Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI LINGKUNGAN KERJA

INDUSTRI PEMBUATAN ROTI

DI SUSUN OLEH :

1. Aulia Wardah 141000294


2. Cyntia Dwi Ananda 141000298
3. Bakhia Dessy Angrainy 141000416
4. Dhiaty A Ayuputri 141000670
5. Sufia Idya 141000687

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dasar Higiene
Industri yang berjudul “Evaluasi Lingkungan Kerja Industri Pembuatan Roti”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari berbagaipihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah i
ni. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas darisemua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritikdari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Medan, Desember 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, masyarakat berperan serta baik
secara perorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan
kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi- tingginya. Pembangunan kesehatan perlu digerakkan oleh masyarakat dimana
masyarakat mempunyai peluang dan peran yang penting dalam pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting atas dasar untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuannya sebagai pelaku pembangunan
kesehatan.
Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan
peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya “food borne
disease”. Fasilitas penunjang dalam mencapai program sanitasi makanan dan minuman
diperlukan beberapa fasilitas, diantaranya adalah penyediaan air bersih, sistem pembuangan
sampah yang saniter, sistem pembuangan limbah cair yang saniter, serta sistem pengendalian
insekta dan tikus. Hal yang cukup penting untuk menunjang program adalah peralatan dan
fasilitas yang memadai, personalia yang terdidik, standar makanan dan peraturan mengenai
makanan serta pemantauan sanksi hukum.
Makanan merupakan salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan
kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional.
Masyarakat perlu dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap produksi dan peredaran
makanan yang tidak memenuhi syarat. Perkembangan teknologi dewasa ini mengakibatkan
perubahan dalam kebiasaan makan, yang mempunyai dampak dalam perkembangan teknik
produksi dan distribusi makanan. Oleh karena itu cara produksi makanan secara efektif
merupakan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan manusia dan dampak
ekonomi sebagai akibat dari penyakit yang ditimbulkan oleh makanan.
Roti merupakan salah satu makanan jajanan yang dijual tanpa kemasan khusus oleh
para pedagang roti, yang dijual secara keliling dan dikonsumsi oleh masyarakat umum.
Makanan dan minuman yang baik bila diproduksi dan diedarkan kepada masyarakat luas
haruslah memenuhi persyaratan KepmenKes No.942/MenKes/SK/VII/2003.

Di Kota Banda Aceh, home industry (industri rumah tangga) yang memproduksi roti
sudah sangat banyak dan sangat mudah didapatkan. Roti merupakan makanan jajanan yang
sangat rawan terhadap pencemaran mikroba dan sangat mudah tercemar. Masalah kesehatan
terutama penyakit pada saluran napas yaitu rinitis akibat kerja (RAK) timbul jika pekerja
terpajan tepung gandum yang melebihi nilai ambang batas (NAB) serta terjadi pajanan yang
terus menerus selama beberapa tahun. Para pekerja pabrik roti berisiko terhadap dampak
yang ditimbulkan oleh debu tepung gandum. Oleh karena itu alat pelindung diri seharusnya
lengkap pada pekerja.

Pabrik pengolahan roti kebanyakan, terlihat masih banyak terdapat penjamah yang
tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap seperti celemek, sarung
tangan, topi penutup kepala, pakaian khusus pekerja, dan personal hygiene pekerja yang
masih kurang perhatian seperti kuku yang masih panjang, kebersihan diri yang kurang
diperhatikan, sarana produksi yang masih kurang memenuhi syarat serta masih jauh dari
kategori hygiene dan sanitasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah prinsip dasar higiene industri?
2. Bagaimana proses pembuatan roti pada industri roti?
3. Apasajakah bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja industri roti?
4. Bagaimana pengendalian terhadap bahaya pada indistri roti?

C. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip dasar higiene industri.
2. Mengetahui proses pembuatan roti pada industri roti.
3. Mengetahui bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja industri roti.
4. Mengetahui pengendalian terhadap bahaya pada indistri roti.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRINSIP DASAR HIGIENE INDUSTRI

Higiene lingkungan kerja adalah ilmu dan seni pengenalan, penilaian dan
pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan, sehingga masyarakat tenaga kerja dan
masyarakat umum terhindar dari efek samping kemajuan teknologi berupa penyakit akibat
kerja dan kecelakaan kerja. Konsep dalam higiene industri adalah bagaimana membatasi
paparan yang dapat diterima pekerja di tempat kerja.

1. Antisipasi
Kemampuan untuk memperkirakan, memprediksi dan mengestimasi bahaya (hazard)
yang mungkin terdapat pada tempat kerja yang merupakan konseksuensi dari aktivitas kerja.

2. Rekognisi
Mengenal bahaya (hazard) lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan dan
pemahaman dari efek atau akibatnya terhadap para pekerja maupun masyarakat
disekitarnya.Bahaya-bahaya (hazard) yang terkait isu higiene industri diantaranya :

A. Bahaya fisik
Bahaya timbul dari excess-nya tingkat kebisingan, radiasi non-pengion/pengion, suhu
ekstrim dan pressure (tekanan)

B. Bahaya Kimia
Bahaya kimia timbul dari timbul dari excess-nya konsentrasi mists, uap, gas atau
padatan dalam bentuk fume atau debu di udara. Selain itu, bahaya kimia terkait
higiene industri termasuk juga bahan yang bersifat iritan atau beracun ketika
terabsorpsi kulit. Rumah sakit sangat berpotensi mengalami hal semcam ini.

C. Bahaya biologi

Bahaya biologi disebabkan oleh organisme hidup atau sifat organisme tersebut yang
dapat memberikan efek/dampak kesehatan yang terhadap manusia (agen yang
menginfeksi)

D. Bahaya Ergonomi
Bahaya yang termasuk bahaya ergonomi termasuk adalah design peralatan kerja, area
kerja, prosedur kerja yang tidak memadai/sesuai. Selain itu, bahaya ergonomi yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan atau pekerja sakit diantaranya pengangkatan dan
proses ketika menjangkau/meraih yang tidak memadai, kondisi visual yang buruk,
gerakan monoton dalam postur janggal.

Selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang mempengaruhi
situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaanyang
berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua
potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan para karyawan di
rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.

3. Evaluasi
Proses pengambilan keputusan yang hasilnya adalah tingkat bahaya (hazard) dalam
operasi indutri. Proses eveluasi digunakan sebagai pendekatan dasar dalam menentukan
tindakan pengendalian yang akan diambil.pada tahap evaluasi ini dilakukan justifikasi
terhadap tingkat bahaya yang ada dengan membandingkannya dengan standar ex : PEL, TLV
dan atau NAB

8. Pengendalian
Tindakan pengendalian terhadap bahaya merupakan proses untuk menurunkan tingkat
risiko yang mungkin diterima oleh pekerja. Pengendalian untuk bahaya (hazard) yang dapat
mempengaruhi kesehatan dibagi menjadi 3 kategori :

1. Engineering control
Meliputi Cara pengendalian bahaya baik berdasarkan spesifikasi saat menentukan
desain awal maupun dengan menerapkan metode substitusi, isolasi, memagari atau
sistem ventilasi. Engineering control berdasarkan hierarkinya merupakan
pengendalian yang pertama.

2. Administrative control
Pengendalian melalui penjadwalan, yaitu mengurangi waktu bekerja para pekerja di
area kerja yang mengandung bahaya. Selain itu termasuk juga di dalam
administrative control adalah training yang memberikan pekerja kemampuan untuk
mengenali bahaya dan bekerja dengan aman melalui prosedur.

3. APD (Alat Pelindung Diri)


Pengendalian ini merupakan pegendalian terakhir pada hirarki pengendalian bahaya.
APD digunakan oleh pekerja untuk melindungi pekerja dari bahaya (hazard) yang
terdapat di lingkungan kerjanya.
Pemilihan metode pengendalian secara efektif dan efisien akan mengurangi atau
menghilangkan dampak bahaya yang mungkin diterima pekerja. sehingga pada
akhirnya di tempat kerja tersebut akan terbentuk sistem kerja yang sehat dan aman.

Bahasa higiene industri mencakup antara profesi keselamatan (insinyur) dan


kedokteran. Masalah rekayasa (engineering) yang sukar dikuasai oleh para dokter dapat
dikomunikasikan dengan higienis industri yang banyak barasal dari insinyur. Intervensi
teknis akan mudah dikomunikasikan dan dilakukan oleh higienis industri. Risk assessment
juga umumnya dikerjakan oleh para higienis industri.

Untuk itu perlu diketahui Prinsip Dasar Higiene Industri yaitu :


1. Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja
Pengenalan dalam prinsip dasar penerapan higiene industri adalah pengenalan
terhadap bahaya faktor yang timbul di lingkungan kerja sebagai akibat penerapan teknologi
proses produksi suatu industri yang meliputi faktor kimia, fisik, biologi dan ergonomik.

2. Penilaian / evaluasi terhadap faktor – faktor lingkungan kerja


Penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja adalah proses
pengambilan keputusan untuk menilai resiko pajanan dari bahay semua faktor yang timbul di
lingkungan kerja tempat kerja kepada tenaga kerja, sebagai akibat penerapan teknologi proses
produksi suatu industri termasuk faktor kimia, fisik,biologi dan ergonomik.

3. Pengendalian terhadap faktor – faktor lingkungan kerja


Pengendalian faktor-faktor lingkungan kerja sesungguhnya dimaksudkan untuk
menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman atau memenuhi
persyaratan kesehatan dan norma keselamatan, sehingga tenaga kerja terbebas dari ancaman
gangguan kesehatan dan keamanan.
B. PROSES PEMBUATAN ROTI DI PABRIK ROTI

Seorang pekerja yang mencampur tepung, garam, ragi, bumbu, gula dan bahan-bahan
yang lain untuk mempersiapkan adonan, pengisian, dll, yang kemudian dibuat menjadi roti,
kue, dll dan dipanggang dalam oven. Berikut tahapan-tahapannya akan dijelaskan lebih
terperinci:

1. PEMILIHAN BAHAN
 Gunakan bahan yang berkualitas baik
 Pastikan bahan yang digunakan bersertifikat halal
 Bahan yang digunakan cukup tersedia dan dalam kondisi simpanan yg baik

2. PENIMBANGAN BAHAN
 Hindarkan pemakaian takaran dengan sendok atau cangkir.
 Pada saat penimbangan harus teliti dan tepat, hindari tercecernya bahan.
 Untuk penimbangan air, pastikan tidak berlebihan sehingga adonan menjadi lembek.

3. PENGADUKAN / MIXING (30 s/d 45 menit)


 Biasakan semua bahan kering diaduk terlebih dahulu selama 5 menit (airasi) sebelum
air dan mentega dimasukkan, agar air dapat dimasukkan secara optimal.
 Lakukan pencampuran semua bahan secara merata untuk hidrasi yang sempurna dari
pati dan protein sehingga membentuk gluten, pelunakan gluten dan memperoleh
kekuatan menahan gas dengan baik.
 Lama pengadukan harus disesuaikan dengan kemampuan tepung terigunanya (jumlah
protein), karena semakin tinggi proteinnya semakin lama pengadukannya, demikian
pula sebaliknya.

4. PERMENTASI AWAL ( 10 menit s/d 20 menit)


Proses pemecahan gula oleh ragi menjadi:
 Gas CO2 : Adonan menjadi mengembang
 Alkohol : Memberi aroma pada roti
 Asam : Memberi rasa dan memperlunak gluten
 Panas : Suhu meningkat selama permentasi
Lama dan sebentar permentasi awal sangat tergantung dari jumlah adonan dan jumlah
tenaga kerja yang mengerjakan. Selama pengistirahatan berlangsung diharuskan ditutup
dengan plastik agar adonan tidak kering.

5. PENIMBANGAN ADONAN
 Membagi adonan sesuai dengan berat yang diinginkan.
 Gunakan timbangan yang benar, dan lakukan dengan cepat.
 Apabila menggunakan alat pembagi, timbang dulu lalu dibagi menjadi 36 bh.

6. PEMBULATAN ADONAN
 Membentuk lapisan keras dipermukaan adonan, sehingga dapat menahan gas yang
dihasilkan.
 Menghaluskan tekstur roti dan mempermudah pekerjaan selanjutnya.

7. PERMENTASI KEDUA ( 10 s/d 15 menit)


 Melunakkan gluten pada adonan.
 Mempercepat permentasi berikutnya
 Selama proses ini, harus ditutup dengan plastik agar tidak kering.

8. PEMBUANGAN GAS PADA ADONAN


 Mengeluarkan gas yang ada dalam adonan dengan cara menekan adonan.
 Dapat menghaluskan tekstur.
 Usahakan semua gas keluar agar serat roti menjadi halus dan merata.

9. PEMBENTUKAN ADONAN
 Adonan roti dibentuk sesuai keinginan.
 Untuk roti manis dapat diisi dengan berbagai isian, tetapi jangan terlalu banyak
mengandung air dan minyak agar menghindari roti terbuka.
 Untuk roti tawar usahakan pembentukan dan penggulungan dalam keadaan rapt dan
padat, dan sambungannya berada dibawah adonan.

10. PENCETAKAN ADONAN


 Letakkan adonan dalam cetakan (untuk roti tawar) atau di loyang (untuk roti manis)
dengan baik dan benar.
 Pastikan setiap sambungan diletakkan dibawah adonan.
 Atur jarak adonan di loyang agar tidak bergabung dan dapat memberikan ruang untuk
pemanasan sisi roti.
 Olesi loyang dengan lemak/minyak atau gunakan lapisan kertas agar tidak lengket.
 Pastikan loyang selalu dalam keadaan bersih, baik sebelum dan sesudah digunakan.

11. PERMENTASI AKHIR


 Dilakukan pengembangan adonan agar mencapai bentuk dan kualitas yang maksimal.
 Tempat untuk permentasi akhir ini harus memiliki panas ( 35-40 derajat Celcius) dan
kelembaban ruang (80-85%) yang stabil.
 Dapat dilakukan dengan membuat uap air dan pastikan proses ini dilakukan dengan
benar, karena akan menentukan hasil akhir dari roti.
 Gunakan alat ukur hygrometer dan termometer ruang.

12. PEMBAKARAN ADONAN


 Temperatur oven sangat menentukan kualitas akhir dari roti yang dibuat, jadi
temperaturnya harus sesuai dengan jenis roti yang akan dibakar.
 Lamanya pembakaran ditentukan oleh, jenis oven, jenis /bahan loyang yang
digunakan, jenis roti yang dibuat dan jumlah pemakaian gula dalam adonan.
 Roti Tawar 200 derajat Celcius, dengan loyang tertutup 30-40 menit, dengan loyang
terbuka 25-30 menit.
 Roti manis 180 derajat Celcius, ukuran 40-60 gram maksimum 15 menit, ukuran 15-
20 gram 5-10 menit.

13. MENGELUARKAN ROTI DARI CETAKAN/LOYANG


 Keluarkan roti yang sudah matang dari catakan / loyang sesegera mungkin.
 Untuk roti manis, keluarkan dari loyang dengan sangat hati-hati karena roti yang baru
keluar dari oven sangat lembut dan empuk.
 Untuk roti tawar / roti yang menggunakan cetakan, jangan dipaksa, biarkan cetakan
lebih kurang 30 detik setelah keluar dari oven, agar lebih mudah dikeluarkan.

14. PENDINGINAN
 Setelah dikeluarkan dari cetakan/loyang, dinginkan roti pada suhu ruang selama 45 –
90 menit.
 Letakkan roti pada rak pendingin dimana panas roti dapat keluar kesegala arah.
 Untuk roti tawar, bila akan dipotong, sebaiknya teperatur roti 30 – 32 derajat Celcius.

15. PEMBUNGKUSAN
 Roti dibungkus agar terhindar dari jamur.
 Menghindarkan pengerasan kulit roti akibat menguapnya kandungan air dalam roti.
 Hindari pembungkusan roti yang masih panas/hangat agar tidak mudah berjamur.
 Saat pembungkusan berlangsung, pastikan ruang selalu bersih dengan ventilasi dan
sirkulasi udara yang cukup.

C. BAHAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSUSTRI ROTI

1. Bahaya kecelakaan
 Potongan dan penusukan, dll (ketika bekerja dengan menggunakan benda tajam).
 Pekerja yang jatuh karena penggunaan tangga yang salah, lantai, yang basah dan
licin serta tangga yang tidak terjaga.
 Bahaya jatuh ketika mambawa beban berat.
 Cedera alat mesin dan listrik selama bekerja dengan alat pembawa barang,
peralatan mekanik yangdigunakan untuk mencampur bahan-bahan adonan serta
proses pembakaran.
 Alat listrik yang rusak dan pemanasan, dll (alat genggam yang mungkin
menyebabkan kejutan listrik).
 Sebagian besar menggunakan cairan atau bahan bakar gas untuk pembakaran
membuat api yang bertambah besar dan bahaya peledakan.
 Tepung yang kering memberikan risiko kebakaran dan debu ledakan (api rokok
yang ada di lingkuangan kerja yang memungkinkan bahaya yang laur biasa).

2. Bahaya Fisik
 Temperature yang tinggi dan tingkat kelembaban yang relative tinggi mungkin
karena kecelakaan dan kepanasan di pemanggangan.
 Terpapar radiasi infra merah, ;katarak mungkin terjadi karena paparan yang
berkepanjangan.
 Kebocoran radiasi dari pemanggan oven yang rusak.
3. Bahaya Kimia
 Terpapar tepung ;mungkin manyebabkan gangguan respirasi dan penyakit kulit.
 Terpapar bumbu-bumbu ; banyak dari para pembakar roti bekerja dengan
beberapa bumbu menderita radang konjungtiva kronis dan radang tenggorokan
kronis; penyakit alergi kulit kadang-kadang ditemukan ;setelah terpapar dalam
waktu yang panjang infeksi pernapasan khususnya radang bronkus kronis,
kadang-kadang asma, mungkin berkembang.
 Terpapar debu gula, mungkin meyebabkan karies gigi.
 Terpapar CO2 : pembakaran mekanik, adonan yang sedang mengalami fermentasi
aktif mungkin melepaskan banyak bahaya CO2.
 Terpapar CO : produk pembakaran dan bahan bakar uap ; alat pembakaran
dengan penyesusaian yang buruk atau kurangnya rambu, atau kerusakan
cerobong, mungkin menimbulkan penimbunan bahan bakar uap atau gas atau
produk pembakartermasuk keracunan atau sesak nafas.

4. Bahaya biologi
 Terpapar jamur dan ragi ; reaksi sensitive yang sangat tinggi dan infeksi kulit
yang dikarenakan antigen jamur yang dihirup berupa debu selama jam kerja, ini
biasanya menyertakan radang paru-paru dengan gejala asma
 Terpapar parasit : tepung dan tepung kelapa mungkin dipenuhi parasit, yang mana
menyebabkan luka dan gatal.
 Terpapar jamur : pembakar roti mungkin menderita dari kondisi kulit alergi
dikarenakan dari bahan yang berjamur seperti Aspergillus glaucus dan Penicillium
glaucum yang berkembang dari tempat penyimpanan tepung.
 Kehadiran dari hewan pengerat dan serangga membuat gigitan dan infeksi.

5. Bahaya Ergonomi, Psikologi dan Organisasi Sosial.


 Gerakan yang berulang, postur yang kaku (contoh duduk atau berdiri sepanjang
jam), dan kelebihan usaha (seperti selama mangangkat dan memindahkan karung
dan muatan yang berat) mungkin membuat trauma.
 Penanganan akan muatan berat mungkin dikrenakan penyakit akut, seperti sakit
punggung dan
 Bekerja di jam yang tidak tetap, misalnya di shift malam scara psikologi
mengalami stress.

D. PENGENDALIAN
1. Secara teratur wet-scrub atau vacuum cleaner (atau apa saja yang bias dipakai)
lantaii-lantai dan permukaan lainnya, dan dipasang ventilasi penyedot debu untuk
mencegah debu atau tepung-tepung kering.
2. Pasang ventilasi penyedot debu dan pendingin ruang untuk mencegah kontaminasi
udaratekanan panas.
3. Periksa oven untuk kebocoran radiasi dan memperbaiki jika diperlukan
4. Menyesuaikan alat pembakar untuk mengurangi polusi CO, memasang monitor untuk
untuk mendengarkan sebuah peringatan jika kadar melebihi batas.
5. Menggunkan alat bantu pernapsan untuk menghindari penghirupan dari debu dan
aerosol.
6. Menyusun kunjungan periodic oleh ahli pembasmi hama, untuk mengontrol populasi
hama, kunjungan untuk kasus yang sangat berat.
7. Mempelajari dan enggunakan teknik mengangkat dan memindahkan untuk muatan
yang berat : menggunakan perlengkapan mesin untuk mambantu dalam pengangkatan
8. Memelihara kebersihan diri senidri ; mandi dan ganti pakaian pada akhir jam kerja ;
jangan membawa pakaian kerja yang kotor ke rumah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Higiene lingkungan kerja adalah ilmu dan seni pengenalan, penilaian dan
pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan, sehingga masyarakat tenaga kerja dan
masyarakat umum terhindar dari efek samping kemajuan teknologi berupa penyakit akibat
kerja dan kecelakaan kerja.
Dalam industri roti, pemanggang roti mungkin menderita alergi (terutama pada
system respirasi dan kulit) dikrenakan substansi yang digunakan oleh para pekerja. Pekerja
bekerja menggunakan peralatan yang panas dan benda tajam, yang mana menyebabkan
kecelakaan seperti kebakaran, terpotong, dll. Pekerja sering mengangkat muatan yang berat
(seperti karung tepung). Ini mungkin menyebabkan sakit punggung dan trauma. Pekerja
bekerja di siang hari dan kadang-kadang malam atau jam-jam tertentu. Ini memungkinkan
terjadi kepenatan, bekerja terlalu keras dan efek yang berbahaya lainnya.

Agar hal-hal tersebut tidak terjadi, harus dilakukan oengendalian mulai dari
memasang ventilasi penyedot debu dan pendingin ruang untuk mencegah kontaminasi udara
tekanan panas. Menggunakan alat bantu pernapasan agar terhindar dari debu, hingga
memelihara kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti pakaian pada akhir jam kerja dan
angan membawa pakaian kerja yang kotor ke rumah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Kerja. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2009.
2. Depkes RI. Kumpulan Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta;
2004.
3. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta; 2003.
4. Fajriansyah. 2016. Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Roti pada pabrik Roti Paten
Bakery. E-journal Poltekkes. Vol 1 No, 2.

Anda mungkin juga menyukai