DI SUSUN OLEH :
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dasar Higiene
Industri yang berjudul “Evaluasi Lingkungan Kerja Industri Pembuatan Roti”.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, masyarakat berperan serta baik
secara perorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan
kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi- tingginya. Pembangunan kesehatan perlu digerakkan oleh masyarakat dimana
masyarakat mempunyai peluang dan peran yang penting dalam pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting atas dasar untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuannya sebagai pelaku pembangunan
kesehatan.
Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan
peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya “food borne
disease”. Fasilitas penunjang dalam mencapai program sanitasi makanan dan minuman
diperlukan beberapa fasilitas, diantaranya adalah penyediaan air bersih, sistem pembuangan
sampah yang saniter, sistem pembuangan limbah cair yang saniter, serta sistem pengendalian
insekta dan tikus. Hal yang cukup penting untuk menunjang program adalah peralatan dan
fasilitas yang memadai, personalia yang terdidik, standar makanan dan peraturan mengenai
makanan serta pemantauan sanksi hukum.
Makanan merupakan salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan
kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional.
Masyarakat perlu dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap produksi dan peredaran
makanan yang tidak memenuhi syarat. Perkembangan teknologi dewasa ini mengakibatkan
perubahan dalam kebiasaan makan, yang mempunyai dampak dalam perkembangan teknik
produksi dan distribusi makanan. Oleh karena itu cara produksi makanan secara efektif
merupakan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan manusia dan dampak
ekonomi sebagai akibat dari penyakit yang ditimbulkan oleh makanan.
Roti merupakan salah satu makanan jajanan yang dijual tanpa kemasan khusus oleh
para pedagang roti, yang dijual secara keliling dan dikonsumsi oleh masyarakat umum.
Makanan dan minuman yang baik bila diproduksi dan diedarkan kepada masyarakat luas
haruslah memenuhi persyaratan KepmenKes No.942/MenKes/SK/VII/2003.
Di Kota Banda Aceh, home industry (industri rumah tangga) yang memproduksi roti
sudah sangat banyak dan sangat mudah didapatkan. Roti merupakan makanan jajanan yang
sangat rawan terhadap pencemaran mikroba dan sangat mudah tercemar. Masalah kesehatan
terutama penyakit pada saluran napas yaitu rinitis akibat kerja (RAK) timbul jika pekerja
terpajan tepung gandum yang melebihi nilai ambang batas (NAB) serta terjadi pajanan yang
terus menerus selama beberapa tahun. Para pekerja pabrik roti berisiko terhadap dampak
yang ditimbulkan oleh debu tepung gandum. Oleh karena itu alat pelindung diri seharusnya
lengkap pada pekerja.
Pabrik pengolahan roti kebanyakan, terlihat masih banyak terdapat penjamah yang
tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap seperti celemek, sarung
tangan, topi penutup kepala, pakaian khusus pekerja, dan personal hygiene pekerja yang
masih kurang perhatian seperti kuku yang masih panjang, kebersihan diri yang kurang
diperhatikan, sarana produksi yang masih kurang memenuhi syarat serta masih jauh dari
kategori hygiene dan sanitasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah prinsip dasar higiene industri?
2. Bagaimana proses pembuatan roti pada industri roti?
3. Apasajakah bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja industri roti?
4. Bagaimana pengendalian terhadap bahaya pada indistri roti?
C. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip dasar higiene industri.
2. Mengetahui proses pembuatan roti pada industri roti.
3. Mengetahui bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja industri roti.
4. Mengetahui pengendalian terhadap bahaya pada indistri roti.
BAB II
PEMBAHASAN
Higiene lingkungan kerja adalah ilmu dan seni pengenalan, penilaian dan
pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan, sehingga masyarakat tenaga kerja dan
masyarakat umum terhindar dari efek samping kemajuan teknologi berupa penyakit akibat
kerja dan kecelakaan kerja. Konsep dalam higiene industri adalah bagaimana membatasi
paparan yang dapat diterima pekerja di tempat kerja.
1. Antisipasi
Kemampuan untuk memperkirakan, memprediksi dan mengestimasi bahaya (hazard)
yang mungkin terdapat pada tempat kerja yang merupakan konseksuensi dari aktivitas kerja.
2. Rekognisi
Mengenal bahaya (hazard) lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan dan
pemahaman dari efek atau akibatnya terhadap para pekerja maupun masyarakat
disekitarnya.Bahaya-bahaya (hazard) yang terkait isu higiene industri diantaranya :
A. Bahaya fisik
Bahaya timbul dari excess-nya tingkat kebisingan, radiasi non-pengion/pengion, suhu
ekstrim dan pressure (tekanan)
B. Bahaya Kimia
Bahaya kimia timbul dari timbul dari excess-nya konsentrasi mists, uap, gas atau
padatan dalam bentuk fume atau debu di udara. Selain itu, bahaya kimia terkait
higiene industri termasuk juga bahan yang bersifat iritan atau beracun ketika
terabsorpsi kulit. Rumah sakit sangat berpotensi mengalami hal semcam ini.
C. Bahaya biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh organisme hidup atau sifat organisme tersebut yang
dapat memberikan efek/dampak kesehatan yang terhadap manusia (agen yang
menginfeksi)
D. Bahaya Ergonomi
Bahaya yang termasuk bahaya ergonomi termasuk adalah design peralatan kerja, area
kerja, prosedur kerja yang tidak memadai/sesuai. Selain itu, bahaya ergonomi yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan atau pekerja sakit diantaranya pengangkatan dan
proses ketika menjangkau/meraih yang tidak memadai, kondisi visual yang buruk,
gerakan monoton dalam postur janggal.
Selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang mempengaruhi
situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaanyang
berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua
potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan para karyawan di
rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.
3. Evaluasi
Proses pengambilan keputusan yang hasilnya adalah tingkat bahaya (hazard) dalam
operasi indutri. Proses eveluasi digunakan sebagai pendekatan dasar dalam menentukan
tindakan pengendalian yang akan diambil.pada tahap evaluasi ini dilakukan justifikasi
terhadap tingkat bahaya yang ada dengan membandingkannya dengan standar ex : PEL, TLV
dan atau NAB
8. Pengendalian
Tindakan pengendalian terhadap bahaya merupakan proses untuk menurunkan tingkat
risiko yang mungkin diterima oleh pekerja. Pengendalian untuk bahaya (hazard) yang dapat
mempengaruhi kesehatan dibagi menjadi 3 kategori :
1. Engineering control
Meliputi Cara pengendalian bahaya baik berdasarkan spesifikasi saat menentukan
desain awal maupun dengan menerapkan metode substitusi, isolasi, memagari atau
sistem ventilasi. Engineering control berdasarkan hierarkinya merupakan
pengendalian yang pertama.
2. Administrative control
Pengendalian melalui penjadwalan, yaitu mengurangi waktu bekerja para pekerja di
area kerja yang mengandung bahaya. Selain itu termasuk juga di dalam
administrative control adalah training yang memberikan pekerja kemampuan untuk
mengenali bahaya dan bekerja dengan aman melalui prosedur.
Seorang pekerja yang mencampur tepung, garam, ragi, bumbu, gula dan bahan-bahan
yang lain untuk mempersiapkan adonan, pengisian, dll, yang kemudian dibuat menjadi roti,
kue, dll dan dipanggang dalam oven. Berikut tahapan-tahapannya akan dijelaskan lebih
terperinci:
1. PEMILIHAN BAHAN
Gunakan bahan yang berkualitas baik
Pastikan bahan yang digunakan bersertifikat halal
Bahan yang digunakan cukup tersedia dan dalam kondisi simpanan yg baik
2. PENIMBANGAN BAHAN
Hindarkan pemakaian takaran dengan sendok atau cangkir.
Pada saat penimbangan harus teliti dan tepat, hindari tercecernya bahan.
Untuk penimbangan air, pastikan tidak berlebihan sehingga adonan menjadi lembek.
5. PENIMBANGAN ADONAN
Membagi adonan sesuai dengan berat yang diinginkan.
Gunakan timbangan yang benar, dan lakukan dengan cepat.
Apabila menggunakan alat pembagi, timbang dulu lalu dibagi menjadi 36 bh.
6. PEMBULATAN ADONAN
Membentuk lapisan keras dipermukaan adonan, sehingga dapat menahan gas yang
dihasilkan.
Menghaluskan tekstur roti dan mempermudah pekerjaan selanjutnya.
9. PEMBENTUKAN ADONAN
Adonan roti dibentuk sesuai keinginan.
Untuk roti manis dapat diisi dengan berbagai isian, tetapi jangan terlalu banyak
mengandung air dan minyak agar menghindari roti terbuka.
Untuk roti tawar usahakan pembentukan dan penggulungan dalam keadaan rapt dan
padat, dan sambungannya berada dibawah adonan.
14. PENDINGINAN
Setelah dikeluarkan dari cetakan/loyang, dinginkan roti pada suhu ruang selama 45 –
90 menit.
Letakkan roti pada rak pendingin dimana panas roti dapat keluar kesegala arah.
Untuk roti tawar, bila akan dipotong, sebaiknya teperatur roti 30 – 32 derajat Celcius.
15. PEMBUNGKUSAN
Roti dibungkus agar terhindar dari jamur.
Menghindarkan pengerasan kulit roti akibat menguapnya kandungan air dalam roti.
Hindari pembungkusan roti yang masih panas/hangat agar tidak mudah berjamur.
Saat pembungkusan berlangsung, pastikan ruang selalu bersih dengan ventilasi dan
sirkulasi udara yang cukup.
1. Bahaya kecelakaan
Potongan dan penusukan, dll (ketika bekerja dengan menggunakan benda tajam).
Pekerja yang jatuh karena penggunaan tangga yang salah, lantai, yang basah dan
licin serta tangga yang tidak terjaga.
Bahaya jatuh ketika mambawa beban berat.
Cedera alat mesin dan listrik selama bekerja dengan alat pembawa barang,
peralatan mekanik yangdigunakan untuk mencampur bahan-bahan adonan serta
proses pembakaran.
Alat listrik yang rusak dan pemanasan, dll (alat genggam yang mungkin
menyebabkan kejutan listrik).
Sebagian besar menggunakan cairan atau bahan bakar gas untuk pembakaran
membuat api yang bertambah besar dan bahaya peledakan.
Tepung yang kering memberikan risiko kebakaran dan debu ledakan (api rokok
yang ada di lingkuangan kerja yang memungkinkan bahaya yang laur biasa).
2. Bahaya Fisik
Temperature yang tinggi dan tingkat kelembaban yang relative tinggi mungkin
karena kecelakaan dan kepanasan di pemanggangan.
Terpapar radiasi infra merah, ;katarak mungkin terjadi karena paparan yang
berkepanjangan.
Kebocoran radiasi dari pemanggan oven yang rusak.
3. Bahaya Kimia
Terpapar tepung ;mungkin manyebabkan gangguan respirasi dan penyakit kulit.
Terpapar bumbu-bumbu ; banyak dari para pembakar roti bekerja dengan
beberapa bumbu menderita radang konjungtiva kronis dan radang tenggorokan
kronis; penyakit alergi kulit kadang-kadang ditemukan ;setelah terpapar dalam
waktu yang panjang infeksi pernapasan khususnya radang bronkus kronis,
kadang-kadang asma, mungkin berkembang.
Terpapar debu gula, mungkin meyebabkan karies gigi.
Terpapar CO2 : pembakaran mekanik, adonan yang sedang mengalami fermentasi
aktif mungkin melepaskan banyak bahaya CO2.
Terpapar CO : produk pembakaran dan bahan bakar uap ; alat pembakaran
dengan penyesusaian yang buruk atau kurangnya rambu, atau kerusakan
cerobong, mungkin menimbulkan penimbunan bahan bakar uap atau gas atau
produk pembakartermasuk keracunan atau sesak nafas.
4. Bahaya biologi
Terpapar jamur dan ragi ; reaksi sensitive yang sangat tinggi dan infeksi kulit
yang dikarenakan antigen jamur yang dihirup berupa debu selama jam kerja, ini
biasanya menyertakan radang paru-paru dengan gejala asma
Terpapar parasit : tepung dan tepung kelapa mungkin dipenuhi parasit, yang mana
menyebabkan luka dan gatal.
Terpapar jamur : pembakar roti mungkin menderita dari kondisi kulit alergi
dikarenakan dari bahan yang berjamur seperti Aspergillus glaucus dan Penicillium
glaucum yang berkembang dari tempat penyimpanan tepung.
Kehadiran dari hewan pengerat dan serangga membuat gigitan dan infeksi.
D. PENGENDALIAN
1. Secara teratur wet-scrub atau vacuum cleaner (atau apa saja yang bias dipakai)
lantaii-lantai dan permukaan lainnya, dan dipasang ventilasi penyedot debu untuk
mencegah debu atau tepung-tepung kering.
2. Pasang ventilasi penyedot debu dan pendingin ruang untuk mencegah kontaminasi
udaratekanan panas.
3. Periksa oven untuk kebocoran radiasi dan memperbaiki jika diperlukan
4. Menyesuaikan alat pembakar untuk mengurangi polusi CO, memasang monitor untuk
untuk mendengarkan sebuah peringatan jika kadar melebihi batas.
5. Menggunkan alat bantu pernapsan untuk menghindari penghirupan dari debu dan
aerosol.
6. Menyusun kunjungan periodic oleh ahli pembasmi hama, untuk mengontrol populasi
hama, kunjungan untuk kasus yang sangat berat.
7. Mempelajari dan enggunakan teknik mengangkat dan memindahkan untuk muatan
yang berat : menggunakan perlengkapan mesin untuk mambantu dalam pengangkatan
8. Memelihara kebersihan diri senidri ; mandi dan ganti pakaian pada akhir jam kerja ;
jangan membawa pakaian kerja yang kotor ke rumah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Higiene lingkungan kerja adalah ilmu dan seni pengenalan, penilaian dan
pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan, sehingga masyarakat tenaga kerja dan
masyarakat umum terhindar dari efek samping kemajuan teknologi berupa penyakit akibat
kerja dan kecelakaan kerja.
Dalam industri roti, pemanggang roti mungkin menderita alergi (terutama pada
system respirasi dan kulit) dikrenakan substansi yang digunakan oleh para pekerja. Pekerja
bekerja menggunakan peralatan yang panas dan benda tajam, yang mana menyebabkan
kecelakaan seperti kebakaran, terpotong, dll. Pekerja sering mengangkat muatan yang berat
(seperti karung tepung). Ini mungkin menyebabkan sakit punggung dan trauma. Pekerja
bekerja di siang hari dan kadang-kadang malam atau jam-jam tertentu. Ini memungkinkan
terjadi kepenatan, bekerja terlalu keras dan efek yang berbahaya lainnya.
Agar hal-hal tersebut tidak terjadi, harus dilakukan oengendalian mulai dari
memasang ventilasi penyedot debu dan pendingin ruang untuk mencegah kontaminasi udara
tekanan panas. Menggunakan alat bantu pernapasan agar terhindar dari debu, hingga
memelihara kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti pakaian pada akhir jam kerja dan
angan membawa pakaian kerja yang kotor ke rumah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Kerja. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2009.
2. Depkes RI. Kumpulan Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta;
2004.
3. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta; 2003.
4. Fajriansyah. 2016. Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Roti pada pabrik Roti Paten
Bakery. E-journal Poltekkes. Vol 1 No, 2.