende
adalah proses pemotongan benang-benang kain yang kurang rapi dan
dilakukan proses pemutihan.
c. Proses Printing atau Cetak
Lulus dari proses pemeriksaan atau Finishing. Kain akan masuk ke
proses pemolesan terhadap warna, penampilan dan pegangan (handling)
disebut dengan proses Printing. Proses ini merupakan proses terakhir dari
proses produksi, mulai dari pengolahan bahan baku kapas atau poliester
hingga menjadi kain.Pada proses Printing dapat dilakukan langssung dari
kain putih. Namun, dapat juga dengan dicelupkan atau diwarna terlebih
dulu. Hal ini tergantung dari permintaan, dan efisiensi dari proses produksi.
Jika semua diwarna terlebih dulu, maka kain akan lebih mahal harganya,
karena akan membutuhkan waktu yang lama. Setelah printing adalah fiksasi
yaitu diberi penguat warna agar tidak luntur. Kemudian kain masuk ke
dalam proses pencucian, dan distenter atau dikembalikan ke bentuk semula.
Tidak lupa pula di kalender atau penganjian kedua, dikontrol, dilipat, diberi

26

label, dan dipacking yang kemudian adalah proses pengiriman ke


distributor.
b. Observasi
Setiap peralatan mesin, proses-proses dalam produksi, dan lingkungan
tempat kerja selalu mempunyai potensi yang dapat menjadi suatu bahaya
tertentu yang akan dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Potensi bahaya ini dapat berasal dari luar maupun dalam dari proses
kerja. Pada proses fiksasi terdapat beberapa potensi bahaya yang dapat
menimbulkan faktor resiko penyakit bagi para pekerja, yaitu :
1. Potensi bahaya fisik
Dari pengamatan di PT. Iskandar Indah Printing Textilepada proses
fiksasi dapat diketahui bahwa potensi bahaya fisik antara lain :
a. Kurangnya pencahayaan dalam ruang fiksasi dapat menyebabkan mata
cepat

lelah

dalam

bekerja,

sehingga

konsentrasi dalam bekerja.


b. Ventilasi dalam ruang fiksasi

menimbulkan

sangat kurang,

kurangnya
27

sehingga dapat

menyebabkan sirkulasi udara yang tidak baik.


c. Dalam ruang fiksasi terlalu lembab sehingga membuat udara tidak baik.
2. Potensi bahaya kimia
Dari pengamatan di PT. Iskandar Indah Printing Textilepada proses
fiksasi dapat diketahui bahwa potensi bahaya kimia antara lain :
a. Pekerja yang tidak menggunakan masker saat proses pewarnaan, dapat
menyebabkan gangguan pernapasan bahkan gangguan dalam karena
menghirup bahan kimia.
b. Setelah selesai dalam proses pewarnaan, seharusnya para pekerja
mencuci tangan. Hal ini dimaksudkan agar ketika mereka makan tidak
terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit.
3. Potensi bahaya biologis
Dari pengamatan di PT. Iskandar Indah Printing Textilepada proses
fiksasi dapat diketahui bahwa potensi bahaya kimia antara lain :
a. Pada proses pewarnaan kain dikhawatirkan adanya kontaminasi bakteri
dan virus akibat para pekerja yang tidak menggunakan APD.
b. Tempat yang lembab dan berair menyebabkan banyak tumbuh jamur.

4. Potensi bahaya psikologis


Dari pengamatan di PT. Iskandar Indah Printing Textile pada proses
fiksasi dapat diketahui bahwa potensi bahaya psikososial antara lain :
a. Kurangnya pelatihan-pelatihan yang diberikan perusahaan kepada
pekerja sehingga kurangnya pengetahuan tentang perusahaan.
b. Kurang adanya pemberian hiburan yang dilakukan secara rutin agar
para pekerja tidak merassa jenuh dalam bekerja.
c. Kurangnya interaksi antara karyawan dengan pekerja sehingga
28
menyebabkan ketidak harmonisan yang dapat membuat pekerja tidak
betah.
5. Potensi bahaya fisiologis
Dari pengamatan di PT. Iskandar Indah Printing Textilepada proses
fiksasi dapat diketahui bahwa potensi bahaya fisiologis antara lain:
a. Kurangnya pengetahuan tentang K3 pada pekerja.
b. Pekerja tidak menggunakan APD yang diberikan oleh perusahaan
dengan alasan ketidaknyamanan dalam pemakaian APD.
c. Pekerja kurang disiplin dalam bekerja, karena tidak menggunakan alas
kaki, sarung tangan dan masker dalam proses pewarnaan.
6. Faktor lingkungan
Dari pengamatan di PT. Iskandar Indah Printing Textilepada proses
fiksasi dapat diketahui bahwa potensi bahaya fisiologis antara lain:
a. Air pada proses pewarnaan yang berserakan menimbulkan penyakit
bagi pekerja.
b. Limbah sisa proses pewarnaan dapat menimbulkan permasalahan.
7. Faktor manusia
Dari pengamatan di PT. Iskandar Indah Printing Textilepada proses
fiksasi dapat diketahui bahwa faktor bahaya manusia antara lain:
a. Pekerja bekerja secara ceroboh, cepat, praktis, dan tidak aman.
b. Pekerja tidak mau menggunakan APD yang telah disediakan karena
dirasa kurang nyaman.

29

Bagan Proses Produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile


KAIN SIAP CETAK

BENANG
BENANG LUSI

BENANG PAKAN

MESIN WARPING

MESIN PALET

MESIN KANJI

PENCELUPAN

FLAT PRINT

FIXETATION

OPERATOR CUCUK

WASHING
MESIN TENUN
STENTER
KAIN GREY
CALENDER
INSPECTING
CONTROLLING
PEMUTIHAN

BAB IV
PEMBAHASAN

CUTTING

LABELLING

A. Identifikasi Masalah di PT. Iskandar Indah Printing Tekstile


I.
Problem Solving Cycle
Identifikasi masalah di perusahaan dilakukan menggunakan
PACKING
pedoman Problem Solving Cycle yang dimulai dari menganalisa masalah
MARKETING

sampai menyelesaikan masalah. Berikut ini identifikasi masalah di


perusahaan tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 1. Matriks Identifikasi Masalah Unit Fiksasi di PT. Iskandar indah


Printing Textile
No.
1. 1.

Potensi Bahaya

Faktor Bahaya (Penyakit)

(kecelakaan)
Kurangnya
penerangan Pekerja
seperti

lampu

mengalami Observasi

yang kelelahan mata dan daya lapangan

menyebabkan kecelakaan
2.

Sumber Data

fokus mata berkurang akibat

kurangnya penerangan
Kurangnya ventilasi yang Pekerja terkena gangguan Observasi
baik yang menyebabkan pernafasan dan iritasi kulit lapangan
sirkulasi udara tidak lancar karena
serta

ruangan

lamanya

terpapar

menjadi limbah kimia dalam jangka

panas dan pengap


waktu yang lama
Iklim kerja yang panas Iklim kerja yang
menyebabkan

kurangnya mengakibatkan heat stress lapangan

konsentrasi pekerja yang dan


dapat
4.

dehidrasi

penerapan Pekerja dapat mengalami Observasi

Managemen

House

sehingga

luka-luka akibat tersandung lapangan

kain karena

tertumpuk dan tidak tertata penerapan


rapi

yang

menyebabkan
5.

terhadap

mengakibatkan pekerja

kecelakaan
Kurangnya
Keeping

panas Observasi

tersandung
Pekerja tidak

kurangnya
Managemen

dapat House Keeping


pekerja
memakai Air pada proses pewarnaan Observasi

APD seperti sarung tangan yang


dan

masker

berserakan lapangan

saat menimbulkan penyakit bagi

berinteraksi dengan limbah pekerja.


kimia

B. Prioritas Masalah
Berdasarkan diskripsi permasalahan K3L yang ada di PT.Iskandar
Textile, maka dibuat matriks sebagai berikut :
Tabel 2. Teknik Kriteria Matriks pemilihan Prioritas Masalah

No

Daftar

.
1

Masalah
Kurangnya

pencahayaan
yang

dapat

P S RI
3 3 2

DU
3

SB
3

PCC
4

PCm
1

Jumlah
IxTxR

76

menyebabkan
kelelahan mata
dan kurangnya
daya
2

fokus

mata pekerja
Suhu
yang 3

84

34

11

tersandung
Pekerja terpapar 4

126

panas

karena

kurangnya
ventilasi
maupun
fasilitas seperti
3

kipas angin/AC
Kedisiplinan
pekerja

dalam

pemakaian
APD

belum

optimal
4

Kurangnya
penataan
dari

kain

printing

sehingga
mengakibatkan
pekerja
5

dapat

bahan

kimia

dalam

waktu

yang lama
Tuntutan

31
4

144

pekerjaan yang
mengharuskan
pekerja terpapar
limbah

bahan

kimia

selama

proses fiksasi
Keterangan :
I

: Importancy (pentingnya masalah)

: Prevalence (besarnya masalah)

: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

RI

: Rate of increase (kenaikan besarnya masalah)

DU

: Degree of unmeet need (derajat keinginan masyarakat yang tidak


33
terpenuhi)

SB

: Social benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

PCC

: Public concern (rasa prihatin masyarakat terhadap masalah)

PCm

: Political climate (suasana politik)

: Technical feasibility (kelayakan teknologi)

: Resources availability (sumber daya yang tersedia)


Untuk menentukan prioritas masalah K3 yang paling utama tersebut,

digunakan suatu teknik penilaian sesuai dengan criteria, dengan perincian :


a.
b.
c.
d.

Nilai 1 = Tidak Penting


Nilai 2 = Agak Penting
Nilai 3 = Cukup Penting
Nilai 4 = Penting

e. Nilai 5 = Sangat Penting


Setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing masalah maka
didapat bahwa masalah terpenting yang harus diutamakan adalah pekerja
terpapar bahan kimia dalam jangka waktu yang lama selama proses fiksasi
yang merupakan prioritas masalah utama dan harus dicari jalam keluarnya.
Nilai untuk masalah terpapar bahan kimia dalam jangka waktu lama yaitu 21
poin.
C. Penentuan Jalan Keluar
Identifikasi SWOT dan Hierarki of Control yang ada di PT. Iskandar Indah
Printing Textile
Berdasarkan penilaian terhadap masing-masing masalah maka didapat
bahwa masalah limbah kimia cair hasil dari proses fiksasi merupakan prioritas
masalah yang harus cepat ditangani. Untuk menyelesaikan masalah tersebut
perlu digunakan metode hierarchy of Control yaitu :
1) Eliminasi
Tidak bisa terapkan, karena bahan kimia merupakan bahan pokok
didalam proses printing serta apabila limbah di buang begitu saja
maka akan menyebabkan penyakit akibat kerja dan pencemaran
lingkungan.
2) Substitusi : Mengganti limbah dengan bahan

37
kimia sintetis yang

berbahaya pada proses fiksasi dengan menggunakan limbah dengan bahan


alami yang ramah lingkungan, sehingga aman bagi pekerja dan tidak
mencemari lingkungan.
a) Kekuatan (Strength)
(1) Pekerja dapat terhindar dari paparan limbah bahan kimia yang
berbahaya bagi para pekerja
(2) Mengurangi resiko penyakit akibat terpapar langsung oleh
limbah bahan kimia

(3) Dapat menghasilkan produksi sesuai dengan target


(4) Limbah kimia tidak mencemari lingkungan sekitar
b) Kelemahan (Weakness)
(1) Biaya pengeluaran untuk penggantian bahan kimia sintetis
cukup mahal
(2) Sulit menentukan bahan alami yang cocok untuk proses fiksasi
kain skala besar, sehingga perlu dilakukan penelitian dan riset
terlebih dahulu.
c) Peluang (Opportunity)
(1) Pekerja dapat terhindar dari penyakit akibat terpapar oleh
limbah bahan kimia berbahaya
(2) Hasil produksi meningkat
(3) Kerja menjadi sehat, aman, nyaman, dan efisien.
(4) Kota Surakarta dekat dengan Gunung Lawu, dimana untuk
mencari bahan baku alami untuk proses fiksasi mudah untuk
didapatkan.
d) Ancaman (Threat)
(1) Tidak adanya sumber daya manusia yang mampu mengolah
bahan alami tersebut untuk proses fiksasi.
3) Engineering control : Menggunakan alat tepat guna yang bisa
menghasilkan limbah proses fiksasi menjadi aman dan ramah lingkungan
yaitu dengan menggunakan alat reverse osmosis
a) Kekuatan (Stength)
(1) Hasil produksi meningkat sesuai target
(2) Limbah tidak mencemari lingkungan
(3) Kerja pekerja menjadi lebih aman, efisien, dan efektif
b) Kelemahan (Weakness)
(1) Biaya yang digunakan dalam perbaikan alat cukup mahal
(2) Memerlukan waktu yang lama dalam perbaikan alat
(3) Dapat menghambat dalam proses produksi
c) Peluang (Opportunity)
(1) Mempunyai ahli teknisi sehingga dapat menghemat biaya
pengeluaran
(2) Pekerja dapat terhindar dari penyakit akibat limbah kimia
seperti gangguan pernafasan dan iritasi kulit

38

(3) Sisa biaya perbaikan dapat digunakan dalam pemenuhan


fasilitas yang lain
(4) Limbah kimia yang dikeluarkan tidak mencemari lingkungan
39
sekitar
d) Ancaman (Threat)
(1) Pekerja kurang menyesuaikan diri
(2) Perbaikan alat kadang tidak sesuai dengan keinginan pekerja
(3) Keterbatasan sumber daya manusia yang bisa mengoperasikan
alat pengolah limbah dengan baik
4) Administrative control : Menerapkan sistem rotasi jam kerja yang adil dan
sesuai
Menerapkan shift kerja kepada tenaga kerja yang dibagi menjadi 3 shift
yaitu :
Shift I : jam 07.00 WIB jam 15.00 WIB
Shift II : Jam 15.00 WIB jam 23.00 WIB
Shift III : Jam 23.00 WIB jam 07.00 WIB
a) Kekuatan (Strength)
(1) Mengurangi kelelahan terhadap pekerja
(2) Produktivitas kerja meningkat
(3) Pekerja tidak terpapar limbah bahan kimia hasil fiksasi cukup
lama
b) Kelemahan (Weakness)
(1) Kemungkinan pekerja shift malam bekerja tidak optimal karena
merasa mengantuk
(2) Jumlah pekerja yang akan dirotasi berjumalah sedikit
c) Peluang (Opportunity)
(1) Dengan adanya rotasi kerja maka mesin tidak berhenti
berproduksi
(2) Perusahaan mendapat keuntungan yang besar
(3) Pembatas waktu dalam bekerja supaya pekerja tidak bekerja
overtime

d) Ancaman (Threat)

40

(1) Pekerja yang ditempatkan pada malam hari akan lebih sering
melakukan kesalahan dalam bekerja dan terjadi kecelakaan
kerja
(2) Pekerja wanita yang ditempatkan pada malam hari dapat
memicu tindakan asusila, seperti : Pemerkosaan, pelecehan
seksual, pencurian dan lain lain
5) Alat Pelindung Diri (APD)
a) Kekuatan (Strength)
(1) Mengurangi faktor risiko dan potensi bahaya akibat terpapar
langsung limbah kimia hasil fiksasi.
b) Kelemahan (Weakness)
(1) Pekerja kurang nyaman dalam memakai APD seperti masker
dan sarung tangan
(2) Perusahaan menyediakan APD yang tidak sesuai dengan
ukuran tubuh pekerja
c) Peluang (Opportunity)
(1) Pekerja dapat terhindar dari paparan langsung limbah bahan
kimia sintetis yang berbahaya
(2) APD mudah digunakan dan mudah didapat karena banyak toko
yang menjual
d) Ancaman (Threat)
(1) Pengeluaran biaya untuk pembelian APD tidak sedikit
(2) Pekerja tidak mau memakai APD karena tidak sesuai dengan
ukuran tubuh mereka
6) Behavior Based Safety : Para pekerja diwajibkan mematuhi semua
peraturan yang telah dibuat oleh pabrik, seperti menggunakan alat
41
produksi sesuai ketentuan, berhati-hati dalam bekerja , teliti dalam bekerja
dan lain-lain.
a) Kekuatan (Strength)
(1) Mengurangi angka kecelakaan kerja dan PAK pada proses
fiksasi
b) Kelemahan (Weakness)
(1) Para pekerja kurang mematuhi peraturan safety yang sudah
dibuat oleh perusahaan
c) Peluang (Opportunity)

(1) Meningkatkan citra baik perusahaan dengan menerapkan


sistem K3 di dalamnya
d) Ancaman (Threat)
(1) Kurangnya monitoring atau pengawasan berkala terhadap para
pekerja
b. Pola Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
Tabel 3. Analisis Strength , Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
Kekuatan (Strength)

Kelemahan (Weakness)

(1) Pekerja dapat terhindar dari paparan


limbah bahan kimia yang berbahaya bagi
para pekerja
(2) Mengurangi

resiko

penyakit

akibat

terpapar langsung oleh limbah bahan


kimia sintetis
(3) Dapat menghasilkan
dengan target
(4) Limbah
kimia

produksi

tidak

sesuai

mencemari

lingkungan sekitar
(5) Kerja pekerja
menjadi lebih aman,
efisien, dan efektif
(6) Mengurangi kelelahan terhadap pekerja
(7) Produktivitas kerja meningkat
(8) Mengurangi angka kecelakaan kerja dan
PAK pada proses fiksasi

(1) Biaya pengeluaran untuk penggantian


bahan kimia sintetis cukup mahal
(2) Sulit menemukan bahan alami yang
cocok untuk proses fiksasi kain skala
besar, sehingga perlu dilakukan
penelitian dan riset terlebih dahulu
(3) Memerlukan waktu yang lama dalam
42
perbaikan alat
(4) Dapat menghambat proses produksi
(5) Kemungkinan pekerja shift malam
bekerja tidak optimal karena merasa
mengantuk
(6) Jumlah pekerja yang akan dirotasi
berjumlah sedikit
(7) Pekerja kurang nyaman dalam memakai
APD seperti masker dan sarung tangan
(8) Perusahaan menyediakan APD yang tidak
sesuai dengan ukuran tubuh pekerja
(9) Para pekerja kurang mematuhi peraturan
safety yang sudah dibuat oleh perusahaan

Peluang (Opportunity)
Ancaman (Threat)
(1) Pekerja dapat terhindar dari penyakit
(1) Tidak tahu pasti seberapa besar pengaruh
akibat terpapar oleh limbah bahan kimia
penggaantian bahan kimia sintetis dengan
berbahaya
bahan kimia alami
(2) Hasil produksi meningkat
(3) Kerja menjadi sehat, aman, nyaman, dan (2) Tidak adanya sumber daya manusia yang
efisien
(4) Kota Surakarta dekat dengan Gunung
Lawu, dimana mencari bahan baku alami
untuk

proses

fiksasi

mudah

untuk

didapatkan
(5) Mempunyai ahli teknisi sehingga dapat
menghemat biaya
(6) Sisa biaya perbaikan dapat digunakan
dalam pemenuhan fasilitas yang lain

mampu mengolah bahan alami tersebut


dalam proses fiksasi
(3) Pekerja kurang menyesuaikan diri
(4) Perbaikan alat kadang tidak sesuai
dengan keinginan pekerja
(5) Keterbatasan sumber daya manusia yang
bisa mengoperasikan alat pengolah
limbah dengan baik
(6) Pekerja yang ditempatkan pada malam

(7) Limbah kimia yang dikeluarkan tidak

hari akan lebih sering melakukan

mencemari lingkungan sekitar


(8) Dengan adanya rotasi kerja maka mesin

kesalahan dalam bekerja dan terjadi

tidak berhenti berproduksi


(9) Pembatasan waktu dalam bekerja supaya
pekerja tidak bekerja overtime
(10) APD mudah digunakan dan mudah
didapat
(11) Meningkatkan citra baik perusahaan
dengan

menerapkan

didalamnya

sistem

K3

kecelakaan kerja
(7) Pekerja wanita yang ditempatkan pada
malam hari dapat memicu tindakan
asusila, seperti : pemerkosaan, pelecehan
seksual, pencurian, dan lain-lain
(8) Pengeluaran biaya untuk pembelian APD
tidak sedikit
(9) Pekerja tidak mau memakai APD karena
tidak sesuai dengan ukuran tubuh mereka
(10) Kurangnya monitoring atau
pengawasan berkala terhadap para
pekerja

43

44

c. Analisis SWOT untuk pengembangan strategi


internal
Kekuatan (S)

Kelemahan (W)

eksternal
Kekuatan : Peluang memilih Kelemahan
keuntungan

memanfaatkan peluang

Peluang (O)

Strategi Pemecahan Msalah,


Perbaikan, dan Pengembangan

Peluang

Ancaman
(T)

Mengendalikan ancaman

Mengarah kekuatan
Kekuatan atau ancaman

Kelemahan atau ancaman

Gambar 1 Analisis SWOT untuk Pengembangan Strategi


Dari identifikasi yang telah dilakukan terhadap kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman
(threat) maka dapat dirumuskan suatu strategi untuk menangani
kelemahan dan ancaman yang ada seperti pada tabel berikut :

45

Tabel 4. Analisis KKPA SWOT dan Prioritas Strategi Pengembangan


Internal
Kekuatan (S)

Kelemahan (W)

Eksternal
Peluang (O)

Strategi SO

Strategi WO

1. Komitmen tenaga kerja pada 1.


unit

fiksasi

untuk

Mengadakan

pergantian

selalu limbah dengan bahan kimia

semangat dan memotivasi diri sintetis menjadi alami dan


sendiri agar mampu bekerja melakukan pengecekan secara

secara optimal sehingga target berkala


yang

direncanakan

untuk

mengetahui

tercapai pengaruhnya bagi kesehatan

dan tidak membebani tenaga pekerja


kerja.
2.

2. Perusahaan menerapkan

Dengan

adanya

reward target

untuk

keperluan

untuk ketaatan tenaga kerja pemenuhan fasilitas umum


dalam penggunaan APD, yang seperti pembaruan alat-alat
dapat

mengurangi

beberapa mekanis atau mesin untuk

faktor resiko keren abahan menambah


kimia

yang

produktifitas

dapat perusahaan

menyebabkan penyakit

3. Perusahaan membuat skala

3. Dengan adanya tambahan prioritas untuk memilih mana


bonus

yang

diharapkan

diterapkan yang perlu segera ditangani

pekerja

terbebani

dengan

tambahan

kerja

merupakan

tidak untuk menghemat waktu dan


adanya biaya.
yang
tuntutan

perusahaan.
4.

Penerapan

penjemputan
sebagai

shift
tenaga

upaya

dan
kerja

mengurangi

kelelahan dan kejenuhan para


pekerja.

Ancaman (T)

1.
tentang

Strategi ST
Pemberian sosialisasi
bahayanya

limbah

Strategi WT
1. Melakukan pemeriksaan
berkala kepada tenaga kerja

dengan bahan kimia sintetis untuk mengetahui


yang
proses

digunakan

di

fiksasi

dan

dampak

dalam dari pemaparan limbah bahan


cara kimiasintetis

secara

terus-

mengurangi faktor resiko yang menerus


dapat mengakibatkan sakit

2. Dengan adanya komitmen

2. Menerima saran dan keluhan perusahaan dan tenaga kerja


tenaga kerja tentang efek-efek tentang penggunaan limbah
bahan

kimia

yang

mereka bahan kimia alami dalam

gunakan setiap hari

proses fiksasi dapat berjalan

3. Memberikan pengetahuan

optimal

kepada tenaga kerja tentang 3. Melakukan pengontrolan


penggunaan

bahan

kimia dan

secara baik dan benar

pengawasan

pekerja
1.

terhadap

melanggar
47
peraturan tentang penggunaan
APD

yang

seperti

masker

dan

sarung tangan
3. Menentukan Prioritas Jalan Keluar
1. Menyusun Alternatif Jalan Keluar
Menyusun alternatif jalan keluar adalah untuk mengatasi prioritas
masalah yang sudah ditetapkan. Berikut ini alternatif jalan keluar :
Tabel 5. Alternatif Jalan Keluar

Masalah

Penyebab

Alternatif Penyelesaian

Pemaparan limbah
dengan menggunakan

1. Kurangnya

bahan kimia sintetis

pengetahuan tenaga kerja

secara terus-menerus

tentang bahaya dari

yang berbahaya bagi

bahan-bahan kimia

kesehatan pekerja

sintetis

1. Mengadakan sosialisasi dan


pelatihan tentang pengolahan
limbah dengan bahan alami
agar tidak mencemari
lingkungan
2.Melakukan pengawasan dan
pengontrolan kepada tenaga
kerja

tentang

penggunaan

bahan kimia di dalam proses


fiksasi
3.Melakukan

sosialisasi

berkala tentang pentingnya


penerapan K3 kepada para
tenaga kerja
pengecekan
2. Pekerjaan di bagian 1.Mengadakan
48
fiksasi disesuaikan dengan kesehatan secara berkala
gangguan
jadwal, yaitu selama 8 jam termasuk
pernafasan dan iritasi kulit
per hari.
terhadap tenaga kerja
2.

Melakukan

pergantian

limbah dengan bahan kimia


yang sintetis menjadi limbah
dengan bahan kimia yang
alami

3. Menggunakan teknologi
pengolahan limbah Reverse
3.

Kurangnya

fasilitas Osmosis

umum seperti penyediaan


APD yang standar

kerja yang efisien dan imbang

4. Kurangnya peringatan
(caution) tentang bahaya
pemakaian bahan kimia
dan

penyakit

diakibatkan

yang

dari

kimia tersebut

4. Membuat pergantian shift

1. Menyediakan APD standar


seperti masker dan sarung
tangan lateks

bahan 1. Penempelan poster dan

di dalam peringatan tentang bahayanya

proses fiksasi
2.

limbah kimia sintetis dan


penyakit yang ditimbulkan
dari limbah kimia sintetis
tersebut
49

b. Memilih Prioritas Jalan Keluar


Jika kemampuan dimiliki, semua alternatif jalan keluar bisa dilaksanakan,
tetapi karena kemampuan terbatas pilih alternatif yang paling menjanjikan. Kriteria
yang lazim digunakan adalah :
A.

Efektivitas Jalan Keluar


1) Tetapkan nilai efektifitas (effectifity) untuk setiap alternatif jalan keluar,
dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 5
(paling efektif)
2) Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi.
B. Kriteria tambahan efektifitas jalan keluar
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan

2) Hitung besarnya masalah (Magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan


keluar tersebut dilaksanakan, untuk setiap alternatif.
3) Makin besar masalah dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar
tersebut.
C. Pentingnya jalan keluar
1) Hitung pentingnya jalan keluar (Importy) dalam mengatasi masalah yang
dihadapi, untuk setiap alternatif.
2) Pentingnya jalan keluar yang dimaksud dikaitkan dengan kelanggengan

D.

seleksi masalah
3) Makin selesainya masalahnya, makin penting jalan keluar tersebut
Sensitivitas jalan keluar
1) Hitung sensitivitas jalan keluar (Vunerability) dalam mengatasi masalah
yang dihadapi, untuk setiap alternatif.
50
2) Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah.
3) Makin cepat masalah teratasi, semakin alternatif jalan keluar tersebut.
E. Efisiensi Jalan Keluar
1) Tetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar,
yaitu dengan memberi angka 1 (paling tidak efisiensi) sampai dengan
angka 5 (paling efisiensi).
2) Nilai efisiensi dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar.
3) Makin besar biaya yang diperlukan, makin tinggi efisiensi jalan keluar
tersebut.
F.

Selanjutnya nilai P (Prioritas) untuk setiap alternatif jalan keluar, dengan


membagi hasil perkalian antara M x I x V dengan nilai C.

G.

Jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.

Tabel 6. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Jalan Keluar


No

Daftar Alternatif Jalan


Keluar
Mengadakan

Efektivitas
M

sosialisasi 3

I
2

V
2

Efisiensi

Jumlah

MxIxV
C
6

dan

pelatihan

tentang

pengolahan limbah dengan


bahan alami agar tidak
3.

mencemari lingkungan
Melakukan
pengawasan 3

8
51

dan pengontrolan kepada


tenaga

kerja

tentang

penggunaan bahan kimia


di dalam proses fiksasi
4.

Melakukan

sosialisasi 4

12

18

berkala tentang pentingnya


penerapan K3 kepada para
tenaga kerja
6.

Mengadakan

pengecekan 3

kesehatan secara berkala


termasuk

gangguan

pernafasan dan iritasi kulit


terhadap tenaga kerja
7.

Melakukan

pergantian

limbah

dengan

kimia

yang

sintetis

menjadi

limbah

dengan

21,3

bahan

bahan kimia yang alami


Menggunakan
8.

pengolahan
Reverse Osmosis

teknologi
limbah

Membuat pergantian shift


kerja yang efisien dan
9.

imbang

13,5

10,6

Menyediakan APD standar


seperti masker dan sarung
tangan lateks
10.
4

Penempelan

poster

peringatan

dan

tentang

pemakaian

bahan

52

kimia

secara baik dan benar


11.

3
2

4,5

Keterangan :
a. Nilai 1
b. Nilai 2
c.Nilai 3
d. Nilai 4
e.Nilai 5

: sangat tidak efisien


: agak efisien
: cukup efisien
: efisien
: sangat efisien

Dari penentuan prioritas penangan masalah dengan menggunakan


kriteria matriks maka didapat skor tertinggi melakukan pergantian bahanbahan kimia yang sintetis menjadi bahan-bahan kimia yang alami dengan
skor 21,3.

1.

B. Plan of Action
Nama Kegiatan

Mengadakan pergantian bahan-bahan kimia sintetis dengan


menggunakan

bahan-bahan

kimia

alami

serta

melakukan

pengawasan dan pengontrolan penggunaan bahan-bahan kimia


secara baik dan benar.
2. Materi
a. Melakukan penggantian bahan kimia sintetis dengan bahan
kimia alami
b. Memberikan

pengawasan

dan

pengontrolan

53
dalam

penggunaan bahan kimia secara baik dan benar


c. Pentingnya menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit
akibat kerja
3. Sasaran
Pekerja di unit fiksasi PT. Iskandar Indah Printing Textile
4. Pelaksana
Tim ahli K3 dan tim ahli kimia
5. Waktu
Hari/tanggal
: selama proses fiksasi
Waktu
: menyesuaikan
6. Biaya
a. Tim ahli kimia
: Rp 350.000,b. Pembelian alat
1) Jeruk nipis 100 kg
: Rp 850.000,@jeruk nipis/kg Rp 8.500
2) Alat pemerasan jeruk
: Rp 650.000,- +
Rp 1.850.000
7. Lokasi
Di unit printing PT. Iskandar Indah Printing Textile

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Di PT. Iskandar Indah Printing Textile terdapat proses fiksasi. Proses ini
berguna untuk menguatkan warna agar warna pada kain tidak mudah
luntur.
2. Masalah di proses fiksasi adalah :
a. Pekerja terlalu lama berdiri
b. Pekerja terpapar bahan kimia dalam waktu yang lama
c. Ventilasi yang kurang baik dan kurangnya fasilitas

seperti

blower/kipas angin sehingga ruangan menjadi panas dan pengap


d. Pencahayaan di unit fiksasi sangat kurang
e. Kurangnya Managemen House Keeping
f. Pekerja tidak mau menggunakan APD yang standar
3. Faktor bahaya pada proses fiksasi di PT. Iskandar Indah Printing Textile
yang paling besar adalah terkena bahan-bahan kimia, karena hampir setiap
hari para pekerja berkontak langsung dengan bahan-bahan kimia
4. Pada analisis SWOT, prioritas masalah yang paling besar adalah terpapar
limbah bahan kimia
5. PT. Iskandar Indah Printing Textile telah menerapkan K3 pada proses
fiksasi, namun kurangnya kesadaran dari para pekerja

B. Saran

55
1. Sebaiknya HSE di PT. Iskandar Indah Printing Textile harus lebih teliti
dalam mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja terutama
pada proses fiksasi
2. Sebaiknya Perlu adanya ahli K3 yang mampu mengubah sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Iskandar Indah
Printing Textile menjadi lebih baik lagi.
3. Sebaiknya para pekerja di PT. Iskandar Indah Printing Textile lebih
54
meningkatkan penggunaan APD

4. Sebaiknya para pekerja lebih meningkatkan pengetahuan tentang urgensi


pelaksanaan K3 melalui pelatihan yang diadakan oleh perusahaan
5. Sebaiknya para pekerja meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja

DAFTAR PUSTAKA

Sumamur (2014). Keselamatan Kerja Dalam Persiapan Perspektif Hiperkes dan


Keselamatan Kerja. Jakarta : Erlangga
Ramli, Soehatman (2010). Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Jakarta : Dian Rakyat

Anda mungkin juga menyukai