1. Kegiatan migas sesuai UU no. 22 tahun 2001 tentang migas di bagi menjadi 2,
yaitu :
a. Kegiatan usaha Hulu migas mencakup :
Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh
informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan
memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di
Wilayah Kerja yang ditentukan.
Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dan Wilayah Kerja yang
ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian
sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan
pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak dan gas
bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
b. Kegiatan usaha Hilir Migas mencakup :
Pengolahan adalah kegiatan memurnikan, memperoleh bagian-
bagian, mempertinggi mutu, dan mempertinggi nilai tambah Minyak
Bumi dan/atau Gas Bumi, tetapi tidak termasuk pengolahan
lapangan.
Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan Minyak Bumi, Gas bumi,
dan/atau hasil olahannya dari Wilayah Kerja atau dari tempat
penampungan dan Pengolahan, termasuk pengangkutan Gas Bumi
melalui pipa transmisi dan distribusi.
Penyimpanan adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan,
penampungan, dan pengeluaran Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi.
Niaga adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor Minyak
Bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk Niaga Gas Bumi melalui
pipa.
2. UU no 1 tahun 1970
a. Pengurus² ialah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri
b. ’’Ahli keselamatan kerja” ialah tenaga tehnis berkeahlian khusus dari
Luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja
untuk mengawasi ditaatinya undang-undang ini.
c. "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja;
3. Pengertian
a. kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat melakukan
pekerjaan. Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial
yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi
fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau
jabatannya.
b. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
c. Lindungan Lingkungan adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk menjaga
dan melindungi suatu lingkungan pada tempat kerja.
4. A. Undang Undang No 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan Kerja
B. Undang Undang No 22 Tahun 2001 Tentang Migas
C. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018
Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
D. PP No. 50 Tahun 2012, Sistem Manajemen K3.
Untuk dapat membedakan secara jelas antara bahaya dan risiko, dapat
dilihat di ilustrasi berikut :
Langkah-langkah ini tidak hanya dibuat secara spesifik untuk satu pekerjaan
tertentu, tetapi juga khusus untuk satu area kerja tertentu. Jika area kerja
berubah tetapi jenis pekerjaan sama, tetap saja langkah-langkah dari pekerjaan
tersebut perlu berubah juga.
Ini menjadi bagian paling penting dalam membuat JSA. Berikut beberapa
hal yang dapat Anda pertimbangkan saat mengidentifikasi potensi bahaya:
Satu hal yang tak kalah penting dalam pembuatan JSA adalah jika kondisi area
kerja berubah atau area kerja berpindah, supervisor atau foreman
(mandor/pengawas) harus memperbarui JSA, karena potensi bahaya di area
tersebut juga mungkin berbeda.
9. A. Api Dan Ledakan
Ini adalah kecelakaan utama dalam industri pengeboran minyak. Dalam
proses pengeboran, semburan, tersandung keluar dan swabbing, gas yang
mudah terbakar dapat keluar dan bereaksi dengan udara, potensi penyebab
ledakan.
Penyebab lainnya di mana ledakan dapat terjadi meliputi: pekerjaan
memotong atau mengelas di dekat bahan yang mudah terbakar serta membuat
lubang dengan ledakan di atas tanah. Ketika berada dilokasi harus memiliki
kesadaran situasional yang diperlukan, pelatihan keselamatan untuk pencegah
kebakaran dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati.
B. Jatuh
Jatuh terjadi di industri pengeboran minyak paling sering terjadi di
daerah rig yang tinggi. Pekerja dapat jatuh dari lantai rig ke tingkat lebih rendah
atau kelaut terbuka.
Kecelakaan ini sangat berbahaya, tetapi mereka dapat dihindari ketika
setiap bukaan memiliki struktur keamanan yang diikat dan perlindungan yang
tepat ditetapkan untuk mengamankan pekerja saat mereka beroperasi pada rig
yang tinggi.
C. Listrik
Air asin, serta beberapa bahan kimia yang digunakan dalam proses ekstraksi,
bersifat korosif. Hal yang paling sederhana, seperti kabel yang rusak atau usang
saat mengganti bola lampu dapat menyebabkan sengatan listrik di atas rig
pengeboran.
Langkah sederhana untuk menghindari listrik adalah memakai insulator listrik
sebagai perlindungan, serta melakukan pemeriksaan rutin untuk mengganti
peralatan yang rusak.
D. Terkena Imbas
Pekerja beresiko terkena imbas benda yang jatuh atau bergerak seperti
jepitan, pipa, meja putar, atau rantai berputar. Dalam beberapa kasus,
sambungan selang tekanan tinggi yang telah gagal, memungkinkan selang
mencambuk dan memukul pekerja.
E. Tersangkut
Penting untuk diperhatikan: setiap area di mana jarak kontak jauh dengan cepat
menggeser atau membatasi pekerja ke ruang yang sempit, itu bisa berakibat
fatal bagi orang yang terlibat.
F. Rig Runtuh
Rig sering runtuh ketika rig membawa beban lebih dari yang dirancang
untuk dibawa. Penyebab lain dari Rig Collapse adalah ketika Penilaian Rig tidak
cukup rinci atau dilakukan dalam praktek yang diperlukan. Masalah mekanis dari
kelalaian biasa akan dengan cepat meningkatkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan yang sering terjadi.
BOSIET melatih para pekerja mengenai bahaya yang umum terjadi di rig lepas
pantai, terutama yang berkaitan dengan kelangsungan hidup di laut, persiapan
penanggualangan darurat, pertolongan pertama dan teknik penanggulangan
kebakaran. Pelatihan ini juga mencakup potensi dampak lingkungan dari
kegiatan pengeboran lepas pantai, serta peraturan keselamatan yang dirancang
untuk tujuan melindungi area dari potensi yang dapat ditimbulkan dari kegiatan
pengeboran.
B. Sertifikat HUET
Helicopter Underwater Escape Training (HUET) merupakan pelatihan
yang menekankan mengenai keterampilan yang dibutuhkan untuk
menyelamatkan diri ketika helikopter berada di dalam air. Pelatihan ini penting
bagi siapa saja yang menggunakan transportasi helikopter. Untuk karyawan rig
lepas pantai, sertifikasi ini dibutuhkan karena transportasi ke lokasi rig
umumnya menggunakan helikopter terutama rig yang berada jauh dari daratan.
11. Adapun yang akan dibahas pada HSE mengenai kegiatan pemboran
diantaranya:
a. Tahap Pemboran:
Persiapan Pemboran
1. Pelaksanaan Pemboran
Penyelesaian dan reklamasi sumur
b. Simulasi Pemboran
c. Drilling Waste Management
d. Kesimpulan dan Saran Pemboran.
Tahap Pemboran
a. Persiapan Pemboran
Adapun beberapa persiapan pemboran yang meliputi pekerjaan
sebagai berikut:
Pembuatan AMDAL.
Mengadakan sosialisasi rencana kegiatan pemboran kepada
masyarakat sekitar lokasi pemboran.
Persiapan data bawah tanah (G & G).
Pembuatan program pemboran, yang menjelaskan susunan
dan kedalaman casing, besar tekanan formasi yang akan
dihadapi, jenis lumpur, tipe komplesi, potensi hazard,
prosedur emergency, serta jumlah budget atau AFE.
Penyiapan material dan jasa pemboran.
Mobilisasi rig meliputi: rig move, rig up.
Melaksanakan safety check list pada peralatan pemboran
(sertifikasi alat, safety pin, safety chain pada saluran
bertekanan)
Personil yang berkerja di lapangan MIGAS harus sudah
tersertifikasi, sesuai dengan kompetensinya.
Melaporkan ke Dirjen MIGAS mengenai pemboran sumur
yang diniatkan.
Meminta izin ke SKK MIGAS untuk memulai pengeboran.
b. Konstruksi
Setelah tahap perencanaan selesai dilakukan, tahap selanjutnya
adalah tahap konstruksi yang juga harus memenuhi aspek sebagai
berikut:
x. Pekerja pada tahap konstruksi harus sesuai dengan rencana
engineering disign dan dokumen AMDAL;
xi. Melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP yang ditentukan;
xii. Menempatkan SDM tepat sasaran;
xiii. Pemilihan kualitas meterial yang baik sesuai dengan
standar yang telah ditentukan;
xiv. Melakukan kontrol terhadap fasilitas produksi;
xv. Melakuakan evaluasi HSE;
xvi. Inspeksi dan audit HSE.
c. Commissioning
Commissioning merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum
operasi produksi dimulai. Hal ini untuk memastikan peralatan
bekerja dengan baik sehingga kecelakaan akibat kegagalan
peralatan dapat dihindari. Adapun yang dilakukan diantaranya:
xvii. Membuat pedoman keselamatan pengoperasian dan
pemeliharaan fasilitas produksi;
xviii. Malakukan preventive maintenance;
xix. Melakukan sertifikasi peralatan sesuai aturan migas;
xx. Penanggulangan kemungkinan terjadinya pencemaran
lingkungan;
xxi. Area fasilitas produksi harus di isolasi agar masyarakat
awam tidak terpapar dengan bahaya-bahaya yang ada.
Jika seluruh tahapan perencanaan tidak baik, perawatan tidak dapat
dilaksanakan secara periodik dan penanganan limbah tidak dikelolah
dengan baik maka akan akan berdampak pada kerusakan yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja, serta kerusakan lingkungan yang pada
akhirnya menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
16. Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan diakibatkan oleh rantai peristiwa
berurutan seperti domino jatuh dan ketika salah satu domino jatuh, memicu
kecelakaan yang berikutnya. Dalam teri domino ini pencegahan kecelakaan
berfokus pada penghilangkan faktor utama (the central factor), yaitu tindakan
tidak aman atau bahaya, yang mendasari 98% dari semua kecelakaan. Heinrich
beranggapan bahwa kecelakaan dapat dicegah dengan menghilang kedua
faktor, yaitu meniadakan unsafe act dan unsafe condition. Atau dengan kata lain
dengan cara mengendalikan situasinya (thing problem) dan masalah manusianya
(people problem). Sayangnya teori ini terlalu melimpahkan kesalahan pada
manusia dan kecelakaan bisa terjadi hanya karena ada kesalahan manusia.
Namun dibalik kekeurangan Heinrich dalam teorinya, Heinrich melihat adanya
sejumlah faktor yang memunculkan efek domino kondisi yang menyebabkan
kegiatan pekerjaan menjadi tidak aman. Teori Domino Heinrich ini juga menjadi
teori ilmiah pertama yang menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja karena
kecelakaan tidak lagi dianggap sebagai sekedar nasib sial atau karena peristiwa
kebetulan.
- Coverall
- Respirator
- Sarung tangan pengelasan