Anda di halaman 1dari 13

Nama : Andry Hasanudin

NIM : A01119033

Kelas : 5BTPF/2019

Mata Kuliah : K3

Hygiene dan Sanitasi

1.1 Pentingnya Hygiene dan Sanitasi


Hygiene dan sanitasi merupakan salah satu komponen terbentuknya K3 di
industry, jadi sangat penting peranan hygiene dan sanitasi sebagai upaya
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman
diawali dari terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai mahluk biologis,
dan selanjutnya lingkungan kerja yang damai.
Manusia sebagai subjek di dalam dunia industri membutuhkan lingkungan
kerja yang aman dan nyaman, menjadi tanggung jawab bersama didalam
struktur organisasi perusahaan untuk menciptakan dan menjaga lingkungan
kerja agar selalu aman dan nyaman.

1.2 Sanitasi

Beberapa pengertian perihal sanitasi menurut para ahli antara lain :

1. Menurut Hopkins mengatakan bahwa sanitasi merupakan cara


pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh pada
manusia.
2. Menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI, 2004) mengatakan
bahwa Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya
menyediakan air bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan
tempat sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
3. Menurut World Health Organisation ( WHO ) adalah pengawasan
penyediaan air minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah,
pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan
dan penanganan makanan, kondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan
kerja.

Sarana sanitasi di industri yang berhubungan dengan pemenuhan


kebutuhan hidup manusia seperti tersedianya:

1. Sarana bersih dengan kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat
sehingga aman di gunakan untuk membersihkan badan, mencuci pakaian,
mencuci peralatan dan menyiram tanaman.
2. Sarana jamban keluarga yang selalu dalam kondisi bersihsehingga
nyaman digunakan dan tidak menjadi tempat bersarangnya seranggat dan
binatang pengerat.
3. Sarana pembuangan sampah yang mudah dijangkau, aman digunakan dan
selalu dalam kondisi bersih sebelum dan sesudah digunakan sehingga
tidak menjadi tempat bagi serangga dan binatang pengerat untuk mencari
makanan dan bersarang
4. Sarana air limbah yang dapat menyalurkan, menampung, mengolah dan
membuang air limbah dengan benar sehingga aman bagi badan air dan
biota air.

Kebersihan lingkungan kerja dan kesehatan merupakan upaya untuk


mendukung keselamatan bekerja. Terjaminnya keselamatan kerja dapat
dilakukan dengan cara mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja yang
dapat dilakukan dengan:

1. Pemberian pemahaman kerja yang baik.


Untuk melakukan pekerjaan dengan baik, pekerja harus memiliki
pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan
agar bisa bekerja, terhindar dari risiko bahaya penyebab celaka.
2. Pengawasan pekerja di tempat kerja.
Pelaksanaan kegiatan pengawasan di tempat kerja dilakukan untuk bisa
mengetahui lebih dini potensi bahaya yang akan muncul sehingga
tindakan pencegahan bisa segera dilakukan sebelum terjadi celaka.
3. Penentuan potensi bahaya
Kegiatan ini menjadi penting untuk diketahui, karena merupakan langkah
penetapan tahapan pelaksanaan pencegahan yang harus dilakukan
sebagai upaya mengantisipasi terjadinya celaka.
4. Penanganan celaka
Kegiatan ini dilakukan agar celaka yang terjadi tidak lebih berat dan
menimpa banyak orang.
5. Pengendalian celaka
Kegiatan ini dilakukan agar celaka yang terjadi tidak menimbulkan
korban dan kerugian yang lebih banyak.

Penanganan sanitasi merupakan usaha yang dilakukan untuk mengurangi


jumlah mikroba dengan memperhatikan kebersihan tempat kerja dan
peralatan kerja yang digunakan. Dengan kegiatan sanitasi di industri
dimaksudkan untuk menjaga kondisi kesehatan pekerja dan produksi agar
tidak kontak atau terhindar dari paparan mikroba.

Dari pengertian sanitasi seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa


sanitasi penekanannya pada :
1. Upaya pemeliharaan dan perbaikan lingkungan yang bermasalah.
2. Upaya pengawasan terhadap sarana sanitasi.
3. Upaya pemutusan atau pencegahan mata rantai penularan penyakit
menular
4. Perwujudan kondisi lingkungan bersih dan sehat
Dalam penerapannya ditempat kerja upaya pemeliharaan, pengawasan dan
perbaikan di utamakan pada :
1. Penyediaan air bersih yang dapat digunakan untuk membersihkan badan,
mencuci pakaian dan peralatan, menyiram tanaman.
2. Pengelolaan air limbah yang dilakukan dengan baik agar lingkungan
sekitar tidak tercemar dan menjadi kotor.
3. Pengelolaan sampah yang dilakukan dengan baik agar lingkungan sekitar
tidak tampak tumpukan sampah yang dapat dijadikan media untuk
bersarang serangga dan binatang pengerat perantara penular penyakit.
4. Pengawasan vektor penyakit yang dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan sehingga tempat yang menjadi media bagi vektor
untuk tumbuh dan berkembang biak bisa dicegah.
5. Pencegahan dan pengawasan pencemaran tanah yang dilakukan secara
rutin dan berkesinambungan terhadap telur cacing perantara penyakit.
Terdapat hubungan yang erat antara sanitasi dan kesehatan. Sarana dan
prasarana sanitasi dapat berpengaruh pada penyebaran penyakit seperti diare
dan kolera melalui beberapa jalur penularan melalui kotoran manusia yang
masuk ke saluran pencernaan melalui:
1. Air minum yang terkontaminasi
2. Tanah yang terkontaminasi
3. Lalat yang hinggap pada feces yang mengandung mikroorganisme
4. Tangan yang kotor
5. Makanan yang terkontaminasi mikro organisme

1.3 Hygiene

Higiene industri adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara melakukan


antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap berbagai faktor
lingkungan di tempat kerja yang menyebabkan pekerja terkena penyakit,
mengalami gangguan kesehatan atau mengalami ketidaknyamanan di
lingkungan kerjanya.
Sumber dari pengertian tersebut adalah definisi yang tertulis didalam
“Fundamental of Industrial Hygiene 4nd Edition” yaitu :

“Industrial hygiene is that science and art devoted to the anticipation,


recognition, evaluation, and control of those environmental factors or
stresses arising in or from the workplace that may cause sickness, impaired
health and well-being, or significant discomfort among workers or among the
citizens of the community.”

Tujuan utama dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah :

 Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif


 Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai
macam resiko akibat lingkungan kerja, diantaranya melalui
pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan
perbaikan yang mungkin dapat dilakukan.

Ada beberapa konsep untuk menciptakan lingkungan industry yang Hygiene,


salah satunya konsep AREP. Berikut penjelasan keempat konsep tersebut :

1. Antisipasi

Antisipasi adalah kegiatan untuk memperkirakan, memprediksi dan


mengestimasi potensi bahaya atau hazard dan risiko yang mungkin
ada di tempat kerja sebagai akibat atau dampak dari aktivitas kerja
tersebut.

Tujuan dari Antisipasi :

 Mengetahui potensi bahaya dan risiko sejak dini sebelum menjadi


bahaya dan risiko yang nyata.
 Mempersiapkan tindakan yang perlu, sebelum suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
 Meminimalkan kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki.

Metode di dalam antisipasi :

 Pengumpulan Informasi
 Melalui studi literature
 Mempelajari hasil penelitian
 Dokumen-dokumen perusahaan
 Survey lapangan
 Analisis dan diskusi
 Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
 Pembuatan Hasil

Hasil dari kegiatan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko,
untuk memudahkannya bisa dikelompokkan sesuai dengan tujuan.
Contoh pengelompokan tersebut bisa dibagi berdasarkan :

 Lokasi atau unit


 Kelompok pekerja
 Jenis potensi bahaya
 Tahapan proses produksi

2. Rekognisi

Rekognisi adalah kegiatan untuk mengenali bahaya atau hazard


lingkungan yang lebih detil dan lebih komprehensif, menggunakan
metode yang sistematis untuk hasil yang objektif dan bisa
dipertanggung jawabkan.

Bahaya yang dimaksud berhubungan dengan pekerjaan dan


pemahaman mengenai akibatnya terhadap para pekerja atau orang
disekitarnya.
Didalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran
untuk mendapatkan informasi seperti : konsentrasi, dosis, ukuran
(partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dan lainnya.

Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat


kerja(occupational health hazards) yang terkait dengan higiene
industri yaitu : Fisika, Kimia, Biologi, Ergonomi. Penjelasannya :

Faktor Fisika

Bahaya Fisika adalah bahaya yang timbul dari tingginya tingkat


kebisingan, pencahayaan, radiasi, getaran, suhu ekstrim dan pressure
atau tekanan. Contoh :

a. Kebisingan

Dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai


berdampak pada ketulian. Intensitas bunyi yang dikategorikan
bising dan mempengaruhi kesehatan pendengaran adalah diatas 60
dB.

Jadi karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi


mesin diatas 60 dB, harus dilengkapi dengan alat pelindung atau
penyumbat telinga untuk mencegah gangguan pendengaran.

Sumber Suara Skala intensitas (dB) :

 Halilintar 120
 Meriam 110
 Mesin uap 100
 Jalan yg ramai 90
 Pluit 80
 Kantor gaduh 70
 Radio 60
 Kantor pd umumnya 40
 Rumah tenang 30
 Tetesan air 10

b. Penerangan atau Pencahayaan

Kurangnya penerangan di lingkungan kerja bukan hanya


menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan
namun juga menimbulkan kesan kotor dan tidak higienis.

Cahaya yang cukup juga akan memungkinkan pekerja dapat


melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan
dari kesalahan kerja.

Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan


menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau
pekerjanya, seperti : sakit kepala atau pusing, menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan
berpikir.

Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk


mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda,
hal ini akan berdampak kepada kesehatan mata.

Cara mengatasinya adalah dengan mengatur dan menyediakan


Penerangan atau Pencahayaan yang cukup memadai di setiap ruang
kerja.

c. Getaran
Parameter dari getaran hampir sama dengan bising, seperti:
frekuensi, amplitudo, dan apakah getaran berlangsung terus
menerus atau ada jeda.
Contoh bahaya dari getaran adalah pekerjaan manual yang
menggunakan “powered tool” dapat menyebabkan gejala gangguan
peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ”
atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek


negatif pada sistem saraf dan sakit pada tulang belakang.

Hal ini bisa diatasi dengan metode kerja dan ketrampilan pekerja
yang disesuaikan dengan pekerjaan terkait dengan getaran tersebut.

Faktor Kimia

Bahaya Kimia adalah bahaya yang muncul dari tingginya konsentrasi


uap, gas atau padatan atau debu di udara, termasuk juga bahan yang
bersifat iritant atau beracun ketika terserap oleh kulit.

Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO, dan
lainnya, contoh bahaya kimia :

a. Korosi

Bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan kerusakan


pada permukaan terjadinya kontak. Bagain tubuh yang paling
umum terkena adalah kulit, mata dan sistem pencernaan. Contoh :
konsentrat asam dan basa , fosfor.

b. Iritasi

Bahaya Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat


kontak, iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau
dermatitis. Iritasi pada saluran pernapasan dapat menyebabkan
sesak napas, peradangan dan pembengkakan.
Contoh iritasi :

 Kulit : asam, basa, pelarut, minyak


 Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen
dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.

c. Racun Sistemik

Maksud dari racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan


luka pada organ atau sistem tubuh. Contoh :

 Otak : pelarut, lead,mercury, manganese


 Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon
disulphide
 Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
 Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
 Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

Faktor Biologi

Bahaya Biologi adalah bahaya yang disebabkan oleh organisme hidup


yang dapat berdampak pada kesehatan manusia.

Faktor Ergonomi

Bahaya Ergonomi adalah bahaya dari design peralatan kerja, area


kerja, prosedur kerja yang tidak memadai atau tidak sesuai. Berpotensi
juga untuk menyebabkan kecelakaan atau pekerja sakit, diantaranya
proses mengangkat benda atau meraih benda yang tidak memadai,
kondisi visual yang buruk, gerakan monoton yang dilakukan secara
tidak benar dari sisi postur tubuh.

Tujuan dari rekognisi :


 Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil baik dari
segi : sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran.
 Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko.
 Mengetahui pekerja yang berisiko.

3. Evaluasi

Evaluasi adalah proses pengambilan keputusan yang hasilnya adalah


laporan tingkat bahaya atau hazard dalam indutri.

Tahap penilaian atau evaluasi lingkungan ini dilakukan dengan


pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di laboratorium secara
kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran tingkat
bahaya dengan standar yang berlaku.

Hasilnya digunakan untuk menentukan perlu atau tidaknya teknologi


pengendalian, tindakan pengendalian apa yang akan dilakukan , ada
atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dengan lingkungannya serta digunakan sebagai dokumen data di
tempat kerja.

Tujuan pengukuran dalam evaluasi:

 Mengetahui tingkat risiko


 Mengetahui kondisi pada pekerja
 Memenuhi peraturan atau aspek legal.
 Mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.
 Memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.
 Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
4. Pengendalian

Pengendalian adalah proses untuk menurunkan tingkat risiko dari


kemungkinan bahaya pada pekerja.

Metode Pengendalian di Tempat Kerja yang dapat dilakukan ada 6


tahapan :

 Eliminasi, yaitu upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya


serta menghentikan kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi
bahaya.
 Substitusi : modifikasi proses untuk mengurangi mengurangi
bahaya, dapat dilakukan dengan : mengubah beberapa peralatan
proses, mengubah kondisi fisik bahan baku untuk dapat
menghilangkan potensi bahayanya.
 Isolasi : menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan
pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau
menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya.
 Engineering control : melakukan modifikasi pada faktor
lingkungan kerja selain pekerja seperti : menghilangkan semua
bahaya ditimbulkan., mengurangi sumber bahaya dengan cara
mengganti bahan menjadi ke kurang berbahaya, proses kerja
ditempatkan terpisah, menempatan ventilasi.
 Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja,
seperti : pengaturan jadwal kerja yaitu mengurangi waktu kerja
di area kerja yang mengandung bahaya. Termasuk juga adalah
training yang memberikan meningkatkan kemampuan pekerja
untuk mengenali bahaya dan bekerja dengan aman melalui
prosedur yang sesuai.
 Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari
hirarki pengendalian, yaitu penggunaan APD untuk melindungi
pekerja dari bahaya atau hazard yang ada di lingkungan
kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai