Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

PENYAKIT YANG DIDERITA IBU SELAMA KEHAMILAN

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

1. Hipertensi esensial
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga hipertensi
ringan.
Gejalanya :
 Biasanya tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala.
 Tekanan darah sistolenya antara 140-160 mmhg
 Tekanan darah diastolenya antara 90-100 mmhg
Tekanan darahnya sukar diturunkan
Penanganannya :
Memantau tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala sesuatu yang
bisa menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup, diet dan psikologis.

2. Hipertensi Karena Kehamilan


Adalah hipertensi yang disebabkan atau muncul selama kahamilan

 Terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan 48


jam pasca persalinan.
 Lebih sering pada primigravida
 Risiko meningkat pada :
- Masa plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas)
- Diabetes mellitus
- Faktor herediter
- Masalah vaskuker
 Ditemukan tanpa protein dan oedema, tekanan darah meningkat
 Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam pengukuran
berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg.
Penanganan :

 Pantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi janin


 Jika tekanan darah meningkat tangani sebagai preeklampsia
 Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat
dan pertimbangan terminasi kehamilan.

3. Preeklampsia
Adalah bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan proteinuria dan
oedema.
Proteinuria adalah tanda yang penting pada preeklampsia, tidak adanya tanda ini akan
membuat diagnosa preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika kadarnya lebih dari 300
mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam.
Ibu hamil mana pun dapat mengalami preeklampsia. Tapi,umumnya ada beberapa ibu
hamil yang lebih berisiko, yaitu :
 Ibu hamil untuk pertama kali
 Ibu dengan kehamilan bayi kembar
 Ibu yang menderita diabetes
 Memiliki hipertensi sebelum hamil
 Ibu yang memiliki masalah dengan ginjal
 Hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
 Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya akan ada
kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya
Sayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masih merupakan misteri. Tak bisa
diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah
sedemikian maju. Yang jelas, preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian
pada ibu hamil, di samping infeksi dan perdarahan.
Gejala Yang Muncul :
 Kondisi preeklampsia sangat kompleks dan sangat besar pengaruhnya pada ibu
maupun janin. Gejalanya dapat dikenali melalui pemeriksaan kehamilan yang
rutin. Kendati tak jarang si ibu merasa dirinya sehat-sehat saja.
 Adanya preeklampsia bisa diketahui dengan pasti, setelah pada pemeriksaan
didapatkan hipertensi, bengkak, dan protein dalam urin
 Preeklampsia biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan. Tapi bisa juga
muncul pada trimester kedua. Bentuk nonkompulsif dari gangguan ini terjadi
pada sekitar 7 % kehamilan. Gangguan ini bisa terjadi sangat ringan atau parah.

Aspek Klinik Dari Preeklampsia :

 Gambaran klinik
Dua gejala yang sangat penting preeklampsia adalah hipertensi dan proteinuria

 Tekanan darah
Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol, peningkatan tekanan
darah adalah tanda peringatan awal dari preeklampsia. Tekanan diastolik lebih bermakna
dari pada tekanan sistolik, tekanan diastolik sebesar 90 mmhg atau lebih yang menetap
menunjukkan keadaan abnormal.

 Kenaikan Berat Badan


Peningkatan berat badan yang tiba-tiba dapat mendahului serangan preeklampsia,
peningkatan BB lebih dari 1 kg perminggu atau 3kg perbulan kemungkinan terjadinya
preeklampsia.

 Proteinuria
Merupakan indikator penting untuk menentukan beratnya preeklampsia

 Nyeri kepala
Sering didaerah frontal dan kadang-kadang oksipital yang tidak sembuh dengan
analgetik biasa
 Nyeri epigastrium
Sering merupakan gejala preeklampsia berat

 Gangguan penglihatan
Disebabkan vasospasme, iskemia dan perdarahan petekie pada korteks oksipital atau
spasme arteriol.

Perbedaan preeklampsia ringan dan preeklampsia berat


a. Preeklampsia ringan

 Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam 2 pengukuran


berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg
 Proteinuria (+)

b. Preeklampsia berat

 Tekanan diastolik > 110 mmhg


 Proteinuria (++)
 Oliguria
 Hiperrefleksia
 Gangguan penglihatan
 Nyeri epigastrium

Penanganan Preeklampsia Ringan


Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan penilaian 2
kali seminggu secara rawat jalan :

 Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.


 Lebih banyak istirahat
 Diet biasa
 Tidak perlu diberi obat-obatan
 Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :
 Diet biasa
 Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteiuria 1x sehari
 Tidak perlu obat-obatan
 Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi kordis
atau gagal ginjal akut
 Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
 Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia
 Kontrol 2 kali seminggu
 Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
 Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat
 Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat pertimbangan terminasi
kembali
 Jika protein meningkat tangani sebagai preeklampsia berat
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi

Penanganan Preeklampsia Berat


a. Penanganan aktif
Adalah kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan pemberian obat
kejang (sama dengan pengobatan kejang pada eklampsia). Penderita harus segera
dirawat dan sebaiknya dirawat diruangan khusus di daerah kamar bersalin, tidak
diperlukan ruangan yang gelap tetapi rungan dengan penerangan yang cukup. Penderita
yang ditangani dengan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan yaitu :
 Ibu dengan kehamilan 35 minggu atau lebih
 Adanya tanda-tanda impending eklampsia
 Adanya syndrome HELLP (haemolysis elevated liver enzymes and low platelet)
atau kegagalan penanganan konservatif
 Adanya gawat janin atau IUGR

b. Penanganan konservatif
Adalah kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan kejang
(sama dengan penanganan kejang pada eklampsia).
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan
keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif.

4. Eklampsia
Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi dengan
kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan.
Tanda dan Gejala :
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya
gejala-gejala nyeri kepala dibagian frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri
epigastrium dan hiperrefleksia.

Penanganan Eklampsia
Tujuan : Menghentikan dan mencegah kejang, mencegah dan mengatasi timbulnya
penyulit khususnya krisis hipertensi sebagai penunjang untuk stabilisasi keadaan ibu
seoptimal mungkin.
Sikap obstetrik : Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu.

Akibat Hipertensi dalam Kehamilan Pada Janin

 Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim
dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena
pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit.
 Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi
bayi dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan
(prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan sebagainya.
 Pada kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah
menunjukkan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa
ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi,
adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.
Dokter tak akan membiarkan penyakit ini berkembang makin parah. Bila perlu,
tanpa melihat usia kehamilan, persalinan dapat dianjurkan atau kehamilan dapat
diakhiri. Tergantung keadaan, persalinan dilakukan dengan induksi atau bedah
caesar.

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

1. Pengertian
Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah
eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Ukuran haemoglobin normal :
 Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
 Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram

Tingkat pada anemia :


 Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan
 Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang
 Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat
Pada kehamilan jumlah darah bertambah banyak, yang disebut hidremia dan
hipervolemia pertambahan dari sel-sel darah kurang, bila dibanding dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding sebagia berikut :
Plasma 30 %, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Proses bertambahnya jumlah darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur
10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32-36 minggu.
Seorang wanita hamil yang memiliki Hb < 11gr% dapat disebut penderia anemia dalam
kehamilan. Pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama
pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling
sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama pada triwulan pertama dan sekali lagi pada
triwulan akhir
2. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas

 Keguguran
 Partus prematurus
 Partus lama karena inersia uteri
 Perdarahan post Jartum karena atonia uteri
 Syok
 Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
 Anemia yang sangat berat adalah Hb dibawah 4 gr% terjadi payah jantung, yang
bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal

3. Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi

Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah untuk
pembuatan butir-butir darah merah besar dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat
besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia
dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa, dan
sum-sum tulang. Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan
turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6
kehamilan, pada waktu janin membutuhkan zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya
terhadap konsepsi adalah :
 Kematian mudigah (Keguguran)
 IUFD
 Prematuritas
 Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
 Dapat terjadi cacat-bawaan
4. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

a. Anemia defisiensi besi (62,3%)


Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan
besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangnya masukan unsur besi dalam
makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya karena perdarahan. Kebutuhan zat besi
bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat
besi tidak ditambah, maka akan mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada
kehamilan kembar
Pencegahan :
Didaerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi
sulfasferosus cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makan
lebih banyak protein dan sayur –sayur yang banyak mengandung mineral dan vitamin

b. Anemia megaloblastik (29,0%)


Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Terjadi akibat kekurangan asam folat,
jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan
infeksi yang kronik.

Penanganan :
 Pemberian asam folat, biasanya bersamaan dengan pemberian Sulfas ferosus
 Diet makanan yang bergizi (tinggi kalori dan protein)
Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau kandungan
protein tinggi
c. Anemia hipoplastik (8,0%)
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru.
Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan darah tepi lengkap, pemeriksaan
pungsi sternal, pemeriksaan retikulosit, dan lain-lain.
Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik
yaitu tranfusi darah, yang perlu sering diulang.

d. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)


Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang langsung cepat dari
pembuatannya. Misalnya disebabkan karena malaria, racun ular.
Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil. Apabila ia hamil maka
anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan
menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan
oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah.
Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini memberi hasil. Maka darah berulang
dapat membantu penderita ini.

Anda mungkin juga menyukai