Disusun oleh:
Sulistiyawati P07220117073
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini sendiri di buat guna memenuhi
salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah K3 dengan judul “Kegiatan Hygine
Perusahaan”. Di dalam penulisan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan
dari pihak lain karena itu kritik serta saran dari para pembaca sangat di perlukan
demi kemajuan pada pembuatan makalah berikutnya. Semoga Allah SWT dapat
memberikan balasan yang setimpal atas bimbingan dan bantuan yang telah di berikan
kepada penulis. Akhirnya penyusun mengharapakan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI......................................................................................................5
A. Definisi Hygine Perusahaan...........................................................................5
1. Pekerja........................................................................................................6
2. Lingkungan.................................................................................................6
3. Jenis Pekerjaan...........................................................................................9
7. MCU.........................................................................................................22
BAB III.......................................................................................................................25
PENUTUP..................................................................................................................25
A. Kesimpulan..................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan
melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif
kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan
masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta
dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya.
Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dikelompokkan
menjadi industri dasar (industri besar), industri menegah (aneka industri), dan
industri kecil. Industri kecil dengan teknologi sederhana/tradisional dan dengan
jumlah modal yang relatif terbatas merupakan industri yang banyak bergerak di
sektor informal. Hampir 80% dari semua tenaga kerja diperlukan di sektor ini
(Depkes RI, 1992). Sejalan dengan semakin berkembangnya berbagai jenis
industri serta majunya teknologi, penggunaan bahan dan produksi bahan kimia
juga semakin meningkat. Bukan hanya sektor industri, tetapi juga merambat ke
sektor lainnya. Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan merupakan suatu hal
yang sangat penting, baik perusahaan formal maupun informal. Perusahaan
formal umumnya sudah mempunyai sistem kesehatan dan keselamatan kerja
yang sudah baku, tetapi industri-industri di sektor informal masih banyak yang
belum memiliki dan belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang diharapkan.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi hygine perusahaan ?
2. Apa tujuan dari penerapan hygiene perusahaan ?
3. Apa saja ruang lingkup dari hygiene perusahaan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi kegiatan hygine perusahaan pada Pekerja,
LingkunganJenis pekerjaan
2. Mengetahui Macam macam alat pelindung diri yang ada di perusahaan
3. Mengetahui Cara menggunakan alat pelindungan diri
4. Mengetahui Cara memelihara alat pelindung diri
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
B. Kegiatan Hygiene Perusahaan
1. Pekerja
Titik sentral kegiatan perusahaan adalah manusia sebagai tenaga
kerja, higiene perusahaan dapat dimulai dari Higiene Perorangan. Higiene
Perorangan merupakan salah satu upaya untuk mencapai persyaratan
hiperkes. Usaha-usaha Higiene Perorangan :
a) Kebersihan Badan.
b) Kebersihan mulut,
c) Kebersihan tangan,
d) Kebersihan rambut,
e) Pakaian,
f) dll.
Aspek-aspek Higiene Perorangan
Pemeriksaan Kesehatan Calon Karyawan,
Pemeriksaan Kesehatan berkala,
Pemeriksaan Kesehatan Khusus,
Kesadaran terhadap pentingnya higiene perorangan,
Iklim perusahaan yang sehat dan memadai,
Perlindungan thd.bahaya dan kecelakaan kerja,
Pelaksanaan sanitasi lingkungan,
Peningkatan gizi yang baik,
Kewajiban memenuhi mentaati syarat-syarat Kesehatan Kerja,
Pengendalian penyakit
Kebersihan Selama Kerja
Pendidikan dan Penyuluhan
2. Lingkungan
Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat
kerja(occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor
kimia.
a) Bahaya Fisik :
6
Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim
kerja/tekanan panas, getaran, radiasi dsb
b) Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat
menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada
ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa in tensitas bunyi
yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan
(pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang
bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus
dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah
gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat
mengganggu komunikasi.Sumber Suara Skala intensitas(dB) :
Halilintar 120 Kantor gaduh 70,ü
Meriam 110 Radio 60ü
Mesin uap 100 Kantor pd umumnya 40ü
Jalan yg ramai 90 Rumah tenang 30ü
Pluit 80 Tetesan air 10ü
7
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak
cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-
hal sebagai berikut :
Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras
dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di
sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek
yang dikerjakan.
Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar
tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan
dengan lampu-lampu tersendiri.
Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-
masing tenagakerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas
50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.
d) Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising
seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus
menerus atau intermitten.Metode kerja dan ketrampilan memegang
peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan
manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan
peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ”
vibration-induced white fingers”(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek
negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi
kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
8
e) Bahaya Kimia
Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO, dan
sebagainya.
Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan
pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem
pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh :
konsentrat asam dan basa , fosfor.
Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat
kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau
dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat
menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (bengkak)
Contoh:
Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline
dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka
pada organ atau sistem tubuh. Contoh :
Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon
disulphide
Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
Paru-paru :silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis)
3. Jenis Pekerjaan
a) Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya
dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan
higiene industri di tempat kerja. Adapun tujuan dari anntisipasi adalah :
Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul
menjadi bahaya dan risiko yang nyata
9
Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan
atau suatu area dimasuki
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki
Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :
Pengumpulan Informasi
Melalui studi literature
Mempelajari hasil penelitian
Dokumen-dokumen perusahaan
Survey lapangan
Analisis dan diskusi
Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
Pembuatan Hasil
Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya
dan risiko yangndapat dikelompokkan:
Berdasarkan lokasi atau unit
Berdasarkan kelompok pekerja
Berdasarkan jenis potensi bahaya
Berdasarkan tahapan proses produksi dll
b) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali
suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan
suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang
objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini
kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan
informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan
atau struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat,
kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran)
Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
Mengetahui pekerja yang berisiko
10
c) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif
dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang
berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi
pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen
data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
Untuk mengetahui tingkat risiko
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah
dilaksanakan
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
d) Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya
serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi
bahaya.
Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu
atau asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan
kerja dengan mengubah beberapa peralatan proses untuk mengurangi
bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk
diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja
dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja
yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja
Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
11
Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang
kurang berbahaya,
Proses kerja ditempatkan terpisah,
Menempatan ventilasi local/umum.
Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan
sumber bahaya
Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari
hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri Alat pelindung
diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi
terkena resiko dari bahaya.
12
b) Safety Belt
Safety belt berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja
bekerja/berada di atas ketinggian.
c) Safety Shoes
Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang
menimpa kaki karena benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia
dan sebagainya.
13
d) Sepatu Karet
Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang didesain khusus
untuk pekerja yang berada di area basah (becek atau berlumpur).
Kebanyakan sepatu karet di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki
dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
e) Sarung Tangan
Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk
melindungi tangan dari kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan
akibat sentuhan dengan benda runcing dan tajam. Sarung Tangan biasanya
dipakai pada proses persiapan bahan kimia, pemasangan komponen yang
agak tajam, proses pemanasan dan lain sebagainya. Jenis-jenis sarung
tangan diantaranya adalah sebagai berikut :
Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi
tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan.
Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk melindungi
tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan.
14
Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi
tangan dari kontak dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat
dan Grease.
Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari
kontak dengan arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan
tinggi.
f) Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
g) JasHujan(RainCoat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).
15
h) Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya
mengelas).
16
k) Pelampung
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas
air atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau
mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada
posisi tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di
dalam air.
17
Disini saya akan memberikan informasi mengenai alat keselamatan
kerja dan cara pemakaiannya yang benar dan sesuai standar.
Pastikan helm yang anda gunakan sesuai dengan kepala anda yaitu
tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, hal ini sangat berpengaruh
terhadap aktivitas anda nantinya.
18
c) Cara penggunaan tali pengaman (safety harness).
Tentunya hal tersebut memang menjadi salah satu hal yang sangat
utama dimana tali pengaman yang digunakan ini merupakan tali
pengaman khusus contohnya bagi mereka yang suka melakukan panjat
tebing. Hal ini karena memang tali pengaman sangat diperlukan, hal yang
utama dalam menggunakan tali pengaman adalah anda harus melihat dulu
apakah ada bekas sobek dan disambung serta lihat kunci pada sebuah tali
pengaman, apakah cukup meyakinkan anda atau tidak. Apabila anda
memasang usahakan anda memasang dengan sistem yang benar-benar
sesuatu standar dan bukan asal-asalan tentunya.
19
6. Cara memelihara alat pelindung diri
Cara merawat Peralatan Safety :
20
Jika dalam pemeriksaan tersebut diketemukan sepatu safety yang
kualitasnya tidak sesuai kriteria maka alat tersebut ditarik dan tidak
dibenarkan untuk dipakai.
Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki sepatu safety dan sudah ikuti training.
Kalau Anda sedang mencari tempat jual sepatu safety di jakarta timur
yang terpercaya.
c) Masker/Perlindungan Pernapasan (Mask/Respiratory Protection)
Pelindung pernapasan dijaga kondisinya dengan pemeriksaan teratur
yang menyangkut cara penyimpanan, kebersihan dan kondisinya.
Jika dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat pelindung pernapasan
yang mutunya tidak sesuai kriteria maka alat tersebut ditarik dan tidak
dibenarkan untuk dipakai.
Keadaan dan kebersihan alat pelindung pernapasan jadi tanggung
jawab karyawan yang bersangkutan
Kontrol terhadap kebersihan alat itu akan selalu dilakukan oleh
managemen lini.
d) Sarung tangan (Hand Glove)
Sarung tangan dijaga kondisinya dengan pemeriksaan teratur yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan dan kondisinya oleh
manajemen lini.
Jika dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang
kualitasnya tidak sesuai kriteria maka alat tersebut ditarik dan tidak
dibenarkan untuk dipakai.
Penyimpanan sarung tangan harus terjamin sehingga terhindar dari
debu, kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin),
kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.
21
7. MCU
Medical Check Up (MCU) adalah pemeriksaan kesehatan secara
menyeluruh. Namun kebanyakan masyarakat Indonesia beranggapan
pemeriksaan ini masih sebagai suatu pemborosan. Dan ternyata dengan kita
melakukan pemeriksaan MCU secara rutin malah dapat menghemat
biayapengobatan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 02/Men/1980
Pasal 3 ayat (2) memang mewajibkan perusahaan untuk memeriksakan
kesehatan pegawainya dalam satu tahun dilakukan pemeriksaan satu kali
yang disebut pemeriksaan kesehatan berkala.
22
c) Faktor Biologi, seperti : Virus, Bakteri, Tetanus, TBC, Klamidia dan
Riketsia, Jamur, Cacing, Protozoa dan Malaria.
d) Faktor Kimia, seperti : uap Sulfur, gas CO, cairan Sulfat, dsb.
Manfaat yang Diperoleh jika Melakukan Medical Check Up :
a) Menghemat Biaya Perusahaan
MCU akan membuat perencanaan pembiayaan yang rasional dan
efektif untuk anggaran kesehatan pada perusahaan Jika penyakit-
penyakit akibat kerja mengenai karyawan maka perusahaan tempat
karyawan tersebut bekerja berkewajiban memberikan santunan
pengobatan pada karyawan tersebut. Dengan mengetahui lebih dini
penyakit yang dialami oleh karyawan maka dapat lebih dini
penanganannya sehingga dapat menghemat pengeluaran perusahaan.
b) Melaksanakan Peraturan Pemerintah
Sesuai peraturan pemerintah yang dituangkan dalam UU No I
tahun 1970, UU No. 21 tahun 2003 yang meratifikasi Konvensi ILO No.
81, dan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan secara jelas
diatur mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Pemerintah
mewajibkan kepada perusahaan untuk memberikan hak bagi karyawan,
akan tersedianya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja selama dia
menjalankan tugas dan pekerjaannya, sehingga seorang karyawan dapat
bekerja maksimal tanpa adanya kekhawatiran pada kesehatan dan
keselamatannya.
23
mencegah agar penyakit yang telah dideteksi secara dini tidak berlanjut,
untuk menghindari kekecewaan dan kerugian yang disebabkan oleh
gangguan kesehatan yang mendadak, mencegah atau menunda
komplikasi penyakit, melakukan pengobatan segera terhadap hasil
temuan yang tidak normal pada pemeriksaan tersebut
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan hygiene perusahaan/industry di dunia dan di Indonesia tidak
diketahui secara pasti kapan tepatnya. Hygiene perusahaan/industry merupakan
usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan
terhadap kesehatan manusia atau suatu upaya untuk mencegah timbulnya
penyakit karena pengaruh lingkungan yang ditujukan kepada masyarakat
pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi
konsumen dari hasil-hasil produksi perusahaan.
Tujuan dari hygiene perusahaan/industry, yaitu:
a) Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani,
nelayan, pekerja-pekerja bebas dan sebagainya) dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginyabaik fisik mental dan sosialnya.
b) Agar masyarakat sekitar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari
bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan yang berasal dari
perusahaan.
c) Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan
masyarakat konsumennya.
d) Agar efisiensi kerja dan daya produktifitas para karyawan meningkat dan
dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan.
Untuk mencapai tujuan dari hygiene perusahaan tersebut terlebih dahulu
harus diketahui batasan atau ruang lingkup dan prinsip dasar dari hygiene
perusahaan/industry. Ruang lingkup hygiene perusahaan/industry mencakup
kegiatan mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi, dan mengendalikan.
Sedangkan prinsip dasar hygiene perusahaan/industry mencakup pengenalan
terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja, penilaian/evaluasi terhadap
bahaya faktor-faktor lingkungan kerja, Pengendalian terhadap bahaya faktor-
faktor lingkungan kerja.
25
DAFTAR PUSTAKA
Soeripto, M.2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. (diakses pada
tanggal 19 Juli 2019)
http://media.kompasiana.com/buku/2012/04/17/makalahq-higiene-industry/(diakses
pada tanggal 19 Juli 2019)
http://kumpulan-makalahh.blogspot.com/2012/12/higiene-perusahaan.html(diakses
pada tanggal 19 Juli 2019)
http://safetyshoesco.blogspot.com/2016/09/cara-merawat-peralatan-safety-
kerja.html(diakses pada tanggal 19 Juli 2019)
26