Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1. ( P072201170 )
2. Della Arista Wibawati ( P07220117045 )
3. ( P072201170 )
4. ( P072201170 )
5. ( P072201170 )
6. ( P072201170 )
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 7
BAB II ................................................................................................................................ 8
TINJAUAN TEORITIS.................................................................................................... 8
2.1 Definisi ............................................................................................................... 8
2.2 Anatomi Fisiologi Ginjal .................................................................................. 8
2.3 Etiologi ............................................................................................................. 13
2.4 Patofisiologi ..................................................................................................... 15
2.5 Penatalaksaan .................................................................................................. 17
2.6 Pathway............................................................................................................ 19
2.7 Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul ........................................... 20
2.8 Intervensi Dan Rasional ................................................................................. 20
2.9 Klasifikasi Gagal Ginjal Akut ........................................................................ 24
2.10 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 24
2.11 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................. 25
2.12 Komplikasi ....................................................................................................... 26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................... 27
3.1 Pengkajian ....................................................................................................... 27
3.2 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................. 33
3.3 Analisa Data .................................................................................................... 34
3.4 Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 35
3.5 Intervensi ......................................................................................................... 35
3.6 Perawatan Paliatif Pada Pasien Gagal Ginjal Akut .................................... 40
BAB IV ............................................................................................................................. 43
PENUTUP........................................................................................................................ 43
~1~
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 43
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 44
~2~
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Paliatif & Asuhan Keperawatan Pada
Penderita Gagal Ginjal Akut” . Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan
memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian,
struktur, ciri-ciri kepribadian dan perilaku manusia dan beberapa hal yang
bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Tim Penyusun
~3~
~4~
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan
uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Smeltzer, 2002).
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom klinis yang di tandai
dengan penurunan mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) laju
filtrasi glomerulus (GFR), di sertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme
(ureum dan kreatinin). Laju filtrasi gromelurus yang menurun dengan cepat
menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan
kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF
biasanya disertai oleh oligurea (keluaran urine < 400 ml/hari). Gagal ginjal
akut adalah sindrom yang terdiri dari penurunan kemampuan filtrasi ginjal
(jam sampai hari), retensi produk buangan dari nitrogen, gangguan elektrolit
dan asam basa. Gagal ginjal akut sering asimtomatik dan sering didapat
dengan tanda peningkatan konsentrasi ureum dan kreatinin.
~5~
akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan
terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu (Djoko, 2008).
Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996
ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data
2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat
fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi,
usia harapan hidup pasien dengan GGA di Jepang bisa bertahan hingga
bertahun-tahun. Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga
umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGA pun bisa ditekan
menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena
para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta
memadai (Djoko, 2008).
Melihat situasi yang banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita
lakukan, kecuali menjaga kesehatan ginjal. Jadi, alangkah lebih baiknya kita
jangan sampai sakit ginjal. Mari memulai pola hidup sehat. Di antaranya,
berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah
berat badan, periksa fisik tiap tahun, makan dengan komposisi berimbang,
turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam. Pertahankan kadar gula
darah yang normal bila menderita diabetes, hindari memakai obat antinyeri
nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang, mengurangi minum jamu-
jamuan, dan menghindari minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup
(dalam sehari 2-2,5 liter). (Djoko, 2008).
~6~
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
Gagal Ginjal Akut (GGA)
2. Tujuan Khusus
~7~
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan metabolik
atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
mendadak dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dengan atau tanpa
oliguria sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeotasis tubuh.
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat, apabila kapsul di buka
terlihat permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua. Ginjal terdiri dari
bagian dalam, medula, dan bagian luar, korteks. Bagian dalam (interna) medula.
Substansia medularis terdiri dari piramid renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah
yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus
renalis.15 Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan
duktus koligens terminal. Bagian luar (eksternal) korteks. Subtansia kortekalis
berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat
~8~
dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid yang berdekatan
dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara piramid dinamakan kolumna
renalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-
kelok dan duktus koligens.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal.14 Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000
nefron. Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu
nefron dapat menerangkan fungsi dari ginjal.
~9~
e. Duktus koligen medula. Ini saluran yang secara metabolik tidak aktif.
Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urine terjadi di sini.
Pembuluh darah pada ginjal dimulai dari arteri renalis sinistra yang membawa
darah dengan kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui hilum renalis.
Secara khas, di dekat hilum renalis masing-masing arteri menjadi lima cabang
arteri segmentalis yang melintas ke segmenta renalis. Beberapa vena menyatukan
darah dari ren dan bersatu membentuk pola yang berbeda-beda, untuk membentuk
vena renalis. Vena renalis terletak ventral terhadap arteri renalis, dan vena renalis
sinistra lebih panjang, melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing vena
renalis bermuara ke vena cava inferior ( Moore, 2002). Arteri lobaris merupakan
arteri yang berasal dari arteri segmentalis di mana masing-masing arteri lobaris
berada pada setiap piramis renalis. Selanjutnya, arteri ini bercabang menjadi 2
atau 3 arteri interlobaris yang berjalan menuju korteks di antara piramis renalis.
Pada perbatasan korteks dan medula renalis, arteri interlobaris bercabang menjadi
arteri arkuata yang kemudian menyusuri lengkungan piramis renalis. Arteri
~ 10 ~
arkuata mempercabangkan arteri interlobularis yang kemudian menjadi arteriol
aferen ( Snell, 2006).
~ 11 ~
Sistem ekskresi sendiri terdiri atas 2 buah ginjal dan saluran keluarnya urin.
Ginjal sendiri mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri yang masuk ke
medialnya. Ginjal akan mengambil zat –zat yang berbahaya dari darah dan
mengubahnya menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter.
Dari ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang
tersebut merasakan keinginan micturisi dan keadaan memungkinkan, maka urin
yang ditampung dikandung kemih akan dikeluarkan lewat uretra.
Unit fungsional ginjal terkecil yang mampu menghasilkan urin disebut nefron.
Susunan nefron – nefron ini membagi ginjal menjadi 2 bagian, yaitu korteks dan
medulla. Nefron sendiri terdiri atas glomerulus dan tubulus. Glomerulus tersusun
atas pembuluh darah – pembuluh darah yang membentuk suatu untaian di kapsula
Bowman. Glomerulus berasal dari arteri ginjal, arteri ini awalnya terbagi menjadi
afferent arterioles yang masing – masing menuju nefron dan menjadi glomerulus.
Glomerulus akan berakhir di efferent arterioles.
Nefron ginjal sendiri terbagi atas 2 jenis, nefron kortikal yang lengkung
Henlenya hanya sedikit masuk medulla dan memiliki kapiler peritubular, dan
nefron juxtamedullary yang lengkung Henlenya panjang ke dalam medulla dan
memiliki vasa recta. Vasa recta dalam susunan kapiler yang memanjang
mengikuti bentuk tubulus dan lengkung Henle. Secara makroskopis, korteks ginjal
akan terlihat berbintik – bintik karena adanya glomerulus, sementara medulla
akan terlihat bergaris – garis karena adanya lengkung Henle dan tubulus kolektus.
~ 12 ~
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Filtrasi akan mengambil 20 % plasma yang masuk
glomerulus tanpa menyeleksinya. Kurang lebih akan didapat 125 ml filtrate/menit
atau 180 liter/hari. Dari jumlah itu, 178,5 liter/hari akan direabsorbsi. Maka rata –
rata urin orang normal 1,5 liter/hari.
2.3 Etiologi
Sampai saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi gagal ginjal akut
dengan tiga kategori meliputi :
a. Prarenal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperpusi
ginjal dan turunnya laju filtrasi glomeruls. Gagal ginjal akut Prerenal
merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan histologik atau
morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera
diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).
Kondisi ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar, kehilangan
cairan dari gastrointestinal pankreatitis, pemakaian diuretik yang
berlebih)
2) Fasodilatasi (sepsis atau anafilaksis)
3) Penurunan curah jantung (disaritmia, infark miokard, gagal
jantung, syok kardioenik dn emboli paru)
4) Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombosis)
b. Renal
Pada tipe ini Gagal Ginjal Akut timbul akibat kerusakan jaringan
ginjal. Kerusakan dapat terjadi pada glomeruli atau tubuli sehingga faal
ginjal langsung terganggu. Dapat pula terjadi karena hipoperfusi prarenal
yang tak teratasi sehingga mengakibatkan iskemia, serta nekrosis jaringan
ginjal Prosesnya dapat berlangsung cepat dan mendadak, atau dapat juga
berlangsung perlahan–lahan dan akhirnya mencapai stadium uremia.
~ 13 ~
Kelainan di ginjal ini dapat merupakan kelanjutan dari hipoperfusi
prarenal dan iskemia kemudian menyebabkan nekrosis jaringan ginjal.
Beberapa penyebab kelainan ini adala :
1) Koagulasi intravaskuler, seperti pada sindrom hemolitik uremik,
renjatan sepsis dan renjatan hemoragik.
2) Glomerulopati (akut) seperti glomerulonefritis akut pasca
sreptococcus, lupus nefritis, penolakan akut atau krisis donor
ginjal.
3) Penyakit neoplastik akut seperti leukemia, limfoma, dan tumor lain
yang langsung menginfiltrasi ginjal dan menimbulkan kerusakan.
4) Nekrosis ginjal akut misal nekrosis tubulus akut akibat renjatan
dan iskemia lama, nefrotoksin (kloroform, sublimat, insektisida
organik), hemoglobinuria dan mioglobinuria.
5) Pielonefritis akut (jarang menyebabkan gagal ginjal akut) tapi
umumnya pielonefritis kronik berulang baik sebagai penyakit
primer maupun sebagai komplikasi kelainan struktural
menyebabkan kehilangan faal ginjal secara progresif.
6) Glomerulonefritis kronik dengan kehilangan fungsi progresif.
c. Pascarenal / Postrenal
GGA pascarenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin
cukup, namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Etiologi
pascarenal terutama obstruksi aliran urine pada bagian distal ginjal, ciri
unik ginjal pasca renal adalah terjadinya anuria, yang tidak terjadi pada
gagal renal atau pre-renal. Kondisi yang umum adalah sebagai berikut :
1) Obstruksi muara vesika urinaria: hipertropi prostat< karsinoma
~ 14 ~
2) Obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih,
bekuan darah atau sumbatan dari tumor (Tambayong, 2000).
2.4 Patofisiologi
1. Gagal Ginjal Akut Prerenal
Normalnya ginjal menerima suplai darah sekitar 20-25% dari curah
jantung. Makna utama dari aliran darah yang tinggi ke ginjal adalah untuk
menyediakan cukup plasma guna mengimbangi laju filtrasi glomerulus
yang tinggi untuk pengaturan efektif volume cairan tubuh dan konsentrasi
zat terlarut. Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan penurunan
GFR sehingga terjadi penurunan air dan zat terlarut yang kemudian terjadi
oliguria (penurunan pengeluaran urin di bawah asupan air dan zat terlarut).
Hal ini menyebabkan air dan zat terlarut mengumpul dalam tubuh.
Ketika aliran darah ginjal menurun maka GFR dan NaCl yang akan
difiltrasi juga menurun, reabsorpsi NaCl menurun yang biasanya
menggunakan sebagian besar oksigen energi yang dikonsumsi pada ginjal
normal.
Selama aliran darah ginjal tidak kurang dari 20% normal maka
gagal ginjal akut dapat membaik jika penyebab dari iskemik dapat
dikoreksi sebelum kerusakan ginjal. Pada waktu GFR mendekati nol maka
jumlah konsumsi oksigen ginjal mendekati laju yang dibutuhkan untuk
menjaga agar sel-sel tubulus ginjal tetap hidup bahkan ketika mereka tidak
mereabsorpsi natrium.
Jika aliran darah kurang dari 20% maka sel-sel ginjal akan
~ 15 ~
mengalami hipoksik karena menurunnya aliran darah ginjal. Jika hal ini
berlangsung lama, maka akan terjadi kerusakan atau kematian sel-sel
tubulus. Jika tidak dikendalaikan dalam beberapa jam dapat menyebabkan
gagal ginjal akut intrarenal.
~ 16 ~
urinarius yang berlangsung selam beberapa hari bahkan berminggu-
minggu dapat menyebabakan kerusakan ginjal yang ireversible.
2.5 Penatalaksaan
a. Penatalaksanaan secara umum adalah:
Kelainan dan tatalaksana penyebab.
1) Kelainan praginjal. Dilakukan klinis meliputi faktor pencetus
keseimbangan cairan, dan status dehidrasi. Kemudian diperiksa
konsentrasi natrium urin, volume darah dikoreksi, diberikan
diuretik, dipertimbngkan pemberian inotropik dan dopamin.
2) Kelainan pasca ginjal. Dilakukan pengkajian klinis meliputi apakah
kandung kemih penuh, ada pembesaran prostat, gangguan miksi
atau nyeri pinggang. Dicoba memasang kateter urin, selain untuk
mengetahui adanya obstruksi juga untuk pengawasan akurat dari
urin dan mengambil bahan pemeriksaan. Bila perlu dilakukan USG
ginjal.
3) Kelainan ginjal. Dilakukan pengkajian klinis, urinalinasi,
mikroskopik urin, dan pertimbangkan kemungkinan biopsi ginjal,
arteriografi, atau tes lainnya
~ 17 ~
4) Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama ditujukan terhadap
infeksi saluran napas dan nosokomial. Demam harus segera harus
dideteksi dan diterapi. Kateter harus segera dilepas bila diagnosis
obstruksi kandung kemih dapat disingkirkan.
5) Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. Feses diperiksa
untuk adanya perdarahan dan dapat dilakukan endoskopi. Dapat pula
dideteksi dari kenaikan rasio ureum/kreatinin, disertai penurunan
hemoglobin. Biasanya antagonis histamin H (misalnya ranitidin)
diberikan pada pasien sebagai profilaksis.
6) Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum
tinggi, hiperkalemia, atau terjadi kelebihan cairan. Ureum tidak boleh
melebihi 30-40 mmol/L. Secara umum continous haemofiltration dan
dialisis peritoneal paling baik dipakai di ruang intensif, sedangkan
hemodialisis intermitten dengan kateter subklavia ditujukan untuk
pasien lain dan sebagai tambahan untuk pasien katabolik yang tidak
adekuat dengan dialisis peritoneal/hemofiltrasi.
7) Monitoring keseimbangan cairan, pemasukan dan pengeluaran cairan
atau makanan, menimbang berat badan, monitoring nilai elektrolit
darah, nilai BUN dan nilai kreatinin.
8) Penanganan Hiperkalemia. Keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia
merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.
Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui
serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium >5.5
mEq/L; SI: 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T
rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Peningkatan
kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin
(natrium polistriren sulfonat), secara oral atau melalui retensi enema.
~ 18 ~
2.6 Pathway
MK : Pola Napas
Tidak Efektif
MK :
Hipovolemi
a
MK : Penurunan
Curah Jantung
~ 19 ~
2.7 Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Penurunan Curah Jantung
3. Hipovolemia
Intervensi Rasional
Kaji factor penyebab asidosis Mengidentifikasi untuk mengatasi
metabolik penyebab dasar dari asidosis
metabolic.
Monitor ketat TTV Perubahan TTV akan memberikan
dampak pada resiko asidosis yang
bertambah berat dan berindikasi
pada intervensi untuk secepatnya
melakukan koreksi asidosis.
Istirahat klien dengan posisi fowler Posisi fowler akan meningkatkan
ekspansi paru optimal. Istirahat
akan mengurangi kerja jantung,
meningkatkan tenaga cadangan
jantung, dan menurunkan tekanan
darah.
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung,
mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan urine output.
Manajemen lingkungan: lingkungan Lingkungan tenang akan
~ 20 ~
tenang dan batasi pengunjung menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2 ruangan
yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada
diruangan.
Kolaborasi
Berikan cairan ringer laktat Larutan IV ringer laktat biasanya
secara intravena. merupakan cairan pilihan untuk
memperbaiki keadaan asidosis
metabolik dengan selisih anion
normal, serta kekurangan volume
ECF yang sering menyertai
Berikan bikarbonat. keadaan ini.
Kolaborasi pemberian bikarbonat.
Jika penyebab masalah adalah
masukan klorida, maka
Pantau data laboratorium pengobatannya adalah ditujukan
analisis gas darah pada menghilangkan sumber
berkelanjutan. klorida.
Tujuan intervensi keperawatan
pada asidosis metabolic adalah
meningkatkan pH sistemik sampai
kebatas yang aman dan
menanggulangi sebab-sebab
asidosis yang mendasarinya.
Dengan monitoring perubahan dari
analisis gas darah berguna untuk
menghindari komplikasi yang tidak
diharapkan.
~ 21 ~
2. Hipovolemia berhubungan dengan fase deuresis dari gagal ginjal akut
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam defisit volume cairan dapat teratasi
Kriteria hasil :
- klien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembap, turgor kulit
normal, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari.
- Laboratorium: nilai hematokrit dan protein serum meningkat, BUN /
kreatinin menurun
Intervensi Rasional
Monitoring status cairan (turgor Jumlah dan tipe cairan pengganti
kulit, membrane mukosa, urine ditentukan dari keadaan status cairan.
output) Penurunan volume cairan
mengakibatkan menurunnya produksi
urine, monitoring yang ketat pada
produksi urine < 600 ml/hari karena
merupakan tanda-tanda terjadinya
syok hipovolemik.
Auskultasi TD dan timbang berat Hipotensi dapat terjadi pada
badan hipovolemik. Perubahan berat badan
sebagai parameter dasar terjadinya
defisit cairan.
Programkan untuk dialisis Program dialisis akan mengganti
fungsi ginjal yang terganggu dalam
menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, Mengetahui adanya pengaruh adanya
nadi perifer, dan diaforesis, secara peningkatan tahanan perifer.
teratur
Kolaborasi Jalur yang paten penting untuk
Pertahankan pemberian pemberian cairan secara cepat dan
cairan secara intravena. memudahkan perawat dalam
melakukan kontrol intake dan output
~ 22 ~
cairan.
Intervensi Rasional
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru. a. Untuk mengetahui
Adanya takikardia frekuensi jantung tidak terjadinya penurunan curah
teratur jantung
b. Kaji adanya hipertensi b. Untuk mengetahui tingi TD
Hipertensi dapat terjadi karena gangguan akibat beban jantung yang
pada sistem aldosteron-renin-angiotensin meningkat karena
(disebabkan oleh disfungsi ginjal) peningkatan cairan
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan c. Untuk mengetahui sekala
lokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10) nyeri yang dirasakan dan
mampu memprediksi lokasi
dan tempatnya.
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap d. Untuk mengetahui tingkat
aktivitas aktivitas dan mengetahui
Kelelahan dapat menyertai GGK juga terjadinya anemia,
anemia
~ 23 ~
2.9 Klasifikasi Gagal Ginjal Akut
Tabel Klasifikasi GGA menurut The Acute Dialysis Quality Initiations
Group (Roesli R, 2007).
~ 24 ~
j. Osmolaritas urine: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan
ginjal, dan ratio urine/serum sering.
k. Klierens kreatinin urine: mungkin secara bermakna menurun sebelum
BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
l. Natrium Urine: Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila
ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
m. Bikarbonat urine: Meningkat bila ada asidosis metabolik.
n. SDM urine: mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau
peningkatan GF.
o. Protein: protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat
rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada
NTA biasanya ada proteinuria minimal.
p. Warna tambahan: Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna
tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel
tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga
nefritis glomular.
~ 25 ~
Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi
Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram Ginjal
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular
2.12 Komplikasi
a. Jantung: edema paru, aritmia, efusi pericardium.
b. Gangguan elektrolit: hyperkalemia, hiponatremia, asidosis.
c. Neurologi: iritabilitas neuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguan
kesadaran, kejang.
d. Gastrointestinal: nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahaan
gastrointestinal.
e. Hematologi: anemia, diathesis hemoragik.
f. Infeksi: pneumonia, septikemis, infeksi nosocomial.
~ 26 ~
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Anamnesis
a. Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial),
1) Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapt terkena gagal
ginjal, namun usia pun penting kita ketahui. karena semakin
lansia umumur seseorang, semakin beresiko.
2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin
disebabkan oleh hipertrofi prostat.pada wanita disebabkan,
infeksi saluran kemih yanng berulang yang dapat menyebabkan
GGA, serta padaa wanita yang mengalami perdarahan pasca
melahirkan.,
3) Alamat suku / bangsa: penting kita ketahui, karena alamat juga
mendukung untuk dijadikan data, karena masih banyak daerah
yang kekurang air.
4) Status pernikahan: disini perlu juga kita ketahui, tentang status
perkawinan, apakah pasangan memiliki riwayatn penyakit ISK,
yang mampu menjadi akibat gagal ginjal.
5) Agama/keyakinan: Disini perlu juga kita ketahui, karena masih
banyak masyarakat yang menganut kepercayaan-kepercayaan.
6) Pekerjaan/sumber penghasilan: penting juga kita ketahui, untuk
mengetahui sumber penghasilannya dari mana dan seberapa
banyak, karena berpengaruh juga terhadap pola hidup.
7) Diagnosa medik: setelah mendapatkan pemeriksaan maka
diagnosa mediknya: Gaagal Ginjal Akut
8) No. Rm, tanggal masuk: penting juga kita kethui, supaya
perawat tidak salah pasien, dan tanggal masuk masuk juga
berperan untuk menadapatakan data apakah sudah ada
perubahan atau semakin parah.
~ 27 ~
b. Identitas Penanggung Jawab :
1) Terdiri dari Nama: penting kita ketahui untuk memudahkan
perawat membeikan infomasi terhadap klien.
2) Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita mampu beradaptasi
dengan keluarga klien.
3) Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk memudahkan
perawat berkomunikasi dalam memberikan informasi kepada
keluarga klien.
4) Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga kita ketahui dari
mana sumber penghasilan yang didapatkan oleh keluarga klien
untuk membiayai klien itu sendiri.
5) Hubungan dengan klien: penting juga kita ketahui untuk
mengetahui hubungan klien dengan penanggung jawab, apakah
saudara, orang tua, suami/istri, anak/cucu.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara
keluhan yang dirasakan yang didapatkan secara langsung dari
pasien/ keluarga. yang dimana keluhan yang paling dirasakan
oleh klien itu sendiri adalah terjadi penurunan produksi miksi.
b. RiwayatPenyakit Sekarang
Keluhan utama tidak bisa kencing, kencing sedikit,
sering BAK pada malam hari, kelemahan otot atau tanpa
keluhan lainnya.
~ 28 ~
terpapar toksin, obat nefrotik dengan pengunan berulang,
riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik. Kondisi
yang terjadi bersamaan : tumor sal kemih; sepsis gram negatif,
trauma/cidera, perdarahan, DM, gagal jantung/hati.
3. Pola Kebutuhan
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : Kelemahan otot, kehilanggan tonus
b. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi/hipertensi, disritmia jantung, nadi
lemah/halus, hipotensi orthostatik (hipovolemia),
hipervolemia (nadi kuat), oedema jaringgan umum, pucat,
kecenderungan perdarahan
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola kemih : peningkatan frekuensi,
poliuria (kegagalan dini) atau penurunan frekuensi/oliguria
(fase akhir), disuria, ragu-ragu berkemih, dorongan kurang,
kemih tidak lampias, retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi),
abdomen kembung, diare atau konstipasi, Riwayat
Hipertropi prostat, batu/kalkuli
~ 29 ~
d. Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat
badan (dehidrasi), mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati,
riwayat penggunaan diuretik
e. Neurosensorik
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,
sindrom ‘kaki gelisah”
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Prilaku berhati-hati, distraksi, gelisah
g. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek
h. Keamanan
Gejala : ada reakti tranfusi
~ 30 ~
Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi), ptechie, echimosis
kulit, pruritus, kulit kering.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi.
Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase
oliguri sering didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut
nadi mengalami peningkatan dimana frekuensi meningkat sesuai
dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. tekanan darah
terjadi perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
b) B2 (Blood).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat
melakukan auskultasi akan menemukan adanya friction
rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial
sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi
sering didapatkan adanya anemia. Anemia yang
menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang
tidak dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan
produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah,
~ 31 ~
biasanya dari saluran G1. Adanya penurunan curah
jantung sekunder dari gangguan fungsi jantung akan
memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan tekanan
darah sering didapatkan adanya peningkatan.
c) B3 (Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia,
ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Klien berisiko
kejang, efek sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit
kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang biasanya
akan didapatkan terutama pada fase oliguri yang
berlanjut pada sindrom uremia.
d) B4 (Bladder).
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan
terjadi penurunan frekuensi dan penurunan urine output
<400 ml/hari, sedangkan pada periode diuresis terjadi
peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah
urine secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi
glomerulus. Pada pemeriksaan didapatkan perubahan
warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
e) B5 (Bowel).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta
anoreksia sehingga sering didapatkan penurunan intake
nutrisi dari kebutuhan
.
f) B6 (Bone).
~ 32 ~
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum
efek sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer
dari hipetensi.
~ 33 ~
3.3 Analisa Data
Symtom Etiologi Problem
DS : klien mengeluh tidak penurunan produksi Hipovolemia
bias BAK urine
DO :
produksi urine tidak ada
klien edema
DS : klien mengatakan sulit Hambatan upaya pola nafas tidak efektif
untuk bernafas dan terasa napas
berat pd saat menari nafas.
DO :
klien tampak sesak, dan
sulit menarik nafas,
RR <16 kali/ menit
N teraba lemah.
DS : klien mengatakan. perubahan kondisi Penurunan curah
Susah nafas dan mengalami elektrikal jantung jantung
nafas pendek
DO :
klien tanpak lemas
denyut jantung teraba
lemah
DS : klien mengatakan mual muntah, Defisit nutrisi
sering mengalami mual intake nutrisi td
muntah kadekuat
DO : kelien tampak pucat,
mukosa kering
DS: Klien mengatakan kelemahan fisik Intoleransi aktivitas
kurang mmpu melakukan
aktivitas karena merasa
~ 34 ~
lemah, dan keram
DO: klien tampak sulit
melakukan aktivitas dan
klien mengerjakan aktivitas
dengan bantuan dari
keluarga
3.5 Intervensi
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunan Ph Pada Cairan
Serebrospinal
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 16-
20x/menit
Intervensi Rasional
a. kaji faktor penyebab asidosis a. untuk mengatasi penyebab dasar
metabolik dari asedosis metabolik
b. monitor ketat TTV b. perubahan TTV akan memberikan
dampak pada resiko asidosis yang
bertambah berat dan berindikasi
pada intervensi untuk secepatnya
melakukan koreksi asedosis
~ 35 ~
c. istirahatkan klien dengan posisi c. posisi fowler akan meningkatkan
fowler ekspansi paru optimal.
d. ukur intake dan output d. penurunana curah jantung
mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium dan
penurunan urine output.
e. lingkungan tenang dan batasi e. lingkungan tenang akan
pengunjung menurunkan stimulasi nyeri, dan
pembatasan kunjungan akan
membantu meningkatkan kondisi
O2.
f. berikan cairan ringer laktat secara f. untuk memperbaiki keadaan asisosis
intravena metabolik.
Intervensi Rasional
Monitor setatus cairan (turgor a. Jumlah dan tipe cairan
kulit membran mukosa pengganti ditentukan dari
dan urine output) keadaan status cairan.
Auskultasi TD dan timbang b. Hipotensi dapat terjadi pada
berat badan hipovolemik perubahan berat
badan sebagai parameter dari
terjadinya defisit cairan.
c. Mengetahui adannya pengaruh
Kaji warna kulit, suhu, pertahanan perifer
sianosis, nadi perifer, dan
~ 36 ~
diaforesis secara teratur
d. Program dialisis akan
Program untuk dialisis. mengganti fungsi ginjalyang
terganggu dalam menjaga
keseimbanngan cairan tubuh.
~ 37 ~
h. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap h. Untuk mengetahui tingkat
aktivitas aktivitas dan mengetahui
Kelelahan dapat menyertai GGK juga terjadinya anemia,
anemia
~ 38 ~
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam Pasien dapat meningkatkan aktivitas
yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil: klien mampu meningkatkan aktivitas denngan baik
Intervensi Rasional
a. Kaji kebutuhan pasien dalam a. Memberi panduan dalam
beraktifitas dan penuhi kebutuhan penentuan pemberian bantuan
ADL dalam pemenuhan ADL.
b. Kaji tingkat kelelahan. b. Untuk menentukan derajat dan
efek ketidakmampun
c. Identifikasi factor stess/psikologis c. Karena mempunyai efek
yang dapat memperberat. akumulasi (sepanjang factor
psykologis) yang dapat
diturunkan bila ada masalah dan
takut untuk diketahui.
d. Ciptakan lingkungan tengan dan d. Untuk menghemat energi untuk
periode istirahat tanpa gangguan. aktifitas perawatan diri yang
diperlukan
e. Bantu aktifitas perawatan diri yang e. Memungkinkan berlanjutnya
diperlukan. aktifitas yang dibutuhkan
memberika rasa aman bagi klien.
f. Kolaborasi pemeriksaan f. Untuk mengetahui Ketidak
laboratorium darah. seimbangan Ca, Mg, K, dan Na,
dapat menggangu fungsi
neuromuscular yang memerlukan
peningkatan penggunaan energi
Ht dan Hb yang menurun adalah
menunjukan salah satu indikasi
terjadinya gangguan eritopoetin
~ 39 ~
3.6 Perawatan Paliatif Pada Pasien Gagal Ginjal Akut
1. Definisi Perawatan Paliatif
Perawatan Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat
aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi.
Perawatan paliatif untuk mencegah, memperbaiki, mengurangi
gejala-gejala suatu penyakit, namun bukan berupaya penyembuhan.
Suatu pendekatan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan
keluarganya dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
melalui pencegahan, penilaian, pengobatan nyeri dan masalah-masalah
fisik lain, juga masalah psikologis dan spiritual lainnya .
~ 40 ~
c. Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, sosial
d. Pendekatan multi-disipliner : medis, non-medis, keluarga
~ 41 ~
a. Pengobatan medikamentosa terutama penatalaksanaan nyeri dan
gejala-gejala lain
b. Perawatan psikososial berupa :
2. psikologis
3. social
4. spiritual
5. kedukaan/berkabung
~ 42 ~
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan
metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang mendadak dalam waktu beberapa hari atau beberapa
minggu dengan atau tanpa oliguria sehingga mengakibatkan hilangnya
kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeotasis tubuh.
Tabel Klasifikasi GGA menurut The Acute Dialysis Quality Initiations
Group (Roesli R, 2007).
Peningkatan Kadar Penurunan Laju
Kategori Kriteria Urine Output
Serum Cr Filtrasi Glomerulus
<0,5 mL/kg/jam,
Risk >1,5 kali nilai dasar >25% nilai dasar
>6 jam
<0,5 mL/kg/jam,
Injury >2,0 kali nilai dasar >50% nilai dasar
>12 jam
Failure >3,0 kali nilai dasar >75% nilai dasar <0,3 mL/kg/jam, >24 jam
Loss Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4 Minggu
End stage Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3 Bulan
~ 43 ~
Daftar Pustaka
http://fitrah-fahmi.blogspot.com/2010/03
https://simdos.unud.ac.id
https://edoc.site/laporan-pendahuluan-gagal-ginjal-akut-pdf-free.html
https://hellosehat.com
https://www.academia.edu/34738295/Asuhan_Keperawatan_pada_Klien_
dengan_Acut_Kidney_Injury_Gagal_Ginjal_Akut_
https://www.academia.edu/11541790/Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien
_Gagal_Ginjal
~ 44 ~